PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL SISWA PADA PRAKTIKUM AKUNTANSI : MYOB.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Defenisi Operasional ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ... 11

1. Latar Belakang ... 11

2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual... 14

3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 17

4. Prinsip Pembelajaran Kontekstual ... 19

5. Peranan Guru dalam Pembelajaran Kontekstual ... 22

6. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual ... 25

B. Pengajaran Berbasis Masalah Sebagai Salah Satu Strategi Pengajaran yang berasosiasi dengan Pembelajaran Kontekstual ... 34

C. Karakteristik Pembelajaran di SMK ... 41

D. Akuntansi Berbasis Komputer ... 44

E. Langkah-langkah Penyelesaian Soal Yang Sistematis ……….. 47

F. Penelitian yang Relevan ... 50

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A. Metode Penelitian... 53

B. Sampel ... 56

C. Instrumen Penelitian... 56

D. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 60

A. Deskripsi Hasil Penelitian Pendahuluan ... 60

1. Kondisi SMK Negeri I Subang ... 60

2. Penelitian Pendahuluan ... 61

B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ... 63

1. Deskripsi Perencanaan ... 63


(2)

3. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus Kedua ... 72

4. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus Ketiga ... 76

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Analisis Proses Pembelajaran dan Refleksi ... 80

1. Analisis Pada Siklus I... 80

a. Tindakan I ... 80

b. Observasi I ... 82

c. Refleksi I ... 83

2. Analisis Pada Siklus II ... 83

a. Tindakan II ... 83

b. Observasi II ... 85

c. Refleksi II ... 85

3. Analisis Pada Siklus III ... 86

a. Tindakan III ... 86

b. Observasi III ... 87

c. Refleksi III ... 87

B. Analisis Hasil Belajar ... 87

1. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Tahap I ... 87

2. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Tahap II ... 89

3. Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Tahap III ... 90

C. Analisis Tanggapan Siswa dan Guru ... 93

1. Analisis Tanggapan Siswa ... 93

2. Analisis Tanggapan Guru ... 94

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Keterbatasan Penelitian ... 100

C. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 103


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang mengutamakan pengembangan kompetensi siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu dan juga merupakan lembaga pendidikan yang mengupayakan untuk menghasilkan tenaga kerja pada tingkat menengah siap kerja yang memiliki keterampilan, terdidik, penuh kreativitas, dan memiliki wawasan yang luas dibidangnya, seperti yang dinyatakan dalam kurikulum SMK yaitu: 1) menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, 2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, mampu mengembangkan diri, 3) menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang, 4) menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

Sekolah Menengah Kejuruan dalam upaya mempersiapkan peserta didik yang dapat bekerja di bidang tertentu serta memiliki kompentensi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja yang terus mengalami perubahan. Penyempurnaan perubahan kurikulum 1994 yang sudah mengarah kepada pendidikan berbasis kompetensi (competency based education), terus disempurnakan lagi dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi pada tahun 2004.


(4)

Perubahan lain adalah diterbitkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan didesain oleh sekolah yang bersangkutan dengan mengacu kepada standar isi pendidikan (Peraturan menteri No.22 tahun 2006) dan Standar Kompetensi lulusan (Peraturan menteri No. 23 tahun 2006) adapun pelaksanaannya diatur dalam peraturan menteri No. 24 tahun 2006.

Secara khusus dapat dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan diarahkan pada mempersiapkan individu dengan pemahaman pekerjaan dari dunia kerja dan keterampilan mengerjakan pekerjaan dan juga pengetahuan praktis...”. Hal ini diperlukan kualitas lulusan/tamatan yang dapat memenuhi tuntutan profesional dunia kerja dan industri.

Salah satu program studi yang diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan adalah Akuntansi. Bidang kegiatan akuntansi pada era sekarang mengalami perkembangan sehingga pendefinisian akuntansi sendiri bergantung pada sudut pandang mana penekanannya. Akuntansi dipandang dari sudut fungsi atau kegunaannya merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi penting untuk penilaian jalannya perusahaan, sehingga memungkinkan pimpinan (manajemen) perusahaan atau pihak-pihak di luar perusahaan membuat pertimbangan-pertimbangan dan mengambil keputusan ekonomi yang tepat.

Perkembangan akuntansi ini dapat dilihat dari munculnya program MYOB accounting yang berfungsi mengotomatisasikan pembukuan secara lengkap, terperinci, dan akurat sehingga akan lebih memudahkan dalam membuat laporan


(5)

MYOB adalah sebuah program aplikasi (komputer) akuntansi yang dijalankan melalui Windows. Program aplikasi tersebut merupakan copyright dari MYOB Limited, sebuah perusahaan software yang berpusat di Amerika. Kata MYOB adalah singkatan dari Mind on Your Own Business yang artinya “Uruslah Urusanmu Sendiri” Program komputer akuntansi terpadu (integrated software) merupakan sebuah program yang dibuat untuk olah data akuntansi secara terpadu.

Program ini biasanya terdiri dari modul: General Ledger, Kas/Bank, Pembelian, Penjualan, Persediaan dan fasilitas untuk mencatat data pelanggan maupun pemasok. Modul tersebut bekerja secara terpadu (integrated) dengan tingkat koordinasi yang sangat tinggi sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh satu bagian akan berpengaruh terhadap modul yang lain.

Manfaat yang dirasakan dari memahami MYOB Accounting adalah kita dapat mengotomatisasikan pembukuan secara lengkap, terperinci, dan akurat. MYOB mudah dimengerti dan dipelajari. Begitu pula dengan fungsi-fungsi yang dimilikinya, terdefenisi dengan sangat jelas. Pada program MYOB telah disediakan modul-modul yang diperlukan untuk mengelola data akuntansi sehingga kita hanya mengoperasikannya. Selain memudahkan dalam menginput laporan keuangan, MYOB juga menjamin keamanan data. Kita bisa memproteksi file data kita sehingga tidak mungkin diubah oleh orang lain.

Namun, diantara banyaknya fungsi dari belajar akuntansi diperoleh hasil pembelajaran siswa yang kurang memuaskan atau siswa selalu merasa kesulitan jika ditanya tentang akuntansi, demikian pula halnya dengan MYOB accounting. Kesulitan siswa ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kurangnya sarana dan


(6)

prasarana belajar, kurangnya kuantitas dan rendahnya kualitas guru, metode dan pendekatan yang digunakan guru tidak sesuai, serta banyaknya materi yang sulit dipahami siswa.

Mengacu pada faktor-faktor di atas yang diduga menjadi penyebab rendahnya hasil yang diperoleh dalam pembelajaran akuntansi, tentu saja harus dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan hasil yang diperoleh siswa dalam mempelajari akuntansi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa diperoleh kesimpulan sementara bahwa salah faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari MYOB accounting adalah siswa tidak merasakan manfaat dari apa yang mereka pelajari di samping metode yang digunakan guru dalam mengajar terlalu monoton atau proses belajar mengajar terlalu didominasi oleh guru.

Untuk mengatasi kendala di atas, peneliti mencoba untuk menawarkan suatu model pembelajaran yang lebih berorientasi kepada kebutuhan dari lapangan. Model pembelajaran yang dimaksudkan adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan suasana pembelajaran dengan konteks di mana siswa berada.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar siswa, mencoba melakukan dan mengalami


(7)

sendiri (learning by doing). Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran, dalam implikasinya tentu saja memerlukan perencanaan (desain) pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL. Demikian pula dalam pelaksanaaan pembelajarannya menuntut profesionalisme guru untuk melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik CTL.

Guru yang profesional adalah guru yang mampu membuat rancangan persiapan mengajar sebagai pedoman umum yang siap untuk digunakan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Demikian juga guru profesional adalah yang memiliki kemampuan melaksanakan proses pembelajaran yang dapat memfasilitasi belajar siswa secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu guru yang profesional harus mampu menggunakan multi metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif.

Dikaitkan dengan CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dalam bidang studi akuntansi maka menuntut profesionalisme guru dalam hal: 1) bagaimana membuat perencanaan pembelajaran (persiapan) sebagai pedoman prinsip mampu memilih dan menggunakan metode dan media serta sumber pembelajaran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan CTL; 3) bagaimana bentuk dan jenis evaluasi yang harus dikembangkan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL; 4)


(8)

bagaimana dampak dari pendekatan CTL yang diterapkan terhadap aktivitas, kreativitas dan kebermaknaan belajar siswa.

Dalam penelitian ini, salah satu komponen dari strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning). Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Penelitian penerapan model pembelajaran pemecahan masalah pada praktikum akuntansi MYOB ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru SMK Negeri 1 Subang dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan demikian dampak yang diharapkan dari model pembelajaran pemecahan masalah adalah dapat membantu setiap siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian soal secara sistematis, sehingga siswa mencapai level pemahaman yang lebih tinggi dari kompetensi yang diharapkan.

Kondisi inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang Penggunaan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Siswa pada Praktikum Akuntansi MYOB di SMK Negeri 1 Subang.


(9)

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang difokuskan kepada pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah praktikum akuntansi MYOB siswa.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan pokok di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah “bagaimana kualitas kemampuan penyelesaian soal praktikum akuntansi MYOB siswa setelah memperoleh pembelajaran kontekstual?”. Selanjutnya dari rumusan masalah tersebut dijabarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana kualitas kemampuan penyelesaian soal siswa pada saat praktikum akuntansi MYOB disetiap akhir siklus dan keseluruhan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual?

2. Bagaimana kegiatan belajar praktikum akuntansi MYOB siswa selama pembelajaran kontekstual pada setiap siklus?

3. Bagaimana tanggapan guru tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB accounting?

4. Bagaimana tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB accounting?

C. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.


(10)

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian soal siswa dalam melakukan praktikum akuntansi MYOB sehingga bisa dijadikan tambahan referensi bagi SMK lain yang mempunyai kondisi yang sama.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas kemampuan penyelesaian soal siswa pada saat praktikum akuntansi MYOB disetiap akhir siklus dan keseluruhan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2. Untuk mengetahui kegiatan belajar praktikum akuntansi MYOB siswa selama pembelajaran kontekstual pada setiap siklus.

3. Untuk mengetahui tanggapan guru tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB accounting.

4. Untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB accounting.

D. Manfaat Penelitian

Temuan dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip umum penerapan CTL sebagai alternatif untuk


(11)

melaksanakan proses pembelajaran yang lebih efektif sesuai dengan semangat dan karakteristik pendekatan CTL.

Adapun beberapa manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagi siswa SMK, hasil penelitian ini memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa dapat menyelesaikan soal secara sistematis serta dapat diaplikasikannya dalam kehidupan atau bekerja.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pedoman umum sebagai alternatif untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk terwujudnya peningkatan mutu pendidikan.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber infromasi untuk melihat dan mengkaji pelaksanaa pendekatan CTL dalam ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

E. Definisi Operasional

Berikut ini dikemukakan penjelasan singkat beberapa istilah yang menjadi kajian utama dan ruang lingkup dari permasalahan:

1. Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdikbud, 2002).


(12)

Dalam penelitian ini pembelajaran kontekstual pemecahan masalah pada praktikum MYOB accounting peneliti kembangkan sebagai suatu pembelajaran yang membawa situasi nyata kehidupan sehari-hari siswa, berupa aktifitas manusia yang dikaitkan dengan topik akuntansi MYOB berupa soal-soal akuntansi yang aplikatif

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa adalah jawaban siswa terhadap soal-soal akuntansi yang dikembangkan peneliti dan dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dan pelajaran lain dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan tahapan pemecahan masalah yaitu; 1) orientasi siswa kepada masalah; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) membimbing penyelidikan individual dan kelompok; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Masalah praktikum MYOB accounting adalah soal-soal akuntansi yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata siswa maupun yang dikaitkan dengan pelajaran lain. Soal-soal praktikum MYOB accounting tersebut dikembangkan oleh peneliti sendiri.

4. Penyelesaian soal sistematis adalah menentukan langkah-langkah yang sistematis yang harus diambil dalam memecahkan suatu masalah.


(13)

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu peneliti ingin melihat gambaran apa adanya tentang suasana proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dengan menggunakan praktikum komputer akuntansi (MYOB). Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas (action research)

Penelitian tindakan merupakan model penelitian yang pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Dalam penelitian tindakan di kelas, daur refleksi merupakan syarat utama yang harus dilakukan oleh peneliti agar hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diinginkan. Prinsip daur ulang yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain: perencanaan, pelaksanaan tindakan dengan disertai observasi dan refleksi (Hopkins, 1993). Dengan mendaur ulang empat pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikan solusi yang berupa perencanaan, perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dengan disertai kegiatan observasi, lalu direfleksikan melalui diskusi balikan bersama peneliti dan guru sehingga menghasilkan suatu tindakan berikutnya.


(15)

Berikut ini adalah gambar dari langkah-langkah dalam siklus penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1993) sebagai berikut:

Gambar 3.1

Siklus Tindakan Model Kemmis dan Taggart

Adapun secara operasional, tahap-tahap dari masing-masing siklus yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan, termasuk didalamnya perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum merupakan penyusunan rancangan yang meliputi keseluruhan aspek terkait dengan PTK. Sedangkan perencanaan khusus

PLAN

ACT OBSERVE

REFLECT

ACT OBSERVE

REFLECT

REVISED PLAN

Siklus pertama terdiri dari: plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (refleksi).

Siklus kedua dan seterusnya, terdiri dari revised plan (revisi perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (refleksi)


(16)

merupakan penyusunan rancangan siklus per siklus. Oleh karenanya, dalam perencanaan khusus terdapat perancangan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan meliputi perumusan desain dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan proses pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang meningkat.

2. Pelaksanaan, merupakan realisasi dari suatu kegiatan, didalamnya berupa implementasi pembelajaran yang menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran terkait dengan perumusan dan implementasi desain dan strategi pembelajaran dalam meningkatkan efektifitas proses dan hasil pembelajaran.

3. Observasi, merupakan kegiatan monitoring yang dilakukan sendiri oleh peneliti dan/atau berkolaborasi dengan guru bidang studi terkait. Dalam kegiatan ini, pengamat mencatat peristiwa yang terjadi di kelas penelitian, yakni meliputi:situasi kelas, perilaku dan aktivitas siswa, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan serta kemampuan guru dalam menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran.

4. Refleksi, merupakan upaya evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator atau partisipan terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Dalam tahap ini, dilakukan diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Berdasarkan hasil refleksi ini, selanjutnya ditentukan suatu perbaikan tindakan (replanning). Perbaikan tindakan ini digunakan untuk fase berikutnya.


(17)

B. Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Negeri 1 Subang kelas XII akuntansi 3 di Kabupaten Subang.

C. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tes.

Tes yang digunakan dalam penelitian terdiri atas pretes dan postes. Pretes bertujuan untuk mengukur pemahaman dan kesiapan siswa sebelum pembelajaran dilakukan. Postes bertujuan untuk mengukur kompetensi siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.

2. Observasi partisipatif.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini , maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam penelitian ini yang diobservasi adalah proses belajar mengajar berupa aktivitas guru dan siswa serta fasilitas praktikum dan lingkungan belajar. 3. Wawancara.

Dalam wawancara, peneliti ingin menggali lebih dalam keterangan secara lisan dari seorang responden dengan cara bercakap-cakap dan berhadapan langsung dengan responden yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang akan diwawancara adalah guru dan siswa.


(18)

4. Studi dokumentasi.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh bukti-bukti secara fisik seperti foto-foto, tulisan, gambar.

5. Triangulasi.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik pengumpulan data dengan triangulasi juga berfungsi untuk menguji kredibilitas data.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data seperti yang diberikan Miles and Huberman dan Spradley. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga samapai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut.


(19)

Gambar 3. 2

Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman 1. Data reduction (reduksi data).

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama peneliti ke lapangan , maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (penyajian data).

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, grafik, bagan, hubungan antar kategori, dan flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman

Data collection

Data reduction

Data display

Conclusion drawing/verifying


(20)

(1984) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion drawing/verification.

Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara , dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


(21)

(22)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Proses Pembelajaran dan Refleksi

Analisis terhadap proses belajar mengajar dalam penelitian ini didasarkan pada tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas yang dimulai dari proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Secara umum perencanaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru mitra (guru praktikum akuntansi MYOB) seperti dalam hal menentukan kedalaman materi, soal tes, LKS, sedangkan renpel yang yang menggunakan model pembelajaran kontekstual peneliti sendiri yang menyusunnya dan setelah itu disosialisasikan kepada guru mitra sebelum memulai proses pembelajaran.

Sedangkan untuk tahap tindakan, observasi dan refleksi, berikut ini akan diuraikan per siklus.

1. Analisis pada siklus 1 a. Tindakan 1

Pada tindakan 1 proses belajar mengajar berpedoman kepada rencana pembelajaran yang telah disusun yaitu rencana pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual. Pada model pembelajaran kontekstual ini ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi tentang neraca saldo.


(23)

dengan cara menanyakan kepada siswa, kegiatan belajar selanjutnya yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pertanyaan apersepsi yang bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang pencatatan kelompok harta, kewajiban, Ekuitas, pendapatan dan beban dalam saldo normal.

Pada fase kedua, guru menyuruh siswa untuk membuka lembar kerja siswa yang sudah dibagikan. Kemudian guru menanyakan kepada siswa tentang nama perusahaan, jenis perusahaan, sistem akuntansi, jurnal umum, pajak penghasilan, periode akuntansinya. Dalam fase kedua ini guru melakukan dengan cara tanya jawab antara siswa dengan guru.

Pada fase ketiga, guru menyuruh siswa untuk membuka program MYOB versi 13. Dalam hal ini pada tahap ini praktikum program MYOB akan dimulai. Pada fase ini guru menjelaskan tentang tata cara membuka program MYOB yang terdiri dari tahap open, create, what’s new, explore dan exit. Guru menjelaskan kegunaan masing-masing tahapan. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa tentang tata cara membuat data perusahaan, tanggal, bulan dan tahun transaksi.

Pada fase keempat ini seharusnya perwakilan beberapa siswa untuk memberikan laporan atau mempresentasikan hasil programnya dengan siswa-siswa yang lain mencocokkan jawabannya. Tetapi hal ini tidak dilakukan karena keterbatasan waktu yang tersedia.

Pada fase kelima, guru memberikan kesimpulan secara umum tentang materi yang dipelajari dari tahap awal sampai tahap akhir dan diakhiri dengan kegiatan postes.


(24)

b. Observasi 1

Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar, peneliti melakukan observasi secara keseluruhan sebagai berikut: (1) pada saat membuka pelajaran guru sudah melakukan apersepsi namun belum

sampai kepada tahap menggali kemampuan awal siswa. Hal ini dapat dilihat dari setiap pertanyaan yang dilakukan oleh guru kurang dapat dipahami oleh siswa akibatnya pertanyaan yang diajukan oleh guru kadang-kadang dijawab sendiri oleh guru. Pada tahap ini juga guru belum memberikan motivasi, serta belum menjelaskan tujuan pembelajaran.

(2) Pada saat melakukan kegiatan pembelajaran guru sudah melakukan kegiatan tanya jawab kepada siswa setiap kali memulai materi baru. Namun pertanyaan-pertanyaan guru tidak disertai dengan pertanyaan penjelasan sehingga agak membingungkan siswa.

(3) Dalam melakukan kegiatan praktikum guru sudah memberikan bimbingan setiap kali siswa mendapatkan kesusahan. Tapi mengingat banyaknya siswa yang melakukan kegiatan praktikum sehingga waktu menjadi tersita akibatnya. Pada fase keempat yang berhubungan dengan presentasi siswa hasil karya siswa tidak dapat dilaksanakan.

(4) Pada pertemuan pertama ini juga guru belum mengaktifkan kegiatan diskusi kelompok. Dalam hal ini guru masih mendominasi kegiatan praktikum. Ini mungkin diakibatkan oleh kekurangpercayaan guru terhadap kemampuan siswa.


(25)

(5) Pada tahap terakhir guru sudah melakukan kesimpulan secara umum, namun belum mengajak siswa untuk melakukan kegiatan refleksi yang telah dilakukan mulai dari tahap 1 sampai tahap 4.

c. Refleksi 1

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kegiatan belajar mengajar pertemuan pertama, diambil tindakan antara lain:

(1) Pada saat membuka pelajaran sebaiknya guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti kegiatan parktikum secara serius karena manfaat yang dihasilkan dari mempelajari neraca saldo. Guru juga harus memberikan apersepsi secara mendalam yaitu dengan menggali kemampuan siswa terutama yang berhubungan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(2) Guru harus mengaktifkan diskusi kelompok dengan cara memberikan masalah yang harus didiskusikan agar pemahaman siswa semakin bagus. Hal ini dapat dilihat dari tidak dilakukannya kegiatan presentasi kelompok. (3) Guru juga harus lebih memperhatikan waktu yang tersedia.

(4) Pada fase terakhir guru harus melakukan kegiatan refleksi fase pertama sampai fase keempat. Ini ditujukan agar siswa lebih memahami dan mengingat tahapan-tahapan pembelajaran yang sudah dilakukan.

2. Analisis pada siklus 2 a. Tindakan 2

Seperti pada pertemuan pertama, pertemuan kedua juga berpedoman pada rencana pembelajaran yang telah disusun yaitu rencana pembelajaran yang


(26)

menggunakan model pembelajaran kontekstual. Dalam model pembelajaran kontekstual ini ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi dalam hal ini:

Pada fase pertama, guru memulai pembelajaran dengan melakukan kegiatan pretes. Selanjutnya siswa disuruh untuk duduk secara berkelompok dalam hal ini satu kelompok 4 siswa. Guru kemudian memulai pembelajaran dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu buku pembantu hutang dan buku pembantu piutang karena dengan mempelajari buku pembantu ini siswa akan mengetahui alokasi hutang kepada kreditor dan mengetahui tagihan perusahaan kepada tiap debitor.

Pada fase kedua, guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa untuk memasukkan data yang berhubungan dengan trade debtor. Pada tahap ini guru menunjukkan cara pada siswa untuk memasukkan data trade debtor seperti di LKS.

Pada fase ketiga, dengan berdiskusi secara berkelompok siswa memasukkan data trade creditors dengan dibimbing oleh guru.

Pada fase keempat ini guru meminta beberapa kelompok siswa melakukan kegiatan praktikum. Pada fase ini yang dipresentasikan adalah cara memasukkan data trade debtors dan trade creditors dengan dibimbing oleh guru. Kemudian kelompok siswa yang lain mencocokkan hasilnya.

Pada fase kelima guru melakukan refleksi dari fase pertama sampai fase keempat dan menyimpulkan hasil kegiatan praktikum. Pada fase ini diakhiri


(27)

b. Observasi 2

Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar, peneliti melakukan observasi secara keseluruhan sebagai berikut: (1) pada fase ini sudah melakukan apersepsi tapi pertanyaan yang diberikan oleh

guru belum begitu mendalam. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan apersepsi hanya 2 pertanyaan dan itupun tidak digali lagi secara mendalam.

(2) Pada saat memberikan pertanyaan guru masih belum memberikan pertanyaan susulan yang mengarah kepada jawaban pertanyaan akibatnya siswa masih bingung.

(3) Pada saat melakukan kegiatan presentasi karena ini pertama kali dilakukan suasana terlihat begitu gaduh seperti beberapa siswa yang mentertawakan kelompok yang melakukan kegiatan presentasi.

(4) pada fase kelima guru melakukan kegiatan refleksi dan menyimpulkan tapi tidak disertai dengan mengajak siswa untuk merefleksi dan menyimpulkan secara bersama-sama.

c. Refleksi 2

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kegiatan belajar mengajar pertemuan kedua, diambil tindakan antara lain:

(1) Guru harus lebih menggali lagi kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa dengan cara memberikan pertanyaan susulan.

(2) Guru harus mengkondisikan suasan kegiatan presentasi kelompok agar lebih kondusif.


(28)

(3) Guru harus mengajak siswa dalam melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan praktikum.

3. Analisis pada siklus 3 a. Tindakan 3

Seperti pada pertemuan pertama dan kedua, pertemuan ketiga juga berpedoman pada rencana pembelajaran yang telah disusun yaitu rencana pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual. Dalam model pembelajaran kontekstual ini ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi dalam hal ini inventory.

Pada fase pertama dilakukan kegiatan pretes, selanjutnya siswa duduk secara berkelompok. Kemudian guru memberikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi ini karena akan memberikan dampak nanti ketika mereka bekerja. Dalam hal ini inventory ini sangat berguna untuk mengetahui persediaan barang dagangan dalam perusahaan dagang.

Pada fase kedua guru sudah mulai memberikan masalah untuk melakukan kegiatan diskusi antara kelompok tentang masalah yang diberikan.

Pada fase ketiga guru sudah melakukan kegiatan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Pada fase guru sudah mulai melakukan kegiatan dengan memberikan satu contoh dan siswa secara berkelompok untuk mengerjakan materi selanjutnya.

Pada fase keempat guru menyuruh dua kelompok untuk melakukan presentasi hasil kegiatan kelompoknya dengan dibimbing oleh guru dan kelompok


(29)

Pada fase kelima, guru melakukan refleksi bersama-sama dengan siswa dan begitu pula bersama dengan siswa menyimpulkan kegiatan praktikum. Pada fase ini diakhiri dengan kegiatan postes.

b. Observasi 3

Hasil observasi secara keseluruhan diperoleh bahwa seluruh fase pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan percobaan praktikum MYOB telah berjalan sesuai dengan keinginan peneliti dan guru mitra.

c. Refleksi 3

Tindakan selanjutnya yaitu agar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual sebaiknya dipertahankan atau dikembangkan. B. Analisis Hasil Belajar

Analisis terhadap hasil belajar siswa didasarkan pada konversi skala 3 yang diadaptasi dari Wayan Nurkancana & Sumartana (1986:80) maka yang termasuk penilaian buruk (<6), sedang (6,1 – 8), dan baik (8,1-10).

1. Analisis Hasil Belajar Siswa pada Tahap I

Bila dilihat dari hasil pretes dan postes siswa pada pertemuan pertama, dapat dilihat bahwa dari empat puluh jumlah siswa pada kegiatan pretes yang memperoleh nilai buruk sebanyak 25 siswa, yang memperoleh nilai sedang 12 siswa dan 3 orang yang mendapatkan nilai bagus. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran secara umum diperoleh kenaikan dari semua siswa baik dari tingkat tinggi, rendah maupun sedang. Hasil postes diperoleh bahwa yang memperoleh nilai baik sebanyak 25 siswa, nilai sedang 10 sedangkan yang memperoleh nilai rendah sebanyak 5 orang. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini.


(30)

Tabel 5.1

Distribusi nilai siswa pada pertemuan pertama Kategori

Penilaian

Jenis Tes

Pretes (siswa) Postes (siswa) Rendah Sedang Tinggi 25 12 3 5 10 25

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa ada penambahan nilai secara umum dari setiap siswa dari pretes ke postes seperti pada siswa SAR, ketika ditanya tentang jika harta bertambah itu termasuk kedalam debet atau kredit. Pada pretes siswa SAR menjawab kredit setelah dilakukan pembelajaran dan diberikan postes siswa SAR sudah menjawab debet.

Sedangkan grafik rata-rata kenaikan dari pretes ke postes, berikut ini akan disajikan grafiknya. 5,12 8,07 6,595 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pre-Test Pos-test Rata-rata

Gambar 5.1.

Grafik peningkatan kemampuan penyelesaian soal siklus 1

Dari data pada lampiran tentang rekapitulasi nilai pretes dan postes siswa pada siklus pertama diperoleh bahwa rata-rata nilai pretes 40 siswa adalah 5,12


(31)

sedangkan rata-rata postesnya adalah 8,07. dalam hal ini presentasi kenaikannya adalah 29,5%

2. Analisis Hasil Belajar Siswa pada Tahap II

Bila dilihat dari hasil pretes dan postes siswa pada pertemuan kedua, dapat dilihat bahwa dari empat puluh jumlah siswa pada kegiatan pretes yang memperoleh nilai buruk sebanyak 24 siswa, yang memperoleh nilai sedang 13 siswa dan 3 orang yang mendapatkan nilai bagus. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran secara umum diperoleh kenaikan dari semua siswa baik dari tingkat tinggi, rendah maupun sedang. Hasil postes diperoleh bahwa yang memperoleh nilai baik sebanyak 31 siswa, nilai sedang 5 sedangkan yang memperoleh nilai rendah sebanyak 4 orang. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi nilai siswa pada pertemuan kedua Kategori

Penilaian

Jenis Tes

Pretes (siswa) Postes (siswa) Rendah

Sedang Tinggi

24 13 3

4 5 31

Untuk melihat grafik kenaikan rata-rata hasil prestes dan postes adalah sebagai berikut:


(32)

6,15

8,2 7,175

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pre-test Pos-test rata-rata

Gambar 5.2

Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah siklus 2

Dari data pada lampiran tentang rekapitulasi nilai pretes dan postes siswa pada siklus pertama diperoleh bahwa rata-rata nilai pretes 40 siswa adalah 6,15 sedangkan rata-rata postesnya adalah 8,20. Dalam hal ini presentasi kenaikannya adalah 20,5%.

3. Analisis Hasil Belajar Siswa pada Tahap III

Bila dilihat dari hasil pretes dan postes siswa pada pertemuan ketiga, dapat dilihat bahwa dari empat puluh jumlah siswa pada kegiatan pretes yang memperoleh nilai buruk sebanyak 20 siswa, yang memperoleh nilai sedang 14 siswa dan 6 orang yang mendapatkan nilai bagus. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran secara umum diperoleh kenaikan dari semua siswa baik dari tingkat


(33)

nilai baik sebanyak 40 siswa, nilai sedang 0 sedangkan yang memperoleh nilai rendah sebanyak 0 orang. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3

Distribusi nilai siswa pada pertemuan kedua Kategori

Penilaian

Jenis Tes

Pretes (siswa) Postes (siswa) Rendah

Sedang Tinggi

20 14 6

0 0 40

Untuk melihat grafik kenaikan rata-rata hasil prestes dan postes adalah sebagai berikut:

6,15

8,2 7,175

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pre-test Pos-test rata-rata

Gambar 5.3

Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah siklus 3

Dari data pada lampiran tentang rekapitulasi nilai pretes dan postes siswa pada siklus pertama diperoleh bahwa rata-rata nilai pretes 40 siswa adalah 6,40 sedangkan rata-rata postesnya adalah 9,17. Dalam hal ini presentasi kenaikannya adalah 27,7%


(34)

Kenaikan Rerata pada keseluruhan siklus:

1. Kualitas peningkatan kesiapan kemampuan pemecahan masalah dari data lampiran rekapitulasi tentang nilai pretes siswa pada tiap-tiap siklus diperoleh bahwa rerata nilai pretes 40 siswa adalah: (a) siklus pertama 5,12 ; (b) siklus kedua 6,15; dan (c) siklus ketiga 6,40.

5,12

;

;

6,15

6,4

0

1

2

3

4

5

6

7

Pretes ke-1

Pretes ke 2

Pretes ke-3

Gambar 5.4.

Grafik peningkatan kesiapan kemampuan pemecahan masalah

2. Kualitas peningkatan hasil belajar kemampuan pemecahan masalah dari data lampiran rekapitulasi nilai postes siswa pada tiap-tiap siklus diperoleh bahwa rerata postes 40 siswa adalah: (a) siklus pertama 8,07 ; (b) siklus kedua 8,20; dan (c) siklus ketiga 9,17.


(35)

Gambar 5.5 Grafik peningkatan hasil belajar kemampuan pemecahan masalah C. Analisis Tanggapan Siswa dan Guru

1. Analisis Tanggapan Siswa

Analisis terhadap pertanyaan yang diberikan berdasarkan hasil wawancara. Wawancara diberikan kepada 12 siswa (dalam hal ini siswa tinggi, sedang, dan rendah)

Analisis tanggapan siswa tentang pembelajaran MYOB dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada umumnya siswa menilai secara baik dan positif. Hal ini dilihat dari hasil wawancara terhadap beberapa

8,07 8,2

9,17

7,4 7,6 7,8 8 8,2 8,4 8,6 8,8 9 9,2


(36)

siswa, antara lain siswa “Vi” ketika ditanya tentang pandangannya terhadap praktikum MYOB siswa mengatakan bahwa” praktikum MYOB ini menyenangkan karena merupakan hal yang baru bagi saya sehingga saya harapkan pembelajaran yang saya terima dapat diterapkan pada saat terjun ke dunia kerja”. Jawaban ini juga diberikan kepada siswa yang lain baik dari kualitas sedang maupun tinggi yang sudah diwawancarai. Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa praktikum MYOB ini memberikan pengalaman baru bagi siswa dan ini sangat berharga bagi mereka untuk terjun ke dunia kerja nantinya.

Untuk pertanyaan yang berhubungan dengan tanggapan tentang kegiatan diskusi dalam praktikum MYOB, siswa “Wi” menjawab bahwa “kegiatan diskusi dalam kegiatan praktikum dapat membantu memahami kegiatan praktikum karena kami dapat melakukan diskusi dengan teman selompok jika mendapat masalah” begitupun dengan siswa dari kualitas tinggi dan rendah.

Ketika siswa ditanya tentang pembelajaran MYOB yang dihubungkan dengan dunia kerja, siswa menjawab “menarik, karena itu bisa dijadikan bekal untuk nanti bila sudah ke dunia kerja”.

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan diskusi dalam praktikum sangat membantu mereka dalam memahami materi pelajaran.

2. Analisis Tanggapan Guru

Analisis tanggapan guru dilakukan dengan beberapa pertanyaan, antara lain:


(37)

pembelajaran akuntansi bisa terprogram lebih baik. Demikian pula dengan pertanyaan tentang tanggapan guru tentang adanya kegiatan diskusi dalam praktikum MYOB, guru menjawa bisa diterapkan untuk memberikan pengalaman baru bagi siswa, karena dengan diskusi siswa bisa menemukan permasalahan-permasalahan yang nantinya mereka temukan pemecahannya sendiri.

Sedangkan pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran MYOB yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, guru menjawab” itu sangat bagus karena siswa dapat memahami pentingnya atau manfaat dari belajar MYOB ketika mereka lulus nanti.

Dari wawancara terhadap guru di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum guru mendukung kegiatan praktikum dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.


(38)

Tabel.4.1 Matriks Penelitian N

O

TUJUAN PENELITIAN TEORITIS TEMUAN

LAPANGAN

KESIMPULAN SARAN

A Untuk mengetahui kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa pada saat praktikum akuntansi MYOB disetiap akhir siklus dan keseluruhan pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran konstektual.

Ibrahim,M & Mohammad ,N (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pasca Sarjana UNESA, University press Johnson, E.B (.2002). Contextual Teaching and Learning. What It Is and Why It Is Here to Stay, Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc

Wiriaatmadja, R.(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya

Nurhadi.(2003).

Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

Selama ini guru dalam mengajar terlalu menoton dan berorientasi kepada guru sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi berkurang.

Secara keseluruhan kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa pada saat praktikum akuntansi MYOB disetiap akhir siklus dengan pembelajaran kontestual sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus yaitu pada siklus pertama presentasi kenaikan rata-ratanya 29,5%, pada siklus kedua 20,5% dan pada siklus ketiga 27,7%.

Model pembelajaran ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih menyempurnakan kualitas model pembelajaran kontekstual

Model pembelajaran kontekstual ini dapat digunakan untuk materi-materi lain.


(39)

KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

B Untuk mengetahui kegiatan belajar praktikum akuntansi MYOB siswa selama pembelajaran

kontekstual pada setiap siklus.

Johnson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning: What it is Here to Stay, Thousand Oaks, Califirnia: Corwin Press, Inc.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: rosda Karya

Nurhadi. (2003).

Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Somantri, H. (2005). Memahami Akuntansi SMK Seri B Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi. Bandung: Penerbit Armico.

Fasilitas praktikum seperti komputer yang sudah memadai namun belum maksimal karena jumlahnya yang terbatas Guru masih menggunakan metode mengajar yang monoton termasuk belum pernah mengajarkan metode pembelajaran kontekstual.

Kegiatan belajar praktikum akuntansi MYOB siswa selama pembelajaran kontekstual pada setiap siklus sangat baik dan terlihat siswa sangat aktif dalam mengikuti kegiatan praktikum. Walaupun pada tahap pertama belum

berjalan sesuai dengan yang direncanakan tetapi pada siklus kedua dan ketiga kegiatan pembelajaran menjadi semakin lebih baik. Hal ini karena penggunaan model kontektual semakin sesuai dengan yang diharapkan.

Fasilitas praktikum seperti komputer harus lebih diperbanyak agar setiap siswa dapat melakukan praktikum dengan 1 orang a komputer

Guru dapat melakukan perencanaan dan

manajemen kelas dengan baik agar proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.

C Untuk mengetahui tanggapan guru tentang

Format wawancara awal dan akhir terhadap guru.

Pada wawancara awal dengan guru diperoleh

Kesan dan tanggapan guru tentang penggunaan model

Guru perlu mempelajari model pembelajaran


(40)

penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB.

bahwa guru masih memiliki kesulitan dalam mengajarkan MYOB agar mudah dipahami oleh siswa.

pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB akuntansi sangat menarik karena lebih menonjolkan kepada kemampuan dan aktivitas siswa dibandingkan dengan dengan

pembelajaran biasa yang didominasi oleh guru.

kontekstual agar dapat dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar.

D Untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran montekstual dalm praktikum MYOB.

Format wawancara awal dan akhir terhadap guru.

Siswa secara umum memiliki kesulitan dalam mempelajari MYOB. Hal ini karena MYOB merupakan program baru yang mereka kenal.

Kesan dan tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB akuntansi secara umum sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan siswa yang sangat senang dengan kegiatan praktikum, diskusi kelompok yang nantinya dapat digunakan dalam dunia kerja.

Siswa dapat diberikan materi yang lebih berorientasi kepada kehidupan sehari-hari siswa agar siswa menjadi lebih termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, J.(2001).Mengupas Tuntas MYOB Accounting MultiCurrency. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Brooks, J.G., and Brooks, M.G. (1993). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development

Dewey, J.(1966). Democracy and Eduction: An Introduction to the Philosophy of Education. New York: Free Press

Gardner, H.(1993). Multiple Intelligences:The Theory in Practice: A Reader. New York: Basic Books

Ibrahim, M., & Mohamad, N.(2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA, University Press

Johari.(2004). Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Tesis PPs UPI: Tidak diterbitkan

Johnson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It Is Here to Stay, Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc

Mahmudi, A.(2006.). MYOB Accounting & Premier. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Meloeng, J.(2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Nurhadi.(2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

KBK.Malang: Universitas Negeri Malang

Somantri, H.2005.Memahami Akuntansi SMK Seri B. Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Program Keahlian Akuntansi. Bandung: Penerbit Armico Somantri, H.(2004). Memahami Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang

SMK Tingkat 1 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Bandung: Penerbit Armico

Suryatna, R.(2005). Komputerisasi Akuntansi dengan MYOB. Bandung: Penerbit Infromatika


(42)

Syaodih, N.(2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya

The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, March (2002). Center for the Study and Teaching of At-Risk Student (C-STARS), University of Washington, College of Education, 4725-30th Avenue NE., Seattle, Washington 98105

Wiriaatmadja, R.(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya


(1)

pembelajaran akuntansi bisa terprogram lebih baik. Demikian pula dengan pertanyaan tentang tanggapan guru tentang adanya kegiatan diskusi dalam praktikum MYOB, guru menjawa bisa diterapkan untuk memberikan pengalaman baru bagi siswa, karena dengan diskusi siswa bisa menemukan permasalahan-permasalahan yang nantinya mereka temukan pemecahannya sendiri.

Sedangkan pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran MYOB yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, guru menjawab” itu sangat bagus karena siswa dapat memahami pentingnya atau manfaat dari belajar MYOB ketika mereka lulus nanti.

Dari wawancara terhadap guru di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum guru mendukung kegiatan praktikum dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.


(2)

Tabel.4.1 Matriks Penelitian N

O

TUJUAN PENELITIAN TEORITIS TEMUAN

LAPANGAN

KESIMPULAN SARAN

A Untuk mengetahui kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa pada saat praktikum akuntansi MYOB disetiap akhir siklus dan keseluruhan pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran konstektual.

Ibrahim,M & Mohammad ,N (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pasca Sarjana UNESA, University press Johnson, E.B (.2002). Contextual Teaching and Learning. What It Is and Why It Is Here to Stay, Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc

Wiriaatmadja, R.(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya

Nurhadi.(2003).

Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

Selama ini guru dalam mengajar terlalu menoton dan berorientasi kepada guru sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi berkurang.

Secara keseluruhan kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa pada saat praktikum akuntansi MYOB disetiap akhir siklus dengan pembelajaran kontestual sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus yaitu pada siklus pertama presentasi kenaikan rata-ratanya 29,5%, pada siklus kedua 20,5% dan pada siklus ketiga 27,7%.

Model pembelajaran ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih menyempurnakan kualitas model pembelajaran kontekstual

Model pembelajaran kontekstual ini dapat digunakan untuk materi-materi lain.


(3)

KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

B Untuk mengetahui kegiatan belajar praktikum akuntansi MYOB siswa selama pembelajaran

kontekstual pada setiap siklus.

Johnson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning: What it is Here to Stay, Thousand Oaks, Califirnia: Corwin Press, Inc.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: rosda Karya

Nurhadi. (2003).

Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Somantri, H. (2005). Memahami Akuntansi SMK Seri B Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi. Bandung: Penerbit Armico.

Fasilitas praktikum seperti komputer yang sudah memadai namun belum maksimal karena jumlahnya yang terbatas Guru masih menggunakan metode mengajar yang monoton termasuk belum pernah mengajarkan metode pembelajaran kontekstual.

Kegiatan belajar praktikum akuntansi MYOB siswa selama pembelajaran kontekstual pada setiap siklus sangat baik dan terlihat siswa sangat aktif dalam mengikuti kegiatan praktikum. Walaupun pada tahap pertama belum

berjalan sesuai dengan yang direncanakan tetapi pada siklus kedua dan ketiga kegiatan pembelajaran menjadi semakin lebih baik. Hal ini karena penggunaan model kontektual semakin sesuai dengan yang diharapkan.

Fasilitas praktikum seperti komputer harus lebih diperbanyak agar setiap siswa dapat melakukan praktikum dengan 1 orang a komputer

Guru dapat melakukan perencanaan dan

manajemen kelas dengan baik agar proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.

C Untuk mengetahui tanggapan guru tentang

Format wawancara awal dan akhir terhadap guru.

Pada wawancara awal dengan guru diperoleh

Kesan dan tanggapan guru tentang penggunaan model

Guru perlu mempelajari model pembelajaran


(4)

penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB.

bahwa guru masih memiliki kesulitan dalam mengajarkan MYOB agar mudah dipahami oleh siswa.

pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB akuntansi sangat menarik karena lebih menonjolkan kepada kemampuan dan aktivitas siswa dibandingkan dengan dengan

pembelajaran biasa yang didominasi oleh guru.

kontekstual agar dapat dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar.

D Untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran montekstual dalm praktikum MYOB.

Format wawancara awal dan akhir terhadap guru.

Siswa secara umum memiliki kesulitan dalam mempelajari MYOB. Hal ini karena MYOB merupakan program baru yang mereka kenal.

Kesan dan tanggapan siswa tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam praktikum MYOB akuntansi secara umum sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan siswa yang sangat senang dengan kegiatan praktikum, diskusi kelompok yang nantinya dapat digunakan dalam dunia kerja.

Siswa dapat diberikan materi yang lebih berorientasi kepada kehidupan sehari-hari siswa agar siswa menjadi lebih termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, J.(2001).Mengupas Tuntas MYOB Accounting MultiCurrency. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Brooks, J.G., and Brooks, M.G. (1993). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development

Dewey, J.(1966). Democracy and Eduction: An Introduction to the Philosophy of Education. New York: Free Press

Gardner, H.(1993). Multiple Intelligences:The Theory in Practice: A Reader. New York: Basic Books

Ibrahim, M., & Mohamad, N.(2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA, University Press

Johari.(2004). Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Tesis PPs UPI: Tidak diterbitkan

Johnson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It Is Here to Stay, Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc

Mahmudi, A.(2006.). MYOB Accounting & Premier. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Meloeng, J.(2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Nurhadi.(2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

KBK.Malang: Universitas Negeri Malang

Somantri, H.2005.Memahami Akuntansi SMK Seri B. Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Program Keahlian Akuntansi. Bandung: Penerbit Armico Somantri, H.(2004). Memahami Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang

SMK Tingkat 1 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Bandung: Penerbit Armico

Suryatna, R.(2005). Komputerisasi Akuntansi dengan MYOB. Bandung: Penerbit Infromatika


(6)

Syaodih, N.(2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya

The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, March (2002). Center for the Study and Teaching of At-Risk Student (C-STARS), University of Washington, College of Education, 4725-30th Avenue NE., Seattle, Washington 98105

Wiriaatmadja, R.(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya