Pengembangan Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Informasional Bahasa Inggris Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam.

(1)

ABSTRAK

Rahmi, Siti. (2014). 1107166. Pengembangan Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Informasional Bahasa Inggris Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam. Disertasi, Program Studi Pengembangan Kurikulum. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Promotor : Prof. Dr. As‟ari Djohar, M.Pd. Kopromotor : Prof. Dr. Munir, M.I.T.

Anggota : Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M.A.

Penelitian dan pengembangan ini didasarkan pada pentingnya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris dan mengembangkan kemampuan literasi informasional Bahasa Inggris mahasiswa di Perguruan Tinggi Agama Islam dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan penelitian ini adalah (a) mendeskripsikan kondisi perkuliahan Bahasa Inggris yang selama ini berlangsung di Perguruan Tinggi Agama Islam dengan lokus IAIN Mataram; (b) menemukan model media pembelajaran berbasis komputer dalam meningkatkan kemampuan literasi informasional bahasa Inggris mahasiswa di Perguruan Tinggi Agama Islam; dan (c) menemukan dan mendeskripsikan kelebihan dan keterbatasan media pembelajaran berbasis komputer dalam meningkatkan kemampuan literasi informasional bahasa Inggris mahasiswa di Perguruan Tinggi Agama Islam. Penelitian ini menggunakan model R&D Far West Laboratory sebagaimana dikutip Gall (1979) dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, observasi dan tes. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan tujuan perkuliahan Bahasa Inggris yang masih umum tanpa orientasi literasi informasional dan level keterampilan bahasa yang dipersyaratkan dan dosen memanfaatkan media pembelajaran sebagai media penyampai pesan semata, 2)Model media pembelajaran Bahasa Inggris yang dikembangkan merupakan independent media bernama „English Literacy for Higher Education’ dengan konten literasi informasional berbentuk teks, gambar, audio dan video dalam paket self-contained, dijalankan dengan memanfaatkan adobe flash 13, dan terbukti efektif meningkatkan literasi informasional mahasiswa. 3) Kelebihan media meliputi kelebihan intent (tujuan) yang berorientasi literasi, organisasi konten dalam multimedia, konstruk dan praksis penggunaan untuk tutorial-individual, sementara keterbatasan model meliputi keterbatasan konten pada alienasi keterampilan spoken language dan keterbatasan konteks pemanfaatan utamanya lemahnya literasi teknologi pengguna. Produk utama pengembangan adalah model media pembelajaran untuk satu unit mata kuliah (a full course).Media yang dikembangkan terbukti efektif meningkatkan kemampuan literasi informasional mahasiswa. Dengan demikian, hasil penelitian ini direkomendasikan kepada departemen terkait, untuk merumuskan kebijakan yang dapat mendorong pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran bahasa Inggris yang fokus pada literasi; peneliti selanjutnya perlu menindak lanjuti capaian hasil penelitian ini dengan cakupan yang lebih luas pada aspek konten, fokus, lokus, dengan melibatkan partisipan yang refresentatif. []


(2)

ABSTRACT

Rahmi, Siti. (2014). 1107166. Developing Model of Computer Based Learning Media to

Increase English Informational Literacy Student’s Ability at Islamic Higher Education. Dissertation, Study Program of Curriculum Development. Indonesia University of Education.

Bandung.

Promoter : Prof. Dr. H. As‟ari Djohar, M.Pd. Co-Promoter : Prof. Dr. Munir, M.I.T.

Associate : Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M.A.

This research and development is based on necessity to improving the quality of English learning and developing English informational literacy at Islamic Higher Education (IHE) using information and computer technology.This study aims at (a) describing the nature of English teaching at IHE particularly at State Institute for Islamic Studies of Mataram as a pilot project, (b) finding the model of computer-based learning media to increase English informational literacy ability of Islamic Higher Education students and (c) analyzing the advantages and disadvantages of computer-based learning media toward informational literacy ability of IHE students. Employing Research & Development Far West Laboratory procedure cited by Borg & Gall (1979), data collected through questionnaire, observation, and test. The data were analyzed by descriptive and Wilcoxon analysis technique. The results showed that (1) the process of English teaching-learning carried out at IHE still used conventional approach underpinning competence based curriculum with unclear literacy orientation and the use of media was as tool for material transmission only, (2) the teaching media which developed in this study was named “English Literacy for Higher Education”, as an independent media, focusing on informational literacy through reading skill for IHE students including teaching material, evaluation and media procedure, inself-contained package, on adobe flash program and it effectiveness was examined (3) the developed media had a distinguished construct and highly perform in evaluation series, meanwhile the limitation of this research placed on the user (lecturer and students) interaction in teaching that the media facilitated. The main product of this research was the model of learning media for a full course developed.The results of this study are recommended to (a) interrelated department to design such regulation which encourage the development and utilization of teaching media, (b) English lecturers to use this product as an alternative media in developing flexible teaching model with some modification based on their needs, (c) others researcher to carry out further investigation with broader scope of content, focus and locus, and more participants to be involved. 


(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR HAK CIPTA ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi danPembatasan Masalah ... 11

1. Identifikasi Masalah ... 11

2. Pembatasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 12

1. Rumusan Masalah ... 12

2. Pertanyaan Penelitian ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 14

F. Struktur Organisasi Disertasi ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Integrasi Media Pembelajaran dalam Studi Kurikulum ... 17

1. Hakikat Kurikulum ... 17

2. Hakikat Media Pembelajaran ... 19

3. Jenis dan Fungsi Media ... 22

B. Pembelajaran Bahasa BerbasisKomputer ... 25

1. Hakikat Pembelajaran ... 25

2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Komputer ... 27

3. Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer ... 31

C. Kemampuan Literasi Bahasa Inggris ... 41

1. Hakikat Literasi ... 41

2. Tingkatan Literasi ... 49

3. Literasi dan Membaca Pemahaman ... 55

4. Menilai Kemampuan Literasi melalui Membaca ... 63

D. Kajian Riset Terdahulu ... 70

E. Kerangka Pikir Penelitian ... 73 BAB III METODE PENELITIAN


(4)

A. Metode dan Desain Penelitian ... 76

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 79

C. Definisi Operasional... 79

D. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian ... 79

1. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen ... 80

2. Instrumen Penelitian... 81

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 81

F. Hasil Studi Awal pada PTAIN ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Hasil Penelitian ... 90

1. Kondisi Perkuliahan Bahasa Inggris di PTAI (Kasus IAIN Mataram) ... 90

a. Profil IAIN Mataram ... 91

b. Kurikulum dan Implementasi Kurikulum Bahasa Inggris ... 94

c. Kualifikasi Pendidikan Dosen ... 102

d. Karakteristik Mahasiswa ... 103

e. Evaluasi Buku -Bahan Ajar ... 106

f. Pembelajaran Bahasa Inggris dan Media Pembelajaran pada Studi Pendahuluan ... 107

g. Analisis Kebutuhan Belajar Mahasiswa ... 114

h. Rasionalitas Pengembangan Model ... 122

2. Model Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 129

a. Desain Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 129

b. Model Pengembangan Media Pembelajaran (Software dan Hardware) ... 139

c. Materi Pembelajaran Bahasa Inggris ... 166

d. Penilaian (Judgment) dan Masukan Ahli ... 167

e. Revisi Model Awal Media ... 176

f. Model Draft II Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 183

g. Model Draft III Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 185

h. Deskripsi Data Ujicoba ... 189

1). Ujicoba Terbatas ... 189

2). Ujicoba Kelompok ... 192

3). Ujicoba Lapangan ... 200

3. Kelebihan dan Keterbatasan Model ... 219

a.Kelebihan ModelMedia Pembelajaran ... 219

b.Keterbatasan Model Media Pembelajaran ... 223

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 224

1. Kondisi Pembelajaran Bahasa Inggris di IAIN Mataram ... 225

a. Kurikulum Bahasa Inggris... 225

b. Relevansi Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 228

c. Kualifikasi Dosen ... 233

d. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Media ... 234


(5)

a. Model Media Produk Pengembangan ... 238

b. Efektivitas Model Media Pembelajaran ... 254

3.Afirmasi Kelebihan dan Keterbatasan Model ... 259

a. Kelebihan Model ... 260

b. Keterbatasan Model... 264

BABVSIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 267

B. Saran ... 268

DAFTAR PUSTAKA ... 270

RIWAYAT PENULIS ... 282 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(6)

DAFTAR TABEL Tabel

1.1. PISA 2012 Reading Literacy Results ... 7

1.2. Pencapaian Tingkat Literasi Membaca Siswa Indonesia... 8

2.1 Model dalam Menyusun Pertanyaan untuk Menjaring Informasi tentang Minat Responden terhadap Bahan Bacaan ... 64

2.2 Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan pada Kegiatan Membaca ... 64

3.1 Pedoman dan Kriteria Pengambilan Keputusan Skala 5 ... 82

3.2 Data Nilai Mahasiswa Fakultas Dakwah pada Mata Kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi I TA. 2012/2013 ... 85

4.1 Fakultas dan Program Studi di IAIN Mataram ... 94

4.2 Posisi Bahasa Inggris pada Kurikulum IAIN Mataram ... 95

4.3 Silabus Perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram ... 98

4.4 Kriteria Penilaian dalam Perkuliahan Bahasa Inggris ... 101

4.5 Latar Belakang Pendidikan Dosen Bahasa Inggris IAIN Mataram ... 103

4.6 Latar Belakang Responden (Mahasiswa) ... 105

4.7 Persentase Jawaban Mahasiswa pada Studi Pendahuluan ... 108

4.8 Persentase Jawaban Dosen pada Studi Pendahuluan ... 112

4.9 Jumlah Responden pada Kegiatan Analisis Kebutuhan Belajar Mahasiswa ... 115

4.10 Respon Analisis Kebutuhan Belajar Mahasiswa ... 115

4.11 Model KonseptualMedia Pembelajaran Berbasis Komputer ... 130

4.12 Storyboard Media Pembelajaran Berbasis Komputer... 143

4.13 Materi Pembelajaran dalam Media Pembelajaran ... 166

4.14 Desain Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Pembelajaran ... 167

4.15 Uji Software Media... 170

4.16 Pedoman dan Kriteria Pengambilan Keputusan Skala 5 ... 172

4.17 Hasil Penilaian Ahli Media melalui Angket ... 172

4.18 Uji Rancangan Pembelajaran ... 174

4.19 Hasil Penilaian Ahli Pembelajaran melalui Angket ... 175

4.20 Revisi Media Awal ... 178

4.21 Ujicoba Terbatas Tahap 1 ... 189

4.22 Ujicoba Terbatas Tahap 2 ... 190

4.23 Ujicoba Terbatas Tahap 3 ... 191

4.24 Rata-rata Hasil Ujicoba Terbatas Tahap 1-3 ... 191

4.25 Rata-rata Hasil Ujicoba Terbatas pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 192

4.26 Ujicoba Kelompok Tahap 1 ... 192

4.27 Ujicoba Kelompok Tahap 2 ... 195

4.28 Ujicoba Kelompok Tahap 3 ... 198

4.29 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok Tahap 1-3 ... 198

4.30 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 199

4.31 Uji Lapangan Tahap I ... ... 200

4.32 Uji Lapangan Tahap 2 ... 203

4.33 Uji Lapangan Tahap 3 ... 205


(7)

4.35 Rata-rata Hasil Ujicoba Lapangan pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 209

4.36 Data Ujicoba Lapangan Tahap 1-3 ... 210

4.37 Data Uji 1 dan Uji 2 ... 210

4.38 NPar Test Descriptive Statistics Uji 1 dan 2 ... 212

4.39 Wilcoxon Signed Rank Uji 1 dan Uji 2 ... 212

4.40 Test Statistics (b) Uji 1 dan Uji 2 ... 213

4.41 Data Uji 2 dan Uji 3 ... 213

4.42 Npar Test Descriptive Statistics pada Uji 2 dan Uji 3 ... 214

4.43 Wilcoxon Signed Rank Test Uji 2 dan Uji 3 ... 214

4.44 Test Statistics pada Uji 2 dan Uji 3 ... 215

4.45 Rata-rata Hasil Ujicoba 1-3 ... 215

4.46 Npar Test Descriptive Statistics Uji 1 dan Uji 3 ... 216

4.47 Wilcoxon Signed Rank Test Uji 1 dan Uji 3 ... 217

4.48 Test Statistics Uji 1 dan Uji 3 ... 217

4.49 Hypothesis Test Summary ... 218

4.50 Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa ... 245


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Dimensions of Literacy... 50 2.2 Tingkatan Literasi Wells... 54


(9)

DAFTAR GRAFIK Grafik

4.1 Rata-rata Hasil Uji Terbatas Tahap 1-3 ... 191

4.2 Rata-rata Hasil Uji Terbatas pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 192

4.3 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok Tahap 1-3 ... 199

4.4 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok pada MI-M6 Tahap 1-3 ... 199

4.5 Rata-rata Hasil Ujicoba Lapangan Tahap 1-3 ... 209


(10)

DAFTAR BAGAN Bagan

2.1 Flowchart Program Drill ... 33

2.2 Flowchart Program Tutorial ... 35

2.3 Flowchart Proses Produksi Model Simulasi ... 37

2.4 Flowchart Proses Produksi Instruksional Games ... 40

2.5 Kerangka Pikir Penelitian ... 74

3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan ... 78

4.1 Model Konseptual Media Pembelajaran Bahasa Inggris dengan CBLL 138 4.2 Model Awal Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 139

4.3. Desain Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer 140

4.4 Flowchart pada Model Awal Media ... 142

4.5 Draft II Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 184

4.6 Model Hipotetik _Sintaks Pemanfaatan Media Pembelajaran ... 186

4.7 Model Interaksi Komponen Media Pembelajaran Berbasis Komputer .. 187

4.8 Model Akhir Media Pembelajaran Berbasis Komputer... 188


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 1

2. Instrumen Penelitian... 13

3. Bahan Media ... 29


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model media pembelajaran berbasis komputer sebagai upaya memperbaiki kelemahan perkuliahan Bahasa Inggris dan meningkatkan kemampuan literasi informasional mahasiswa PTAI yang dinilai rendah. Sebagai penelitian yang menjembatani kepentingan penelitian dasar dan penelitian terapan, dipilih model penelitian pengembangan dengan pendekatan research and development (R&D). Model desain R&D dipakai mengingat tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model media pembelajaran. R&D adalah penelitian yang menekankan pada proses atau tahapan untuk mengembangkan suatu produk (model) baru atau menyempurnakan produk model media pembelajaran yang telah ada.

Penelitian ini secara spesifik digolongkan ke dalam jenis penelitian pengembangan program pengajaran (developing of instruction program). Dalam penelitian pengembangan ini prosedur yang akan digunakan berpedoman pada langkah-langkah Far West Laboratory sebagaimana dikutip Borg dan Gall (1979: hlm.626) yang mengemukakan 10 langkah, yaitu:

1) Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi)

termasuk didalamnya review literatur, observasi kelas, dan persiapan laporan. 2) Planning (perencanaan), kegiatan didalamnya adalah merencanakan desain

pembelajaran, menetapkan tujuan, menetapkan urutan pelajaran yang dilakukan, uji kelayakan dalam skala kecil tentang model media pembelajaran yang dikembangkan.

3) Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk model awal).

Tahapan ini adalah mempersiapkan materi pelajaran, buku yang akan digunakan, media dan evaluasi.

4) Preliminary field testing (uji coba model awal terbatas).

5) Main product revision (perbaikan terhadap model awal hasil uji coba).


(13)

6) Main field testing (uji coba model yang sudah diperbaiki secara lebih luas).

7) Operasional product revision (revisi produk operasional, yaitu merevisi

kembali model media pembelajaran berdasarkan hasil uji coba secara luas. 8) Operasional field testing (melakukan pengujian lapangan operasional) yaitu uji

coba model secara lebih banyak melibatkan perguruan tinggi dan subjek. 9) Final product revision (revisi produk akhir). Perbaikan model akhir dilakukan

berdasarkan hasil uji coba model lebih luas sehingga di dapat produk model media pembelajaran yang baru.

10)Dessimination and distribution (penyebaran dan distribusi produk baru). Tahap

ini untuk memonitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model.

Dari 10 langkah research and development diatas, hanya 7 langkah yang diadaptasikan pada penelitian ini, yakni langkah ke 1 sampai dengan langkah ke 7. Ketujuh langkah dirangkum menjadi tiga langkah pokok yaitu: (1) studi awal; (2) perencanaan dan pengembangan model; (3) pengujian model dengan uraian sebagai berikut :

Pertama, studi pendahuluan (pre survei). Pada tahap studi pendahuluan ini

peneliti melakukan persiapan untuk pengembangan sebuah model media pembelajaran. Tahapan yang dimaksud adalah:

a) Tahap studi kepustakaan. Pada tahapan ini, peneliti melakukan kajian untuk menelaah konsep dan teori yang berkenaan model media pembelajaran. Konsep dan teori tersebut dikaji melalui buku, hasil penelitian, artikel, makalah, dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan.

b) Tahap survei lapangan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data berkenaan dengan kondisi pembelajaran Bahasa Inggris di PTAI. Fokus utama dalam survei ini adalah bagaimana dosenBahasa Inggris, bagaimana desain dan implementasi pembelajaran Bahasa Inggris saat ini, bagaimana pemahaman dan persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Inggris, bagaimana kemampuan dan kinerja dosen Bahasa Inggris dan pemanfaatan berbagai sumber belajar yang mendukung peningkatan pemahaman kemampuan literasi informasional dalam mata kuliah Bahasa Inggris.


(14)

Kedua, perencanaan dan pengembangan model media pembelajaran, pada

tahap ini hal yang peneliti lakukan adalah :

a) Tahap penyusunan draft pengembangan. Berangkat dari hasil survei dan studi kepustakaan tersebut, maka peneliti melakukan penyusunan draft model pengembangan. Hasil yang peneliti harapkan dari tahap ini adalah tersusunnya sebuah draft model media pengembangan yang berisikan model media pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasional mahasiswa PTAI.

b) Draf model ini kemudian direview dalam sebuah pertemuan dengan para ahli dalam bidang yang akan dikembangkan dalam hal ini para promotor. Hasil review ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan penyempurnaan draft model yang siap untuk diujicobakan secara terbatas.

Ketiga, pengujian model media pembelajaran. Setelah melakukan perbaikan

atas hasil uji validasi dengan para ahli dalam bidang yang dikembangkan, draft model hasil perbaikan tersebut diujicobakan. Ada tiga tahap dalam proses pengujian model media pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tahap uji coba terbatas, tahap uji coba kelompok/luas, dan tahap uji lapangan/validasi. Lihat bagan 3.1. I STUDI PENDAHULUAN Uji Terbatas II PENGEMBANGAN MODEL Hasil studi literatur & studi pendahuluan dasar menyusun III UJICOBA MODEL Uji Lapangan/ Validasi Model Model Akhir Pengembangan Draft Awal

Uji Ahli Pembelajaran

Uji Ahli Isi Uji Ahli Media Studi literatur

Studi Pendahuluan

Uji Kelompok/ Uji Coba Luas


(15)


(16)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu kampus PTAIN yakni IAIN Mataram. Dipilihnya IAIN Mataram sebagai lokasi penelitian bertujuan sebagai piloting dalam pengembangan model media pembelajaran, mengingat pembelajaran Bahasa Inggris di PTAI pada umumnya adalah relatif seragam yakni sebagai mata kuliah umum. Terpilihnya IAIN Mataram juga mempertimbangkan aspek kemudahan akses (accessibility) dan beberapa pertimbangan lain seperti ekspektasi keterlaksanaan pengembangan. Waktu penelitian bersifat multi-years atau tepatnya

multi-semester karena dilaksanakan dalam tahun akademik yang relevan dengan

tahapan-tahapan penelitian.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam pokok permasalahan dan memperjelas arah penelitian maka perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Media pembelajaran berbasis komputer dalam penelitian ini adalah media pembelajaran dengan menggunakan komputer yang disajikan dalam disk (compact, flash, maupun hard) yang meliputi materi pembelajaran reading yang terintegrasi dan diakhiri dengan evaluasi. Penggunaan komputer dalam penelitian ini bermakna program dapat memberikan umpan balik terhadap respon atau pekerjaan mahasiswa.

2. Literasi informasional dalam penelitian ini adalah seseorang mampu mengakses pengetahuan (mampu mencari pengetahuan secara mandiri) dengan kemampuan berbahasa dalam bentuk wacana yang dikembangkan melalui keterampilan membaca (reading) yang diukur melalui test, serta didukung oleh keterampilan lain yakni menyimak, menulis dan berbicara dengan porsi yang lebih sedikit.

D. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian yakni kisi-kisi penyusunan instrumen dan instrumen penelitian.Berikut akan dipaparkan secara berurutan.


(17)

(18)

1. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen

Penyusunan kisi-kisi dilakukan oleh peneliti dalam rangka memberikan gambaran umum tentang apa yang akan dilakukan pada penelitian. Kisi-kisi instrumen penelitian ini terdiri dari: (a) kisi-kisi pada kegiatan observasi implementasi kurikulum bahasa Inggris; (b) kisi-kisi pada kegiatan studi pendahuluan untuk mahasiswa; (c) kisi-kisi studi pendahuluan untuk dosen; (d) kisi-kisi pada kegiatan analisis kebutuhan belajar mahasiswa; (e) kisi-kisi penilaian ahli isi; (f) kisi-kisi penilaian ahli rancangan pembelajaran; dan (g) kisi-kisi penilaian ahli media dan tes.

a. Penyusunan kisi-kisi instrumen pada kegiatan observasi implementasi kurikulum Bahasa Inggris dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti terkait dengan implementasi kurikulum bahasa Inggris.

b. Kisi-kisi instrumen studi pendahuluan untuk mahasiswa merupakan gambaran umum tentang respon mahasiswa terkait tentang perkuliahan Bahasa Inggris.

c. Kisi-kisi instrumen studi pendahuluan untuk dosen: dilakukan terkait dengan respon atau tanggapan tentang pengalaman dosen mengajar bahasa Inggris dengan menggunakan media pembelajaran.

d. Kisi-kisi instrumen pada kegiatan analisis kebutuhan belajar mahasiswa menggambarkan tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam belajar atau dalam mengikuti perkuliahan bahasa Inggris.

e. Kisi-kisi penilaian ahli isi dimaksudkan untuk mengidentifikasi segala sesuatu yang berhubungan dengan isi yang akan dituangkan dalam media pembelajaran berbasis komputer.

f. Kisi-kisi penilaian ahli rancangan pembelajaran berisi penyusunan angket yang berkaitan dengan penilaian ahli rancangan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

g. Kisi-kisi penilaian ahli media berupa penyusunan kisi-kisi pada penilaian ahli media ini adalah untuk memberikan gambaran umum tentang apa saja


(19)

yang harus dinilai oleh ahli media (poin a-g selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan penjabaran kisi-kisi instrumen penelitian sebelumnya. Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat, yakni: (a) observasi tentang implementasi perkuliahan Bahasa Inggris; (b) angket untuk mahasiswa pada studi pendahuluan; (3) angket untuk dosen pada studi pendahuluan; (d) angket analisis kebutuhan belajar mahasiswa; (e) angket tentang penilaian ahli isi; (f) angket tentang penilaian ahli rancangan pembelajaran; dan (g) angket tentang penilaian ahli media. Untuk lebih jelasnya tentang instrumen penelitian ini periksa lampiran 2. Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dalam instrumen angket mayoritas merupakan pertanyaan informasional dan pertanyaan pendapat responden, sehingga uji validitasnya menggunakan uji validitas isi atau content-related validity (Fraenkel & Wallen, 1993:140), yakni menurunkan pertanyaan berdasarkan indikator yang telah dikembangkan sebelumnya dalam kisi-kisi instrumen. Kemudian instrumen angket tersebut dimintakan penilaiannya kepada para pakar pendidikan dan dosen mata kuliah. Angket diperbaiki dan disesuaikan dengan saran Tim Promotor.

Adapun lembaran tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan literasi informasional mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Sebelum dipakai untuk mengukur kemampuan literasi informasional mahasiswa, tes terlebih dahulu dimintakan pertimbangan expert judgment untuk menilai kesahihan. Oleh karena itu, setelah pedoman ini dipandang memadai dari segi isi dan konstruksinya berdasarkan pertimbangan expert judgment tersebut, kemudian dipakai sebagai instrumen penilaian.

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

1. Penyebaran Angket, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan dengan kondisi pembelajaran Bahasa Inggris, penggunaan media pembelajaran, implementasi pendekatan belajar yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasional mahasiswa, pandangan mahasiswa dan dosen terhadap multimedia berbasis komputer yang dikembangkan dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan media berbasis komputer.

2. Observasi,digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasional pada pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan media berbasis komputer. 3. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan literasi informasional

mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran media berbasis komputer.

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Data yang bersumber dari angket dan observasi diuraikan secara deskriptif naratif. Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah:

∑ (Jawaban x bobot tiap pilihan)

Persentase = x 100%

Jumlah butir penilaian Keterangan:

∑ = jumlah n = jumlah seluruh item angket

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.

Tabel .3.1. Pedoman dan Kriteria Pengambilan Keputusan Skala 5

Skor Interpretasi Keputusan

90-100 Sangat Baik Tidak Direvisi

80-89 Baik Tidak Direvisi

70-79 Cukup Baik Direvisi

60-69 Kurang Baik Direvisi

60 Sangat Kurang Baik Direvisi

Sumber: Sudjana, Nana. (2005, hlm. 101). Bandung: Remaja Rosdakarya.


(21)

Adapun data kuantitatif berupa data kemampuan literasi informasional dinilai dalam tiga kali tes pada uji lapangan sekaligus menguji efektivitas model media. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif deskriptif dan uji perbedaan. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui uji perbedaan antara perlakuan satu, dua dan tiga. Untuk menguji tingkat signifikasi perbedaan rerata skor kemampuan literasi informasional mahasiswa antara uji satu, dua, dan tiga dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t) jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen.

Adapun apabila sebaran data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji statistik non-parametrik dengan Uji Wilcoxon signed rank.Uji jenjang bertanda

Wilcoxon merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” memperhatikan tanda positif dan negatif dan melihat besarnya perbedaan (komparasi dua sampel) (Sugiono, 2008, hlm.213). Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor (di: distribusi populasi) yang simetris. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah (pre dan post test).

Asumsi-asumsi uji ini adalah:

 Data untuk analisis terdiri atas n buah beda Di = Yi – Xi . Setiap pasangan hasil pengukuran (Xi , Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau lebih. Pasangan-pasangan (Xi , Yi) dalam sampel ini diperoleh secara acak.

 Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu variabel acak yang kontinu.

 Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).

 Statistik yang diuji adalah:


(22)

Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji menyatakan bahwa dua populasi identik. Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika dua jumlah jenjang tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lain maka dapat disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian H0 ditolak. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah satu jumlah jenjang positif atau negatif sangat kecil.Uji rangking Wilcoxon memperlihatkan arah perbedaan dan menunjukkan besarnya perbedaan. Pengujian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H0 =penerapan pembelajaran Bahasa Inggris dengan model media pembelajaran tidak mampu meningkatkan literasi informasional mahasiswa pada serangkaian pengujian, uji_x = uji_y

H1=penerapan pembelajaran Bahasa Inggris dengan model media pembelajaran mampu meningkatkan literasi informasional mahasiswa pada serangkaian pengujian,uji_x ≠ uji_y

Taraf Nyata/signifikansi α= 5 % = 0,05 Uji Statistik = Uji t

Critical region (daerah penolakan H0) : T ≤ Tα(n)

Selanjutnya untuk melihat perbedaan kemampuan literasi informasional mahasiswa pada tiga uji tersebut digunakan Friedman test two way Anova.

Friedman two way Anova (analisis varian dua jalur Friedman) digunakan untuk

menguji hipotesis komparatif K sampel berkorelasi dengan data ordinal (ranking). Pengolahan data menggunakan bantuan statistical product and service solution (SPSS) versi 22.

F. Hasil Studi Awal pada PTAIN

Kegiatan studi awal dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil belajar perkuliahan Bahasa Inggris sekaligus menganalisis kemampuan literasi informasional mahasiswa.Hasil data pada studi awal yang dilakukan di IAIN Mataram pada pada mahasiswa semester 1 Tahun Akademik 2012/2013 capaian nilainya berada pada rentang nilai A dan B, dengan konversi 76-80 (B)= baik,


(23)

90 (A)= sangat baik. Adapun nilai yang dikumpulkan mencakup : nilai tugas, nilai UTS dan nilai UAS sebanyak 7 kelas dari Fakultas Dakwah dengan 3 orang dosen pengampu mata kuliah bersangkutan. Rincian ke tujuh (7) kelas ini adalah: sebanyak tiga kelas (3) berasal dari Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI), dua (2) kelas dari Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), dan dua (2) kelas dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Untuk lebih jelasnya tentang data hasil capaian belajar mahasiswa IAIN Mataram semester 1 pada mata kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi 1 Tahun Akademik 2012/2013, berikut akan dipaparkan dalam bentuk tabel. 3.2.

Tabel 3.2. Data Nilai Mahasiswa Fakultas Dakwah pada Mata Kuliah Bahasa Inggris TA. 2012/2013.

No Program Studi Nama

Dosen

Perolehan Nilai Mahasiswa

Mutu Jumlah

Mahasiswa (%)

1 Pengembangan Masyarakat Islam (PMI IA)

MAC 84-90 A 23 orang 100%

2 Pengembangan Masyarakat Islam (PMI IB)

MAC 84-90 A 25 orang 100%

3 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI IA)

MMA 80-95 70-79 A B 24 orang 15 orang 60% 40% 4 Komunikasi Penyiaran

Islam (KPI IB)

MMA 80-95 70-79 A B 21 orang 17 orang 56% 44% 5 Bimbingan Konseling

Islam (BKI IA)

AKB 81-84 70-79 A B Tidak ada 28 orang 0% 100% 6 Bimbingan Konseling

Islam (BKI IB)

AKB 81-84 70-79 A B Tidak ada 29 orang 0% 100% 7 Bimbingan Konseling

Islam (BKI IC)

AKB 81-84 70-79 A B Tidak ada 24 orang 0% 100%

(Sumber Bagian Akademik Fakultas Dakwah IAIN Mataram)

Dari tabel.3.2 dapat dijelaskan bahwa hasil belajar mahasiswa IAIN semester 1 pada mata kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi I rata-rata sudah baik, yakni nilai kelas IA dan IB mahasiswa program studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dengan dosen pengampu MAC sudah sangat baik dengan mutu semua mahasiswa (100%) memperoleh nilai A, program studi Komisi Penyiaran Islam (KPI) dengan dosen pengampu MMA nilainya untuk kelas IA adalah sekitar 60% mahasiswa yang memperoleh nilai B (baik) dan 40% mahasiswa yang memperoleh nilai A (sangat baik), kelas IB yang memperoleh nilai A (sangat baik) sebanyak 56% mahasiswa dan nilai B (baik) sebanyak 44%.


(24)

pengampu AKB nilai semua mahasiswa 100% dari kelas IA, IB dan IC adalah B (baik).

Dari hasil paparan data di atas, peneliti melihat dari dua sisi. Pertama, perolehan nilai mahasiswa yang tinggi menunjukkan hal positif dan menggembirakan bagi dunia pendidikan terutama pada perkuliahan Bahasa Inggris Matrikulasi I mahasiswa IAIN Mataram.Ini mengindikasikan bahwa perkuliahan bahasa Inggris sudah terlihat sempurna dan tidak memerlukan perbaikan lagi. Kedua, di sisi lain peneliti justru menyangsikan perolehan nilai mahasiswa di atas. Sistem penilaian yang diberikan oleh dosen MAC pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) seragam untuk semua mahasiswa, tanpa ada penjelasan tentang kriteria nilai seperti yang lazim digunakan oleh para dosen di perguruan tinggi. Yakni A (4= Sangat baik), B (3= baik), C (2= cukup), D (1= kurang), E (0= sangat kurang). Penjelasan konversi nilai ini juga tidak dilakukan oleh dosen MMA dan AKB.

Data di atas samasekali tidak menggambarkan aspek-aspek keterampilan apa yang menjadi tagihan, karena tidak ada keterangan tentang keterampilan apa yang harus dikuasai dan dimiliki oleh mahasiswa.Artinya keterampilan mahasiswa masih bersifat umum. Dosen juga cenderung hanya memberikan nilai „jadi‟ dalam bentuk angka dan huruf (mutu) dan masih dalam tataran nilai‟lulus dan tidak lulus‟. Itupun tanpa memberikan konversi nilai yang baku. Masing-masing dosen memberikan patokan nilai secara berbeda-beda. Misalnya dosen MMC memberikan nilai dengan rentang 84-90 untuk nilai dengan mutu A, dosen MAA memberikan nilai dengan rentang 85-90 untuk nilai dengan mutu A, dan rentang 70-78 untuk nilai dengan mutu B. Adapun dosen AKB memberikan nilai dengan rentang 70-79 untuk nilai dengan mutu B. Materi yang diajarkanpun masih bersifat umum. Ini terekam dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa semester 1 dan 3, walaupun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum lokal IAIN Mataram yang dibuat sendiri oleh dosen. Apalagi menyangkut keterampilan membaca dan menulis mahasiswa dalam tataran literasi informasional belum disinggung sama sekali.


(25)

Tingginya nilai yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi I bukanlah satu-satunya aspek dalam mengukur kemampuan literasi dan motivasi mereka dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Inggris. Bisa jadi, nilai yang diberikan oleh dosen bersifat subjektif dan hanya mengukur keterampilan kognitif saja, tanpa mempertimbangkan aspek psikomotor dan afektif mahasiswa dalam belajar. Ini tercermin dari tidak adanya penjelasan mengenai kemampuan apa yang harus dimiliki dan dikuasai oleh mahasiswa. Fenomena ini tentu saja masih menyisakan pertanyaan besar bagi peneliti tentang kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi, minimal dalam tataran komunikatif sesuai dengan tagihan yang dituntut dalam mengikuti perkuliahan ini.

Pemikiran ini senada dengan pernyataan Stripling (1992, hlm. 10) bahwa

“literacy means being able to understand new ideas well enough to use them when needed. Literacy means knowing how to learn”. Testing dalam bentuk UTS dan UAS sejatinya mengukur kemampuan mahasiswa memahami dan menguasai informasi baru, yang tentu saja berbeda dengan apa yang tertera di dalam buku paket. Dalam konteks yang lebih luas, White (1985, hlm. 46) memandang literasi bukan hanya sekadar kompetensi dalam memahami wacana, namun harus mengaplikasikan kompetensinya itu dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka membangun pribadi terdidik. Mahasiswa harus didorong untuk menggunakan kompetensi kebahasaan yang lebih tinggi dengan kompetensi yang telah dimiliki di SLTA dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang memerhatikan tingkatan literasi yang harus dicapai dan pengembangan piranti maupun media pembelajaran literasi dengan basis literasi bukan semata empat keterampilan berbahasa.

Menyikapi persoalan tersebut peneliti melakukan uji kemampuan literasi informasional dalam bentuk reading comprehension test. Uji literasi informasional adalah menguji kemampuan mereka memperoleh informasi dari teks. Materi tes dikembangkan dari sumber virtual bukan dari buku ajar yang disiapkan dosen. Informasi yang dicermati bertema “Transportations in Lombok”, dengan spesifikasi

(1) reading a descriptive text, (2) reading about transportations in Lombok. Literasi yang disasar adalah (1) understand about descriptive text, dan (2)


(26)

20 orang. Tugas mahasiswa adalah write a description for the transportationberdasarkan teks. Hasilnya adalah (1) seluruh mahasiswa tidak

memahami perintah yang tertera di dalam teks, kecuali dua orang saja; (2) seluruh mahasiswa tidak menemukan kejanggalan pada teks berupa informasi yang tidak lengkap, kecuali satu orang saja; (3) sepuluh orang menjawab pertanyaan berdasarkan teks, sepuluh orang tidak menjawab sama sekali; dan (4) satu jawaban benar dan memadai, sembilan belas tidak lengkap dan tidak benar.

Memahami dan menguasai informasi baru yang merupakan tagihan literasi informasional tidak muncul dikalangan mahasiswa (responden). Informasi utama berupa perintah untuk memperlakukan teks dan mengelola teks tidak dapat ditangkap oleh mahasiswa. Mahasiswa tidak memahami perintah utama, dan tidak memahami adanya ketidaklengkapan informasi adalah wujud ketidakmampuan memanfaatkan kemampuan bahasa untuk kepentingan memahami informasi. Tentu saja mahasiswa gamang dalam menjawab tes meskipun setelah dijelaskan maksud perintah tersebut. Mahasiswa yang tidak mampu menjawab soal meskipun telah dijelaskan jelas merupakan indikasi kemampuan berbahasa yang rendah dan tentu saja kemampuan mengelola informasi - minimal memahami informasi – rendah. Dua persoalan ini ditemukan dalam uji literasi mahasiswa yakni (a) rendahnya kemampuan membaca dan (b) rendahnya kemampuan memanfaatkan bahasa untuk memahami informasi. Singkatnya, literasi mahasiswa IAIN rendah jika diukur dari kemampuan menjawab tes.

Fakta lain hasil observasi mengenai perkuliahan Bahasa Inggris menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembukaan perkuliahan masih terbatas hanya pada menghubungkan materi yang akan dibahas dengan yang sudah dibahas. Hal tersebut kurang merangsang motivasi mahasiswa untuk berpikir lebih jauh terkait dengan materi yang akan dibahas dalam konteks kehidupan mereka. Mahasiswa kurang termotivasi untuk terlibat dalam perkuliahan, tujuan perkuliahan juga kurang menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan secara khusus yang harus dikuasai, akan tetapi lebih pada aspek pengetahuan tingkat rendah, serta kurang memberikan penjelasan tentang teknik-teknik atau cara-cara yang harus dilakukan


(27)

oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan perkuliahan melalui media semisal media berbasis komputer.

Walaupun beberapa dosen sudah menggunakan media power point maupun LCD, tetapi tetap saja belum menggambarkan penggunaan media komputer secara interaktif; yakni proses interaksi dialogis-diadis (dua arah) antara dosen dan mahasiswa, yang melibatkan dan menuntut kemampuan mahasiswa dalam melakukan percakapan, menulis, membaca ataupun menyimak. Berdasarkan hasil observasi, media berbasis komputer umumnya hanya membantu dosen dalam mengajar semata. Hal itu tentu saja mengefektifkan kerja dosen dalam menyampaikan perkuliahan walaupun terbatas pada bahan-bahan yang dikemas dalam bentuk slide semata-mata. Hal ini mencerminkan bahwa penggunaan media kurang memperhatikan aspek asesibilitas belajar mahasiswa. Untuk itulah diperlukan media yang memperhatikan aspek mahasiswa untuk belajar. Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh dosen pun masih sebatas pada tataran pengetahuan fakta-fakta dan konsep, jarang yang bersifat aplikatif, misalnya kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.

Tata cara dosen menutup perkuliahan juga masih sebatas pada menyimpulkan perkuliahan tanpa merangsang mahasiswa untuk merefleksikan proses perkuliahan yang sudah dilakukan. Asesmen yang dilakukan pun hanya untuk mengukur pengetahuan tingkat rendah, belum menyasar pada keterampilan khusus perkuliahan Bahasa Inggris yang membutuhkan keterampilan berbahasa aplikatif. Pelaksanaan follow up (tindak lanjut) hanya menugaskan mahasiswa membaca materi yang berhubungan dengan yang sudah dibahas.

Selain itu, dosen belum melatih mahasiswa bagaimana mempraktikkan membaca dan menulis bahasa Inggris yang berhubungan dengan kemampuan literasi informasional apalagi dalam penggunaan media komputer di kelas. Persiapan awal pun hanya dengan menyuruh membaca materi yang akan dibahas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya budaya membaca dan menulis mata kuliah umum di Perguruan Tinggi Islam. Karena di PTAI masih ada anggapan bahwa menguasai bahasa Indonesia apalagi bahasa Inggris (sebagai ”bahasa kafir”) tidak sepenting “bahasa kuning” atau ilmu agama


(28)

sesungguhnya secara kultural, literasi bangsa Indonesia masih rendah, sehingga tradisi membaca dan menulis (literasi) tidak diajarkan dengan baik dalam sistem pendidikan nasional kita. Agar tujuan perkuliahan Bahasa Inggris mencapai sasaran, maka perlu dikuasai ikhwal bahasa, mempelajari bahasa dan cara berbahasa (berkomunikasi) (Alwasilah, 2004, hlm.143).

Kenyataan ini jelas memberikan penegasan bahwa perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terutama dalam hal penilaian/asesmen dan evaluasi secara menyeluruh serta penekanan pada aspek keterampilan apa yang harus dikuasai dan dimiliki oleh mahasiswa. Perbaikan dan peningkatan kualitas perkuliahan ini dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode dan media mengajar yang bervariasi seperti penggunaan media komputer yang praktiknya melibatkan mahasiswa langsung dalam perkuliahan.


(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan simpulan berikut.

1) Perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan tujuan perkuliahan Bahasa Inggris yang masih umum tanpa orientasi literasi informasional dan level keterampilan bahasa yang dipersyaratkan dan dosen memanfaatkan media pembelajaran sebagai media penyampai pesan semata.

2) Model media pembelajaran Bahasa Inggris yang dikembangkan merupakan

independent media bernama ‘English Literacy for Higher Education’ dengan konten literasi informasional berbentuk teks, gambar, audio dan video dalam paket self-contained, dijalankan dengan memanfaatkan adobe flash 13, dan terbukti efektif meningkatkan literasi informasional mahasiswa.

3) Kelebihan media meliputi kelebihan intent(tujuan) yang berorientasi literasi, organisasi konten dalam multimedia, konstruk dan praksis penggunaan untuk tutorial-individual,sementara keterbatasan model meliputi keterbatasan konten pada alienasi keterampilan spoken language dan keterbatasan konteks pemanfaatan utamanya lemahnya literasi teknologi pengguna.

Pengembangan model media memiliki implikasi teoritis. Implikasi teoritis adalah dalil pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari perspektif kajian literasi. (a) Literasi informasional adalah literasi kebahasaan yang dirumuskan sebagai

level ketiga pada rumusan Wells harus mempertimbangkan literasi informasi dalam kajiannya mengingat informasi tidak hanya tentang pesan (konten) tetapi juga terkait dengan teknologi informasi. Literasi informasi, literasi (bahasa) informasional dan literasi media dapat dikaji dalam satu kajian penguatan pembelajaran bahasa Inggris.


(30)

(b) Konfirmasi teoretik dari kelemahan model media produk pengembangan adalah kelemahan dari perspektif multimedia yang secara teoritis memang diakui keterbatasan dan kelebihannya oleh para ahli. Hal ini menegaskan bahwa setiap media memiliki spesifikasi tertentu, dan tentu memiliki kelebihan dan keterbatasan yang spesifik pula.

(c) Literasi bahasa Inggris pada berbagai jenjang membutuhkan ketegasan spesifikasi level yang menjadi acuan agar tidak terjadi overlapping materi, replikasi atau duplikasi pada jenjang pendidikan sebelumnya.

(d) Kurikulum Bahasa Inggris dalam implementasinya membutuhkan operasionalisasi pembelajaran dengan bantuan bahan ajar yang sudah dikembangkan bukan saja dikemas dalam wujud printed material (bahan ajar cetak), namun juga harus mempertimbangkan bahan ajar yang dikemas dalam bahan elektronik (e-material).

(e) Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi adalah pembelajaran untuk kelas tinggi. Orientasi perkuliahan dengan literasi informasional sebagai acuannya memberi arahan yang tegas kepada level keterampilan berbahasa yang harus dikuasai mahasiswa.

B. Saran

Model media pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan literasi informasional yang dikembangkan memiliki serangkaian keterbatasan terutama dalam hal pemanfaatannya oleh pengguna yang tidak memiliki komputer atau smartphone. Demikian pula keterbatasan bahan-bahan perkuliahan yang tidak dapat ter-cover didalam media. Sebelum media digunakan secara luas perlu dilakukan penyempurnaan lanjutan maupun penyesuaian dan ditindak-lanjuti dengan desiminasi di perguruan tinggi. Terkait dengan capaian penelitian dan mempertimbangkan berbagai keterbatasannya, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi terutama pada dosen, lembaga PTAI dan peneliti berikutnya.

(a) Kepada dosen diharapkan memanfaatkan media pembelajaran Bahasa Inggris. Selain pemanfaatan media pembelajaran untuk kepentingan peningkatan


(31)

kemampuan literasi informasional yang menggunakan model tutorial dosen juga harus mempertimbangkan pengembangan media untuk kepentingan lain seperti game dan latihan (drill).

(b) Lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam di level penyelenggara pendidikan tinggi, dekan dan jajaran ketua program studi perlu mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya pemanfaatan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi informasional pada khususnya dan literasi pada umumnya melalui penyediaan sarana prasarana yang memadai, pelatihan pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran yang melibatkan seluruh dosen dan pihak-pihak terkait.

(c) Dosen harus didorong untuk memaksimalkan fungsi komputer dan LCD dengan mengubah orientasi dari sekadar alat bantu transmisi bahan ajar untuk kepentingan dosen yang mengajar namun juga harus memperhatikan kepentingan mahasiswa yang belajar sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang telah diformat dalam wujud media elektronik.

(d) Kepada peneliti selanjutnya perlu menindak-lanjuti capaian hasil penelitian ini dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang ada dan berbagai limitasi baik pada aspek konten, fokus, lokus, dan berbagai hal yang perlu mendapatkan penyempurnaan. Peneliti selanjutnya juga dapat memanfaatkan model media pembelajaran yang dihasilkan untuk kepentingan penelitian-penelitian yang bukan hanya terfokus pada pengembangan media dan kemampuan literasi informasional saja. Peneliti dapat saja mengarahkan penelitian pada aspek terkait, misalkan kurikulum plus media, dosen dan pemanfaatan media, mahasiswa dan pemanfaatan media, dan budaya pemanfaatan media di perguruan tinggi.

Keberhasilan pemanfaatan media pembelajaran memerlukan dukungan berbagai pihak. Terutama terbangunnya budaya pemanfaatan ICT oleh dosen dan mahasiswa. Batasan peran dan fungsi peneliti dalam konteks upaya peningkatan kemampuan literasi informasional mahasiswa dapat diatasi oleh pihak lembaga


(32)

perguruan tinggi dengan kesadaran membangun budaya melek teknologi (budaya literasi teknologi). [*]


(1)

oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan perkuliahan melalui media semisal media berbasis komputer.

Walaupun beberapa dosen sudah menggunakan media power point maupun LCD, tetapi tetap saja belum menggambarkan penggunaan media komputer secara interaktif; yakni proses interaksi dialogis-diadis (dua arah) antara dosen dan mahasiswa, yang melibatkan dan menuntut kemampuan mahasiswa dalam melakukan percakapan, menulis, membaca ataupun menyimak. Berdasarkan hasil observasi, media berbasis komputer umumnya hanya membantu dosen dalam mengajar semata. Hal itu tentu saja mengefektifkan kerja dosen dalam menyampaikan perkuliahan walaupun terbatas pada bahan-bahan yang dikemas dalam bentuk slide semata-mata. Hal ini mencerminkan bahwa penggunaan media kurang memperhatikan aspek asesibilitas belajar mahasiswa. Untuk itulah diperlukan media yang memperhatikan aspek mahasiswa untuk belajar. Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh dosen pun masih sebatas pada tataran pengetahuan fakta-fakta dan konsep, jarang yang bersifat aplikatif, misalnya kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.

Tata cara dosen menutup perkuliahan juga masih sebatas pada menyimpulkan perkuliahan tanpa merangsang mahasiswa untuk merefleksikan proses perkuliahan yang sudah dilakukan. Asesmen yang dilakukan pun hanya untuk mengukur pengetahuan tingkat rendah, belum menyasar pada keterampilan khusus perkuliahan Bahasa Inggris yang membutuhkan keterampilan berbahasa aplikatif. Pelaksanaan follow up (tindak lanjut) hanya menugaskan mahasiswa membaca materi yang berhubungan dengan yang sudah dibahas.

Selain itu, dosen belum melatih mahasiswa bagaimana mempraktikkan membaca dan menulis bahasa Inggris yang berhubungan dengan kemampuan literasi informasional apalagi dalam penggunaan media komputer di kelas. Persiapan awal pun hanya dengan menyuruh membaca materi yang akan dibahas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya budaya membaca dan menulis mata kuliah umum di Perguruan Tinggi Islam. Karena di PTAI masih ada anggapan bahwa

menguasai bahasa Indonesia apalagi bahasa Inggris (sebagai ”bahasa kafir”) tidak


(2)

sesungguhnya secara kultural, literasi bangsa Indonesia masih rendah, sehingga tradisi membaca dan menulis (literasi) tidak diajarkan dengan baik dalam sistem pendidikan nasional kita. Agar tujuan perkuliahan Bahasa Inggris mencapai sasaran, maka perlu dikuasai ikhwal bahasa, mempelajari bahasa dan cara berbahasa (berkomunikasi) (Alwasilah, 2004, hlm.143).

Kenyataan ini jelas memberikan penegasan bahwa perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terutama dalam hal penilaian/asesmen dan evaluasi secara menyeluruh serta penekanan pada aspek keterampilan apa yang harus dikuasai dan dimiliki oleh mahasiswa. Perbaikan dan peningkatan kualitas perkuliahan ini dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode dan media mengajar yang bervariasi seperti penggunaan media komputer yang praktiknya melibatkan mahasiswa langsung dalam perkuliahan.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan simpulan berikut.

1) Perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram mengacu kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan tujuan perkuliahan Bahasa Inggris yang masih umum tanpa orientasi literasi informasional dan level keterampilan bahasa yang dipersyaratkan dan dosen memanfaatkan media pembelajaran sebagai media penyampai pesan semata.

2) Model media pembelajaran Bahasa Inggris yang dikembangkan merupakan independent media bernama ‘English Literacy for Higher Education’ dengan konten literasi informasional berbentuk teks, gambar, audio dan video dalam paket self-contained, dijalankan dengan memanfaatkan adobe flash 13, dan terbukti efektif meningkatkan literasi informasional mahasiswa.

3) Kelebihan media meliputi kelebihan intent(tujuan) yang berorientasi literasi, organisasi konten dalam multimedia, konstruk dan praksis penggunaan untuk tutorial-individual,sementara keterbatasan model meliputi keterbatasan konten pada alienasi keterampilan spoken language dan keterbatasan konteks pemanfaatan utamanya lemahnya literasi teknologi pengguna.

Pengembangan model media memiliki implikasi teoritis. Implikasi teoritis adalah dalil pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari perspektif kajian literasi. (a) Literasi informasional adalah literasi kebahasaan yang dirumuskan sebagai

level ketiga pada rumusan Wells harus mempertimbangkan literasi informasi dalam kajiannya mengingat informasi tidak hanya tentang pesan (konten) tetapi juga terkait dengan teknologi informasi. Literasi informasi, literasi (bahasa) informasional dan literasi media dapat dikaji dalam satu kajian penguatan pembelajaran bahasa Inggris.


(4)

(b) Konfirmasi teoretik dari kelemahan model media produk pengembangan adalah kelemahan dari perspektif multimedia yang secara teoritis memang diakui keterbatasan dan kelebihannya oleh para ahli. Hal ini menegaskan bahwa setiap media memiliki spesifikasi tertentu, dan tentu memiliki kelebihan dan keterbatasan yang spesifik pula.

(c) Literasi bahasa Inggris pada berbagai jenjang membutuhkan ketegasan spesifikasi level yang menjadi acuan agar tidak terjadi overlapping materi, replikasi atau duplikasi pada jenjang pendidikan sebelumnya.

(d) Kurikulum Bahasa Inggris dalam implementasinya membutuhkan operasionalisasi pembelajaran dengan bantuan bahan ajar yang sudah dikembangkan bukan saja dikemas dalam wujud printed material (bahan ajar cetak), namun juga harus mempertimbangkan bahan ajar yang dikemas dalam bahan elektronik (e-material).

(e) Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi adalah pembelajaran untuk kelas tinggi. Orientasi perkuliahan dengan literasi informasional sebagai acuannya memberi arahan yang tegas kepada level keterampilan berbahasa yang harus dikuasai mahasiswa.

B. Saran

Model media pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan literasi informasional yang dikembangkan memiliki serangkaian keterbatasan terutama dalam hal pemanfaatannya oleh pengguna yang tidak memiliki komputer atau smartphone. Demikian pula keterbatasan bahan-bahan perkuliahan yang tidak dapat ter-cover didalam media. Sebelum media digunakan secara luas perlu dilakukan penyempurnaan lanjutan maupun penyesuaian dan ditindak-lanjuti dengan desiminasi di perguruan tinggi. Terkait dengan capaian penelitian dan mempertimbangkan berbagai keterbatasannya, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi terutama pada dosen, lembaga PTAI dan peneliti berikutnya.


(5)

kemampuan literasi informasional yang menggunakan model tutorial dosen juga harus mempertimbangkan pengembangan media untuk kepentingan lain seperti game dan latihan (drill).

(b) Lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam di level penyelenggara pendidikan tinggi, dekan dan jajaran ketua program studi perlu mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya pemanfaatan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi informasional pada khususnya dan literasi pada umumnya melalui penyediaan sarana prasarana yang memadai, pelatihan pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran yang melibatkan seluruh dosen dan pihak-pihak terkait.

(c) Dosen harus didorong untuk memaksimalkan fungsi komputer dan LCD dengan mengubah orientasi dari sekadar alat bantu transmisi bahan ajar untuk kepentingan dosen yang mengajar namun juga harus memperhatikan kepentingan mahasiswa yang belajar sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang telah diformat dalam wujud media elektronik.

(d) Kepada peneliti selanjutnya perlu menindak-lanjuti capaian hasil penelitian ini dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang ada dan berbagai limitasi baik pada aspek konten, fokus, lokus, dan berbagai hal yang perlu mendapatkan penyempurnaan. Peneliti selanjutnya juga dapat memanfaatkan model media pembelajaran yang dihasilkan untuk kepentingan penelitian-penelitian yang bukan hanya terfokus pada pengembangan media dan kemampuan literasi informasional saja. Peneliti dapat saja mengarahkan penelitian pada aspek terkait, misalkan kurikulum plus media, dosen dan pemanfaatan media, mahasiswa dan pemanfaatan media, dan budaya pemanfaatan media di perguruan tinggi.

Keberhasilan pemanfaatan media pembelajaran memerlukan dukungan berbagai pihak. Terutama terbangunnya budaya pemanfaatan ICT oleh dosen dan mahasiswa. Batasan peran dan fungsi peneliti dalam konteks upaya peningkatan kemampuan literasi informasional mahasiswa dapat diatasi oleh pihak lembaga


(6)

perguruan tinggi dengan kesadaran membangun budaya melek teknologi (budaya literasi teknologi). [*]