PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG : studi deskriptif pada siswa SMPN di kabupaten subang.

(1)

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI

KABUPATEN SUBANG

(studi deskriptif pada siswa SMPN di kabupaten subang) SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada program studi Ilmu Keolahragaan

Oleh

Benny Arief Prayoga NIM 1001494

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI

KABUPATEN SUBANG

(studi deskriptif pada siswa SMPN di kabupaten subang) Oleh

Benny Arief Prayoga

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan

© Benny Arief Prayoga 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphoto copy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN BENNY ARIEF PRAYOGA

1001494

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI

KABUPATEN SUBANG

(studi deskriptif pada siswa SMPN di kabupaten subang) disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dr. Surdiniaty Ugelta, M.kes. NIP. 19591220 198703 2 001

Pembimbing II

Ahmad Hamidi, S.pd,. M.pd. NIP. 19800327 200501 1 005

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, FPOK UPI

Agus Rusdiana, M.Sc, Ph.D. NIP. 19760812 200112 1 001


(4)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH

PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG (studi deskriptif pada siswa SMPN di kabupaten subang)

Benny Arief Prayoga 1001494

Surdiniaty Ugelta, M.kes. Ahmad Hamidi, S.pd,. M.pd.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah mengenai perbandingan aktivitas fisik dan kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan pegunungan. Sampel diambil sebanyak 20 siswa smp yang berada di daerah pesisir pantai dan pegunungan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Pengambilan data dilakukan melalui tes angket aktivitas fisik dan tes lari 12 menit (cooper test). Perhitungan statistik menggunakan SPSS dengan independent sampel t-Test. Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh hasil nilai independen sampel T-test Aktivitas Fisik di daerah pesisir dan pegunungan dengan nilai t = 2,691, p = 0,015 < 0,05 maka Ho ditolak, Selanjutnya kebugaran jasmani di daerah pesisir pantai dan di pegunungan dengan nilai t 2,207 dan nilai t-test sig 0,041 < 0,05 maka Ho ditolak . Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (nyata) antara nilai aktivitas fisik di daerah pesisir pantai dengan pegunungan, dan terdapat perbedaan yang signifikan (nyata) antara nilai kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan siswa di daerah pegunungan.


(5)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE COMPARATIVE PHYSICAL ACTIVITIES DAN PHYSICAL FITNESS STUDENTS IN COASTAL AND MOUNTAINS AREA IN

SUBANG

(A Descriptive Study of Junior High School Students in Subang District) Benny Arief Prayoga

1001494

Surdiniaty Ugelta, M.kes. Ahmad Hamidi, S.pd,. M.pd.

This study purposed to examine the comparison in physical activies and physical fitness toward students in coastal and mountains area. Sample of this study were 20 students who live in coastal and mountains area, the sample was taken using purposive random sampling technique. The data was collected through questionnaire and running test for about 12 minutes (cooper test). A statistical measurement using independent sample T-test in SPSS was applied in this study to result the numerical data. According to the data analysis, it is gained that physical acitivities in coastal and mountains area show t score = 2,691, p = 0,015, which means the initial hypothesis of this study is rejected. The same result is also shown on physical fitness of the students as t score = 2,207 with T-test sig 0,041 < 0,05. Based on the measurement above, this study concludes that there is significant difference (real) in both of physical activities and physical fitness students’ score in both coastal dan mountains area.


(6)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Implementasi Aktivitas Fisik/Jasmani Terhadap Keugaran Jasmani... 9

B. Pedoman Aktivitas Untuk Anak Sekolah Menengah Pertama ... 12

C. Jenis – Jenis Aktivitas Fisik ... 14

D. Pertumbuhan Dan Perkembangan Fisik ... 15

E. Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Anak ... 16

F. Komponen – Komponen Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ... 18

G. Kerangka Pemikiran ... 19

H. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dan Desain Penelitian... 21

B. Partisipan ... 22

C. Populasi Dan Sampel ... 22

D. Variabel Penelitian ... 23

E. Instrumen Penelitian ... 23


(7)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

G. Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Aktivitas Fisik Dengan Hasil Kebugaran Jasmani ... 33

B. Hasil Pengolahan Dan Analisis Data ... 38

a. Uji Normalitas ... 39

b. Analisis Statistik Parametrik ... 40

C. Diskusi Temuan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesumpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(8)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

DAFTAR TABEL

3.1Populasi Dan Sampel Penelitian ... 22

3.2Kisi-Kisi Angket Aktivitas Fisik ... 23

3.3Uji Validitas Angket Aktivitas Fisik ... 24

3.4Hasil Uji Reabilitas Angket Aktivitas Fisik ... 25

3.5Norma Untuk Tes Lari 12 Menit, Jarak (Kilometer) ... 26

4.1Data Hasil Aktivitas Fisik Di Daerah Pesisir Pantai ... 33

4.2Kriteria Penafsiran Aktivitas Fisik ... 34

4.3Hasil Penafsiran Aktivitas Fisik ... 34

4.4Data Hasil Tes Lari 12 Menit Di Daerah Pesisir Pantai ... 35

4.5Data Hasil Aktivitas Fisik Di Daerah Pegunungan ... 36

4.6Kriteria Penafsiran Aktivitas Fisik ... 37

4.7Hasil Penafsiran Aktivitas Fisik ... 37

4.8Data Hasil Tes Lari 12 Menit Di Daerah Pegunungan ... 38

4.9Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Fisik Di Daerah Pesisir Pantai ... 39

4.10Hasil Uji Normalitas Data Kebugaran Jasmani Di Daerah Pegunungan ... 39


(9)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

DAFTAR GAMBAR

3.1 Desain Penelitian ... 21

3.2 Prosedur Penelitian ... 29

4.1 nilai rata-rata aktivitas fisik ... 42

4.2 nilai rata-rata kebugaran ... 42

Gambar 1 ... 64

Gambar 2 ... 64

Gambar 3 ... 65

Gambar 4 ... 65

Gambar 5 ... 66

Gambar 6 ... 66

Gambar 7 ... 67


(10)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1 Data Populasi Hasil Angket ... 47

2 Data Hasil Kebugaran Jasmani ... 49

3 Angket Aktivitas Fisik ... 50

4 Data Validitas Angket ... 52

5 Output Data ... 53

6 SK Pembimbing Skripsi ... 56

7 Surat Izin Penelitian ... 58

8 Surat Balasan Penelitian ... 60

9 Kartu Bimbingan Skripsi ... 62


(11)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya adalah pembangunan manusia yang sehat jasmani, rohani, dan sosial, berbudi pekerti luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara umum dapat dipahami bahwa dalam membangun sebuah negara yang kuat diperlukan manusia yang sehat, baik jasmaninya, rohaninya maupun sosialnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan kondisi fisik, psikis dan sosial yang baik. Melalui kondisi fisik, psikis dan sosial yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan bangsa. Kemajuan teknologi dewasa ini turut mempengaruhi gaya hidup sebagian masyarakat termasuk anak sekolah menengah pertama. Di bidang transportasi, terlihat semakin sedikit anak yang berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki atau bersepeda. Jika berada di gedung bertingkat, cenderung memilih menggunakan lift atau eskalator dari pada melalui tangga, waktu luang lebih sering diisi dengan menonton televisi dan bermain komputer atau video games, dan berolahraga hanya dilakukan pada saat pelajaran olahraga. Hal inilah yang menyebabkan budaya kurang gerak sehingga kondisi jasmanipun kurang bugar, belum lagi pola konsumsi yang tidak memperhatikan gizi yang seimbang.

Dalam aplikasi olahraga di masyarakat, anak-anak yang pada masa kecilnya kurang memiliki pengalaman gerak yang luas, akan mendapatkan hambatan dalam menerapkan kemampuan keterampilan olahraganya di lingkungan masyarakat, hal ini akan menghambat proses adaptasi dengan lingkungan sosialnya. Orang yang memiliki keterbatasan gerak dasarnya akan mengalami banyak kesulitan dalam menjalani kehidupannya, bila dihadapkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan gerak yang cukup rumit. Kebiasaan hidup dengan selalu melakukan aktivitas fisik harus dilakukan dimulaisejak anak-anak untuk mendorong dan menyadarkan peserta didik, pendidik dan orang tua untuk hidup aktif melalui


(12)

2

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai kegiatan aktivitas fisik dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat Indonesia pada umumnya.

Proses pembiasaan itu harus terus didorong guna memberikan kesempatan kepada anak dalam menggunakan segala kesempatan yang dimilikinya untuk melakukan berbagai macam gerak. Seiring dengan bertambahnya usia, anak dapat merasakan bahwa mengisi waktu mereka dengan beraktivitas adalah suatu tantangan yang tidak mudah. Hal itu disebabkan semakin meningkatnya tuntutan dari sekolah dengan memberikan pekerjaan rumah yang banyak sehingga menyita waktu anak, perasaan anak bahwa mereka tidak olahraga, disamping itu tidak ada contoh/teladan yang aktif, dan perhatian keluarga yang kurang karena sibuk bekerja padahal produktivitas kerja dengan aktivitas fisik akan membuat anak menjadi bugar sekaligus menunjang anak menjadi berprestasi. Menurut Santosa Giriwijoyo (2007, hlm. 79) bahwa:

Aktivitas fisik anak seperti bermain dan berolahraga akan berdampak positif pada kebugaran fisiknya. Anak yang berolahraga seyogyanya adalah atlet masa depan. Oleh karena itu, sangatlah penting memberi pengalaman olahraga kepada anak sehingga ia terus melakukan olahraga sepanjang usia sekolah sampai usia dewasanya. Berkaitan dengan itu, olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas (Undang-Undang Keolahragaan No.3,2005, hlm. 52). Selanjutnya dikatakan bahwa gerakan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta upaya prestasi olahraga dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang berkelanjutan (Undang-Undang Keolahragaan No.3, 2005, hlm. 56).

Dengan demikian kegiatan olahraga harus dilakukan sejak dini yaitu pada anak usia Sekolah Dasar dan berkelanjutan pada Sekolah Menengah Pertama dan Atas. Hal ini sesuai dengan pendapat (Michele Dell Pruet, Jeniffer Caputo, dan Tara Perry 2008) menyatakan bahwa, physical activity habits developed early in life may persist into adulthood, adequate participation in physical activity during chilhood


(13)

3

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

and adolescence are critical to the prevention of chronic disease late in life”. Artinya kebiasaan aktivitas fisik yang dikembangkan di waktu muda yang terus terbawa ke masa kedewasaan, keikutsertaan yang cukup dalam aktivitas fisik selama masa kanak-kanak dan masa remaja adalah masalah yang kritis bagi upaya pencegahan dari penyakit kronis di kemudian hari. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini sangat bermanfaat bagi setiap anak sebagai investasi jangka panjang termasuk dalam mencegah berbagai penyakit terutama penyakit jantung dan paru-paru karena kurang gerak.

Kesempatan untuk melakukan aktivitas jasmani di sekolah terbuka melalui Pendidikan Jasmani, sehingga aktivitas fisik di sekolah masih dirasakan kurang dan perlu dilakukan diluar jam sekolah. Hal ini dikarenakan sangat minimnya kesempatan yang dimiliki anak untuk beraktivitas jasmani di sekolah. Anak yang pada masa kecilnya kurang memiliki pengalaman gerak yang luas, akan mendapatkan hambatan dalam menerapkan kemampuan keterampilan olahraganya di lingkungan masyarakat. Pate, McClenaghan dan Rotella yang diterjemahkan Kasiyo Dwijowinoto (1993, hlm. 198) mengatakan bahwa “Anak-anak yang kurang berkesempatan untuk lebih awal berpartisipasi dalam pengalaman bermain cenderung akan mengalami kesulitan untuk mempelajari penampilan motorik dengan tingkat yang lebih sulit”.

Aktivitas fisik berupa bermain dan bergerak yang dikemas sedemikian rupa akan memberikan berbagai nilai-nilai sosial yang dapat terinternalisasi dalam kepribadian anak. Pemberian pengalaman konkrit dalam kegiatan bergerak dan bermain dalam lingkungan tempat tinggal anak, berbagai nilai-nilai sosial dapat diadopsi dalam kehidupan anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (2005, hlm. 430) bahwa: “Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani dalam mengeksploitasi lingkungannya sangat penting, bukan saja untuk perkembangan keterampilan yang normal kelak setelah dewasa, tetapi juga untuk perkembangan mental yang sehat”.

Implikasi penting dari pernyataan tersebut ialah orang tua atau pendidik perlu menyadari pentingnya pemberian kesempatan yang cukup bagi anak untuk bergerak


(14)

4

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan memberikan bimbingan kepada anak untuk memanfaatkan kesempatan tersebut dengan berbagai aktivitas fisik. Untuk memenuhi aspek tersebut, diperlukan pembinaan terhadap anak sejak dini secara terencana dan menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia tanpa melihat perbedaan letak geografis suatu daerah. Keadaan alam suatu daerah menjadi kendala dalam mendapatkan kesempatan melakukan aktivitas fisik dalam mengembangkan potensi olahraga yang dimiliki anak sekolah, ditambah lagi dengan kurangnya sarana dan prasarana olahraga, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Keadaan lingkungan ini akan mengurangi kesempatan bagi anak dalam melakukan aktivitas jasmani yang berdampak terhadap tingkat kebugaran jasmani anak. Keberadaan anak Sekolah Menengah Pertama yang terletak di daerah pesisir dan daerah pegunungan ditentukan pula oleh kondisi lingkungan.

Akan tetapi, karakteristik geografis dan kekhasan lingkungan alam suatu daerah dapat pula memberikan keuntungan atau dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pembinaan atau aktivitas fisik anak-anak Sekolah Menengah Pertama di daerah pesisir dan daerah pegunungan. Aktivitas fisik anak baik di sekolah maupun di luar sekolah di daerah pesisir tidak terlepas dari kondisi pantai, bila keadaan air surut mereka bermain di pasir pantai seperti lari, sepakbola, bermain olahraga tradisional dan aktivitas lainnya. Sebaliknya bila air pasang mereka lomba mendayung perahu, berenang, lompat dan salto kedalam air. Disamping kegiatan tersebut anak-anak sering membantu orang tua mereka pergi memancing dengan mendayung perahu, sehingga keseharian mereka penuh dengan aktivitas fisik. Anak-anak SMP pesisir pantai umumnya pergi dan pulang dari sekolah dengan berjalan kaki, jauh dan dekat bagi mereka bukan masalah. Bahkan, berjalan kaki tanpa alas kaki sudah merupakan kebiasaan secara turun temurun. Sebagian besar jarak antara rumah dan sekolah tidak terlalu jauh karena sebagian besar Sekolah Menengah Pertama dibangun di dekat pemukiman penduduk. Selain membantu orang tua, anak-anak Sekolah Menengah Pertama daerah pesisir memanfaatkan lingkungan tempat bermukim mereka yang sebagian besar daerah pantai yang berpasir untuk digunakan untuk bermain.


(15)

5

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan bermain sejak di sekolah sudah dilakukan baik ketika waktu istirahat maupun ketika tidak ada guru yang mengajar. Dari hasil pengamatan peneliti, para siswa sering memainkan berbagai jenis permainan seperti main hadang, bentengan, main tali untuk anak perempuan, main bola dan kejar-kejaran. Suasana bermain ini dilakukan dengan penuh kegembiraan dan keceriaan. Sepulang sekolah bila mereka tidak lagi membantu orang tua, biasanya kegiatan bermain di sekolah pada pagi hari, dilanjutkan pada sore hari hingga menjelang malam dan biasanya mereka berhenti bermain ketika dipanggil orang tua mereka kembali ke rumah. Kegiatan itu dilakukan biasanya hanya dengan menggunakan celana pendek bagi anak laki-laki, sementara anak perempuan menggunakan baju dan celana pendek. Namun demikian, sering kali pada permainan tertentu kegiatan bermain ini dilakukan secara bersama-sama dan tidak membedakan jenis kelamin. Anak-anak daerah pesisir jarang terkena penyakit meskipun berada di alam terbuka berjam-jam dan diterpa kencangnya angin laut yang menerpa pantai. Tak kalah pentingnya adalah konsumsi makanan anak pesisir pantai berupa ikan yang masih sangat segar dapat pula menjadi alasan tingkat kebugaran fisik mereka.

Aktivitas fisik anak pegunungan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya, seperti tanahnya yang tidak rata atau berbukit-bukit sehingga ketika berjalan anak pegunungan cenderung mengerahkan tenaga yang lebih besar ketika menempuh jalan yang menanjak dan menurun. Kegiatan bermain anak pegunungan dilakukan pada daerah yang rata meskipun sempit, namun tetap digunakan seperti sepakbola mini, bola voli dan kegiatan olahraga tradisional yang lain. Di samping itu, anak pegunungan sering membantu orang tua pergi ke kebun atau ke hutan mencari kayu bakar dan berburu.

Kondisi lingkungan tempat tinggal anak sekolah akan mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani dan keterampilan dasar mereka. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (1988, hlm. 367) bahwa “Perkembangan dan penguasaan keterampilan gerak pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial budaya”. Berdasarkan analisis data kebugaran yang dikumpulkan pada SDI (Sport Development Indeks) tahun 2006 menunjukkan bahwa 37,40 % masuk kategori


(16)

6

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang sekali, 43,90% kurang, 13,55 % sedang, hanya 5,15 % masuk kategori baik dan baik sekali. (Toho Cholik dan Ali Maksum; 2007, hlm. 52 ).

Berdasarkan data tersebut kesegaran jasmani perlu ditingkatkan dengan membiasakan berolahraga pada anak khususnya anak SMP. Secara naluri anak-anak cenderung selalu aktif bergerak, mereka bergerak didasari rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Aktivitas motorik anak akan tumbuh seiring proses tumbuh kembang yang harus mereka dilalui. Dengan memberikan waktu bagi anak untuk bergerak dan bermain anak akan memperoleh kebugaran jasmani. Aktivitas gerak jalan terdapat indikator yang menunjukkan adanya hubungan yang penting antara kebugaran fisik dengan tingkat aktivitas fisik pada anak-anak dan anak remaja. Meskipun tingkatan kebugaran individu adalah suatu hal penting yang menghubungkan aktivitas fisik.

Dengan demikian penelitian yang dilakukan ini untuk mengetahui sejauh mana perbedaan aktivitas fisik dan kebugaran jasmani anak sekolah di daerah pesisir pantai dengan pegunungan di Kabupaten Subang yang menduduki kelas VIII dengan rentang umur 13 tahun sampai 15 tahun. Dipilihnya anak usia 13 tahun sampai 15 tahun karena tingkat pertumbuhan dan perkembangan mereka belum berbeda jauh, di samping itu tingkat umur anak pada tiap kelas berbeda. Dengan pemilihan berdasarkan umur ini akan memberikan gambaran secara utuh tingkat kebugaran jasmani anak-anak di SMP. Sedangkan dipilihnya Kabupaten Subang, sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu daerah yang memiliki wilayah pesisir dan pegunungan yang luas serta banyaknya sekolah yang didirikan di daerah sepanjang pesisir pantai. Dengan demikian timbul dugaan bahwa tingkat kebugaran jasmani anaksekolah akan dipengaruhi oleh aktivitas jasmani dengan dukungan keadaan lingkungan alam di mana mereka beraktivitas.


(17)

7

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan antara aktivitas fisik siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang ?

2. Apakah terdapat perbedaan kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara aktivitas fisik siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang. 2. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan kebugaran jasmani siswa di

daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang. D. Manfaat Penelitian

1. Jika hasil penelitian ini terbukti bahwa aktivitas fisik yang baik memiliki dampak yang menguntungkan bagi tingkat kebugaran jasmani anak sekolah menengah pertama yang berada di daerah pesisir dan daerah pegunungan, maka perlu diberikan pemahaman kepada orang tua tentang pentingnya aktivitas fisik bagi anak dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya. Sebaliknya jika aktivitas fisik yang dilakukan anak berdampak negatif atau merugikan anak dalam kebugaran jasmaninya,maka harus benar-benar dipahami orang tua dan membatasi aktivitas fisik yang dilakukan anak agar tidak merugikan tingkat kebugaran jasmani anak sekolah menengah pertama. 2. Jika kondisi lingkungan tempat tinggal berdampak positif terhadap tingkat

kebugaran jasamani anak sekolah, maka perlu memberikan rekomendasi baik kepada pemerintah, guru, masyarakat atau orang tua untuk menyediakan lapangan atau fasilitas yang memungkinkan anak untuk beraktivitas secara leluasa untuk memacu tingkat kebugaran jasmaninya.


(18)

8

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan para stake holder yang memiliki kompetensi dalam masalah kebugaran jasamani terutama terutama anak sekolah usia 13 sampai 15 tahun.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Agar penelitian terancang dengan baik, maka perlu adanya penyusunan secara terstruktur. Oleh karena itu penulis memaparkan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II Kajian pustaka/landasan teoritis

Bab ini memaparkan tentang Implementasi aktivitas fisik/jasmani terhadap kebugaran jasmani, pedoman aktivitas untuk anak sekolah menengah pertama, jenis-jenis aktivitas fisik, pertumbuhan dan perkembangan fisik, tingkat kebugaran jasmani anak, kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini memaparkan tentang desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

BAB IV Temuan dan Pembahasan

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni: (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternative cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.


(19)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

a. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengungkap perbedaan aktivitas fisik dan kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan kabupaten subang. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Nasir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu”kebugaran jasmani.

b. Desain Penelitian

Untuk menentukan sebuah desain penelitian biasanya disesuaikan dengan jenis pendekatan atau metode penelitian yang digunakan. Mengenai desain penelitian ini Campbell & Stanley dalam Arikunto (1997:83) membagi jenis-jenis desain ini berdasarkan atas baik buruknya eksperimen, atau sempurna tidaknya eksperimen.

Untuk itu penulis menggunakan desain penelitian postest only sesuai dengan gambar berikut ini :

H1

H2

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X1 = Aktivitas fisik di daerah pesisir pantai

X2 = Aktivitas fisik di daerah pegunungan

Y1 = Kebugaran jasmani di daerah pesisir pantai

Y2 = Kebugaran jasmani di daerah pegunungan

X

1

X

2


(20)

22

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa SMP yang berada di kabupaten subang yaitu siswa kelas VIII dengan jumlah partisipan 20 orang. 10 orang yang yang berada di daerah pesisir pantai dan 10 orang yang berada di daerah pegunungan.

C. Populasi Dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007, hlm. 61). Selanjutnya dikatakan bahwa populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek yang diteliti itu (2007, hlm. 61). Dari penjelasan tersebut diatas, maka populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak SMP kelas VIII yang berusia 13 sampai 15 tahun di daerah pesisir dan pegunungan di SMP 1 dan SMP 2 Kabupaten Subang.

b. Sampel

Ukuran sampel ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian mencari perbedaan antara aktivitas fisik dan kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan pegunungan. Pengambilan sample minimal 20-25% ( arikunto, 2002, hlm. 110).

Sedangkan untuk mengambil jumlah sampel setiap sekolah sesuai dengan karakteristik sampel digunakan Stratifikasi Random Sampling dengan rumus: 25% x populasi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Populasi dan sampel penelitian

Sekolah Jumlah Populasi Ulasan

Proporsional

Jumlah Sampel

SMP 1 Ciater 40 25% x 40 10

SMP 2 Pusakajaya 40 25% x 40 10


(21)

23

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian jumlah keseluruhan sampel penelitian ini untuk daerah pesisir dan pegunungan adalah: Untuk daerah pesisir sebanyak 10 siswa dan daerah pegunungan sebanyak 10 siswa. Jumlah sampel secara keseluruhan adalah 20 siswa.

D. Variabel Penelitian

Terdapat dua variable utama yang tercakup dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Variable Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh langsung terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah bermain Aktivitas fisik.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tes kebugaran jasmani. E. Instrumen Penelitian.

Pada dasarnya penelitian itu melakukan pengukuran, maka diperlukanya alat ukur dengan baik. Menurut sugiyono (2011, hlm. 102) “Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik”. Dalam penelitian ini menggunakan sistem angket yang diberikan kepada sempel. Dengan menggunakan instrumen metode angket, dengan jawaban sudah disediakan dan sempel hanya memilih jawaban tersebut dengan sebenarnya, metode angket ini untuk mempermudah dan mempercepat memperoleh hasil yang diinginkan peneliti. Keuntungan dengan mengunakan metode angket yaitu sampel dapat bebas menjawab dengan jujur dan tidak ada rasa malu.

Tabel 3.2

Kisi-kisi angket aktifitas fisik

Komponen Sub Indikator Indikator Nomor Pernyataan

Sekolah

Intrakulikuler -Pelajaran OR -Istirahat

2, 6, 7, 14, 16, 34, 21

Ekstrakulikuler

Pelatihan

- Sepakbola - Voli

8, 17, 25, 26, 27, 19, 30


(22)

24

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diluar Sekolah

Lingkungan Rumah

-Kebun -Sawah -Pasir

1, 5, 9, 12, 18, 20, 23, 24

Diluar Lingkungan Seolah -Hutan -Laut

11, 13, 15, 21, 22, 28, 29

a. Uji coba angket

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reabilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagi pengumpulan data dalam penelitian ini. Uji coba angket ini diberikan pada anak sekolah menengah pertama sebanyak 20 orang. Sebelum sampel diberikan angket tersebut, peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara mengisinya.

Tabel 3.3

Uji Validitas Angket Aktivitas Fisik

Soal Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

s1 0,52 Valid

s2 0,42 Valid

s3 -0,37 Tidak Valid

s4 0,06 Tidak Valid

s5 0,61 Valid

s6 0,35 Valid

s7 0,31 Valid

s8 0,38 Valid

s9 -0,15 Tidak Valid

s10 -0,08 Tidak Valid

s11 0,05 Tidak Valid

s12 0,46 Valid

s13 0,45 Valid

s14 -0,04 Tidak Valid

s15 0,21 Valid

s16 0,08 Tidak Valid

s17 0,35 Valid

s18 0,28 Valid


(23)

25

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

s20 0,35 Valid

s21 -0,09 Tidak Valid

s22 0,41 Valid

s23 0,28 Valid

s24 0,56 Valid

s25 0,13 Tidak Valid

s26 0,37 Valid

s27 0,42 Valid

s28 0,53 Valid

s29 0,25 Valid

s30 0,05 Tidak Valid

Pengambilan keputusan berdasarkan perhitungan nilai Corrected Item-Total Correlationhasil dari analisis Reability Scale. Menurut, Nisfiannor Muhammad (2009: 229), bahwa untuk menyatakan butir item valid atau tidak valid digunakan patokan 0,200”. Terlihat pada tabel diatas ada beberapa soal angket yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlationdiatas 0,200, dikatakan soal angket tersebut Valid, ataupun sebaliknya. Ternyata terdapat 19 butir pernyataan yang valid dan pernyataan yang tidak valid ada 11 butir, yaitu nomor 3, 4, 9, 10, 11, 14, 16, 19, 21, 25 dan 30. Dari hasil validitas instrumen tersebut didapatkan nilai reliabilitas intrumen sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Angket Aktifitas Fisik

Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan penghitungan nilai Cronbach Alpha > 0,600. Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Cronbach Alpha = 0,828 > 0,600, artinya angket dinyatakan Reliabel.

Reliability Statistiks Cronbach's

Alpha

N of Items


(24)

26

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tes kebugaran jasmani

Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani dilaksanakan dengan tes lari 12 menit Copper. Ada pun rangkaiannya adalah sebagai berikut:

a) Lari 12 menit

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa.

b) Alat dan fasilitas

- Lapangan yang luas, rata dan tidak licin. - Peluit

- meteran - Stopwatch - Catatan hasil tes Pelaksanaan:

- Peserta berdiri dibelakang garis start

- Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri - Pada aba-aba “Ya” peserta mulai untuk lari 12 menit.

Hasil yang dicatat adalah waktu yang ditempuh oleh pelari untuk menempuh lari 12 menit tanpa melakukan kesalahan seperti mencuri start atau yang lainnya. Sumber: depdikbud (1986, hlm. 24).

Table 3.5

Norma untuk tes lari 12 menit, jarak (kilometer)

Kategori Gender Usia (tahun)

13-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 kurangsekali Pria <2,09 <1,96 <1,90 <1,83 <1,65 <1,40 Wanita <1,61 <1,51 <1,51 <1,42 <1,35 <1,26

Kurang

Pria

2,09-2,20 1,96-3,10 1,90-2,09 1,83-1,99 1,65-1,80 1,40-1,64

Wanita

1,61-1,90 1,54-1,79 1,51-1,79 1,42-1,57 1,35-1,49 1,26-1,38

Pria

2,22-2,51 2,12-2,40 2,11-2,33 2,01-2,24 1,88-2,09 1,56-1,93


(25)

27

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedang Wanita

1,91-2,08 1,80-1,96 1,70-1,90 1,59-1,79 1.51-1,69 1,40-1,58 Baik

Pria

2,53-2,77 2,41-2,64 2,35-2,51 2,25-2,46 2,11-2,32 1,95-2,12

Wanita

2,09-2,30 1,96-2,16 1,91-2,08 1.80-2,00 1,70-1,90 1,59-1,75 Baik sekali

Pria

2,78-2,99 2,65-2,83 2,52-2,71 2,48-2,65 2,33-2,54 2,14-2,49

Wanita

2,32-2,43 2,17-2,33 2,09-2,24 2,01-2,24 1,91-2,09 1,71-1,90 Luarbiasa Pria >3,00 >2,05 >2,74 >2,67 >2,56 >2,51

Wanita >2,44 >2,35 >2,25 >2,17 >2,11 >1,91 Di kutip dari: Cooper K.H, The Aerobic Program For Total Well Being, Banam Bocks, New York 1982, Hal 141.

F. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mempermudah pemecahan masalah dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu, sehingga diperoleh hasil seseuai dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2006:1) metode penelitian adalah sebagai berikut :

Metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan static group commparisson. Metode yang digunakan ini lebih mentitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Nasir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu”.


(26)

28

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Lebih lanjut Sukardi (2003:174) memaparkan bahwa “penelitian ex-post facto merupakan penelitian, di mana rangkaian variable-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variable terikat”. Lebih lanjut Nasir (1999:73) menguraikan tentang ciri utama dalam penelitian ex post facto sebagai berikut “Sifat penelitian ex post facto, yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya”.

Arikunto (2002:237) menjelaskan bahwa, “Pada penelitian ini , peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”. Lebih lanjut Sukardi (2003:165) mengemukakan hal yang sama bahwa “…..karena sesuai dengan arti ex-post facto, yaitu ‘dari apa dikerjakan setelah kenyataan’, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian”.

Berdasarkan observasi peneliti sebelum melakukan tes, peneliti melakukan wawancara kepada guru olahraga sekolah tersebut dan mengatakan bahwa butir tes yang akan diberikan telahdi pelajari sebelumnya. Maka berdasarkan penjelasan berikut, maka penulis berpendapat bahwa penelitian ini cocok untuk menggunakan metode deskriptif. Hal ini sesuai dengan masalah yang akan saya teliti yaitu, perbandingan kebugaran jasmani siswa sekolah menengah pertama yang di daerah pesisir pantai dengan siswa yang di daerah pegunungan.

Selain penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, peneliti juga menjelaskan mengenai prosedur penelitian, untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan maka diperlukan prosedur penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya gambaran prosedur penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai prosedur penelitian peneliti jelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu siswa kelas VIII SMPN 2 Pusakajaya dan SMPN1 Ciater kabupaten subang

2. Kemudian menentukan sampel sejumlah 10 orang siswa kelas VIII SMPN 2 Pusakajaya dan 10 orang siswa kelas VIII SMPN 1 Ciater


(27)

29

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kabupaten subang dengan menggunakan teknik simple random sampling.

3. Dan pemberian angket untuk di isi oleh siswa.

4. Selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan melakukan tes cooper (lari 12 menit) yang dilaksanakan di tiap-tiap sekolah tersebut.

Langkah terakhir yaitu melakukan pengolahan data, menganalisa dan menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengolahan dan analisis data.

Gambar 3.2 Prosedur penelitian G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data di analisis secara statistik dengan menggunakan aplikasi Statistikal Product and Service Solution (SPSS) for windows versi 21 dengan analisis independent Sample t Test. Pegujian satu sampel pada prinsipnya ingin menguji apakah ada suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Nilai tertentu di sini pada umumnya adalah sebuah nilai paramameter untuk mengukur suatu populasi.

sAMPEL POPULASI

PEMBERIAN ANGKET DI DAERAH PEGUNUNGAN

PEMBERIAN ANGKET DI DAERAH PESISIR PANTAI

TES KEBUGARAN JASMANI

DATA

PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA

HASIL


(28)

30

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis yang pertama adalah uji normalitas dan homogenitas. Uji ini dilakukan untuk menentukan sifat distribusi data. Analisis untuk uji normalitas ini menggunakan uji statistic Kolmogorov Smirnov . Uji statistik ini biasa digunakan untuk menentukan normalitas suatu kumpulan data. Sedangkan untuk uji homogenitas menggunakan One Way Anova dengan mengaktifkan Homogenity of Veriance Test. Analisis selanjutnya adalah menentukan perbedaan signifikansi untuk masing-masing data. Perbandingan dilakulan terhadap satu data dengan data yang lainnya. Uji statistik yang digunakan untuk analisis ini bergantung pada sifat normalitas data. Bila data yang dianalisis bersifat normal, maka uji statistik yang digunakan adalah independent sample t test. Tingkat kepercayaan analisis data pada penelitian ini adalah 95%, sehingga nilai α untuk penelitian ini adalah 0,05. 1. Menghitung Rata-Rata (mean)

Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus:

�̅ = ∑�

Keterangan:

�̅ = Skor rata-rata

∑�� = Jumlah nilai data n = Jumlah sampel

2. Standar Deviasi (Simpangan Baku)

Standar deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menujukan tingkat variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan reratanya, simbol simpangan baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau σn-1)

Rumus untuk kelompok kecil : S = ∑ � −�̅

�−

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = simpangan baku yang dicari


(29)

31

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu n∑ � − �̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata 3. Uji Normalitas

Peneliti menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov.

4. Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan One Way Anova dengan mengaktifkan Homogenity of Veriance Test. Uji statistika yang akan digunakan adalah Statistikal Product and Service Solution (SPSS) for windows versi 16. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh> Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak dalam hal lainnya

diterima.

Rumus uji statisik yang digunakan adalah :

� = � � =� � � �� � � �

Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians: a. Inventarisasi data

b. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat. c. Membuat hipotesis statistik.

d. Mencari fhitung.

e. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis. f. Membandingkan fhitung dengan ftabel.

g. Kesimpulan. 5. Uji Hipotesis

Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

a. Nyatakan hipotesis statistik (h0 dan h1) yang sesuai dengan penelitian

b. Gunakan statistik uji yang tepat

c. Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul d. Memberikan kesimpulan


(30)

32

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretes yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:

Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t Statistik uji yang digunakan adalah

= �̅ − �̅ √ +

dengan = = √� − � + � − � � +� −

Keterangan:

�̅ : Rata-rata skor tes 1 X2 : Rata-rata skor tes 2.

: Simpangan baku 1. : Simpangan baku 2.

Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan = � + � − 2 dan peluang ( − �). H0 diterima jika − − � < < − � dan H0 ditolak untuk

nilai t lainnya.

Menggunakan taraf signifikansi 5% ( � = 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah:

a. jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka h1 diterima.

b. jika nilai signifikansi (sig.) <0,05 maka h0 ditolak


(31)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan aktivitas fisik siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang”.

2. Terdapat perbedaan kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang”.

B. Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh, selanjutnya peneliti mengajukan saran yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan literatur tambahan: 1. Penelitian ini hanya terbatas pada gambaran hasil hubungan. Untuk itu peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya untuk dapat menghasilkan gambaran tentang perbandingan supaya dapat mengetahui secara detail kebugaran jasmani didaerah pesisir pantai atau pegunungan yang lebih bagus.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya anak-anak smp saja, oleh karena itu peneliti merekomendasikan untuk menggunakan sampel dengan tingkatan yang berbeda seperti anak-anak SMA dan Mahasiswa.


(32)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Cooper, K.H. (1982). The Aerobics Way. New York: Boston Books

Dahuri et al. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Bogor.

Elizabeth B. Hurlock. (1978). Perkembangan anak. (Terjemahan: Med Meitasari Tjandrasa dan Muchichah Zarkasih). Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Giriwijoyo (2007) Ilmu Faal Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Harsono. (1988). Couching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Couching. Jakarta: Tambak Kusuma.

Hurlock, E. B., Child Development, Mc Graw Hill Kogakusha: International Student,1978, (terj) Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, Agus Darma (edt), ., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1997.

Imanudin, Iman. (2008). Ilmu kepelatihan olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Matjan, Bastinus N. (2008). Olahraga dan Cedera. Bandung. Jurusan Pendidikan Kepelatihan. FPOK-UPI.

Pangrazi, Robert P. (2003). Dynamic Physical Education For Elementary School Children. 12th Ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Pate, McMlenaghan, Bruce, Rotella, Robert. (1993). Dasar-Dasar Ilmiah kepelatihan. (Terjemahan: Kasiyo Dwijowinoto). Semarang: IKIP PRESS.

President’s Council on Physical Fitness and Sports. (2003). [Online]. Tersedia di: https://www.presidentschallenge.org/informed/digest/docs/200406digest.pdf

Diakses tanggal 25 Agustus 2015

Rusli Lutan, Hartono J., dan tomoliyus. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Ditjen. OR. Depdiknas.

Santoso Giriwijoyo. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Setiawan, Iwan. (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung – Institut Teknologi Bandung.


(33)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Singgih Santoso, (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 12. Jakarta: Elex Media Komputer ESS.

Sudarno (1992) Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta, DEPDIKBUD Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Sumarsardjono, S. (1990). Pengetahuan Praktis Kesehatan DalamOlahraga. Jakarta: P.T

Bina Cipta.

Undang-undang RI. No. 3 Tahun 2005. Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS


(1)

30

Analisis yang pertama adalah uji normalitas dan homogenitas. Uji ini dilakukan untuk menentukan sifat distribusi data. Analisis untuk uji normalitas ini menggunakan uji statistic Kolmogorov Smirnov . Uji statistik ini biasa digunakan untuk menentukan normalitas suatu kumpulan data. Sedangkan untuk uji homogenitas menggunakan One Way Anova dengan mengaktifkan Homogenity of Veriance Test. Analisis selanjutnya adalah menentukan perbedaan signifikansi untuk masing-masing data. Perbandingan dilakulan terhadap satu data dengan data yang lainnya. Uji statistik yang digunakan untuk analisis ini bergantung pada sifat normalitas data. Bila data yang dianalisis bersifat normal, maka uji statistik yang digunakan adalah independent sample t test. Tingkat kepercayaan analisis data pada penelitian ini adalah 95%, sehingga nilai α untuk penelitian ini adalah 0,05.

1. Menghitung Rata-Rata (mean)

Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus:

�̅ = ∑�

Keterangan:

�̅ = Skor rata-rata

∑�� = Jumlah nilai data

n = Jumlah sampel

2. Standar Deviasi (Simpangan Baku)

Standar deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menujukan tingkat variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan reratanya, simbol simpangan baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau σn-1)

Rumus untuk kelompok kecil :

S = ∑ � −�̅

�−

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

S = simpangan baku yang dicari


(2)

31

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu n∑ � − �̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata 3. Uji Normalitas

Peneliti menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov.

4. Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan One Way Anova dengan mengaktifkan Homogenity of Veriance Test. Uji statistika yang akan digunakan adalah Statistikal Product and Service Solution (SPSS) for windows versi 16. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh> Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak dalam hal lainnya diterima.

Rumus uji statisik yang digunakan adalah :

� = � � =� � � �� � � �

Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians: a. Inventarisasi data

b. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat. c. Membuat hipotesis statistik.

d. Mencari fhitung.

e. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis. f. Membandingkan fhitung dengan ftabel.

g. Kesimpulan. 5. Uji Hipotesis

Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

a. Nyatakan hipotesis statistik (h0 dan h1) yang sesuai dengan penelitian b. Gunakan statistik uji yang tepat

c. Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul d. Memberikan kesimpulan


(3)

32

Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau tidak. Untuk pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretes yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:

Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t Statistik uji yang digunakan adalah

= �̅ − �̅ √ +

dengan = = √� − � + � − �

� +� −

Keterangan:

�̅ : Rata-rata skor tes 1 X2 : Rata-rata skor tes 2.

: Simpangan baku 1. : Simpangan baku 2.

Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan = � + � − 2 dan peluang ( − �). H0 diterima jika − − � < < − � dan H0 ditolak untuk nilai t lainnya.

Menggunakan taraf signifikansi 5% ( � = 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah:

a. jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka h1 diterima. b. jika nilai signifikansi (sig.) <0,05 maka h0 ditolak


(4)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan aktivitas fisik siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang”.

2. Terdapat perbedaan kebugaran jasmani siswa di daerah pesisir pantai dengan di daerah pegunungan di kabupaten subang”.

B. Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh, selanjutnya peneliti mengajukan saran yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan literatur tambahan:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada gambaran hasil hubungan. Untuk itu peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya untuk dapat menghasilkan gambaran tentang perbandingan supaya dapat mengetahui secara detail kebugaran jasmani didaerah pesisir pantai atau pegunungan yang lebih bagus.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya anak-anak smp saja, oleh karena itu peneliti merekomendasikan untuk menggunakan sampel dengan tingkatan yang berbeda seperti anak-anak SMA dan Mahasiswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Cooper, K.H. (1982). The Aerobics Way. New York: Boston Books

Dahuri et al. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Bogor.

Elizabeth B. Hurlock. (1978). Perkembangan anak. (Terjemahan: Med Meitasari Tjandrasa dan Muchichah Zarkasih). Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Giriwijoyo (2007) Ilmu Faal Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Harsono. (1988). Couching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Couching. Jakarta: Tambak Kusuma.

Hurlock, E. B., Child Development, Mc Graw Hill Kogakusha: International Student,1978, (terj) Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, Agus Darma (edt), ., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1997.

Imanudin, Iman. (2008). Ilmu kepelatihan olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Matjan, Bastinus N. (2008). Olahraga dan Cedera. Bandung. Jurusan Pendidikan Kepelatihan. FPOK-UPI.

Pangrazi, Robert P. (2003). Dynamic Physical Education For Elementary School Children. 12th Ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Pate, McMlenaghan, Bruce, Rotella, Robert. (1993). Dasar-Dasar Ilmiah kepelatihan. (Terjemahan: Kasiyo Dwijowinoto). Semarang: IKIP PRESS.

President’s Council on Physical Fitness and Sports. (2003). [Online]. Tersedia di:

https://www.presidentschallenge.org/informed/digest/docs/200406digest.pdf Diakses tanggal 25 Agustus 2015

Rusli Lutan, Hartono J., dan tomoliyus. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Ditjen. OR. Depdiknas.

Santoso Giriwijoyo. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Setiawan, Iwan. (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung – Institut Teknologi Bandung.


(6)

Benny Arief Prayoga, 2015

PERBANDINGAN AKTIVITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA DI DAERAH PESISIR PANTAI DENGAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Singgih Santoso, (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 12. Jakarta: Elex Media Komputer ESS.

Sudarno (1992) Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta, DEPDIKBUD Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung. Sumarsardjono, S. (1990). Pengetahuan Praktis Kesehatan DalamOlahraga. Jakarta: P.T

Bina Cipta.

Undang-undang RI. No. 3 Tahun 2005. Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS