PETA KONSEP SEBAGAI ALAT EVALUASI PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATERI KOLOID.

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional... 7

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Peta Konsep Sebagai Alat Evaluasi ... 10

B. Pemahaman Konsep ... 27

C. Berpikir Kritis ... 31


(2)

ii

E. Hubungan Konsep Sistem Koloid dan Keterampilan Berpikir

Kritis... 42

F. Hubungan Sistem Koloid dengan Peta Konsep untuk Mengevaluasi Pemahaman Konsep dan Keterampilan berpikir Kritis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 50

B. Lokasi dan Sumber Data Penelitian ... 50

C. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 51

D. Instrumen Penelitian ... 54

E. Teknik Analisis Tes... 37

F. Uji Coba Tes... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 68

B. Temuan dan Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(3)

iii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kelebihan dan kekurangan bentuk Soal dalam Pembelajaran ... 14 Tabel 2.2 Sebuah Ringkasan dari Skema untuk Penilaian Peta

Konsep... 26 Tabel 2.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis.... 36 Tabel 2.4 Pemetaan Standar Isi... 40 Tabel 2.5 Definisi Konsep, Indikator Pemahaman Konsep dan Indikator

Berpikir Kritis... 43 Tabel 2.6 Konsep, Indikator Pemahamam Konsep, Butir Soal dan Ranah

Penilaian menurut Taksonomi Bloom... 45 Tabel 2.7 Konsep, Indikator, Butir Soal, Ranah dan Skor Penilaian

Keterampilan Berpikir Kritis Soal Peta Konsep... 47 Tabel 3.1 Rekapitulasi Instrumen Pemahaman Konsep Soal Pilihan

Ganda ... 55 Tabel 3.2 Rekapitulasi Instrumen Pemahaman Konsep Soal

Peta Konsep ... 55 Tabel 3.3 Rekapitulasi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis Soal Pilihan

Ganda ... 56 Tabel 3.4 Rekapitulasi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis Soal Peta Konsep... 57 Tabel 3.5 Kategori Validitas Butir Soal... 59 Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas Tes... 60


(4)

iv

Tabel 3.7 Kategori Tingkat Kemudahan... 61 Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda... 62 Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Soal

Pilihan Ganda ... 63 Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Pilihan Ganda... 64 Tabel 3.11 Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Soal

Peta Konsep ... 65 Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Peta Konsep... 66 Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Tes Soal Pilihan Ganda dengan Peta

Konsep... 72 Tabel 4.2 Persentase Tanggapan Siswa/Angket Siswa ... 77 Tabel 4.3 Persentase Hasil Tes Soal Pilihan Ganda yang Mengukur

Pemahaman Konsep Siswa... 80 Tabel 4.4 Persentase Hasil Tes Soal Peta Konsep yang Mengukur

Pemahaman Konsep Siswa... 82 Tabel 4.5 Persentase Perbandingan Hasil Tes Soal Pilihan Ganda dengan

Peta Konsep yang Mengukur Pemahaman Konsep Siswa.... 82 Tabel 4.6 Persentase Hasil Tes Soal Pilihan Ganda untuk Mengukur

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... 86 Tabel 4.7 Persentase Hasil Tes Soal Peta Konsep untuk Mengukur


(5)

v

Tabel 4.8 Persentase Perbandingan Hasil Tes Soal Pilihan Ganda dengan Peta Konsep yang Mengukur Keterampilan


(6)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peta Konsep

1. Peta Konsep Sistem Dispersi (Liliasari dan Ismunandar :

2004) ... 99

2. Peta Konsep Sistem Dispersi ... 100

3. Peta Konsep Jenis-jenis Koloid ... 101

4. Peta Konsep Sifat-sifat Koloid ... 102

Lampiran B Kisi-kisi Tes 1. Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Tes Akhir PG ... 103

2. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis Soal PG ... 113

3. Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Tes Akhir Peta Konsep .. 120

4. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis Soal Peta Konsep.... 122

5. Kunci Jawaban Soal Peta Konsep untuk Mengukur Pemahaman Konsep... 124

Lampiran C Soal-soal dan Angket Siswa 1. Soal PG Sistem Koloid ... 129

2. Soal Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis pada Konsep Koloid dengan menggunakan peta konsep ... 134


(7)

vii

lampiran D Hasil Analisis Data dan Angket Siswa

1. Hasil Uji Coba Tes PG Mengukur Pemahaman Konsep... 137

2. Hasil Uji Coba Tes PG mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 139

3. Hasil Uji Coba Tes Peta Konsep Mengukur Pemahaman Konsep Siswa ... 140

4. Hasil Uji Coba Tes Peta Konsep Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 142

5. Hasil Angket Siswa ... 144

Lampiran E Dokumentasi Pelaksanaan Tes PG dan Peta Konsep 1. Dokumentasi Pelaksanaan Tes PG ... 147

2. Dokumentasi Pelaksanaan Tes Peta Konsep ... 148

Lampiran F RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. RPP SMA Muhammadiyah Cilegon... 150

2. RPP SMA N 3 Cilegon ... 164

Lampiran G RIWAYAT HIDUP PENULIS... 169


(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting untuk menunjukkan kemajuan dan eksistensi suatu bangsa yang merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa. Salah satu kecakapan hidup (life skill ) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir (Depdiknas, 2003). Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai siswanya dan pelajaran apa yang masih menjadi masalah bagi siswanya, guru perlu mengukur secara akurat pencapaian siswanya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) evaluasi merupakan salah satu komponen pokok dalam proses pembelajaran. Tujuan evaluasi diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran dan melihat keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Jenis dan model evaluasi yang digunakan sangat beragam tergantung pada


(9)

2

jenis kompetensi, indikator hasil belajar yang ingin dicapai, materi pembelajaran dan tujuan penilaian itu sendiri. Teknik evaluasi dalam pembelajaran terus berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan kurikulum dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan (Sukardi, H.M., 2008).

Suatu alat evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku (Sukardi, H.M., 2008). Berdasarkan Permen Diknas No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang berisi prinsip penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu : sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan kriteria dan akuntabel.

Menurut Arikunto (2008), alat evaluasi digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas evaluasi atau mencapai tujuan evaluasi dengan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, alat evaluasi dapat dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi suatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.


(10)

3

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia proses (kerja ilmiah). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan dan dinamika (Depdiknas, 2006). Dalam materi pokok koloid yang mempunyai karakteristik konkrit artinya dapat dinyatakan dalam kehidupan nyata, tetapi ada juga materi koloid yang mempunyai karakteristik abstrak dengan contoh konkrit, sehingga merupakan materi sederhana dan tidak mengandung banyak kesulitan untuk siswa mempelajari materi koloid. Tetapi pada kenyataannya siswa terkadang mengalami kesulitan memahami materi koloid dengan baik. Hal ini juga berhubungan dengan banyaknya konsep dan contoh-contoh pada materi koloid. Alat evaluasi yang sesuai sangat dibutuhkan agar dapat memberikan hasil yang lebih akurat, karena adapula siswa yang sudah mampu menguasai konsep Koloid dengan baik tetapi mengalami kesulitan mengeksplanasinya. Sehingga dibutuhkan alat evaluasi yang sedikit verbal dan mampu membedakan antara siswa yang belajar secara hafalan dan yang belajar secara bermakna pada materi Koloid.

Peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi pendidikan (Dahar, 1996:132). Penilaian hasil belajar siswa dengan menggunakan peta konsep memang bukan merupakan hal yang baru dalam dunia


(11)

4

pendidikan. Novak (McClure et al., 1990) sebagai penggagas peta konsep, pada tahun 1970 menggunakan peta konsep untuk mengukur perubahan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep sains. Wallace dan Mintzes (McClure et al., 1990) mengungkapkan bahwa peta konsep baik untuk digunakan sebagai alat evaluasi dalam pendidikan.

Menurut Mui (2004) dibandingkan dengan metode penilaian lain, bagaimanapun, peta konsep yang lebih cepat, lebih langsung, dan jauh lebih sedikit verbal daripada esai atau jenis alat evaluasi tulis lain. Mui (Willerman & MacHarg, 1991) mengemukakan bahwa : “sifat visual peta konsep membantu siswa untuk mengatur kerangka kerja konseptual mereka”. Mui (White dan Gunstone ,1992) mencatat bahwa peta konsep menggambarkan banyak informasi tentang kualitas pembelajaran dan efektivitas pengajaran.

Penulis tertarik untuk meneliti penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa karena diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan (Ennis dalam Costa, 1985). Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami


(12)

5

asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi (Liliasari, 2005). Penggunaan peta konsep pada penelitian-penelitian sebelumnya telah terbukti efektif dalam beberapa keterampilan pemecahan masalah yang spesifik, sehingga penggunaan peta konsep dapat juga dimanfaatkan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SMA.

B. Identifikasi Masalah

Sejalan dengan pandangan yang telah dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Sejauh mana Peta Konsep dapat digunakan sebagai Alat Evaluasi Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Pokok Koloid”. Berdasarkan masalah di atas, pertanyaan penelitian terfokus pada :

1. Sejauh mana peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengukur pemahaman konsep siswa SMA pada materi pokok Koloid?

2. Sejauh mana peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi pokok Koloid?

3. Bagaimana persepsi siswa terhadap penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi pada materi pokok Koloid?


(13)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum ditujukan untuk meneliti peta konsep sebagai alat evaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa seperti disebutkan di bawah.

1. Mengetahui sejauh mana kegunaan peta konsep untuk mengukur pemahaman konsep siswa berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom pada materi pokok Koloid.

2. Mengetahui sejauh mana kegunaan peta konsep untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Koloid.

3. Mendapatkan gambaran persepsi siswa terhadap penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi pada materi pokok Koloid dengan indikator penjelasan sederhana.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain; 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan terobosan baru dalam penggunaan alat evaluasi peta konsep untuk mengukur tingkat pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA materi Koloid pada pelajaran Kimia.


(14)

7 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat:

a. Bagi siswa, meningkatkan pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan alat evaluasi yang paling sesuai dengan individu siswa itu sendiri.

b. Bagi Guru, akan menambah pengetahuan mengenai peta konsep sebagai alat evaluasi untuk mengukur persepsi konsep ilmu siswa pada materi Koloid.

c. Bagi Institusi Pendidikan sebagai bahan masukan pengembangan alat evaluasi peta konsep untuk mengukur persepsi konsep keilmuwan siswa agar proses pembelajaran kimia lebih berkualitas.

d. Bagi Peneliti Lain atau bidang sains yang lain perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi pada kondisi dan materi pelajaran tertentu.

3. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang seringkali dimunculkan seperti berikut ini :

1. Peta Konsep

Peta konsep merupakan alat pembelajaran dan juga alat evaluasi yang berbasis pada teori Ausubel tentang pembelajaran bermakna adalah diagram dua dimensi yang terdiri dari konsep-konsep dan kata


(15)

8

penghubung membentuk proposisi-proposisi dan hierarki dari konsep yang paling umum (inklusif) , terletak paling atas pada peta konsep. Kemudian diturunkan menjadi konsep-konsep yang kurang inklusif, lalu sampai pada konsep-konsep yang khusus dengan contoh (Dahar, 1996).

2. Evaluasi

Evaluasi adalah usaha untuk memberikan nilai terhadap hasil pengukuran. Evaluasi pembelajaran termasuk kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar. Selain itu, dengan evaluasi seorang guru juga akan mendapatkan informasi tentang materi yang telah ia gunakan, apakah dapat diterima oleh para siswanya, atau tidak (Sukardi, 2008). 3. Pemahaman Konsep

kemampuan siswa memahami dan menerapkan konsep-konsep koloid, baik konsep secara teori maupun penerapannya. Indikator pemahaman konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda dan peta konsep. 4. Keterampilan Berpikir Kritis

Di antara proses berpikir tingkat tinggi salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau


(16)

9

berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan (Ennis dalam Costa, 1985). Keterampilan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh siswa. Salah satu indikator berpikir kritis adalah keterampilan menganalisis. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis yang diukur pada penelitian ini, diantaranya : mengidentifikasikan, menghubungkan, memerinci, mencari struktur, dsb (Achmad, 2007).


(17)

50 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauh mana peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi Koloid, dengan menggunakan alat evaluasi lain yaitu pilihan ganda sebagai standar. Oleh karena penelitian ini sifatnya deskriptif maka tidak ada perlakuan khusus yang diberikan pada subjek penelitian, selama proses pembelajaran materi koloid pada masing-masing sekolah sesuai dengan RPP yang dikembangkan oleh masing-masing guru.

B. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 4 SMA di Cilegon Propinsi Banten, yaitu terdiri dari 2 SMA Negeri dan 2 SMA Swasta. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2010/2011. Subyek dalam penelitian ini adalah: siswa kelas XI IPA, 2 kelas dari SMA Negeri 1 Cilegon, 2 kelas dari SMA Negeri 3 Cilegon, 1 kelas dari SMA Muhammadiyah Cilegon dan 1 kelas dari SMA Al-Khairiyah 2 Cilegon dengan jumlah keseluruhan subjek penelitian 210 orang.


(18)

51 C. Prosedur dan Tahapan Penelitian 1. Prosedur Penelitian

Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Alur Penelitian Studi Pustaka

Keterampilan Berpikir Kritis

Peta Konsep Standar isi mata pelajaran

kimia SMA/MA

Analisis Konsep dan Bahan Ajar

Analisis Indikator Ketrampilan Berpikir

Kritis

Analisis Kriteria Peta Konsep

Penyusunan Instrumen

Validasi & Uji Coba soal

Tes Menggunakan Peta Konsep, Pilihan Ganda dan

Pengisian Angket

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

•Soal Peta Konsep

•Soal Pilihan Ganda

•Angket Siswa

Revisi Pemahaman

Konsep

Analisis Ranah Kognitif Pemahaman


(19)

52

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. melakukan observasi pendahuluan di sekolah-sekolah tempat penelitian untuk meminta perizinan pengambilan data kepada kepala Sekolah dan guru kimia;

b. menyepakati dengan guru tentang waktu pelaksanaan pengambilan data tes pilihan ganda dan peta konsep;

c. melakukan uji instrumen, yaitu dengan cara meminta pertimbangan dua orang sebagai penilai (judgement) instrumen yang akan digunakan, kemudian dilakukan uji soal pada salah satu kelas dari sekolah yang diteliti;

d. melakukan tes pilihan ganda di minggu pertama penelitian pada semua kelas dari empat sekolah tempat penelitian;

e. melakukan tes peta konsep di minggu kedua pada subjek yang sama dengan tes pilihan ganda dan pengambilan data angket pendapat siswa;

f. melakukan analisis data hasil observasi; g. menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

2. Tahapan Penelitian a. Tahap Persiapan

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah dengan studi literatur tentang peta konsep


(20)

53

sebagai alat evaluasi dan standar isi mata pelajaran Kimia dan buku-buku kimia untuk menganalisis konsep. Analisis konsep diawali dengan menentukan label konsep, defenisi konsep, jenis konsep, atribut konsep, hierarki konsep, membuat peta konsep yang akan dijadikan sebagai peta konsep standar untuk alat evaluasi pada penelitian, meliputi konsep-konsep yang relevan dengan menggunakan kata penghubung. Kemudian, dilakukan studi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis untuk menentukan indikator-indikator yang akan diujikan dalam soal pilihan ganda dan peta konsep.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan selama 2 minggu di mana pada minggu pertama melakukan tes pilihan ganda dan minggu kedua dilakukan tes peta konsep pada semua sekolah tempat penelitian. Penyebaran angket siswa dilakukan setelah tes peta konsep.

c. Tahap Analisis

Setelah pelaksanaan tes pilihan ganda maupun peta konsep pada semua sekolah tempat penelitian selesai dilaksanakan, kegiatan berikutnya adalah menganalisis data yang telah dikumpulkan, secara deskriptif. Hasil analisis data dilanjutkan dengan menyusun laporan hasil penelitian.


(21)

54 D. Instrumen Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, data yang dibutuhkan dari penelitian ini adalah :

1. Tes Tertulis

Tes tertulis berisi soal-soal yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa untuk materi koloid. Tes tertulis berupa soal pilihan ganda (lihat lampiran ) dan soal peta konsep (lihat lampiran) . Tes tertulis tersebut bertujuan untuk mengukur pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator.

a. Tes Pemahaman Konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa terhadap konsep yang diajarkan dalam bentuk pilihan ganda dan peta konsep. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C2 dan C3 yaitu pemahaman dan aplikasi untuk soal pilihan ganda dan untuk soal peta konsep. Butir soal tes pemahaman konsep dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan diujicobakan. Penskoran dilakukan dengan cara memberikan nilai 1 terhadap pilihan jawaban yang benar sedangkan nilai 0 untuk jawaban yang salah pada soal pilihan ganda dan nilai 1 pada pada soal bagian 1 dan nilai 2 pada bagian dua jika jawaban benar dan tepat dan nilai 1 jika jawaban benar tapi kurang tepat, dan 0 jika jawaban salah atau kosong


(22)

55

pada soal peta konsep. Rekapitulasi instrumen pemahaman konsep untuk soal pilihan ganda seperti pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Rekapitulasi instrumen pemahaman konsep soal pilihan ganda

Aspek kognitif Nomor Soal Jumlah soal

C2 1, 5, 6, 9, 11, 12, 16,17, 18, 20, 21,

11

C3 3, 7, 10, 14, 19, 24, 25,26, 29 9

Jumlah 20

Rekapitulasi instrumen pemahaman konsep untuk soal peta konsep seperti pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Rekapitulasi instrumen pemahaman konsep soal peta konsep

Aspek kognitif Nomor Soal Jumlah soal

C2 A1, B1, dan C1 3

C2 A2, B2, dan C2 3

C3 A3, B3, dan C3 (pemberian contoh pada peta konsep)

3


(23)

56 b. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes keterampilan berpikir kritis digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa dalam bentuk pilihan ganda dan peta konsep. Butir soal tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan diujicobakan. Peskoran terhadap jawaban siswa pada soal pilihan ganda dilakukan dengan cara memberikan nilai 1 sedang nilai 0 untuk jawaban salah pada soal pilihan ganda. Penskoran untuk soal peta konsep terlihat pada tabel 2.7. yaitu nilai 1 untuk masing-masing proposisi yang benar dan nilai 4 untuk hierarki yang benar. Rekapitulasi instrumen keterampilan berpikir kritis seperti pada tabel 3.3. berikut:

Tabel 3.3.

Rekapitulasi instrumen keterampilan berpikir kritis soal pilihan ganda No Indikator berpikir kritis Nomor

soal

Jumlah

1 memerinci komponen 4 1

2 mencari persamaan dan perbedaan 2 1

3 mengidentifikasi 8, 23, 28 3

4 mengidentifikasi alasan yang dinyatakan

13 1

5 menghubungkan pasangan yang paling sesuai

15, 30 2

6 menguraikan proses 22,27 2


(24)

57

Rekapitulasi instrumen keterampilan berpikir kritis untuk soal peta konsep seperti pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4.

Rekapitulasi instrumen keterampilan berpikir kritis soal peta konsep No Indikator berpikir kritis Nomor

soal

Jumlah 1 Mencari struktur konsep

A3,B3,C3 (pembuatan

proposisi, hierarki

dan pemberian

contoh)

3 2 Menghubungkan antar konsep

3 Mencari persamaan dan perbedaan

4 Memberi contoh

Jumlah 3

2. Lembar Angket

Angket digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa mengenai alat evaluasi peta konsep pada topik koloid, pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir kritis siswa (lihat lampiran).

E. Teknik Analisis Tes

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan sebaiknya tes tersebut diuji coba untuk


(25)

58

mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

1. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total yang diperoleh. Sebuah soal memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product moment Pearson seperti berikut; (Arikunto, 2002).

keterangan:

r = koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X dan Y xy X = Skor butir soal

Y = Skor total N = jumlah siswa

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(26)

59

Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

Tabel 3.5 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80< rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

xy

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut: (Sudjana, 2005)

2 1

2 xy xy

r N r

t

− − =

keterangan:

t = koefisien validitas dari uji t N = Jumlah siswa

rxy= Koefisien korelasi

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi


(27)

60

yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r keterangan:

r11 = koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan

2 1 2 1

r = koefesien korelasi antara soal ganjil dan genap

Harga dari 2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan

skor total untuk soal-soal nomor ganjil dan skor total untuk soal-soal nomor genap, menggunakan rumus korelasi product moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik) 0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11


(28)

61 3. Tingkat Kemudahan Soal

Tingkat kemudahan soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002).

N B

P =

keterangan:

P = Indeks kemudahan

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi untuk indeks kemudahan adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

Tabel 3. 7. Kategori Tingkat Kemudahan

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 Soal mudah

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)


(29)

62 A B

B B

A

A

P

P

J

B

J

B

D

=

=

keterangan:

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002) Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

F. Uji Coba Tes

Uji coba instrumen dilakukan pada salah satu SMA di Kota Cilegon yang siswanya telah melaksanakan pembelajaran materi Koloid. Selanjutnya dilanjutkan dengan pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda menggunakan ANATES V.4. Hasil uji coba tes penguasan konsep dengan soal pilihan ganda seperti pada Tabel 3.9.


(30)

63

Tabel 3.9

Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Soal Pilihan Ganda No

Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

2

Baik sekali

Sedang

Valid 5 0,77 Dipakai

4 Valid Dipakai

13 Valid Dipakai

15 Valid Dipakai

17 Valid Dipakai

3

Baik

Sedang Valid 6 Dipakai

6 Valid Dipakai

16 Valid Dipakai

19 Valid Dipakai

10 Mudah Valid Dipakai

18 Sukar Valid Dipakai

1

Cukup Sedang

Valid 6 Dipakai

5 Valid Dipakai

9 Valid Dipakai

12 Valid Dipakai

14 Valid Dipakai


(31)

64

Tabel 3.9

Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Soal Pilihan Ganda (lanjutan) No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

7 Jelek Sangat sukar Tidak valid

3 0,77

Tidak dipakai

8 Tidak

valid

Tidak dipakai

11 Sangat

mudah

Tidak valid

Tidak dipakai

Dari Tabel 3.9 di atas menunjukkan 20 item soal pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda 3 soal tidak dipakai sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 17 butir soal. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.77 termasuk dalam kategori baik atau tinggi.

Hasil uji coba tes keterampilan berpikir kritis dengan soal pilihan ganda seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Pilihan Ganda No

Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

3

Baik

sekali Sedang Valid 2

0,63 Dipakai 6

5

Baik Sedang Valid 2


(32)

65

Tabel 3.10

Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Pilihan Ganda (lanjutan) No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

1

Cukup

Sedang

Valid 3

0,63

2 Mudah

10 Sukar

4

Jelek Sangat sukar

Tidak valid 3

Tidak dipakai 8

9

Dari Tabel 3.10 di atas menunjukkan 10 item soal keterampilan berpikir kritis berbentuk pilihan ganda 3 soal tidak dipakai sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 7 butir soal. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.63 termasuk dalam kategori baik atau tinggi.

Hasil uji coba tes pemahaman konsep dengan soal peta konsep seperti pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Soal Peta Konsep No

Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

2

Baik Sedang Valid 3 0,88 Dipakai 3


(33)

66

Tabel 3.11

Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Soal Peta Konsep (lanjutan) No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

5

Cukup

Sedang

Valid 5

0,88 Dipakai 6 7 8 Sukar 9

1 Jelek Sangat mudah

Tidak valid 1

Tidak dipakai

Dari Tabel 3.11 di atas menunjukkan 9 item soal pemahaman konsep berbentuk peta konsep 1 soal tidak dipakai sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 8 butir soal. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.88 termasuk dalam kategori sangat baik atau sangat tinggi.

Hasil uji coba tes keterampilan berpikir kritis dengan soal peta konsep seperti pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12.

Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Peta Konsep No

Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

1

Baik Sedang Valid 5 0,62 Dipakai 3


(34)

67

Tabel 3.12.

Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Peta Konsep (lanjutan)

No Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan

5

Baik Sedang Valid

0,62 Dipakai 6

2 Jelek Sangat mudah

Tidak valid 1

Tidak dipakai

Dari Tabel 3.12. di atas menunjukkan 6 item soal keterampilan berpikir kritis berbentuk peta konsep 1 soal tidak dipakai sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 7 butir soal. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.62 termasuk dalam kategori baik atau tinggi.


(35)

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, permasalahan penelitian, temuan dan pembahasan sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peta konsep dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi koloid, terutama ranah kognitif pemahaman (C2) dan penerapan (C3).

2. Peta konsep dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis, terutama pada indikator penjelasan sederhana, seperti 1) mencari struktur konsep, 2) menghubungkan antar konsep, 3) mencari persamaan dan perbedaan antar konsep, dan 4) memberi contoh pada konsep-konsep sistem Koloid.

3. Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi mendapat persepsi yang positif dari para siswa.


(36)

95 B. Saran

Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa peta konsep memiliki potensi untuk digunakan sebagai alat evaluasi, tetapi untuk digunakan secara luas masih perlu pengkajian lanjut baik dari sisi penggunaannya maupun penerapannya pada materi yang lain.


(37)

96

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: mhtml:file://E:\Artikel Pendidikan Network [09 maret 2011].

Anderson W. Lorin and Krathwohl R. david. (2001). A Taxonomi for Learning, Teaching and Asessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. USA : Addison Wesley Longman.

Ausubel, D.P., Novak, J.D., and Hanesian, H. (1978). Educational Psychology: A Cognitive View. New York : Holt, Rhinehart and Winston.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumiaksara.

Barenholz, H. & Tamir, P. (1992). “A comprehensive use of concept mapping in design instruction and assessment”. Research in Science & Technological Education. 10(1), 37-52.

Brady, J.E. (1998) . General Chemistry Principles & Structure. New York : John Wiley & Sons, inc.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menegah.

Depdiknas. (2006). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ennis, R.H. (1985). "A Goal for Curriculum Critical Thinking " dalam Costa, A.L (1985), Developing minds : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia, USA : ASCD.

Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(38)

97

Howe, et. al. (1989). Teaching Critical Thinking Though Environmental Education. [Online] Tersedia : http://ericae.net/edo/ED3241193.htm [2 Maret 2010]

Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi PPS UPI, Bandung : tidak dipublikasikan.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Bandung: Makalah Pengukuhan Guru Besar FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Liliasari dan Ismunandar, (2004). Peta Konsep Kimia. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Masbied. (2010). Kelebihan dan Kekurangan Bentuk Soal dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia :http:// www_masbied_com.mht [30 Oktober 2010]

McClure, J.R., & Bell, P.E. (1990). Effects of an environmental education related STS approach instruction on cognitive structures of pre-service science teachers. University Park, PA: Pennsylvania State University. ERIC Document

Reproduction Services No. ED 341 582.

Mui, W. W. (2004). Assessing Primary Science Learning: Beyond Paper and Pencil Assessment. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 5, Issue 2, Article 8

Novak, J.D. (1990). Concept mapping: “A useful tool for science education”. Journal of Research in Science Teaching. 10, 923–949.

Novak, J.D., & Gowin, D.B. (1984). Learning how to learn. New York: Cambridge University Press.

Orin W. A and David R. K. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Ruiz-Primo, M. (2000). “On the Use of Concept Maps as an Assessment Tool in Science: What we have learned so far”. Revista Electrónica de Investigación Educativa. 2, 29–52.

Shavelson, R.J., and Ruiz-Primo, M.A. (2000). “On the Psychometrics of Assessing Science Understanding”. in Assessing Science Understanding: A Human Constructivist View; Novak, J., Mintzes, J., and Wandersee, J., Eds; Academic Press, California.

Slamento. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung: Rineka Cipta.


(39)

98

Sukardi, H. M. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta : Bumiaksara.

Sukiman, dkk. (2009). Penerapan penilaian Berbasis Kelas Melalui Penyusunan Peta Konsep untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep Kimia Siswa SMA. Yogyakarta : Makalah Penelitian Tindakan Kelas.

Surber, J.R. (1984). “Mapping as a Testing and Diagnosis Device”. In C.D. Holly & D.F. Dansereau (Eds.). Spatial learning strategy: Techniques, applications and related issues .(pp. 3–19). New York: Academic.

Soesanto, H., (2009). Pembelajaran Sistem Koloid dengan Multipel Representasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis. Bandung: SPs UPI:. Tidak diterbitkan.

Utami, B., dkk. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Penerbit

CV. HaKa MJ.

Trowbridge, J.E., & Wandersee, J.H. (1994). “Identifying Critical Junctures in Learning in a College Course on Evolution”. Journal of Research in Science Teaching. 31, 459–473.


(1)

67

Tabel 3.12.

Hasil Uji Coba Tes Berpikir Kritis Soal Peta Konsep (lanjutan)

No Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Valid Jumlah Reliabitas Keterangan 5

Baik Sedang Valid

0,62 Dipakai 6

2 Jelek Sangat mudah

Tidak valid 1

Tidak dipakai

Dari Tabel 3.12. di atas menunjukkan 6 item soal keterampilan berpikir kritis berbentuk peta konsep 1 soal tidak dipakai sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 7 butir soal. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.62 termasuk dalam kategori baik atau tinggi.


(2)

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, permasalahan penelitian, temuan dan pembahasan sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peta konsep dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi koloid, terutama ranah kognitif pemahaman (C2) dan penerapan (C3).

2. Peta konsep dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis, terutama pada indikator penjelasan sederhana, seperti 1) mencari struktur konsep, 2) menghubungkan antar konsep, 3) mencari persamaan dan perbedaan antar konsep, dan 4) memberi contoh pada konsep-konsep sistem Koloid.

3. Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi mendapat persepsi yang positif dari para siswa.


(3)

95 B. Saran

Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa peta konsep memiliki potensi untuk digunakan sebagai alat evaluasi, tetapi untuk digunakan secara luas masih perlu pengkajian lanjut baik dari sisi penggunaannya maupun penerapannya pada materi yang lain.


(4)

96

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: mhtml:file://E:\Artikel Pendidikan Network [09 maret 2011].

Anderson W. Lorin and Krathwohl R. david. (2001). A Taxonomi for Learning, Teaching and Asessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. USA : Addison Wesley Longman.

Ausubel, D.P., Novak, J.D., and Hanesian, H. (1978). Educational Psychology: A Cognitive View. New York : Holt, Rhinehart and Winston.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumiaksara.

Barenholz, H. & Tamir, P. (1992). “A comprehensive use of concept mapping in design instruction and assessment”. Research in Science & Technological Education. 10(1), 37-52.

Brady, J.E. (1998) . General Chemistry Principles & Structure. New York : John Wiley & Sons, inc.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menegah.

Depdiknas. (2006). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ennis, R.H. (1985). "A Goal for Curriculum Critical Thinking " dalam Costa, A.L (1985), Developing minds : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia, USA : ASCD.

Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(5)

97

Howe, et. al. (1989). Teaching Critical Thinking Though Environmental Education. [Online] Tersedia : http://ericae.net/edo/ED3241193.htm [2 Maret 2010]

Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi PPS UPI, Bandung : tidak dipublikasikan.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Bandung: Makalah Pengukuhan Guru Besar FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Liliasari dan Ismunandar, (2004). Peta Konsep Kimia. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Masbied. (2010). Kelebihan dan Kekurangan Bentuk Soal dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia :http:// www_masbied_com.mht [30 Oktober 2010]

McClure, J.R., & Bell, P.E. (1990). Effects of an environmental education related STS approach instruction on cognitive structures of pre-service science teachers. University Park, PA: Pennsylvania State University. ERIC Document

Reproduction Services No. ED 341 582.

Mui, W. W. (2004). Assessing Primary Science Learning: Beyond Paper and Pencil Assessment. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 5, Issue 2, Article 8

Novak, J.D. (1990). Concept mapping: “A useful tool for science education”. Journal of Research in Science Teaching. 10, 923–949.

Novak, J.D., & Gowin, D.B. (1984). Learning how to learn. New York: Cambridge University Press.

Orin W. A and David R. K. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Ruiz-Primo, M. (2000). “On the Use of Concept Maps as an Assessment Tool in Science: What we have learned so far”. Revista Electrónica de Investigación Educativa. 2, 29–52.

Shavelson, R.J., and Ruiz-Primo, M.A. (2000). “On the Psychometrics of Assessing Science Understanding”. in Assessing Science Understanding: A Human Constructivist View; Novak, J., Mintzes, J., and Wandersee, J., Eds; Academic Press, California.

Slamento. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung: Rineka Cipta.


(6)

98

Sukardi, H. M. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta : Bumiaksara.

Sukiman, dkk. (2009). Penerapan penilaian Berbasis Kelas Melalui Penyusunan Peta Konsep untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep Kimia Siswa SMA. Yogyakarta : Makalah Penelitian Tindakan Kelas.

Surber, J.R. (1984). “Mapping as a Testing and Diagnosis Device”. In C.D. Holly & D.F. Dansereau (Eds.). Spatial learning strategy: Techniques, applications and related issues .(pp. 3–19). New York: Academic.

Soesanto, H., (2009). Pembelajaran Sistem Koloid dengan Multipel Representasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis. Bandung: SPs UPI:. Tidak diterbitkan.

Utami, B., dkk. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan

Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Penerbit

CV. HaKa MJ.

Trowbridge, J.E., & Wandersee, J.H. (1994). “Identifying Critical Junctures in Learning in a College Course on Evolution”. Journal of Research in Science Teaching. 31, 459–473.