ANALISIS TERHADAP PUTUSAN KPPU NOMOR 03/KPPU-L/2012 TENTANG TENDER KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010.
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN KPPU NOMOR 03/KPPU-L/2012
TENTANG TENDER KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG
LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT DAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010
TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
ANDREW IRAWAN
110110080404
ABSTRAK
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dimaksudkan untuk
menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama
bagi setap pelaku usaha. Sebagaimana implementasinya, maka dibentuk
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yaitu lembaga yang
berwenang untuk melakukan pengawasan dan menjatuhkan sanksi.
Berdasarkan hal tersebut, melalui analisis hukum terhadap Putusan KPPU
No.03/KPPU-L/2012 terkait persekongkolan pada pelelangan tender
pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Adapun penulisan
tugas akhir ini bertujuan untuk membahas dan menganalisis proses
pelaksanaan pada pelelangan tender pengadaan e-KTP dihubungkan
dengan unsur-unsur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, dan putusan
Majelis Komisi terhadap persekongkolan tender berdasarkan UU No. 5
Tahun 1999 dan Perpres No. 54 Tahun 2010.
Metode penelitian yang digunakan bersifat yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis yaitu menggambarkan
kasus persekongkolan vertikal maupun horizontal dalam pelelangan
tender pengadaan e-KTP yang telah diputus KPPU dalam putusan
No.03/KPPU-L/2012 dan dianalisis dengan menggunakan teori-teori,
prinsip-prinsip, asas-asas maupun kaidah hukum persaingan usaha tidak
sehat dan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, proses
pelaksanaan pada pelelangan tender pengadaan e-KTP telah memenuhi
unsur-unsur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang menimbulkan
persekongkolan vertikal dan persekongkolan horizontal antara para pelaku
usaha. Kedua, Pertimbangan Majelis Komisi telah tepat dengan
menyatakan terbuktinya terjadinya persekongkolan tender antara Terlapor
I, Terlapor II dan Terlapor III dengan menyatakan secara sah dan
meyakinkan telah melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 berdasarkan
ketentuan yang ada pada UU No. 5 Tahun 1999 dan Perpres No. 54
Tahun 2010.
iv
TENTANG TENDER KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG
LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT DAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010
TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
ANDREW IRAWAN
110110080404
ABSTRAK
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dimaksudkan untuk
menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama
bagi setap pelaku usaha. Sebagaimana implementasinya, maka dibentuk
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yaitu lembaga yang
berwenang untuk melakukan pengawasan dan menjatuhkan sanksi.
Berdasarkan hal tersebut, melalui analisis hukum terhadap Putusan KPPU
No.03/KPPU-L/2012 terkait persekongkolan pada pelelangan tender
pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Adapun penulisan
tugas akhir ini bertujuan untuk membahas dan menganalisis proses
pelaksanaan pada pelelangan tender pengadaan e-KTP dihubungkan
dengan unsur-unsur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, dan putusan
Majelis Komisi terhadap persekongkolan tender berdasarkan UU No. 5
Tahun 1999 dan Perpres No. 54 Tahun 2010.
Metode penelitian yang digunakan bersifat yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis yaitu menggambarkan
kasus persekongkolan vertikal maupun horizontal dalam pelelangan
tender pengadaan e-KTP yang telah diputus KPPU dalam putusan
No.03/KPPU-L/2012 dan dianalisis dengan menggunakan teori-teori,
prinsip-prinsip, asas-asas maupun kaidah hukum persaingan usaha tidak
sehat dan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, proses
pelaksanaan pada pelelangan tender pengadaan e-KTP telah memenuhi
unsur-unsur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang menimbulkan
persekongkolan vertikal dan persekongkolan horizontal antara para pelaku
usaha. Kedua, Pertimbangan Majelis Komisi telah tepat dengan
menyatakan terbuktinya terjadinya persekongkolan tender antara Terlapor
I, Terlapor II dan Terlapor III dengan menyatakan secara sah dan
meyakinkan telah melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 berdasarkan
ketentuan yang ada pada UU No. 5 Tahun 1999 dan Perpres No. 54
Tahun 2010.
iv