PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Hasil Jamur Merang (Volvariella volvaceae).

(1)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

TRI YOGA WAHYUNINGSIH

A 420080018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013


(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/tugas akhir : Nama : Dra. Titik Suryani, M. Sc

NIP/NIK : 0511046402

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:

Nama : Tri Yoga Wahyuningsih

NIM : A 420080018

Program Studi : Pendidikan Biologi Judul Skripsi :

” PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 03 April 2013 Pembimbing

Dra. Titik Suryani, M. Sc


(3)

1

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

Tri Yoga Wahyuningsih A420080018. Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013, 59 halaman.

ABSTRAK

Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dikonsumsi sebagai olahan makanan dalam bentuk sup, sayuran, tumis atau pepes dan rasanya enak dan gurih. Selain dikonsumsi, jamur merang berperan dalam membantu proses pencernaan, penderita diabetes, kekurangan darah, dan obat kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam yang terbaik terhadap hasil jamur merang. Jenis penelitian diskriptif kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu komposisi media tanam (jerami, limbah kapas dan tepung singkong) dengan 4 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. yaitu jerami 15 kg +

limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg (T0), jerami 15 kg + limbah kapas

7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg (T1), jerami 15 kg +

limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 1 kg (T2),

jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong

1,5 kg (T3). Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varian Satu Jalan (One

Way Anova) dan jika ada pengaruh perlakuan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil kesimpulan penelitian menunjukkan komposisi media tanam jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3

kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg (perlakuan T1), menghasilkan jumlah

dan berat segar badan buah tertinggi yaitu 37,33 buah dan 206,67 gram pada panen

ke-3. Jumlah dan berat segar badan buah total tertinggi 95,67 buah dan 668,33

gram juga pada komposisi tersebut..


(4)

2

A. Pendahuluan

Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dikonsumsi sebagai olahan makanan dalam bentuk sup, sayuran, tumis atau pepes dan rasanya enak dan gurih (Alex, 2011: 105). Selain dikonsumsi, jamur merang berperan dalam membantu proses pencernaan, penderita diabetes, kekurangan darah, dan obat kanker (Achmad, 2011: 135).

Kandungan protein (1,8%) jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tumbuh-tumbuhan secara umum. Jamur merang mengandung riboflavin (0,01mg/g), tiamin (0,03mg/g), kalsium (30mg/g) dan fosfat (37mg/g), sedangkan rendah akan kalori dan kolesterol sehingga jamur merang sebagai makanan pelangsing (Sinaga, 2011: 13).

Jerami dan merang padi merupakan media tanam untuk membudidayakan jamur merang dan dapat disimpan dalam waktu yang lama (Suharjo, 2010: 23). Jerami mengandung C/N rasio yang sangat tinggi (84 gram) sehingga mempercepat pertumbuhan jamur merang (Anonim, 2012: 28).

Hasil penelitian Mulyani (1998), menjelaskan bahwa pertumbuhan jamur merang terhadap media jerami dan serutan kayu dengan penambahan pupuk NPK. Pertumbuhan jamur merang yang ditumbuhkan pada media jerami lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan jamur merang pada media serutan kayu sengon. Penambahan pupuk NPK yang paling baik pada kompos jerami 1% dan serutan kayu sengon 3% dari berat kering media.

Limbah kapas sangat baik sebagai media tanam jamur, mengandung selulosa murni sekitar 99%. Jamur merang yang tumbuh pada media limbah kapas memiliki tekstur yang lebih kenyal, warna lebih putih, ukuran bisa mencapai sebesar telur itik (Suharjo, 2010: 30).

Hasil penelitian Sukendro (2001), menjelaskan bahwa pengaruh waktu pengomposan limbah kapas terhadap produksi jamur merang. Total panen produksi jamur merang pada media limbah kapas dengan waktu pengomposan kapas 25, 20, 15, 10 dan 5 hari. Waktu pengomposan 25 dan 20 hari berbeda


(5)

3

nyata dengan pengomposan 15, 10, dan 5 hari. Sedangkan pengomposan 15 hari dengan 10 hari tidak berbeda nyata dan pengomposan 15 hari dengan 5 hari tidak berbeda nyata. Keragaman jumlah total tubuh buah sangat tinggi untuk semua perlakuan lamanya pengomposan. Waktu pengomposan 15 hari paling tinggi jumlah total tubuh buah, diikuti dengan pengomposan 5, 10 ,25, dan 20 hari.

Singkong (Monihot utilisima), ubi kayu, ketela pohon mempunyai kandungan karbohidrat 32,4 gr dan energy 567 kalori dalam 100 gr singkong, dapat dipakai sebagai pengganti beras (Rachma, 2010 dalam Www.warintek.net, 2000), serta sebagai tambahan nutrisi jamur merang. Pengolahan singkong menjadi tepung dapat meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpannya (Titi, 2008).

Subyek penelitian: komposisi media tanam (jerami, limbah kapas dan tepung singkong). Objek penelitian: hasil jamur merang. Parameter penelitian: jumlah badan buah dan berat segar badan buah jamur merang. Tujuan penelitian untuk mengetahui adalah: untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam yang terbaik terhadap hasil jamur merang. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan tentang budi daya jamur merang pada media campuran jerami, limbah kapas dan tepung singkong, menambah wawasan dan pengetahuan bahwa tepung singkong sebagai tambahan nutrisi jamur merang pada media jerami dan limbah kapas, memberikan informasi dan pengetahuan bahwa tepung singkong sebagai tambahan nutrisi sehingga dapat meningkatkan hasil jamur merang pada media jerami dan limbah kapas.

B. Metode Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Dukuh Banjaran Desa Teluyo Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai April 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ember, selang, drum


(6)

4

uap, terpal, termometer, jangkar, timbangan meja dan jangka sorong. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kapur, dedak halus (bekatul), kapas bekas pemintalan, jerami, tepung singkong, dan bibit jamur (F3).

Jenis penelitian diskriptif kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu komposisi media tanam (jerami, limbah kapas, dan tepung singkong) dengan 4 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu media jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg (T0), media jerami 15 kg + limbah

kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg (T1), media

jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 1 kg (T2), media jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg +

kapur 0,5 kg + tepung singkong 1,5 kg (T3). Analisis data yang digunakan adalah

Analisis Varian Satu Jalan (One Way Anova) dan dilanjutkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Adapun parameter yang diamati adalah jumlah dan berat segar badan buah selama 7 kali panen (7 hari).

Media tanam jerami dan limbah kapas direndam dalam air selama 24 jam. Pada waktu pengomposan, lebih baik dilakukan pengomposan limbah kapas dahulu. Jerami (15 kg) dan limbah kapas (7,5 kg) yang telah direndam ini ditiriskan dan kemudian dihamparkan ditiap lapisan 20 cm ditaburi campuran dedak (3 kg) dan kapur (0,5 kg) sehingga membentuk suatu timbunan (panjang 350 cm, lebar 150 cm, dan tinggi 90 cm). Kompos jerami dan limbah kapas yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam rak yang telah disekat-sekat yang sesuai dengan kebutuhan. Bibit yang dipisah-pisahkan tadi dicampur dengan tepung singkong dan diaduk hingga merata. Ditebarkan bibit secara merata.

Setelah penanaman bibit, tahapan berikutnya adalah masa inkubasi yaitu masa penumbuhan miselium. Pada saat inkubasi, pintu dan jendela kumbung ditutup rapat. Suhu ruangan dipertahankan antara 300 C-320 C. Apabila terjadi kontaminasi, media yang ditumbuhi cendawan atau jamur lain harus segera dibuang. Jamur dapat dipanen pada hari ke- 10 hingga hari ke- 14 dari penanaman


(7)

5

bibit. Jamur merang yang dipanen dalam stadium kancing, tidak mekar serta waktu panen tidak terlambat, dilakukan 2 kali pagi dan sore.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varian Satu Jalan (One Way Anova) dan jika ada pengaruh perlakuan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Multiple Range Test (DMRT).

C. Hasil Dan Pembahasan

Hasil penelitian jumlah dan berat segar badan buah jamur merang disajikan pada Tabel 1 dan 2 berikut ini:

Tabel 1 Rata-Rata Jumlah Badan Buah Jamur Merang Setelah 7 Hari Masa Panen (buah)

Perlakuan Panen Ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

T0 0 2,33 36,33 9,67 26 2,33 6 82,67

T1 0,67 6 37,33 8 22,67 11,67 9,33 95,67

T2 0 4 20,67 10,33 19 5,67 7,33 67,00

T3 0 0 2,33 8 9 6,33 2,67 28,33

Tabel 2 Rata-Rata Berat Segar Badan Buah Jamur Merang Setelah 7 Hari Masa Panen (gram)

Perlakuan Panen Ke- Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

T0 0 21,67 205 60 150 26,67 46,67 510

T1 6,67 88,33 206,67 56,67 156,67 93,33 60 668,33

T2 0 60 151,67 66,67 156,67 56,67 50 541,67

T3 0 0 56,67 78,33 136,67 103,33 60 435,00

Keterangan:

T0: Media jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg

T1: Media jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg

T2: Media jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 1 kg

T3: Media jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 1,5 kg


(8)

6 1. Jumlah Badan Buah Jamur Merang

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Badan Buah Jamur Merang (7 hari panen)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah badan buah jamur merang selama 7 hari panen. Jumlah badan buah yang tertinggi yaitu pada panen 3 pada perlakuan T1 (jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg +

bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg) yaitu: 37,33 buah. Hal ini disebabkan bahan nutrisi yang dibutuhkan sudah terserap secara optimal. Sedangkan jumlah badan buah yang terendah yaitu pada panen 1 pada perlakuan T0, T2, dan T3. Dikarenakan bahan nutrisi yang dibutuhkan belum

terserap secara optimal sehingga pertumbuhannya (jumlah badan buah jamur merang) pun lambat.

Faktor-faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur merang seperti cahaya, keasaman (pH), kelembapan, suhu udara, dan kebutuhan nutrisi. Bila suhu di bawah 300 C, pertumbuhan cepat, tetapi tangkai jamur merang panjang dan kecil sehingga berat jamur merang kecil. Sebaliknya, bila suhu lebih dari 380 C, pertumbuhan jamur kecil, payung tipis, tetapi badan buah tidak kenyal. Pada suhu tinggi (380 C) terdapat jamur liar (warna jamur putih, kecil dan panjang) yang mungkin bersifat patologi yakni

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5 Panen 6 Panen 7

Ju m alah B ad an B u ah J am u r Me ran g Perlakuan

Rata-Rata Jumlah Badan Buah Jamur Merang (7 hari panen)


(9)

7

coprinus, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pada pertumbuhan

Volvariella (Anonim,2012:12). Peranan cahaya berpengaruh terhadap

pertumbuhan tubuh buah dan panen baik. Intensitas cahaya yang dibutuhkan sangat rendah, 5-10%. Bila cahaya sangat sedikit (kurang dari 5%) maka warna tubuh buah menjadi putih. Sebaliknya bila kelebihan cahaya (lebih dari 10%), warnanya cenderung gelap atau hitam (Anonim,2012:13). Adapun hasil uji normalitas data tersaji pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Analisa Normalitas Sebaran Rata-Rata Data Jumlah Badan Buah Setelah 7 Hari Masa Panen

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah Badan Buah T0 0.275 7 0.117 0.820 7 0.064

T1 0.278 7 0.109 0.874 7 0.201

T2 0.186 7 0.200* 0.920 7 0.467

T3 0.216 7 0.200* 0.891 7 0.278

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari hasil uji normalitas berdasarkan Kolmogorov-Smirnova dan

Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5% bahwa semua data perlakuan

menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 5% (p>0,05) yang artinya bahwa rata-rata data jumlah badan buah setelah 7 hari masa panen berdistribusi normal. Adapun hasil uji analisa varian satu jalur tersaji pada tabel 4.4.

Tabel 4. Hasil Analisis Varian Satu Jalur Jumlah Badan Buah Setelah 7 Masa Panen

Jumlah Badan Buah

Sum of Squares df Mean Square Fhit Sig.

Between Groups 364.938 3 121.646 1.157 0.346

Within Groups 2522.269 24 105.095

Total 2887.207 27

Hasil analisis (tabel 4) menunjukkan nilai F hitung (Fhit) sebesar 1,157,


(10)

8

sebesar 3,009. Hal ini menunjukkan bahwa Fhit< Ftab (1,157<3,009) dengan

p>0,05, artinya tidak ada pengaruh komposisi media tanam terhadap hasil (jumlah badan buah) jamur merang.

2. Berat Segar Badan Buah Jamur Merang

Gambar 2. Rata-rata Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (7 hari panen) Hasil penimbangan berturut-turut dari panen 1 sampai panen 7 menghasilkan berat segar tertinggi pada panen 3, yaitu 206,67 gram pada perlakuan T1 (jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5

kg + tepung singkong 0,5 kg). Sedangkan hasil berat segar yang terendah pada panen 1 pada perlakuan T0, T2, dan T3. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa berat segar jamur merang pada panen 3 bahan nutrisinya sudah terserap secara optimal dari pada panen 1 (bahan nutrisi panen pertama belum terserap secara optimal pada saat pertumbuhan).

Faktor-faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur merang seperti cahaya, keasaman (pH), kelembapan, suhu udara, dan kebutuhan nutrisi. Bila suhu di bawah 300 C, pertumbuhan cepat, tetapi tangkai jamur merang panjang dan kecil sehingga berat jamur merang kecil.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210

Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5 Panen 6 Panen 7

B er at Segar B adan B uah Jam ur Me rang (gr am ) Perlakuan

Rata-rata Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (7 hari panen)


(11)

9

Sebaliknya, bila suhu lebih dari 380 C, pertumbuhan jamur kecil, payung tipis, tetapi badan buah tidak kenyal. Pada suhu tinggi (380 C) terdapat jamur liar (warna jamur putih, kecil dan panjang) yang mungkin bersifat patologi yakni coprinus, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pada pertumbuhan

Volvariella (Anonim,2012:12). Peranan cahaya berpengaruh terhadap

pertumbuhan tubuh buah dan panen baik. Intensitas cahaya yang dibutuhkan sangat rendah, 5-10%. Bila cahaya sangat sedikit (kurang dari 5%) maka warna tubuh buah menjadi putih. Sebaliknya bila kelebihan cahaya (lebih dari 10%), warnanya cenderung gelap atau hitam (Anonim,2012:13). Adapun hasil uji normalitas data tersaji pada tabel 4.3.

Tabel 5. Hasil Analisa Normalitas Sebaran Rata-Rata Data Berat Segar Badan Buah Setelah 7 Hari Masa Panen

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Berat Segar Badan Buah T0 0.282 7 0.098 0.855 7 0.137

T1 0.227 7 0.200* 0.950 7 0.732

T2 0.289 7 0.079 0.870 7 0.184

T3 0.177 7 0.200* 0.936 7 0.599

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari hasil uji normalitas berdasarkan Kolmogorov-Smirnova dan

Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5% bahwa semua data perlakuan

menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 5% (p>0,05) yang artinya bahwa rata-rata data jumlah badan buah setelah 7 hari masa panen berdistribusi normal. Adapun hasil uji analisa varian satu jalur tersaji pada tabel 4.6.

Tabel 6. Hasil Analisis Varian Satu Jalur Berat Segar Badan Buah Setelah 7 Masa Panen

Berat Segar Badan Buah

Sum of Squares df Mean Square Fhit Sig.

Between Groups 4056.029 3 1352.010 0.339 0.797

Within Groups 95800.429 24 3991.685


(12)

10

Hasil analisis (tabel 6) menunjukkan nilai F hitung (Fhit) sebesar 0,339,

sedangkan nilai F tabel (Ftab) pada tabel kritik sebaran F menunjukkan nilai

sebesar 3,009. Hal ini menunjukkan bahwa Fhit< Ftab (0,339<3,009) dengan

p>0,05, artinya tidak ada pengaruh komposisi media tanam terhadap hasil (berat segar badan buah) jamur merang.

3. Total Jumlah dan Berat Segar Badan Buah Jamur Merang

Gambar 3. Rata-rata Jumlah dan Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (Jumlah Total per Perlakuan)

Hasil penelitian berturut-turut dari panen 1 sampai panen 7 dilihat dari jumlah dan berat segar badan buah rata-rata menghasilkan jumlah badan buah tertinggi pada perlakuan T1 (jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3

kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg) yaitu 95,67 buah dan 668,33 gram, sedangkan jumlah badan buah terendah pada perlakuan T3 (media

jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 1,5 kg) yaitu 85 buah dan 435,00 gram. Dikarenakan pada perlakuan T1 nutrisi yang dibutuhkan tidak terlalu banyak (tepung singkong 0,5 kg) dari

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700

T0 T1 PerlakuanT2 T3

Rata-rata Jumlah dan Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (Jumlah Total per Perlakuan)


(13)

11

pada perlakuan T3 nutrisi yang dibutuhkan terlalu banyak (tepung singkong

1,5 kg).

Dalam budidaya jamur tetap membutuhkan pemeliharaan yang intensif. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produksi, yaitu suhu, kelembapan, cahaya, keasaman (pH), dan kebutuhan nutrisi (Sinaga,2011:77). Dalam penelitian ini faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah cahaya dan suhu.

D. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

Komposisi media tanam jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg, menghasilkan jumlah dan berat segar badan buah tertinggi yaitu 37,33 buah dan 206,67 gram pada panen ke-3. Jumlah dan berat segar badan buah total tertinggi 95,67 buah dan 668,33 gram juga pada komposisi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Alex, M.S. 2011. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anonim. 2012. Jamur Merang. Jakarta: PT Trubus Swadaya.

Asegab, Muad. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang, dan Jamur

Kuping. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Cahyana, YA., Muchroji, dan M Bakrun. 2002. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Hendritomo, Henky Isnawan. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Andi Offset


(14)

12

Lubis, D A., 1992. Ilmu Makan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta.

Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram, Bididaya dan Peluang Usaha. Aneka Ilmu. Semarang. 24 hal.

Mulyani, Agatha Sri. 1998. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae (Bull. ex Fr.) Sing.)Di Atas Media Jerami dan Serutan Kayu Dengan

Penambahan Pupuk NPK. Skripsi. UGM.

Rachma, Rina. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Jagung terhadap Kadar

Air,Daya Kembang Dan Sifat Organoleptik Tiwul Instan (online).

(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-rinarachma-5132-2-bab2.pdf, diakses tanggal 12 Agustus 2011).

Salim, Emil. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf Bisnis Produk

Alternatif pengganti Terigu. Yogyakarta: Lily Publisher.

Sinaga, Meity Suradji. 2011. Budi Daya Jamur Merang. Jakarta: Penebar Swadaya. Sukendro, Lindawati. 2001. Pengaruh Waktu Pengomposan Limbah Kapas terhadap

Produksi Jamur Merang Vol. 6, No. 1 (online),

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420891105_0216-7093.pdf,diakses tanggal 06 Desember 2011).

Suharjo, Enjo. 2010. Bertanam Jamur Merang di Media Kardus, Limbah Kapas dan

Limbah Pertanian. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Titi, Hapsari. P. 2008. Pengaruh Pre Gelatinisasi terhadap Karakteristik Tepung

Singkong Primordia Vol. 4, No. 2 (online).

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420891105_0216-7093.pdf, diakses tanggal 12 Agustus 2011).


(1)

7

coprinus, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pada pertumbuhan

Volvariella (Anonim,2012:12). Peranan cahaya berpengaruh terhadap

pertumbuhan tubuh buah dan panen baik. Intensitas cahaya yang dibutuhkan sangat rendah, 5-10%. Bila cahaya sangat sedikit (kurang dari 5%) maka warna tubuh buah menjadi putih. Sebaliknya bila kelebihan cahaya (lebih dari 10%), warnanya cenderung gelap atau hitam (Anonim,2012:13). Adapun hasil uji normalitas data tersaji pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Analisa Normalitas Sebaran Rata-Rata Data Jumlah Badan Buah Setelah 7 Hari Masa Panen

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Jumlah Badan Buah T0 0.275 7 0.117 0.820 7 0.064

T1 0.278 7 0.109 0.874 7 0.201

T2 0.186 7 0.200* 0.920 7 0.467

T3 0.216 7 0.200* 0.891 7 0.278

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari hasil uji normalitas berdasarkan Kolmogorov-Smirnova dan

Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5% bahwa semua data perlakuan menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 5% (p>0,05) yang artinya bahwa rata-rata data jumlah badan buah setelah 7 hari masa panen berdistribusi normal. Adapun hasil uji analisa varian satu jalur tersaji pada tabel 4.4.

Tabel 4. Hasil Analisis Varian Satu Jalur Jumlah Badan Buah Setelah 7 Masa Panen

Jumlah Badan Buah

Sum of Squares df Mean Square Fhit Sig.

Between Groups 364.938 3 121.646 1.157 0.346

Within Groups 2522.269 24 105.095

Total 2887.207 27

Hasil analisis (tabel 4) menunjukkan nilai F hitung (Fhit) sebesar 1,157,


(2)

8

sebesar 3,009. Hal ini menunjukkan bahwa Fhit< Ftab (1,157<3,009) dengan

p>0,05, artinya tidak ada pengaruh komposisi media tanam terhadap hasil (jumlah badan buah) jamur merang.

2. Berat Segar Badan Buah Jamur Merang

Gambar 2. Rata-rata Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (7 hari panen)

Hasil penimbangan berturut-turut dari panen 1 sampai panen 7 menghasilkan berat segar tertinggi pada panen 3, yaitu 206,67 gram pada perlakuan T1 (jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5

kg + tepung singkong 0,5 kg). Sedangkan hasil berat segar yang terendah pada panen 1 pada perlakuan T0, T2, dan T3. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa berat segar jamur merang pada panen 3 bahan nutrisinya sudah terserap secara optimal dari pada panen 1 (bahan nutrisi panen pertama belum terserap secara optimal pada saat pertumbuhan).

Faktor-faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur merang seperti cahaya, keasaman (pH), kelembapan, suhu udara, dan kebutuhan nutrisi. Bila suhu di bawah 300 C, pertumbuhan cepat, tetapi tangkai jamur merang panjang dan kecil sehingga berat jamur merang kecil.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210

Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5 Panen 6 Panen 7

B er at Segar B adan B uah Jam ur Me rang (gr am ) Perlakuan

Rata-rata Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (7 hari panen)


(3)

9

Sebaliknya, bila suhu lebih dari 380 C, pertumbuhan jamur kecil, payung tipis, tetapi badan buah tidak kenyal. Pada suhu tinggi (380 C) terdapat jamur liar (warna jamur putih, kecil dan panjang) yang mungkin bersifat patologi yakni coprinus, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pada pertumbuhan

Volvariella (Anonim,2012:12). Peranan cahaya berpengaruh terhadap

pertumbuhan tubuh buah dan panen baik. Intensitas cahaya yang dibutuhkan sangat rendah, 5-10%. Bila cahaya sangat sedikit (kurang dari 5%) maka warna tubuh buah menjadi putih. Sebaliknya bila kelebihan cahaya (lebih dari 10%), warnanya cenderung gelap atau hitam (Anonim,2012:13). Adapun hasil uji normalitas data tersaji pada tabel 4.3.

Tabel 5. Hasil Analisa Normalitas Sebaran Rata-Rata Data Berat Segar Badan Buah Setelah 7 Hari Masa Panen

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Berat Segar Badan Buah T0 0.282 7 0.098 0.855 7 0.137

T1 0.227 7 0.200* 0.950 7 0.732

T2 0.289 7 0.079 0.870 7 0.184

T3 0.177 7 0.200* 0.936 7 0.599

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari hasil uji normalitas berdasarkan Kolmogorov-Smirnova dan

Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5% bahwa semua data perlakuan menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 5% (p>0,05) yang artinya bahwa rata-rata data jumlah badan buah setelah 7 hari masa panen berdistribusi normal. Adapun hasil uji analisa varian satu jalur tersaji pada tabel 4.6.

Tabel 6. Hasil Analisis Varian Satu Jalur Berat Segar Badan Buah Setelah 7 Masa Panen

Berat Segar Badan Buah

Sum of Squares df Mean Square Fhit Sig.

Between Groups 4056.029 3 1352.010 0.339 0.797 Within Groups 95800.429 24 3991.685


(4)

10

Hasil analisis (tabel 6) menunjukkan nilai F hitung (Fhit) sebesar 0,339,

sedangkan nilai F tabel (Ftab) pada tabel kritik sebaran F menunjukkan nilai

sebesar 3,009. Hal ini menunjukkan bahwa Fhit< Ftab (0,339<3,009) dengan

p>0,05, artinya tidak ada pengaruh komposisi media tanam terhadap hasil (berat segar badan buah) jamur merang.

3. Total Jumlah dan Berat Segar Badan Buah Jamur Merang

Gambar 3. Rata-rata Jumlah dan Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (Jumlah Total per Perlakuan)

Hasil penelitian berturut-turut dari panen 1 sampai panen 7 dilihat dari jumlah dan berat segar badan buah rata-rata menghasilkan jumlah badan buah tertinggi pada perlakuan T1 (jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3

kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg) yaitu 95,67 buah dan 668,33 gram, sedangkan jumlah badan buah terendah pada perlakuan T3 (media

jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 1,5 kg) yaitu 85 buah dan 435,00 gram. Dikarenakan pada perlakuan T1 nutrisi yang dibutuhkan tidak terlalu banyak (tepung singkong 0,5 kg) dari

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700

T0 T1 PerlakuanT2 T3

Rata-rata Jumlah dan Berat Segar Badan Buah Jamur Merang (Jumlah Total per Perlakuan)


(5)

11

pada perlakuan T3 nutrisi yang dibutuhkan terlalu banyak (tepung singkong

1,5 kg).

Dalam budidaya jamur tetap membutuhkan pemeliharaan yang intensif. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produksi, yaitu suhu, kelembapan, cahaya, keasaman (pH), dan kebutuhan nutrisi (Sinaga,2011:77). Dalam penelitian ini faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah cahaya dan suhu.

D. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

Komposisi media tanam jerami 15 kg + limbah kapas 7,5 kg + bekatul 3 kg + kapur 0,5 kg + tepung singkong 0,5 kg, menghasilkan jumlah dan berat segar badan buah tertinggi yaitu 37,33 buah dan 206,67 gram pada panen ke-3. Jumlah dan berat segar badan buah total tertinggi 95,67 buah dan 668,33 gram juga pada komposisi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Alex, M.S. 2011. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anonim. 2012. Jamur Merang. Jakarta: PT Trubus Swadaya.

Asegab, Muad. 2011. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang, dan Jamur Kuping. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Cahyana, YA., Muchroji, dan M Bakrun. 2002. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Hendritomo, Henky Isnawan. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Andi Offset


(6)

12

Lubis, D A., 1992. Ilmu Makan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta.

Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram, Bididaya dan Peluang Usaha. Aneka Ilmu. Semarang. 24 hal.

Mulyani, Agatha Sri. 1998. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae (Bull. ex Fr.) Sing.)Di Atas Media Jerami dan Serutan Kayu Dengan

Penambahan Pupuk NPK. Skripsi. UGM.

Rachma, Rina. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Jagung terhadap Kadar

Air,Daya Kembang Dan Sifat Organoleptik Tiwul Instan (online).

(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-rinarachma-5132-2-bab2.pdf, diakses tanggal 12 Agustus 2011).

Salim, Emil. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf Bisnis Produk Alternatif pengganti Terigu. Yogyakarta: Lily Publisher.

Sinaga, Meity Suradji. 2011. Budi Daya Jamur Merang. Jakarta: Penebar Swadaya. Sukendro, Lindawati. 2001. Pengaruh Waktu Pengomposan Limbah Kapas terhadap

Produksi Jamur Merang Vol. 6, No. 1 (online),

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420891105_0216-7093.pdf,diakses tanggal 06 Desember 2011).

Suharjo, Enjo. 2010. Bertanam Jamur Merang di Media Kardus, Limbah Kapas dan Limbah Pertanian. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Titi, Hapsari. P. 2008. Pengaruh Pre Gelatinisasi terhadap Karakteristik Tepung

Singkong Primordia Vol. 4, No. 2 (online).

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/420891105_0216-7093.pdf, diakses tanggal 12 Agustus 2011).