PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS.

(1)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

MOTTO ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 12

D. Definisi Operasional ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 17

A. Definsi Pendekatan Kontekstual ... 18

B. Teori-Teori Belajar yang Mendukung ... 21

C. Landasan Pembelajaran Kontekstual ... 25

D. Konsep Pembelajaran Kontekstual ... 27

E. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 28

F. Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 30

G. Skenerio Pembelajaran Kontekstual ... 33

H. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 34

I. Konsep Pembelajaran Menulis ... 38

J. Hakikat Menulis ... 42

K. Penilaian Kemampuan Menulis ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 68

A. Metode Penelitian ... 68

B. Langkah-Langkah Penelitian R & D ... 69

C. Studi Pendahuluan ... 72

D. Perencanaan dan Pengembangan Model ... 74

E. Uji Coba Terbatas danUji Coba Luas ... 77

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 80

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 85

H. Analisis Data ... 87 xii


(2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 89

A. Hasil Penelitian ... 89

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 90

a. Kondisi Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Saat ini ... 92

b. Model Desain Pembelajaran Kontekstual ... 122

2.Hasil Uji Coba Terbatas ... 129

3. Hasil Uji Coba Luas ... 161

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 226

1. Kondisi Awal Pembelajaran Bahasa Indonesia Saat ini ... 227

2. Model Desain Pembelajaran Kontekstual ... 231

3. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual ... 234

4. Efektifitas Model Pembelajaran Kontekstual ... 243

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kontekstual ... 246

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 251

A. Simpulan ... 251

B. Rekomendasi ... 254

DAFTAR PUSTAKA ... 257

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 261

LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan

Konvensional ... 29 3.1 SK-KD dan Indikator Materi ... 76 3.2 Rencana Pelaksanaan Model Pembelajaran Kontekstual .... 77 4.1 Distribusi Jumlah Responden... 91 4.2 Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Guru ... 95 4.3 Persepsi Guru tentang Kondisi Pembelajaran Bahasa

Indonesia pada Studi Pendahuluan (lampiran 2) ... 3 4.4 PandanganSiswa tentang Kondisi Pembelajaran Bahasa

Indonesia pada Studi Pendahuluan (lampiran 3) ... 8 4.5 Aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran

kontekstual pada uji coba terbatas (lampiran 12) ... 100 4.6 Aktivitas Siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

kontekstual pada uji coba terbatas (lampiran 13) ... 108 4.7 Analisis statistik deskriptif hasil belajar siswa pada uji

coba terbatas ... 153 4.8 Hasil Pengujian statistik uji t pada uji coba terbatas ... 154 4.9 Uji signifikansi pada uji coba terbatas pretes-postes semua

siklus ... 154 4.10 Hasil uji coba terbatas antar postes di semua siklus ……… 159 4.11 Uji signifikansi pada uji coba terbatas antarpostes... 160 4.12 Aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran

kontekstual pada uji coba luas pertama (lampiran 12) ... 102 4.13 Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

kontekstual pada uji coba luas pertama (lampiran 13) ... 110 4.14 Analisis statistik deskriptif pada uji coba luas di SMAN 2

Sintang ... 171 4.15 Hasil Pengujian statistik uji t pada uji coba luas di SMAN

2 Sintang ... 172 4.16 Uji signifikansi pretes dn postes pada uji coba luas di

SMAN 2 Sintang... 172 4.17 Pengujian statistik uji t antarposts di SMAN 2 Sintang ... 178 4.18 Uji signifikansi antarpostes di SMAN 2 Sintang... 178 4.19 Aktivitas guru pada uji coba luas kedua di SMAN 1

Sintang (lampiran 12) ... 104 4.20 Aktivitas Siswa pada uji coba luas kedua di SMAN 1

Sintang (lampiran 13) ... 112 4.21 Analisis statistik deskriptif pada uji coba luas di SMAN 1

Sintang ... 189 4.22 Hasil Pengujian statistik uji t pada uji coba luas di SMAN

1 Sintang ... 190 4.23 Uji signifikansi pretes dn postes pada uji coba luas di

SMAN 1 Sintang... 190 xiv


(4)

4.24 Hasil Pengujian statistik uji t pada uji coba luas di SMAN

1 Sintang ... 195 4.25 Uji signifikansi antarpostes di SMAN 1 Sintang... 196 4.26 Aktivitas guru pada uji coba luas ketiga di SMAN 3

Sintang (lampiran 12) ... 106 4.27 Aktivitas siswa pada uji coba luas ketiga di SMAN 3

Sintang (lampiran 13) ... 114 4.28 Analisis statistik deskriptif hasil belajar siswa pada uji

coba luas di SMAN 3 Sintang... 207 4.29 Hasil Pengujian statistik uji t pada uji coba luas di SMAN

3 Sintang ... 208 4.30 Uji signifikansi pretes dn postes pada uji coba luas di

SMAN 3 Sintang... 208 4.31 Pengujian statistik uji t antarposts di SMAN 3 Sintang ... 213 4.32 Uji signifikansi antarpostes di SMAN 3 Sintang... 214 4.33 Analisis statistik deskriptif hasil belajar siswa pada uji

coba luas pada tiga kelompok sekolah ... 216 4.34 Pengujian statistik uji t pada semua kelompok sekolah pada

uji coba luas ... 217 4.35 Uji signifikansi pretes-postes pada uji coba luas di semua

kelompok sekolah ……….. 217

4.36 Pengujian statistik antarpostes semua sekolah pada uji coba

luas ... 222 4.37 Uji signifikansi antar postes tiga sekolah pada uji coba

luas... 223 4.38 Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada

tiga peringkat sekolah dalam uji coba luas ... 225


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik halaman

4.1 Perbandingan hasil pretes dan postes hasil belajar siswa

pada uji coba terbatas ... 159 4.2 Perbandingan hasil belajar siswa pretes dan postes pada

uji coba luas di SMAN 2 Sintang ………. 177 4.3 Perbandingan hasil belajar siswa pretes dan postes pada

uji coba luas di SMAN 1 Sintang ………. 195 4.4 Perbandingan hasil belajar siswa pretes dan postes pada

uji coba luas di SMAN 3 Sintang ………. 213 4.5 Perbandingan hasil belajar siswa antara pretes-postes

pada uji coba luas pada tiga sekolah ……… 222


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan halaman

3.1 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 72 4.1 Desain Pembelajaran sebagai sustu proses yang bersifat

linier ... 122 4.2 Perencanaan desain pembelajaran kontekstual ... 124 4.3 Draf model akhir pembelajaran kontekstual... 150


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 : Kisi-Kisi Kegiatan Penelitian ... 1

2. Lampiran 2 : Angket Pra Survey untuk Guru ... 3

3. Lampiran 3 : Angket Pra Survey untuk siswa ... 8

4. Lampiran 4 : Silabus ... 12

5. Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 15

6. Lampiran 6 : Kisi-kisi instrumen soal ... 34

7. Lampiran 7 : Soal-soal pre-tes dan pos-tes ... 38

8. Lampiran 8 : Rubrik Penilaian Menulis Karangan, Aktivitas Diskusi, Wawancara, dan Teks Pidato ... 60

9. Lampiran 9 : Data Tabulasi Nilai Hasil Belajar ... 67

10. Lampiran 10: Hasil pengolahan data ... 80

11. Lampiran 11 : Pedoman wawancara ... 90

12. Lampiran 12 : Hasil dan Pedoman observasi Aktivitas Guru ... 94

13. Lampiran 13 : Hasil dan Pedoman observasi Aktivitas Siswa... 102

14. Lampiran 14 : Jadwal Penelitian ... 116

15. Lampiran 15 : Foto-foto penelitian ... 117 16. Keputusan Direktur SPs UPI tentang Pembimbing Tesis

17. Surat Permohonan izin mengadakan Penelitian dari SPs UPI 18. Rekomendasi Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang 19. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SMAN 1 Sungai

Tebelian

20. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SMAN 2 Sintang 21. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SMAN 1 Sintang 22. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SMAN 3 Sintang


(8)

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan dan perkembangan dalam kehidupan masyarakat global yang terjadi secara terus menerus menuntut perbaikan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi sumber daya manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, ahklak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olah raga, dan prilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi yang harus dimilki oleh peserta didik.

Salah satu instrumen yang berperan dalam pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003).

Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Rancangan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada para pelaksana pendidikan dalam proses pembimbingan perkembangan


(10)

siswa. Implementasi kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu interaksi yang bertujuan dan digerakkan oleh siswa dan guru. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran selayaknya membawa peserta didik mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Demikian pula yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pendekatan dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai suatu keterampilan tertentu terutama kemampuan menulis. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas siswa dalam belajar adalah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2008:255).

Berdasarkan konsep tersebut terdapat tiga hal yang dapat dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi sehingga proses belajar berorientasi pada pengalaman siswa secara langsung. Siswa diharapkan tidak hanya menerima pelajaran saja, akan tetapi melalui proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL dapat mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan sehari-hari. Bagi siswa, materi yang disampaikan selain bermakna secara fungsional, juga


(11)

akan tertanam erat dalam memori siswa dan tidak mudah untuk dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Pembelajaran kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa memahami materi yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilaku dalam kehidupan nyata. Pengetahuan dan kemampuan seorang guru dalam menerapkan suatu model yang tepat sangat diperlukan, karena ketercapaian suatu kompetensi tidak terlepas dari implementasi proses pembelajaran yang efektif dan efesien.

Hakikat kontekstual adalah untuk membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Siswa memiliki (response potentiality) yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah sangat mendasar bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan potensi kodrati ini sehingga siswa terlatih menangkap makna dari materi yang diajarkan.

Persepsi sebagian siswa selama ini menganggap pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang membosankan, apalagi tentang aspek menulis yang sering diberi tugas membuat sebuah karangan. Hal ini ditandai dengan kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis. Salah satu jenis keterampilan produktif dalam pengajaran bahasa Indonesia adalah keterampilan menulis. Selama ini siswa sering diajarkan dengan model pembelajaran yang konvensional, sehingga siswa merasa jenuh dengan materi yang dipelajari. Hal tersebut dapat terjadi karena penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi, dan terbatasnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan model yang tepat untuk membangkitkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.


(12)

Kurangnya motivasi siswa dalam belajar akan berimbas kepada rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut.

Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia seyogyanya diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai alat komunikasi. Sebagaimana diketahui, bahwa sekarang ini orientasi pembelajaran bahasa berubah dari penekanan pada pembelajaran aspek bentuk ke pembelajaran yang menekankan pada aspek fungsi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses negosisasi pesan dalam suatu konteks atau situasi.

Kompetensi menulis yang harus dimiliki peserta didik dalam pembelajaran menulis, menjadikan pembelajaran ini dikemas dengan perencanaan yang baik, karena kompetensi menulis merupakan aplikasi pemikiran yang disertai aspek-aspek bahasa dan teknik penulisan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kiri ( rasio, logika, intelektualitas) serta belahan otak kanan (emosi, seni, dan keindahan). Untuk itu perlu menggabungkan antara keduanya. Gabungan antara kemampuan intelektualitas, wawasan dan pengetahuan yang diramu dengan stabilitas emosi, kegembiraan, kenyamanan, semangat, gairah, serta imajinasi, akan menghasilkan tulisan yang berbobot dan mempunyai estetika tertentu. Menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dikembangkan dengan latihan secara berkelanjutan. Menulis merupakan upaya untuk melatih berpikir lebih baik


(13)

dan dengan demikian ia juga merupakan latihan terus-menerus untuk memelihara akal sehat, dan menulis tidaklah gampang jika hanya satu atau dua kali mencoba.

Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis (Tarigan, 2008:9). Biasanya program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut: (a) Membantu para siswa bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan penulis. (b) Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan. (c) Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis. (d) Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara yang penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas. Peck & Schulz 1969 ( Tarigan, 2008 : 67).

Kemampuan menulis karangan bagi siswa masih jauh dari apa yang diharapkan. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Tarigan ”berbagai tulisan dalam surat kabar menyatakan bahwa kemampuan menulis para pelajar sangat lemah”. ”Di Perguruan Tinggi, para dosen mengeluh bahwa mahasiswa kurang terampil menulis paper, makalah, apalagi menulis skripsi”.

Para guru Bahasa Indonesia selama ini dalam memberikan pelajaran menulis selalu menekankan pada substansi atau isi karangan dan bahasa sebagai alat penyampai gagasan. Siswa hanya dibebabani dengan substansi karangan dan dalam waktu yang bersamaan mereka harus berpikir tentang bahasa yang benar


(14)

dalam membuat paragraf tersebut. Persoalan bahasa dalam dunia tulis-menulis bukanlah persoalan yang sederhana tetapi menyangkut keruntutan struktur pola kebahasaan yang berupa keruntutan dalam penyampaian gagasan dan hal-hal yang bersifat teknis: ejaan, diksi, sistematika, struktur kalimat, koherensi antar paragraf dan lain-lain. Agar suatu gagasan tersebut dapat melahirkan tulisan yang utuh dibutuhkan keterampilan menulis secara khusus.

Berbagai fenomena di atas mengindikasikan adanya kekeliruan dalam proses pembelajaran menulis dengan model yang kurang tepat akan berimbas kepada rendahnya hasil belajar siswa dalam hal kemampuan menulis. Kekeliruan dalam pembelajaran menulis menurut Alwasilah (2005:47) karena ”siswa lebih banyak diajarkan tata bahasa dan teori menulis dan sedikit sekali berlatih menulis”. Siswa tidak memiliki keberanian dalam menulis dan tidak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat kontekstual. Guru cenderung menilai hasil akhir karangan dan tidak terfokus kepada kualitas dan ketepatan gramatikal bahasa yang digunakan. Para siswa pun menganggap bahwa tugas mereka hanyalah memproduksi sebuah karangan sedangkan tugas guru adalah memberi nilai. Bagi siswa, menulis dianggap sebagai kegiatan tersendiri dan hanya dibaca oleh guru saja.

Menyikapi kondisi di atas, dapat dipahami bahwa inovasi dalam proses pembelajaran menulis sudah menjadi suatu keharusan. Hal tersebut memerlukan tindakan nyata dari guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam implementasi kurikulum di sekolah. Guru dituntut agar selalu mengevaluasi diri dan melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan, mencarikan berbagai solusi demi


(15)

tercapainya hasil pembelajaran yang lebih optimal. Dalam rangka itulah penulis mencoba melakukan upaya penyempurnaan pembelajaran menulis dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan kemampuan siswa.

Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran menulis di atas dapat dilakukan dengan uji coba setiap model dalam pembelajaran menulis, agar dapat membangkitkan motivasi, menumbuhkan minat dan kreativitas imajinasi dalam mengekspresikan gagasan siswa. Dengan memiliki keterampilan menulis yang baik diharapkan para siswa dapat mengembangkan kreativitas sehingga mampu menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaian informasi secara tertulis dengan tepat sesuai dengan konteks yang berlangsung.

Beberapa hasil temuan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pembelajaran kontekstual, antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Anwar Aulia tahun 2008 dalam tesisnya yang berjudul ” Efektivitas Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran IPS Geografi Kelas VIII MTs. Negeri 10 Jakarta ”. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah Penerapan model CTL dalam pembelajaran IPS Geografi, dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Baik guru dan peserta didik merespon positif dalam pembelajaran IPS Geografi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Bahri pada tahun 2008, dalam tesis yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Emosional Dan Spritual Siswa SMA Kota Tanjungpinang”. Hasil penelitian menghasilkan beberapa


(16)

kesimpulan. Model pembelajaran kontekstual hasil pengembangan ini cukup efektif dalam meningkatkan kualitas emosional dan spiritual siswa pada pembelajaran PAI. Efektivitas yang tinggi dalam meningkatkan kualitas emosional dan spiritual menjadi lebih baik untuk siswa dengan peringkat sekolah yang semakin baik.

Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Subhan pada tahun 2008 yang berjudul “Implementasi Pendekatan CTL pada Pembelajaran Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Di Sekolah Dasar” dengan metode penelitian tindakan kelas di SD Negeri Pontang 2 Kecamatan Pontang, menghasilkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.

Memperhatikan beberapa temuan dari hasil penelitian terdahulu seperti yang diungkapkan di atas maka peneliti berkeyakinan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat juga diterapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia terutama untuk meningkatkan keterampilan menulis pada peserta didik. Pembelajaran contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi pilihan dalam meningkatkan kemampuan menulis bagi peserta didik, karena pendekatan ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi menulis yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya


(17)

mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekatan pembelajaran yang lebih tepat dalam proses pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba merumuskan judul penelitian ”Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemapuan Menulis” suatu Penelitian dan Pengembangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang, maka masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik pada pelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan suatu model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, termasuk proses pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek keterampilan menulis, maka mata pelajaran tersebut harus memiliki keunggulan tersendiri dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran.

Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang ditunjang oleh penggunaan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengubah perilaku (behavior changes) siswa. Perilaku siswa yang diharapkan dapat berubah meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.


(18)

Tujuan pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah perilaku (behavior) peserta didik. Perilaku siswa yang diharapkan dapat berubah mencakup: (1) domain perilaku pengetahuan; (2) domain perilaku sikap; dan (3) domain keterampilan. Dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen perilaku yang harus berubah melalui pendidikan meliputi: knowledge dan ideas, values dan attitudes, norms dan skills, understanding dan translation, ditambah dengan goals dan confidence.

Inti dari tujuan pendidikan pada dasarnya adalah perubahan prilaku. Unsur-unsur perubahan perilaku merujuk kepada apa yang diketahui (knowledge), apa yang dapat mereka lakukan (skills), apa yang mereka rasakan/pikirkan (attitudes) dan apa yang dapat mereka kerjakan (action). Unsur-unsur perubahan prilaku mengacu pada pada perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang, seperti halnya yang diungkapkan oleh Bloom bahwa faktor utama yang mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran berada pada perencanaan pembelajaran, implementasi pembelajaran, dan hasil yang akan dicapai oleh siswa.

Pembelajaran saat ini lebih banayak menekankan pada siswa agar belajar aktif, siswa dituntut untuk dapat mencari dan menemukan informasi sesuai dengan tuntuan kebutuhan dirinya. Hal ini untuk memberikan kemandirian kepada siswa dan dapat disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, sehingga perolehan pengalaman belajarnya pun akan berbeda sesuai dengan kecepatan mereka memahami materi yang diberikan.


(19)

dalam proses pembelajaran, bahwa untuk melaksanakan pembelajaran seorang guru harus mampu merancang model pembelajaran dengan baik sehingga pada pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan konteks nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pengembangan model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kontekstual. Pengembangan model pembelajaran dilakukan pada dasarnya adalah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan dengan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang akan ditampilkan dalam prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengembangan pembelajaran kontekstual pada tingkat SMA dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada aspek keterampilan menulis, sehingga diharapkan sebagai siswa lulusan Sekolah Menengah Atas telah memiliki bekal keterampilan dasar dalam menulis berbagai ragam tulisan yang bermanfaat dalam kehidupan nyata.

Dasar pertimbangan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan masih adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Dalam praktik pada proses pembelajaran di lapangan sering terjadi pergeseran peran guru lebih mendominasi sebagai pemberi ilmu (pengajar) dibandingkan dengan perannya sebagai fasilitator yang mampu membimbing, membangkitkan dan mengarahkan anak kepada aktivitas dan pengoptimalan kemampuan diri. Oleh karena itu melalui penelitian model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan kegiatan pembelajaran dapat lebih berpusat pada kebutuhan siswa.


(20)

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukanan dalam latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?”

Secara khusus rumusan masalah tersebut di atas dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis saat ini ?

2. Bagaimana model desain Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia?

3. Bagaimana pelaksanaan pengembangan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?

4. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran kontekstual yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan variabel yang mendukung masalah penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,


(21)

yaitu variabel independen (variabel bebas), yaitu: pembelajaran kontekstual dan variabel dependen (variabel terikat), yaitu: kemampuan menulis.

Definisi operasional dimaksud sesuai dengan Variabel independen dan dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Kontekstual.

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL adalah suatu konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan konteks kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang mereka pelajari.

Tugas guru dalam proses pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.

Dalam pembelajaran siswa diharapkan mampu menghubungkan isi subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian untuk menemukan makna. Sistem pembelajaran CTL terdiri dari komponen: membuat keterkaitan yang bermakna; melakukan pekerjaan yang berarti; melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; bekerja sama; berpikir kreatif dan kritis; membantu individu untuk


(22)

tumbuh dan berkembang; pencapaian standar yang tinggi; menggunakan penilaian autentik.

2. Kemampuan Menulis.

Kemampuan menulis pada hakikatnya adalah kemampuan menuangkan suatu gagasan atau buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil, Byrne (Slamet, 2007:141). Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008:22). Sementara Menurut Akhadiah, dkk (2003:2), menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan dalam beberapa tahap, yakni tahap pra penulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Berdasarkan pendapat di atas maka yang dimaksud dengan kemampuan menulis adalah suatu proses kemampuan seseorang dalam menuangkan ide atau gagasan, perasaan secara cermat ke dalam bentuk tulisan melalui lambang-lambang grafologi, struktur bahasa, kosakata, dan struktur kalimat dan paragraf yang berisikan pesan atau informasi dengan tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.


(23)

E Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas X Semester II pada mata pelajaran bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Sintang. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kondisi pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis saat ini.

2. Menemukan model desain Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis pada mata Bahasa Indonesia.

3. Mengetahui pelaksanaan pengembangan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

4. Memperoleh data empiris tentang efektivitas model Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat paraktis.

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keterampilan berbahasa pada aspek menulis. Model pembelajaran yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dan


(24)

memberikan sumbangan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran menulis. Hal ini penting bagi keperluan kajian teoritis mengingat masih langkanya bahan referensi yang membahas tentang pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam mengembangkan keterampilan menulis siswa di sekolah.

2. Manfaat Secara Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang relevan, terutama bagi peningkatan profesional guru dalam menyusun dan mengembangkan perangkat kurikulum dan pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Bagi guru

Pengembangan model pembelajaran kontekstual yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dijadikan pegangan guru, sebagai salah satu model alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik di SMA. b. Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini bermanfaat dalam melakukan pembinaan kemampuan guru dalam merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran .

c. Bagi Peneliti

Peneliti sendiri dapat memperoleh pengalaman praktis dari penelitian dan efektivitas model pembelajaran sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan akademik dalam bidang pengembahgan kurikulum di lapangan.


(25)

68 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengembangkan suatu produk berupa model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dalam dalam meningkatkan kemampuan menulis pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMA di kabupaten Sintang.

Dalam upaya mengembangkan model tersebut sangat diperlukan data-data dan informasi sebagai bahan analisis dari objek yang diteliti baik internal maupun eksternal, serta sebagai dasar pembuatan rancangan dan pengembangan model yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Educational Research and Development (R and D) yaitu penelitian yang disebut Research Based Development. Pengembangan berbasis penelitian merupakan strategi yang memberi harapan dalam menghadapi upaya peningkatan pendidikan, karena penelitian dan pengembangan adalah metode untuk mengetahui realitas pembelajaran yang terjadi saat ini dan dikembangkan untuk dapat dioperasionalkan.

Siklus penelitian dan pengembangan meliputi studi hasil-hasil penelitian untuk mengembangkan produk, melakukan uji lapangan, dan terakhir memperbaiki produk tersebut berdasarkan temuan lapangan. Hal ini sesuai pendapat Sugiyono (2008:407), “untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisa kebutuhan dan untuk menguji


(26)

kefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut”.

Berdasarkan langkah-langkah yang dilaksanakan, maka penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal, yaitu selalu mendasarkan pada kegiatan secara berulang-ulang.

Borg & Gall (1989:782) dalam bukunya Educational Research mengemukakan “ Educational research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational product”. Produk pendidikan yang dihasilkan dalam hal ini tidak hanya berupa objek fisik seperti teksbook tetapi dapat pula berupa prosedur dan proses seperti metode mengajar. Strategi pengembangan model yang digunakan adalah penggabungan prosedur ilmiah (research) yang bersifat tindakan dan pengembangan.

B. Langkah-Langkah Penelitian R & D

Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:

1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi) meliputi: review literatur, melakukan observasi lapangan, membuat persiapan laporan. Review literatur yang dilakukan untuk penentuan wilayah pengetahuan mana yang dapat dilakukan untuk menunjang pengembangan model pembelajaran.

2. Planning (perencanaan), termasuk didalamnya: merencanakan desain pembelajaran, menentukan tujuan-tujuan yang diharapkan, menetapkan


(27)

langkah-langkah yang harus dilakukan, dan uji kelayakan dalam skala kecil yaitu uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kompetensi menulis siswa.

3. Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk model awal), yakni menyusun model pembelajaran kontekstual yang meliputi: membuat persiapan bahan pembelajaran, bahan pegangan, media, dan alat evaluasi. 4. Preliminary field testing (melakukan pengujian lapangan awal) yang

melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah terbatas. Data yang diperoleh melalui observasi, angket dan tes, kemudian dianalisis.

5. Main product revision (melakukan revisi produk); sesuai saran dan temuan dari lapangan maka dilakukan perbaikan terhadap uji coba model pendahuluan dalam hal ini mengenai implementasi pengembangan model pembelajaran kontekstual.

6. Main field testing (melakukan pengujian lapangan) yang dikenal dengan uji coba model lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak. Data kuantitatif berupa pretest dan post-test dikumpulkan dan hasilnya di evaluasi sesuai dengan tujuan uji coba luas.

7. Operasional product revision (Revisi produk operasional): dilakukan perbaikan sesuai saran dan hasil-hasil pengujian. Perbaikan dilakukan berdasarkan pada hasil uji coba model lebih luas yang dilakukan peneliti berkolaborasi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk menghasilkan bentuk model pembelajaran kontekstual yang ideal.


(28)

8. Operasiona field testing (melakukan pengujian lapangan operasional) yakni uji coba model dengan melibatkan lebih banyak lagi sekolah dan subjek. Pada langkah ini dikumpulkan data dari angket, observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Final product revision (revisi produk akhir): dilakukan perbaikan berdasarkan pada hasil uji coba model operasional dan uji coba model lebih luas.

10.Dessimination and distribution (diseminasi dan distribusi) yaitu penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model.

Menurut Sukmadinata, (2008: 167) mengatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya adalah: Pertama, metode deskriptif, yang digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kedua, metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Ketiga, metode eksperimen yang digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan

Bagi peneliti pada jenjang S2 dalam penyusunan tesis, Sukmadinata, (2008 : 187) menyatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian hasil. Hasil atau dampak dari penerapan model sudah ada, baik pada uji terbatas maupun uji coba lebih luas karena selama pelaksanaan pembelajaran ada tugas-tugas yang dilakukan siswa juga dilaksanakan test akhir setiap pokok bahasan. Hasil penilaian tugas dan test akhir tiap pokok bahasan bisa dipandang sebagai hasil atau dampak dari


(29)

penerapan model.

Dari kesepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall di atas, hanya tujuh langkah yang diadaptasikan dalam penelitian ini, yaitu langkah pertama sampai langkah ketujuh, kemudian dikelompokkan menjadi 3 (tiga) langkah pokok yang telah dimodifikasi, yaitu : (1) studi pendahuluan; (2) Pengembangan model; dan (3) Pengujian model Sukmadinata (2008:189). Sesuai dengan langkah pokok yang telah dimodifikasi, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

C. Studi pendahuluan

Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah, pertama studi kepustakaan, kedua survai lapangan, dan ketiga penyusunan produk awal atau draf model pembelajaran kontekstual. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

PENGEMBANGAN PENGUJIAN

STUDI PENDAHULUAN Studi pustaka Studi lapangan Ujicoba Terbatas Ujicoba lebih luas Perencanaan Desain Model Model Pembelajaran Kontekstual Penyusunan draf

awal desain model Hasil

kajian literatur dan studi

lapangan Uji Kelayakan

Model Draf Awal Model Pembelajaran Kontekstual


(30)

mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain dari itu studi kepustakaan dapat juga merupakan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang berkenaan dengan pembelajaran kontekstual dalam aspek keterampilan menulis. Pada tahap ini dilakukan penjajagan pra survey yang bersifat deskriptif dan tidak untuk menguji hipotesis. Melalui tahap pra survey ini mengungkap jawaban pertanyaan apa, bagaimana, berapa bukan pertanyaan mengapa, dimana tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel bukan informasi tentang individu-individu. (Nana Sudjana & Ibrahim, 2009:74)

Survei lapangan dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pengembangan model pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan di sekolah. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan wawancara, studi dokumenter, pengisian lembar observasi siswa dan guru pada saat sedang berlangsung proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan meliputi aspek siswa, seperti : kemampuan, sikap, motivasi, dan minat belajar bahasa pada aspek keterampilan menulis. Hal lainnya adalah persepsi, motivasi, dan keterampilan guru dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan draf model yang telah dibuat, faktor-faktor pendukung dan penghambat pembelajaran seperti : sarana, media, dan sumber-sumber belajar yang diperlukan.

Berdasarkan pada data yang didapat dari hasil survai lapangan dan mengacu pada dasar-dasar teori atau konsep yang disimpulkan dari hasil studi


(31)

kepustakaan, maka peneliti menyusun draf awal model produk yang dikembangkan, yaitu model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa SMA kelas X semester dua.

D. Prencanaan dan Pengembangan Model

Berdasarkan hasil kajian yang diperoleh pada tahap studi pendahuluan, maka langkah selanjutnya adalah perencanaan dan penyusunan draf model. Kegiatan pada tahap ini berkaitan dengan perumusan tentang tujuan penggunaan draf desain produk, sasaran dan deskripsi tentang komponen-komponen desain atau proses penggunannya. Beberapa kegiatan yang dikembangkan pada tahap perencanaan adalah: Pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang berorientasi kepada pembelajaran kontekstual. Kedua, pengembangan materi ajar, media, dan metode, dan sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran kontekstual. Ketiga merumuskan bagaimana mekanisme pelaksanaan pembelajaran kontekstual. Keempat, menyusun instrumen penilaian. Kelima, menentukan partisipasi guru dan peneliti dalam mengembangkan pembelajaran kontekstual. Keenam, menentukan bagaimana prosedur penilaian yang akan dilakukan. Ketujuh, melakukan uji kelayakan desain pembelajaran yang telah disusun.

Rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, dan Indikator untuk aspek keterampilan menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang SMA kelas X semester 2 yang menjadi bahan acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(32)

Tabel : 3.1 Bahan Materi Pembelajaran yang Diteliti

No Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 1. Mengungkapk

an informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato

1. Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif

1.Mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentatif 2. Menyusun kerangka

paragraf argumentatif 3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentatif 4. Menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu dengan denikian, oleh sebab itu, dll.)dalam paragraf argumentatif

5. Menyunting paragraf argumentatif yang ditulis teman 2. Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif

1. Mendaftar topik- topik yang dapat dikembangkan

menjadi paragraf

argumentatif berdasarkan hasil penelitian

2. Menyusun kerangka paragraf persuasif

3. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf persuasif

4. Menggunakan kata penghubung antarklausa (karena, jika, kalau, seperti, dll.)dalam paragraf


(33)

persuasif

5. Menyunting paragraf persuasif yang ditulis teman

3. Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat

1. Menentukan topik

2. Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) 3. Mencatat pokok-pokok

informasi yang diperoleh dari wawancara

4. Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar

4. Menyusun teks pidato

1. Menyusun teks pidato

berdasarkan kerangka dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami

2. Menyunting Teks pidato

Kegiatan berikutnya adalah implementasi atau pelaksanaan dari draf model sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan ini dilakukan melalui uji coba model secara terbatas dan uji coba lebih luas. Rencana pelaksanaan Model Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa adalah sebagai berikut :


(34)

Tabel : 3.2 Rencana Pelaksanaan Model Pembelajaran Kontekstual Tahapan

Pembelajaran Kegiatan

Tahap awal/Pembuka

1. Menumbuhkan minat siswa terhadap kompetensi yang akan dicapai melalui pembelajaran

2. Membangkitkan motivasi serta semangat belajar siswa 3. Membentuk sikap positip siswa terhadap materi

pelajaran yang bersangkutan.

Pengkondisian

1. Mengkonsentrasikan siswa 2. Menjelaskan tujuan Pembelajaran 3. Membuat kelompok

Inti

1. Aktualisasi skenerio pembelajaran dengan penyampaian materi dengan menerapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual

2. Mengarahkan kerjasama kelompok 3. Memfasilitasi pembelajaran

Tahap akhir

1. Melakukan refleksi atas proses pembelajaran yang sudah berlangsung

2. Mengadakan Evaluasi E. Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Lebih Luas

Setelah selesai kegiatan pada tahap pertama Studi Pendahuluan, kegiatan dilanjut dengan tahap kedua, yaitu uji coba pengembangan produk pembelajaran kontekstual. Dalam tahap ini ada dua langkah, langkah pertama melakukan uji coba terbatas pada satu sekolah, dan langkah kedua melakukan uji coba lebih luas pada tiga sekolah. Uji coba terbatas bertujuan melihat ketepatan dengan menilai kualitas implementasi model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis.

Dalam penelitian ini, rencana uji coba dalam skala terbatas dilakukan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sungai Tebelian dengan mengambil sampel pada


(35)

kelas X semester dua. Sebelum pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan terlebih dahulu peneliti mengadakan diskusi dengan guru Bahasa Indonesia untuk membicarakan bagaimana sebaiknya pelaksanaan kegiatan uji coba tersebut dilakukan. Kerangka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun mengikuti format yang berlaku di sekolah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam KTSP, tetapi segi-segi yang dikembangkan dan langkah-langkah pembelajarannya mengikuti acuan dalam draf model pembelajaran kontekstual.

Selama kegiatan pembelajaran pada uji coba terbatas dan uji coba luas, peneliti melakukan pengamatan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mencatat hal-hal yang penting yang dilakukan guru baik kebaikannya maupun kelemahan, kesalahan, dan penyimpangannya dengan menggunakan pedoman observasi. Selain kegiatan guru, pencatatan dan pengamatan juga dilakukan terhadap respon, aktivitas, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh siswa. Selesai satu pertemuan, peneliti mengadakan diskusi dengan guru untuk membicarakan atau mengevaluasi tentang kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran kontekstual yang telah berlangsung. Berdasarkan masukan-masukan yang diberikan, guru mengadakan perbaikan dan revisi terhadap bagian-bagian tertentu terhadap pelaksanaan Pembelajaran. Demikian juga peneliti sendiri memberikan catatan penyempurnaan terhadap draf model pembelajaran yang digunakan. Kegiatan uji coba terbatas ini terus dilanjutkan sampai beberapa siklus dengan pola kegiatan yang sama. Setelah beberapa putaran dilakukan dan


(36)

masukan-masukan untuk perbaikan RPP atau Draf model pembelajaran tidak ada lagi, maka kegiatan uji coba terbatas dapat dihentikan (Sukmadinata, 2008: 186).

Selesai uji coba terbatas, peneliti mengadakan pertemuan dengan guru untuk membahas temuan-temuan dan melakukan penyempurnaan desain produk terkhir untuk persiapan pelaksanaan uji coba luas. Evaluasi pembelajaran dilakukan terhadap proses dan hasil belajar.

Uji coba luas dilakukan dengan mengambil sampel sekolah dan guru yang lebih banyak lagi. Dalam penelitian ini pelaksanaan uji lebih luas dilakukan di tiga sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Sintang, SMA Negeri 2 Sintang, dan SMA Negeri 3 Sintang. Ketiga sekolah yang menjadi subjek penelitian ini diambil dengan tiga kategori, yaitu sekolah yang berkategori tinggi, sedang, dan rendah. Pemilihan kategori sekolah ini berdasarkan hasil penilaian akreditasi sekolah oleh Badan Akreditasi Sekolah, nilai hasil UAN pada dua tahun pelajaran terakhir, dan animo masyarakat terhadap kemajuan sekolah tersebut. Pelaksanaan uji coba luas ini mengambil sampel sebanyak tiga kelas di kelas X semester dua dan masing-masing sekolah adalah satu kelas. Bahan ajar di sesuaikan dengan silabus dalam kurikulum yang berlaku. Proses pelaksanaannya sama dengan kegiatan yang dilakukan pada uji coba terbatas. Selama kegiatan uji coba, peneliti mengamati berbagai kelebihan, kekurangan, kelemahan, dan penyimpangan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran, peneliti mengadakan pertemuan untuk memperbaiki draf model yang diujikan untuk disempurnakan jika masih terdapat kekurangan atau kelemahannya. Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil


(37)

pembelajaran dengan membandingkan hasil pretes dan postes. F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Beberapa teknik yang dilakukan untuk memperoleh data tentang pengembangan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis, yaitu teknik wawancara, pengisian angket, kegiatan observasi, analisis dokumen, teknik tes hasil belajar dengan menerapkan prites dan postes. Sementara alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembaran pedoman wawancara, lembaran angket, pedoman observasi, dokumen, dan tes. Instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diminta pertimbangan penilaian dari dua orang dosen pembimbing, kemudian di lapangan juga peneliti juga meminta masukan dan saran kepada guru yang sudah memiliki pengalaman yang cukup lama mengajar bidang studi bahasa Indonesia.

Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (Sukmadinata, 2008:216). Kegiatan wawancara dilaksanakan pada saat melaksanakan penelitian pendahuluan. Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepht information) karena beberapa hal, antara lain: “(1) peneliti dapat menjelaskan atau memparafrasekan pertanyaan yang tidak dimengerti responden; (2) peneliti dapat mengajukan


(38)

pertanyaan susulan (follow up question); (3) responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan; (4) responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang “.(Alwasilah:1991: 26).

Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi tambahan yang telah diperoleh melalui observasi ataupun survei, yaitu mengenai model pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa SMA.

2. Angket.

Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata, 2008:219).

Dalam penelitian ini, angket yang disebarkan adalah kepada guru dan kepada siswa. Tujuan pengisian angket ini adalah untuk mengetahui kondisi awal pengajaran bahasa Indonesia pada saat ini sebelum diberlakukannya model pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis. Melalui jawaban atas sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang diberikan oleh guru dan siswa dari angket tersebut diharapkan dapat menghimpun informasi mengenai kondisi nyata pengajaran Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan aspek keterampilan menulis pada saat ini di sekolah yang bersangkutan. Informasi tersebut yang selanjutnya akan menjadi pertimbangan dalam rencana penyusunan desain draf model pembelajaran kontekstual yang akan diterapkan. Model angket


(39)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model modifikasi dari model skala likert. Model likert tidak hanya untuk mengukur sikap saja tetapi juga untuk mengukur persepsi, minat, motivasi, malah kegiatan, pelaksanaan program, dan lain-lain (Sukmadinata, 2008:242). Rating atau alternatif jawabannya adalah sering sekali, sering, jarang, kadang-kadang, tidak pernah. Bobot untuk setiap jawaban yang diberikan oleh responden untuk pernyataan positif adalah antara skala lima sampai satu.

3. Observasi

Observasi (observation) digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Aspek-aspek yang diamati dapat berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Nana Sudjana & Ibrahim, 2009:109). Penilaian yang dilakukan dengan teknik pengamatan atau observasi adalah penilaian dengan cara mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti, dan sistematis dengan disertai pencatatan terhadap sesuatu yang terjadi.

Tujuan pelaksanaan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Beberapa faktor yang menjadi objek pengamatan adalah Aktivitas, keterampilan, sikap, motivasi guru dalam mengembangkan draf model serta aktivitas siswa dalam proses pembelajarannya. Segala aktivitas guru dan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran yang berlangsung pada saat itu dicatat dalam lembar observasi sebagai bahan masukkan dan pertimbangan penyempurnaan desain produk


(40)

berikutnya. Observasi dilakukan pada setiap tahapan penelitian, baik pada tahap prasurvey, tahap pengembangan model, maupun tahap uji coba. Peneliti dalam penelitian ini hanya bertindak sebagai pengamat saja (nonparticipatory observation) artinya peneliti tidak ikut terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar.

4. Analisis Dokumen

Studi dokumenter atau analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan informasi khususnya untuk melengkapi data dalam rangka penelitian prasurvey dokumen-dokumen harus dianalisis sebagai sumber informasi yang lestari, sekalipun dokumen itu tidak lagi berlaku, karena merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan atau kekeliruan interpretasi. Dokumen merupakan sumber data yang alami, bukan hanya muncul dari konteksnya, tapi juga menjelaskan kontesk itu sendiri yang relatif mudah dan murah dan terkadang dapat diperoleh dengan cuma-cuma.

Menurut Sukmadinata (2008: 221), Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah penelitian.

Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari dokumen kurikulum dan pembelajaran yang relevan yang digunakan saat ini oleh guru mata Bahasa Indonesia dan kelengkapan administrasi mengajar yaitu panduan kurikulum yang berlaku, program tahunan, program semester,


(41)

silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Beberapa komponen dokumen tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui kesiapan sekolah dan guru dalam merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran pada saat ini, termasuk untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa. 5. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran bersifat mengukur karena menggunakan instrument standar atau telah distandardisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang berbentuk angka-angka (Sukmadinata, 2008:222). Instrumen penilaian hasil belajar dalam penelitian ini dikembangkan dalam bentuk tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda dan subjektif berupa esai membuat karangan dalam berbagai bentuk paragraf.

Penilaian diarahkan untuk mengukur Kemampuan menulis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mencakup lima aspek yang diukur yakni kemampuan mengidentifikasi ciri-ciri berbagai bentuk paragraf, pendaftaran topik, penyusunan kerangka, pengembangan kerangka, penyuntingan paragraf/karangan yang terungkap melalui jawaban tes berbentuk pilihan ganda dan aplikasi dari kelima indikator tersebut yakni menulis paragraf yang disajikan melalui jawaban tes berbentuk uraian.

Arikunto (1991:161) mengemukakan bahwa : “tes subjektif adalah tes yang mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka atau uraian”. hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan membutuhkan


(42)

jawaban yang lebih terbuka dalam hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif. Lebih Nurgiyantoro (2001:71) membedakan tes subjektif dalam dua kategori yaitu: “ bentuk tes subjektif dan tes objektif”.

Penerapan tes dalam penelitian ini pada tahap uji coba pengembangan model digunakan objektif pilihan ganda dan tes esai berbentuk uraian bebas yaitu menulis karangan. Alasan penggunaan kedua bentuk tes tersebut adalah untuk mengetahui hasil belajar yang diharapkan melalui penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan baik dan benar sesuai dengan kaedah penulisan dalam bahasa Indonesia. Jawaban siswa terhadap tes esai menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktivitas kognitifdalam tingkat tinggi yang tidak semata-mata mengingat dan memahami saja (Nurgiyantoro, 2001:71).

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian untuk uji coba terbatas dilakukan pada SMAN 1 Sungai Tebelian, Uji coba dalam skala luas dilaksanakan pada tiga sekolah dengan kategori yang berbeda. Uji coba luas pada sekolah berkateori rendah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sintang. Uji coba luas pada sekolah berkategori sedang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sintang, sedangkan uji coba luas dengan kategori sekolah tinggi dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sintang. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas X semester dua tahun pelajaran 2009/2010 pada empat SMA Negeri di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat. Penentuan sampel diambil berdasarkan pada teknik purposive sampling. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim,


(43)

(2009:96) tehnik ini dapat digunakan peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam penetapan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya.

Beberapa pertimbangan dalam penentuan sampel ini berdasarkan koordinasi dengan pihak sekolah pada studi pendahuluan adalah adanya keinginan dan motivasi yang tinggi dari pihak sekolah yaitu kepala sekolah dan guru untuk bekerjasama dengan peneliti dalam hal pengembangan model pembelajaran. Pertimbangan semacam ini dianggap penting, sebab salah satu keberhasilan dalam pengembangan suatu model pembelajaran tergantung daripada motivasi dan keseriusan guru dan pelayanan dari pihak sekolah sebagai subjek penelitian. Mereka mengharapkan model kontekstual yang dikembangkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek keterampilan menulis. Pertimbangan kedua adalah ketersediaan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah secara standar memadai sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan model, misalnya keadaan keadaan ruangan kelas, ketersediaan sarana belajar serta keadaan siswa, kualifikasi pendidikan dan pengalaman mengajar guru. Pertimbangan ketiga adalah faktor waktu, biaya, dan tenaga untuk melaksanakan penelitian. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian prasurvey, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sedang mengajar di kelas X SMA di Kabupaten Sintang, sejumlah 8 orang guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas sepuluh sebanyak empat kelas di empat


(44)

SMA Negeri akan dijadikan subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi yang menggambarkan proses pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis.

2. Langkah selanjutnya melakukan penetapan satu SMA Negeri yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yakni tempat dilakukannya uji coba terbatas terhadap pengembangan pembelajaran kontekstual dalam bahasa Indonesia.

3. Setelah dihasilkan draf model pembelajaran kontekstual yang telah disempurnakan pada uji terbatas, selanjutnya dilakukan penentuan tiga SMA Negeri di kabupaten Sintang yang akan menjadi lokasi penelitian pada uji coba lebih luas.

H. Analisis Data

Berdasarkan teknik hasil pengumpulan data yang telah ditetapkan, maka dalam penelitian ini akan dihasilkan dua macam teknik analisis data, yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis hasil pengamatan kelas atau observasi, pada saat implementasi model pembelajaran kontekstual, hasil kegiatan wawancara, dan data dari angket yaitu dengan cara membandingkan antara kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan guru dengan kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dengan pembelajaran kontekstual. Data kualitatif dihasilkan dari hasil studi pendahuluan, baik dalam studi literatur maupun studi lapangan, serta proses pengembangan melalui ujicoba luas maupun terbatas pada setiap putaran. Analisis data kualittif dilakukan melalui penafsiran secara langsung untuk menyusun kesimpulan yang


(45)

kemudian dipakai sebagai bahan untuk melakukan revisi draf model dan uji coba selanjutnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Nana Sujana dan Ibrahim (2009:126) Bahwa data kualitatif bisa disusun dan langsung ditafsirkan untuk menyusun kesimpulan penelitian. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang diperoleh melalui hasil-hasil pengukuran untuk melihat perbedaan hasil belajar serta dampak dan efektifitas pelaksanaan model pembelajaran kontekstual melalui uji coba terbatas dan uji coba luas.

Data kuantitatif yang diperoleh dalam proses uji coba, yaitu hasil penilaian melalui pretes dan postes. Data kuantitatif tersebut dianalisis dengan Uji t dengan software SPSS 16 untuk melihat kelayakan, keampuhan, pengaruh serta efektifitas penggunaan model pembelajaran kontekstual yang dihasilkan terhadap pengusaan materi keterampilan menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengujian dilakukan dengan melihat perbedaan nilai rata-rata antar pretes dan postes sebelum dan sesudah dilaksanakan perlakukan model kemudian untuk melihat kestabilan model dilakukan analisis perbedaan rata-rata nilai antarpostes pada setiap putaran.

Berdasarkan penjelasan di atas maka data yang dihasilkan secara kualitatif yang didapat dari setiap tahapan penelitian setelah dilakukan kategorisasi ditafsirkan secara langsung oleh peneliti untuk menarik suatu kesimpulan dari temuan hasil penelitian.


(46)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data pada kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, dan uji coba luas, pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan rekomendasi. Melalui simpulan ini diharapkan dapat diketahui secara garis besar hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian untuk melihat hal-hal yang memungkinkan dapat dilakukan oleh peneliti pada masa berikutnya, maka perlu dicantumkan beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam kegiatan penelitian.

1. Kondisi pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung selama ini untuk meningkatkan kemampuan menulis pada umumnya masih berorientasi kepada pola pengajaran konvensional yang selama ini digunakan. Hal ini dapat dilihat dari pandangan siswa dan guru yang diberikan melalui jawaban angket yang diedarkan pada studi pendahuluan dan didukung hasil observasi lapangan. Beberapa aspek dalam proses pembelajaran yang mencerminkan pola lama, yaitu : (1) Muatan materi pelajaran lebih banyak berisikan konsep dan teori yang abstrak, kurang memperhatikan manfaat bagi siswa. (2) Komunikasi dalam proses pembelajaran cenderung bersifat satu arah, dan aktivitas kelompok kurang diperhatikan. (3) Guru mendominasi kegiatan pembelajaran, siswa masih terkesan pasif hanya sebagai penerima materi yang disampaikan. (4) Pemilihan topic menulis ditentukan oleh guru berdasarkan buku sumber yang dipakai. (5) Waktu belajar siswa sebagian


(47)

besar dipergunakan untuk mengerjakan tugas dari buku, mendengar ceramah, dan mengisi latihan secara individual. (6) Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas. (7) Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes dan ulangan harian. Siswa dalam belajarnya hanya menerima informasi, latihan dalam bentuk tugas di rumah

2. Model desain pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis terdiri atas 3 komponen utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Komponen perencanaan meliputi (1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang berorientasi pada SK-KD tentang aspek keterampilan menulis. (2) Topik kegiatan dan pengemasan materi sesuai dengan kompetensi dasar dikaitkan dengan kebutuhan peserta didik. (3) Menentukan sumber belajar dan media pembelajaran yang relevan. (4) Merancang metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan model pembelajaran kontekstual. (5) Merancang kegiatan evaluasi. Komponen pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pembukaan, kegiatan inti sebagai aktualisasi dari komponen kontekstual dan kegiatan penutup pembelajaran. Komponen evaluasi berisikan desain evaluasi dalam bentuk tes awal, penilaian proses ditujukan terhadap partisipasi siswa dalam kelompoknya selama mengikuti kegiatan pembelajaran melalui partisipasi dalam diskusi dan persentasi hasil kerja kelompok dan tes hasil belajar.

Model pembelajaran yang dihasilkan adalah Model Pembelajaran Kontekstual yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kualitas kemampuan siswa dalam menulis. Model pembelajaran kontekstual


(48)

dikembangkan berdasarkan perinsisip menjalin hubungan-hubungan pengetahuan yang bermakna, melaksanakan aktivitas belajar yang berarti, melakukan proses belajar yang diatur sendiri, mengadakan kolaborasi, berfikir kritis dan kreatif, memberikan layanan secara individual dan kelompok mengupayakan pencapaian hasil belajar yang tinggi, dan menggunakan asesmen otentik.

3. Pelaksanaan pengembangan model pembelajaran kontekstual dilakukan pada empat sekolah. Kegiatan pembelajaran dilaksakan sebanyak empat putaran pada setiap sekolah. Proses pembelajaran pada aktivitas pertama menyampaikan materi tentang menulis paragraf argumentasi. Putaran kedua tentang menulis paragraf persuasi. Putaran ketiga tentang menulis hasil wawancara ke dalam bentuk paragraf. Putaran keempat menyajikan materi tentang menulis teks pidato. Langkah-langkah yang ditempuh dalam setiap putaran pada kegiatan pelaksanaan pembelajaan terdiri atas :

a. Kegiatan pembukaan yang meliputi pengkondisian siswa, melakukan apersepsi, penyampaian tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan skenerio pembelajaran, dilanjutkan dengan pemberian postes.

b. Kegiatan pelaksanaan sebagai implementasi rencana pembelajaran yang merupakan kegiatan inti menyampaikan materi pembelajaran dengan menerapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual.


(49)

c. Kegiatan penutup diakhiri dengan refleksi, membuat kesimpulan atas materi yang telah dipelari dan memberikan pengayaan dilanjutkan dengan pemberian postes.

4. Efektivitas model pembelajaran kontekstual yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan menulis ditandai dengan meningkatnya prestasi hasil belajar siswa pada setiap putaran. Berdasarkan analisis data hasil uji coba terbatas dan uji coba luas, terlihat perbedaan nilai rata-rata tes hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan model kontekstual bebrbeda secara signifikan. Dilihat dari aktivitas dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa semakin menunjukkan perkembangan dalam setiap putaran. Berdasarkan uraian di atas maka model pembelajaran kontekstual efektif untuk (1) Meningkatkan hasil belajar peserta didik. (2) menumbuhkan motivasi dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis. (3) Mendorong aktivitas individu dan kelompok dalam proses pembelajaran menulis.(4) Mendorong aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. (5) Memberikan makna pembelajaran menulis bagi siswa untuk kepentingan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rekomendasi

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa. Pembelajaran kontekstual menekankan konsep belajar yang dapat membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang dipelajari oleh siswa dengan situasi dunia nyata. Model pembelajaran kontekstual dapat dijadikan pilihan


(50)

dalam pembelajaran menulis karena dapat mempermudah siswa dalam menuangkan gagasannya secara tepat. Tugas guru bukan mewajibkan siswa untuk menghaal, akn tetapi mendorong aktivitas siswa mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang telah dimliki.

Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dalam aspek keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya : (1). Pihak guru; (2) Kepala Sekolah, (3) pihak Dinas Pendidikan dan (4) Pihak peneliti selajutnya. 1. Bagi Guru

Guru sebagai ujung tombak pengembang kurikulum di lapangan dituntut untuk mampu merencanakan, mengimplentasikan dan mengevaluasi program pembelajaran dengan baik. Agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek keterampilan menulis, disarankan kepada guru bahasa Indonesia khususnya untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan efektif. Kemampuan menulis akan dapat laksanakan oleh siswa dengan mudah apabila dikaitkan dengan konteks kehidupannya secara nyata. Optimalisasi kemampuan siswa melalui implementasi model pembelajaran kontekstual karena setiap komponen pembelajaran kontekstual itu sendiri lebih berorientasi pada aktivitas siswa dalam belajar.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dilingkungan sekolah yang dipimpinnya agar senantiasa mendukung setiap upaya penerapan inovasi-inovasi pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada guru untuk mau berbuat dan


(51)

mencoba berbagai macam metode pembelajaran termasuk model pembelajaran kontekstual. Untuk itu Kepala Sekolah diharapkan memberikan fasilitas sumber belajar yang relevan dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, membimbing guru agar mampu menciptakan desain model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan guru untuk mengimlementasikan pembelajaran kontekstual dengan baik. Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada guru bahasa Indonesia untuk mengikuti pelatihan pengembangan berbagai model pembelajaran sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam penerapan suatu model pembelajaran.

3. Kepada Pihak Dinas Pendidikan

Sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan guru disarankan untuk secara berkala memberikan penataran atau work shop kepada guru, terutama bagi guru-guru yang bertugas di daerah terpencil agar memperoleh keterampilan dan kemampuan mengajar dengan menggunakan berbagai model, termasuk model pembelajaran kontekstual.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan bagi peneliti lain agar melakukan penelitian dengan pengembangan model yang sama untuk meningkatkan kemampuan pada aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan berbicara dengan sampel yang lebih luas. Diharapkan Pengembangan model ini dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia bagi peserta didik pada semua tingkatan sekolah.


(52)

257

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiah, Sabarti dkk. (2003). Pembinaan Kemampuan menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Ali, Mohammad. (2007). Modul, Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung : UPI

Alwasilah, A Chaedar dan Senny S. (2005). Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta. Asrom, Dkk. (1997). Dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakartar PN. Balai Pustaka. Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta:Depdiknas.

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia, Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, Wacana, Alenia, Kalimat, Diksi, Kata & Frasa, Ejaan. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Furqon.(2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hardjono, Sartinah. (1988). Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Jakarta: Depdikbud.

Hasan, S. Hamid, (2008). Evaluasi Kurikulum, Bandung: Rosdakarya.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Jiwandono, M.S. (2008). Tes Bahasa, Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Malang: PT. Indeks.


(1)

dalam pembelajaran menulis karena dapat mempermudah siswa dalam menuangkan gagasannya secara tepat. Tugas guru bukan mewajibkan siswa untuk menghaal, akn tetapi mendorong aktivitas siswa mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang telah dimliki.

Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dalam aspek keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya : (1). Pihak guru; (2) Kepala Sekolah, (3) pihak Dinas Pendidikan dan (4) Pihak peneliti selajutnya. 1. Bagi Guru

Guru sebagai ujung tombak pengembang kurikulum di lapangan dituntut untuk mampu merencanakan, mengimplentasikan dan mengevaluasi program pembelajaran dengan baik. Agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek keterampilan menulis, disarankan kepada guru bahasa Indonesia khususnya untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan efektif. Kemampuan menulis akan dapat laksanakan oleh siswa dengan mudah apabila dikaitkan dengan konteks kehidupannya secara nyata. Optimalisasi kemampuan siswa melalui implementasi model pembelajaran kontekstual karena setiap komponen pembelajaran kontekstual itu sendiri lebih berorientasi pada aktivitas siswa dalam belajar.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dilingkungan sekolah yang dipimpinnya agar senantiasa mendukung setiap upaya penerapan inovasi-inovasi pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada guru untuk mau berbuat dan


(2)

256

mencoba berbagai macam metode pembelajaran termasuk model pembelajaran kontekstual. Untuk itu Kepala Sekolah diharapkan memberikan fasilitas sumber belajar yang relevan dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, membimbing guru agar mampu menciptakan desain model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan guru untuk mengimlementasikan pembelajaran kontekstual dengan baik. Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada guru bahasa Indonesia untuk mengikuti pelatihan pengembangan berbagai model pembelajaran sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam penerapan suatu model pembelajaran.

3. Kepada Pihak Dinas Pendidikan

Sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan guru disarankan untuk secara berkala memberikan penataran atau work shop kepada guru, terutama bagi guru-guru yang bertugas di daerah terpencil agar memperoleh keterampilan dan kemampuan mengajar dengan menggunakan berbagai model, termasuk model pembelajaran kontekstual.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan bagi peneliti lain agar melakukan penelitian dengan pengembangan model yang sama untuk meningkatkan kemampuan pada aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan berbicara dengan sampel yang lebih luas. Diharapkan Pengembangan model ini dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia bagi peserta didik pada semua tingkatan sekolah.


(3)

257

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiah, Sabarti dkk. (2003). Pembinaan Kemampuan menulis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Ali, Mohammad. (2007). Modul, Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung : UPI

Alwasilah, A Chaedar dan Senny S. (2005). Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta. Asrom, Dkk. (1997). Dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta: Erlangga.

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakartar PN. Balai Pustaka. Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta:Depdiknas.

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia, Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, Wacana, Alenia, Kalimat, Diksi, Kata & Frasa, Ejaan. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Furqon.(2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hardjono, Sartinah. (1988). Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Jakarta: Depdikbud.

Hasan, S. Hamid, (2008). Evaluasi Kurikulum, Bandung: Rosdakarya.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Jiwandono, M.S. (2008). Tes Bahasa, Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Malang: PT. Indeks.


(4)

258

Johnson, B.E. (2007). Contextual Teaching & Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung:MLC.

Joyce, Bruce., dkk. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Keraf, Gorys. (1989). Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Muchith, M. S. (2008). Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). BandungrRemaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. (Panduan bagi guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah). Jakarta:Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Razak, A. (1976). Paragraf Dalam Komposisi. Padang: FKSS HOP.

Ridwan, Akdon. (2009). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Jakarta : Rajawali Press.

Rosyadi, A. Rahmat. (2008). Menjadi Penulis Profesional itu Mudah. Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia.

Sa’ud, Udin. S. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran IPS di SD. Disertasi: Tidak dipublikasikan. Bandung; SPS UPI.


(5)

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media.

Semi, M. Atar. (2007). Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Slamet, St.Y. (2007). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesiadi

Sekolah Dasar. Surakarta : LPP UNS

Slavin, Robert. E. (2008). Cooperative Learning, Theory, Research and Practice. London: Allymand Bacon.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sudjana, N., Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bndung: Sinar Baru Algensindo.

Sujarwanto, Jabrohim. (2002). Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta. Gama Media.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. ( 2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Suryanto, A., Agus Haryanta. (2007). Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Hendry Guntur.(1990). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:.Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. (2009). Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa. Bandung:. Angkasa

Tim Penyusun. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

260

Tompkins, Gail E. (1990). Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Macmillan Publishing Company.

Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Meia Group.

Trihendradi, C. (2009). Step by Step SPSS 16 Analis Data Statistik. Deskriptif, Parametrik, Non Parametrik, Probabilitas. Yogyakarta: CV. Andi Offset. U, Husna Asmara. (2007). Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak : Fahruna Bahagia Uno, Hamzah B., (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Vigotsky, L.S. (1962). Language and Thought. Canbridge: Mass The MIT Press. Zainurrahman. (2010). Pengajaran Menulis dengan Peer Feedback. Bandung:

Alfabeta.

Zulkifli. (2004). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penerapan Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tesis: Tidak dipublikasikan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

6 102 237

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA.

0 4 45

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 3 13

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN MENULIS: Suatu Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

0 7 21

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA SMA :Studi Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Provinsi Riau.

0 0 73

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASA;AH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SERUI PAPUA.

0 1 61

Niken Larasati S841102010

0 0 111

PENGEMBANGAN MODEL MISSOURI MATHEMATIC PROJECT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERUANGAN SISWA.

0 0 53

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 14