PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS (TASK-BASED LEARNING) BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS : Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS
(TASK-BASED LEARNING)
BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERBICARA BAHASA INGGRIS
(Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung )
DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
PROMOVENDUS Iwan Dudy Gunawan
NIM: 0808206
SEKOLAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN
INDONESIA
BANDUNG
2013
(2)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PANITIA DISERTASI
Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. Promotor Merangkap Ketua
Prof. Dr. H. Nana Syaodih Sukmadinata Ko-Promotor Merangkap Sekretaris
Dr. Wachyu Sundayana, M.A. Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ishak Abdulhak, M.Pd.
(3)
ABSTRAK
Gunawan, Iwan Dudy. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Tugas ( Task-Based Learning) Bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris (Studi pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung).
Penelitian ini mengenai penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, yang dilaksanakan sebagai upaya untuk peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal yakni rendahnya keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa di tingkat perguruan tinggi dan metode pembelajaran berbicara bahasa Inggris yang digunakan kurang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Atas dasar latar belakang tersebut, perlu diterapkan model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Dalam konteks inilah peneliti menerapkan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang bertujuan untuk menguji keefektifan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi atau gabungan dari metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design atau desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Penelitian ini dilaksanakan di tiga perguruan tinggi. Prosedur penelitian terdiri dari lima tahapan utama. Pertama, tahap prapenelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif. Kedua, tahap pelaksanaan kuasi eksperimen yang meliputi pelaksanaan prates yang berupa tes keterampilan berbicara secara lisan, pemberian perlakuan atau intervensi pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, dan pelaksanakan pascates berupa tes keterampilan berbicara bahasa Inggris. Ketiga, tahap penelitian terhadap proses perlakuan pembelajaran. Keempat, tahap penelitian setelah perlakuan pembelajaran dengan metode kualitatif. Kelima, tahap interpretasi hasil penelitian dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Instrumen penelitian berupa tes, wawancara, angket, dan pengamatan. Analisis data proses pembelajaran yang didapat dari data hasil pengamatan, wawancara dan angket dilakukan secara kualitatif sedangkan analisis data tes dilakukan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis tugas. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas efektif dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa berbicara bahasa Inggris.
Kata Kunci: Model, Pembelajaran Berbasis Tugas, Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
(4)
ABSTRACT
Gunawan, Iwan Dudy. The Implementation Of Task-Based Learning Model in
Improving Students’ English Speaking Skill (A Study at Universities’ Students in Bandung).
This study discusses the implementation of task-based English language learning
in improving students’ speaking skill. The backgrounds of the study are the lacks
of university students’ speaking skill and teaching methods used in the class are not suitable for improving students’ speaking skill. Based on the backgound, it is
needed the implementation of English learning model that can improve students’
speaking skill. Therefore, in this study, the researcher applies the task-based English language learning in order to find out the effectiveness of the model in
improving students’ speaking skill. The research method applied in this study is mixed method that is the combination of quantitative and qualitative method. The experiment design used in this study is nonequivalent control group design. This study is carried out at three universities in Bandung. There are five research procedures in this study. First, a pre-study is the study done before the intervention by using qualitative method. Second, the implementation of quasi experiment involves pre-test applied by oral test or speaking test in order to know
the students’ speaking skill before intervention, during intervention, and post-test
applied by oral test to find out students’ speaking skill after the intervention.
Third, the analysis of the intervention process by using qualitative method is done during the intervention. Forth, a qualitative analysis after intervention is the analysis of intervention results by using qualitative method. Fifth, a result interpretation is the interpretation by using both quantitative and qualitative methods. The research instruments in this study are test, interview, observation and questionnaire. The data of teaching and learning process those are gained from observation, interview and questionnaire are analyzed qualitatively, meanwhile the data gained from the test are analyzed quantitatively. The results of this study show that there is significant improvement of students’ speaking skill after joining task-based English language learning class. In conclusion, the study proves that the model of task-based English language learning is effective in improving students’ speaking skill.
(5)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMA KASIH ...iv
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...8
1. Perumusan Masalah ...8
2. Pembatasan Masalah ...10
C. Pertanyaan Penelitian ...13
D. Tujuan Penelitian ...14
E. Manfaat Penelitian ...15
1. Manfaat Teoritis ...15
2. Manfaat Praktis ...15
F. Definisi Operasional ...16
G. Asumsi ...18
H. Hipotesis ...18
BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS ...19
A. Teori Belajar dan Pembelajaran ...19
1. Teori Belajar Behavioristik ...19
2. Teori Belajar Koginitif ...21
3. Teori Belajar Konstruktivistik ...22
4. Teori Belajar Humanistik ...23
B. Model Pembelajaran ...24
C. Pendekatan, Metode, Model, Desain, dan Prosedur Pembelajaran Bahasa Inggris ...27
1. Teori Kebahasaan (Theory of Language) ...30
2. Teori Belajar Bahasa (Theory of Language Learning) ...31
D. Model dan Metode Pembelajaran Bahasa Inggris yang berkembang di Indonesia ...33
1. Pembelajaran Bahasa Komunikatif ...33
2. Metode Audio-Lingual ...40
3. Presentation, Practice and Production (PPP) ...45
(6)
Bahasa Berbasis Tugas (TBL) ...46
2. Pendekatan dan Landasan TBL ...49
3. Desain Pembelajaran Bahasa Berbasis Tugas ...51
4. Struktur (Syntax) Pembelajaran Berbasis Tugas ...56
5. Prosedur TBL dan Kondisi Pembelajaran Bahasa ...66
6. Hasil Studi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Terdahulu ...69
F. Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...72
1. Pendekatan terhadap Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...72
2. Model Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...76
3. Kriteria dan Jenis Tugas Berbicara ...77
4. Perencanaan Pembelajaran Berbicara ...81
G. Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris ...85
1. Kriteria Keterampilan Berbicara ...87
2. Penilaian Keterampilan Berbicara ...91
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...94
A. Metode Penelitian ...94
B. Design Penelitian ...95
C. Subjek Penelitian ...98
D. Prosedur Penelitian ...100
1. Tahap Prapenelitian ...101
2. Tahap Pelaksanaan Kuasi Eksperimen ...103
3. Tahap Penelitian terhadap Perlakukan Pembelajaran ...103
4. Tahap Penelitian setelah Perlakukan Pembelajaran ...103
5. Tahap Interpretasi Hasil Penelitian ...104
E. Variabel Penelitian ...104
F. Teknik Pengumpulan Data ...105
1. Tes ...105
2. Pengamatan/Observasi ...107
3. Wawancara ...108
4. Angket ...109
G. Pengembangan Instrumen Penelitian ...110
1. Panduan Tes Lisan dan Pedoman Penilaian ...110
2. Pedoman Pengamatan ...111
3. Pedoman Wawancara ...112
4. Lembar Angket ...113
5. Desain Model pembelajaran ...113
H. Prosedur Pengolahan Data ...121
1. Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif secara Terpisah ...121
2. Penyatuan Data Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ...124
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN HASIL PENELITIAN ...125
A. Prapenelitian Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris ...125
(7)
2. Data Observasi Prapenelitian di Prodi Pendidikan
Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...131 3. Data Observasi Prapenelitian di Prodi Pendidikan
Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...136 4. Analisis Proses Pembelajaran Prapenelitian ...141 B. Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas yang diterapkan di kelas eksperimen ...145 C. Penerapan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...147
1. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas di Prodi Sastra Inggris Unpas ...147 2. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
STKIP Siliwangi ...153 3. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
UIN Sunan Gunung Djati ...159 4. Deskripsi dan Analisis Data Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas di Setiap Pertemuan di Tiga Prodi ...165 D. Model Implementasi Pembelajaran Bahasa Berbasis Tugas ...207 E. Deskripsi dan Analisis Tanggapan Mahasiswa dan Dosen
terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...210 1. Deskripsi dan Analisis Tanggapan Dosen terhadap
Pembelajaran Bahasa Inggris ...210 2. Deskripsi dan Analisis Tanggapan Mahasiswa terhadap
Pembelajaran Bahasa Inggris ...225 F. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara
Kelas Eksperimen ...243 1. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara
Kelas Eksperimen di Prodi Sastra Inggris Unpas ...243 2. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara
Kelas Eksperimen di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
STKIP Siliwangi ...255 3. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara
Kelas Eksperimen di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
UIN Sunan Gunung Djati ...266 4. Deskripsi dan Analisis Keterampilan Berbicara
Di Tiga Kelas Eksperimen ...277 G. Uji Hipotesis ...286
1. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Bahasa Inggris Kelas Eksperimen ...286 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Bahasa Inggris Kelas Kontrol ...287 3. Perbandingan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Sebelum Perlakuan ...287 4. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa
(8)
Inggris Mahasiswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ...290
H. Pembahasan ...296
1. Pembelajaran Berbicara Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi ...296
2. Penerapan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...299
3. Hal-Hal Yang Terjadi dan Berkembang dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...305
4. Peran Dosen dan Mahasiswa di dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...308
5. Tanggapan Dosen dan Mahasiswa terhadap TBLT ...313
6. Pembahasan Hasil Penilaian Berbicara Bahasa Inggris ...319
I. Keterbatasan Penelitian ...327
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...329
A. Simpulan ...329
B. Implikasi ………...338
C. Saran ...340
1. Saran Bagi Dosen ...340
2. Saran Bagi Perguruan Tinggi ...342
3. Saran Bagi Peneliti Lain ...342
DAFTAR PUSTAKA ...344
RIWAYAT HIDUP ...348 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 A Framework for Describing Tasks (Ellis, 2003: 21) ...53 Tabel 2.2 Aspek Pemilihan Bahan/Materi Ajar ...54 Tabel 2.3 Approaches and Activities for Teaching Speaking
(Burns dalam Goh dan Burns, 2012: 134) ...73 Tabel 2.4 Common European Framework (CEF) (Thornbury, 2005) ...89 Tabel 3.1 Ringkasan Kegiatan Pengumpulan Data ...109 Tabel 3.2 Kerangka Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas ...118 Tabel 3.3 Kerangka Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas ...120 Tabel 4.1 Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian
di Prodi Sastra Inggris UNPAS ...126 Tabel 4.2 Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian
di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...131 Tabel 4.3 Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian di Prodi Pendidikan
Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...136 Tabel 4.4 Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...145 Tabel 4.5 Catatan Pengamatan Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen
di Prodi Sastra Inggris Unpas ...148 Tabel 4.6 Materi Pembelajaran Kelas Eksperimen di Prodi
Sastra Inggris Unpas ...151 Tabel 4.7 Catatan Pengamatan Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen
di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...154 Tabel 4.8 Materi Pembelajaran Kelas Eksperimen di Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi ...157 Tabel 4.9 Catatan Pengamatan Pertemuan Ketiga Kelas Eksperimen
di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...160 Tabel 4.10 Materi Pembelajaran Kelas Eksperimen di Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati ...162 Tabel 4.11 Model Implementasi Pembelajaran Bahasa Berbasis Tugas ...208 Tabel 4.12 Tanggapan Mahasiswa terhadap Pembelajaran
Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...226 Tabel 4.13 Tanggapan Mahasiswa terhadap apa yang Mereka dapatkan
dari Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...228 Tabel 4.14 Tanggapan Mahasiswa terhadap Peran Serta Mahasiswa
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...230 Tabel 4.15 Tanggapan Mahasiswa terhadap Peran Serta Dosen
dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...232 Tabel 4.16 Tanggapan Mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran
secara berpasangan/kelompok kecil dalam
Pembelajaran Berbasis Tugas ...235 Tabel 4.17 Tanggapan Mahasiswa terhadap Keterampilan Berbicara
(10)
Bahasa Inggris Mereka setelah Mengikuti
Pembelajaran Berbasis Tugas ...238 Tabel 4.18 Persepsi Mahasiswa terhadap Pembelajaran
Bahasa Inggris Berbasis Tugas ...241 Tabel 4.19 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk
Data Prates ...287 Tabel 4.20 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Data Prates ...288 Tabel 4.21 Uji Homogenitas Prates dengan Lavene’ Test ...289 Tabel 4.22 Uji Statistik T tes Keterampilan Berbahasa Inggris Prates
Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...289 Tabel 4.23 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk
Data Gain ...291 Tabel 4.24 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Data Gain ...291 Tabel 4.25 Uji Homogenitas Data Gain dengan Lavene’ Test ...292 Tabel 4.26 Uji Statistik T tes Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Kelompok Eksperimen dan Kontrol (Data Gain) ...293 Tabel 4.27 Hasil Uji ANOVA Skor Pascates Ketrampilan
Berbicara bahasa Inggris Kelompok Eksperimen ...295 Tabel 4.28 Hasil Uji ANOVA Skor Pascates Ketrampilan
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Pembelajaran yang dimodifikasi dari
Dunkin dan Biddle (Sanjaya, 2008: 53) ...9 Gambar 2.1 Hubungan Metode, Pendekatan, Desain dan Prosedur
(Richards dan Rodgers, 2001: 33) ...29 Gambar 2.2 Designing a Task-based Course (Ellis, 2003: 206) ...55 Gambar 2.3 Struktur Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas
(Willis, 1996:38) ...57 Gambar 2.4 Struktur Pembelajaran Berbasis Tugas Modifikasi Curran ...60 Gambar 2.5 Struktur Pembelajaran Berbasis Tugas (Nunan, 2004: 34) ...64 Gambar 2.6 Prosedur Pembelajaran Berbasis Tugas dan Empat Kunci
Kondisi Pembelajaran (Willis, 1996) ...68 Gambar 2.7 A methological framework for a holistic approach to teaching speaking (Goh dan Burns, 2012: 139) ...74 Gambar 2.8 The Teaching-Speaking Cycle (Goh dan Burns, 2012: 153) ...76 Gambar 2.9 Kriteria menilai Keterampilan Berbicara
(Estaire dan Zanon, 1994: 44) ...90 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Embedded Experimental Model
(Creswell dan Clark, 2007: 68) ...101 Gambar 3.2 Task-based learning framework Willis (1996: 38) ...115
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Desain Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Lampiran 2 Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Lampiran 3 Deskripsi Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara Lampiran 4 Pedoman Observasi 1
Lampiran 5 Pedoman Observasi 2
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Responden Dosen Lampiran 7 Pedoman Angket Terbuka Mahasiswa Lampiran 8 Pedoman Angket Tertutup Mahasiswa
Lampiran 9 Skenario Pembelajaran Berbasis Tugas Kelas Eksperimen Lampiran 10 Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas Pertemuan Pertama di Unpas
Lampiran 11 Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tugas Pertemuan Kedua di STKIP Siliwangi Lampiran 12 Catatan Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Tugas Pertemuan Ketiga di STKIP Siliwangi Lampiran 13 Transkrip Wawancara Responden Dosen #1
Lampiran 14 Transkrip Wawancara Responden Dosen #2 Lampiran 15 Transkrip Wawancara Responden Dosen #3
Lampiran 16 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Kelancaran Lampiran 17 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Kosa Kata
Lampiran 18 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Tata Bahasa/Ketepatan
Lampiran 19 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Pengucapan Lampiran 20 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa Kelas Eksperimen Unpas pada Aspek Komunikasi Lampiran 21 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Kelancaran
Lampiran 22 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Kosa Kata
Lampiran 23 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Tata Bahasa/Ketepatan
Lampiran 24 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Pengucapan
(13)
Lampiran 25 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen STKIP Siliwangi pada Aspek Komunikasi
Lampiran 26 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Kelancaran Lampiran 27 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Kosa Kata
Lampiran 28 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Tata Bahasa/Ketepatan
Lampiran 29 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Pengucapan Lampiran 30 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa Kelas Eksperimen UIN pada Aspek Komunikasi
Lampiran 31 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara Mahasiswa pada Aspek Kelancaran di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 32 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa pada Aspek Kosa Kata di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 33 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa pada Aspek Tata Bahasa di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 34 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa pada Aspek Pengucapan di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 35 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Keterampilan Berbicara
Mahasiswa pada Aspek Komunikasi di Tiga Kelas Eksperimen Lampiran 36 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Setiap Pasangan
Kelas Eksperimen
Lampiran 37 Data Nilai Prates, Postes dan Gain Setiap Pasangan Kelas Kontrol
Lampiran 38 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 39 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Kelas Eksperimen Pada semua Aspek di Tiga Perguruan Tinggi
Lampiran 40 Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Kelas Eksperimen dan Kontrol di Tiga Perguruan Tinggi Lampiran 41 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk
Data Prates
Lampiran 42 Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk Lampiran 43 Uji Homogenitas Prates dengan Lavene’ Test
Lampiran 44 Uji Statistik t Tes Ketrampilan Berbahasa Inggris Prates Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 45 Uji Statistik t Tes Keterampilan Berbicara bahasa Inggris Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Lampiran 46 Uji ANOVA Skor Pascates Ketrampilan
Berbicara bahasa Inggris Kelompok Eksperimen
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian ini yang meliputi latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis, definisi operasional, asumsi, dan hipotesis penelitian. Semua aspek pendahuluan tersebut disajikan satu per satu seperti berikut ini.
A. Latar Belakang
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling banyak digunakan di dunia sudah cukup lama menjadi salah satu mata pelajaran/kuliah yang diajarkan baik di tingkat sekolah maupun di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Bahkan menyadari pentingnya bahasa Inggris, sejak tahun 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai menyarankan pengenalan bahasa Inggris dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu muatan lokal. Namun demikian, walaupun mata pelajaran/kuliah bahasa Inggris sudah cukup lama diajarkan, mata pelajaran/kuliah bahasa Inggris di sekolah maupun di Perguruan Tinggi belum mampu menghasilkan siswa maupun mahasiswa yang mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. Sebagai ilustrasi rendahnya keterampilan siswa dan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris, hasil pra-survei pada beberapa sekolah dan universitas menunjukkan dari satu kelas yang
(15)
berjumlam sekitar 40 orang siswa atau mahasiswa hanya sekitar 10% (empat sampai lima) orang saja yang mampu berbicara bahasa Inggris dengan baik.
Berkaitan dengan rendahnya keterampilan berbahasa Inggris tersebut, Kusumah (2004: 114) dalam penelitiannya menyatakan bahwa:
Meskipun siswa sudah belajar bahasa Inggris selama bertahun-tahun di sekolah dan sebagian besar dari mereka menyadari bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris itu penting, keterampilan berbicara bahasa Inggris di kalangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) masih tergolong sangat rendah.
Dari penelitian Kusumah (2004: 114) tersebut diketahui bahwa hanya sekitar 10-20% siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki keterampilan berbicara bahasa Inggris dengan baik. Sementara itu, Warliah (Togatorop, 2009: 3) di dalam penelitiannya yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandung menyatakan bahwa “most of the students do not raise questions in English classes because of being
afraid of making mistakes.” Lebih jauh, Kusumah (2004: 6) menyampaikan “sebagai alat komunikasi bahasa Inggris merupakan salah satu pendidikan keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh lulusan SMA yang akan mencari pekerjaan ataupun meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi.” Hal tersebut bertentangan dengan kenyataannya di lapangan yang menunjukkan bahwa sebagian besar (80-90%) lulusan SMA tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris meskipun mereka telah belajar bahasa Inggris selama enam tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA.
Dari penelitian Kusumah (2004: 115) berkenaan dengan pembelajaran bahasa Inggris ditemukan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di sekolah formal terlalu menekankan pada ketepatan penggunaan bahasa, sehingga siswa di kelas
(16)
beraturan tanpa konteks dan menghapal pola kalimat sekian banyak tenses. Penekanan yang terlalu berlebihan pada ketepatan berbahasa mengakibatkan bukan saja kelancaran berbicara bahasa Inggris yang menjadi terhambat, tetapi juga rasa senang dan motivasi belajar bahasa Inggris siswa/mahasiswa menjadi sangat menurun. Berkenaan dengan hal tersebut, Horwitz (2008: 92) menyatakan
“although speaking is the hallmark of second language learning, it is sometimes neglected in language classrooms. Teachers often find it easier to present language drills and grammatical presentation
than to ask students to participate in lifelike conversation.”
Sementara itu, berkaitan dengan keterampilan mahasiswa dalam berbahasa Inggris, Mansyur (2007: 8) menyatakan bahwa “di dunia Perguruan Tinggi, kompetensi berbicara mahasiswa dalam bahasa Inggris masih dirasakan kurang, hal tersebut disebabkan masih rendahnya motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.” Rendahnya motivasi belajar mahasiswa disebabkan berbagai hal di antaranya adalah karena pengalaman awal belajar bahasa Inggris pada jenjang pendidikan sebelumnya serta metode dan strategi pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan kurang tepat.
Berkenaan dengan metode pembelajaran bahasa Inggris, Madjid (2006: 135) menjelaskan bahwa:
Pada umumnya guru/dosen bahasa Inggris belum secara optimal mampu mendorong siswa/mahasiswa agar berpartisipasi dalam setiap kegiatan, hanya sebagian kecil siswa/mahasiswa (terkesan orang-orang yang sama) yang mendominasi dan terlibat aktif dalam tanya jawab, diskusi dan kegiatan komunikasi dalam bahasa Inggris di kelas.
Dari temuan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa guru atau pun dosen perlu memilih pembelajaran bahasa Inggris yang tepat sehingga siswa atau mahasiswa termotivasi dalam berbicara bahasa Inggris. Lebih jauh berkaitan dengan
(17)
keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, Togatorop (2009: 2) menyampaikan “pada umumnya mahasiswa menyadari bahwa keterampilan berbicara merupakan patokan seseorang kompeten dalam satu bahasa.” Mereka berpendapat bahwa dari empat keterampilan berbahasa yakni keterampilan berbicara, membaca, menulis, dan mendengar, keterampilan berbicaralah yang merupakan keterampilan yang paling penting. Berkaitan dengan hal tersebut, Thornbury (2005: 1) menyampaikan ”speaking represents a real challenge to most language learners and speaking is a skill, and it needs to be developed and practiced independently of the grammar curriculum.” Dari pendapat Thornbury tersebut kita dapat mengetahui bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting dan menantang bagi para pembelajar dalam belajar bahasa.
Lebih jauh, berkenaan dengan keterampilan berbicara, Togatorop (2009: 2) menyatakan bahwa “sebagian besar mahasiswa dan dosen bahasa Inggris mengetahui bahwa keterampilan berbicara harus dilatih dan dikembangkan dengan melakukan banyak latihan.” Tetapi pada kenyataannnya banyak mahasiswa yang enggan untuk berbicara bahasa Inggris di kelas dan dosen pun kesulitan dalam meminta mahasiswanya untuk berlatih berbicara. Berkaitan dengan rendahnya motivasi dan keengganan berbicara bahasa Inggris, Brown (1994: 255) menyampaikan “one of the major obstacles learners have to overcome in learning to speak is the anxiety generated over the risks of blurting
things out that are wrong, stupid, or incomprehensible.” Lebih jauh, berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi mahasiswa di dalam berbicara bahasa Inggris,
(18)
Fitri (Togatorop, 2009: 3) menyampaikan bahwa “the obstacles faced by the third-year students of English Department of UPI following the English speaking group work, they are; the lack of self confident and the lack of vocabulary. Dengan mengetahui alasan mengapa pembelajar enggan mencoba berbicara bahasa Inggris di dalam kelas, guru maupun dosen harus mengaplikasikan pembelajaran bahasa Inggris yang dapat mendorong para pembelajar berbicara bahasa Inggris secara aktif di dalam kelas.
Sebagai gambaran tambahan rendahnya keterampilan berbahasa Inggris di tingkat Perguruan Tinggi, Mansyur (2007: 12) menyatakan bahwa:
Para mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Inggris (BSI) yang berada di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGJ) Bandung yang nota bene bahasa Inggris merupakan bidang kajiannya, juga kesulitan untuk mencapai skor TOEFL (Test of English as a Foreign Language) minimum 450 sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian komprehensif, padahal mereka telah belajar bahasa Inggris selama empat tahun di program studi BSI.
Menurut peneliti rendahnya keterampilan berbahasa Inggris yang terjadi pada mahasiswa BSI diakibatkan oleh rendahnya kualitas proses pembelajaran.
Rendahnya keterampilan berbahasa Inggris pada tingkat Perguruan Tinggi bukan terjadi di program studi Bahasa dan Sastra Inggris UIN SGD saja, tetapi juga terjadi di beberapa program studi di universitas lain juga, seperti salah satunya di program studi Sastra Inggris Universitas Pasundan (Unpas) yang mensyaratkan mahasiswa untuk dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik dan lancar dan mencapai skor minimum TOEFL 475 untuk mengikuti sidang skripsi. Mahasiswa yang akan mengikuti sidang skripsi sebagian besar merasa kesulitan untuk mencapai skor TOEFL tersebut dan ketika pra-sidangpun hanya sebagian kecil dari mereka saja yang dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik dan
(19)
lancar. Dari hasil prapenelitian di program studi Sastra Inggris Unpas dan program studi pendidikan bahasa Inggris Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi melalui wawancara dengan dosen dan pengamatan kelas dapat diketahui bahwa dari 40-50 mahasiswa di dalam kelas, hanya empat sampai delapan mahasiswa saja yang memiliki keterampilan berbicara bahasa Inggris baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hanya sekitar 10-20% mahasiswa di dalam satu kelas yang memiliki keterampilan berbicara bahasa Inggris baik.
Dari hasil penelitian pra-survei diketahui bahwa ada dua penyebab utama rendahnya keterampilan berbicara mahasiswa Sastra Inggris, yang pertama; keengganan mahasiswa berbicara bahasa Inggris di kelas karena kurangnya kesempatan untuk berbicara di dalam kelas dan rendahnya motivasi serta percaya diri mahasiswa, kedua; metode pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan membosankan, kurang menyenangkan dan kurang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kendala utama dalam pembelajaran bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi yakni rendahnya keterampilan berbahasa Inggris mahasiswa, rendahnya motivasi belajar mahasiswa, dan ketidaktepatan pemilihan metode pembelajaran yang digunakan.
Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris perlu diterapkan model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat meningkatkan kelancaran berbicara di mana setiap kegiatan belajar bahasa Inggris di dalam kelas memberikan kesempatan yang luas
(20)
bagi setiap mahasiswa untuk berlatih berbicara dan menggunakan bahasa Inggris dan setiap kegiatan dibuat semenarik dan semenyenangkan mungkin bagi mahasiwa sehingga mahasiswa pun termotivasi untuk secara aktif berpartisipasi di dalam kegiatan di dalam kelas.
Salah satu model pembelajaran yang digunakan oleh para pengajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris adalah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas (task-based language learning). Dari sekian banyak pendekatan yang berada dibawah payung pembelajaran bahasa komunikatif, pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas muncul dan berkembang dengan cepat baik dalam bidang pedagogi maupun pemerolehan bahasa kedua. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif dengan prinsip utama penyelesaian secara sukses tugas-tugas komunikatif.
Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas memberikan pengalaman berinteraksi dan meningkatkan percaya diri pembelajar dalam berbicara bahasa Inggris sehingga keterampilan berbicara bahasa Inggris pun meningkat. Pendapat tersebut didukung penelitian Ruso (2008: 1) yang menyatakan “TBLT encourages students involvement and leads to significances improvements regarding their language performance” sedangkan Sanches (2004: 39) menyampaikan bahwa “Task Based Approach is helping to motivate the students and focus the attention
of teachers and learners on meaning and communicative language.” Sejalan dengan yang disampaikan oleh Sanches, Lochana (2006: 9) menyampaikan bahwa “...by applying TBLT, students showed interest in learning English.” Lebih
(21)
jauh, Bygate dalam Carter dan Nunan (2001: 17) menyatakan “Task recycling
seems to provide the basis for learners to integrate their fluency, accuracy, and
complexity...” Dari pendapat para ahli bahasa dan penelitian di atas tersebut, penulis dapat menarik simpulan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas sangat potential untuk digunakan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas tersebut mendesak untuk dilakukan mengingat model pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan di perguruan tinggi saat ini kurang menekankan pada keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah di atas dapat disampaikan bahwa salah satu permasalahan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris di Perguruan Tinggi (PT) yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya adalah kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran di dalam kelas yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar mahasiswa dan rendahnya keterampilan berbahasa mahasiswa. Oleh karena itu, di dalam kelas perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar atau lebih tepatnya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Penerapan model pembelajaran bahasa Inggris tersebut tentunya harus
(22)
mempertimbangkan faktor-faktor atau variabel-variabel pembelajaran khususnya variabel-variabel yang mempengaruhi hasil belajar seperti yang disampaikan beberapa ahli antara lain Dunkin dan Biddle (Sanjaya, 2008: 53) dan Sanjaya (2008: 52). Dari pemetaan para ahli tersebut, faktor atau variabel yang mempengaruhi hasil belajar meliputi karakteristik bidang studi dan kurikulum, guru/dosen, siswa, sarana, media dan sumber belajar, serta lingkungan. Dalam penelitian ini variabel pembelajaran Dunkin and Biddle serta Reigeluth dan Merill yang dimodifikasi digunakan sebagai rujukan bagi pemilihan, penetapan dan penerapan fokus penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, penerapan model pembelajaran dalam penelitian ini mempertimbangkan peta variabel pembelajaran sebagai berikut.
Gambar 1.1 Peta Pembelajaran yang dimodifikasi dari Dunkin dan Biddle (Sanjaya, 2008: 53)
Variabel Input/Faktor
Pendukung
Karakteristik bidang studi dan kurikulum Guru/dosen Siswa/mahasiswa Sarana, media,
dan sumber belajar Lingkungan Variabel Proses/ Fokus Variabel Output/Hasil Pembelajaran/ Dampak Model Pembelajaran Bahasa Inggris Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris: Kelancaran Kosakata Tata bahasa Pengucapan Komunikasi
(23)
Variabel input yang meliputi guru/dosen, siswa/mahasiswa dan lingkungan belajar serta variabel proses pembelajaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Di dalam penelitian ini, variabel proses berupa model pembelajaran bahasa Inggris yang menjadi perhatian utama tentunya dengan mempertimbangkan variabel input untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara bahasa Inggris.
2. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan peta variabel di atas, dapat disampaikan bahwa untuk menerapkan sebuah model pembelajaran bahasa Inggris dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa perlu mempertimbangkan variabel atau faktor pendukung pembelajaran seperti karakteristik bidang studi dan kurikulum, guru/dosen, siswa/,mahasiswa, sarana, media dan sumber belajar, serta lingkungan. Di samping memperhatikan variabel pendukung tersebut, pemilihan dan penerapan model pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa juga mempertimbangkan penelitian para ahli terdahulu yang meliputi kajian teori atau konsep maupun kajian empiris.
Salah satu model pembelajaran yang berkembang saat ini dan banyak digunakan oleh para pengajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris adalah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas. Setelah era yang disebut ”post method,” ada banyak pendekatan yang berada di bawah payung pembelajaran bahasa komunikatif. Dari sekian pendekatan yang muncul,
(24)
pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas muncul dan berkembang dengan cepat. Larsen-Freeman dan Anderson (2011: 150) menyatakan bahwa “
Task-based Language Teaching is another example of „strong version‟ of the
communicative approach, where language is acquire through use.” Dari pendapat Larsen-Freeman dan Anderson tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pengembangan dari pembelajaran bahasa komunikatif.
Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif dengan prinsip utama penyelesaian secara sukses tugas-tugas komunikatif. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas diorganisasikan agar mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan bahasa Inggrisnya dengan memfokuskan pada melakukan tugas sambil menggunakan bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas, Willis (1996: 35-36) menyampaikan bahwa “task-based learning gives chances to speak,
gives learners experience of spontaneous interaction, and improves learners‟
confidence in speaking.” Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas memberikan pengalaman berinteraksi dan meningkatkan percaya diri pembelajar dalam berbicara bahasa Inggris. Rahman (2010: 9) di dalam penelitiannya menyampaikan bahwa “the task-based approach to teach oral communication has
much potential.” Lebih jauh Richards dan Rogers (2001: 223) menyatakan bahwa “engaging learners in task work provides a better context for the activation of
learning process than form-focused activities, and hence ultimately provides
(25)
tersebut, penulis dapat mengambil simpulan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa.
Menurut Willis dan Willis (1996: 11) “most reseachers would agree that
in order for anyone to learn a language with reasonable efficiency, three essensial conditions must be met. The conditions are exposure, use, and motivation.” Dari pandangan Willis tersebut, peneliti dapat menyampaikan bahwa agar pembelajaran bahasa bisa berjalan secara efektif, pengajar harus menyediakan tiga kondisi pembelajaran yang penting yakni; penyediaan kontak dengan bahasa target, penyediaan kesempatan bagi pembelajar untuk menggunakan bahasa target dalam komunikasi yang nyata, dan peningkatan motivasi bagi pembelajar untuk terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran bahasa berbasis tugas menyediakan ketiga kondisi tersebut.
Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas memiliki kerangka kerja yang terstruktur baik bagi pengajar maupun bagi penilai. Dengan menggunakan tugas sebagai dasar bangunan bagi pengembangan silabus, pengajar dapat menyusun pembelajaran dan menilai hasilnya.
Dengan mempertimbangkan penelitian terlebih dahulu dan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris, maka peneliti menggunakan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas sebagai variabel proses pembelajaran dan keterampilan berbicara mahasiswa yang meliputi kelancaran,
(26)
kosakata, tata bahasa, pengucapan, dan komunikasi sebagai variabel output atau hasil pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “bagaimanakah penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa?”
C. Pertanyaan Penelitian
Secara lebih operasional masalah penelitian tersebut dapat dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembelajaran berbicara bahasa Inggris di perguruan tinggi dilihat dari proses pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa? 3. Apa saja hal-hal yang terjadi dan berkembang dalam proses pembelajaran
bahasa Inggris berbasis tugas?
4. Bagaimana peranan dosen dan mahasiswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas yang menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas?
5. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan?
(27)
6. Apakah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dapat meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dan mengetahui keefektifan model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Tujuan penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi pembelajaran berbicara bahasa Inggris di perguruan tinggi dilihat dari proses kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa.
3. Mendeskripsikan hal-hal yang terjadi dan berkembang dalam proses pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.
4. Mengetahui peranan dosen dan mahasiswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas yang menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.
5. Mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan.
(28)
6. Memperoleh data empiris tentang efektifitas model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa.
E. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dalam bentuk model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa yang mencakup desain dan implementasi, faktor penunjang dan penghambat, serta keterlibatan siswa dalam interaksi belajar mengajar. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam dua hal, manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis:
Penelitian ini menerapkan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi. Dengan demikian, secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan menghasilkan rumusan dalil-dalil pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas khususnya pembelajaran berbicara bahasa Inggris yang didasarkan pada efektifitas implementasi model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.
2. Manfaat Praktis:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi kalangan terkait:
(29)
a. Bagi ahli kurikulum
Bagi ahli kurikulum penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, sebagai salah satu model implementasi kurikulum bahasa Inggris di perguruan tinggi. b. Bagi dosen bahasa Inggris di Perguruan Tinggi
Bagi dosen bahasa Inggris di perguruan tinggi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perencanaan pembelajaran bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi dan pemilihan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa.
c. Bagi Pembuat Kebijakan
Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengambilan keputusan dalam penerapan pengajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah penafsiran yang berbeda terhadap fokus penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasional yang akan digunakan dalam menjelaskan berbagai permasalahan yang akan dikaji.
1. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas (task-based language learning)
merujuk pada pembelajaran yang berbasiskan penggunaan tugas-tugas sebagai unit inti dari perencanaan dan pengajaran dalam pembelajaran bahasa.
(30)
Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pengembangan dari pembelajaran bahasa komunikatif atau Communicative Language Teaching (CLT) dengan prinsip utama penyelesaian secara sukses tugas-tugas komunikatif. (Richards dan Rogers, 2001: 223)
2. Tugas dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas adalah kegiatan di dalam kelas yang melibatkan siswa dalam memahami, memanipulasi, memproduksi, atau berinteraksi dalam bahasa target. Tugas adalah kegiatan-kegiatan di mana bahasa target digunakan oleh mahasiswa untuk berkomunikasi dalam rangka mencapai tujuan. Jenis tugas-tugas tersebut meliputi questions and answers, dialogues and role plays, matching activities, communication strategies, pictures and picture stories, puzzles and problems,
dan discussions and decisions, comparing, problem solving, sharing personal experience, dan creative tasks (Nunan, 2004: 4, 57-58) dan (Willis, 1996: 23-27).
3. Keterampilan berbicara bahasa Inggris adalah kemampuan mahasiswa berbicara bahasa Inggris yang dilihat dari hasil tes performansi keterampilan berbicara yang meliputi aspek kelancaran, kosa kata, tata bahasa, pengucapan, dan komunikasi. Tes performansi keterampilan berbicara meliputi dua jenis tes. Tes performansi pertama adalah live monologue, di dalam tes ini mahasiswa diminta untuk menyampaikan pendapatnya terhadap satu topik. Tes perpormansi yang kedua adalah collaborative tasks and discussion, di dalam tes ini mahasiswa secara berpasangan diminta untuk mendiskusikan satu topik (Thornburry, 2005: 126).
(31)
G. Asumsi
Terdapat beberapa asumsi yang dijadikan landasan di dalam penelitian ini. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Ketepatan pemilihan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran.
2. Pembelajaran berbicara berhasil dengan baik jika ditunjang oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk latihan berbicara dan terlibat aktif dalam kegiatan berbicara.
3. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas menunjang proses belajar mengajar khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan berbicara mahasiswa jika implementasi pembelajaran dilakukan dengan baik oleh dosen dan tugas-tugas yang diberikan disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa.
H. Hipotesis
Jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan dalam hipotesis berikut:
“Keterampilan berbicara bahasa Inggris subjek penelitian meningkat secara signifikan setelah memperoleh perlakuan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.”
(32)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang meliputi 1) metode penelitian, 2) desain penelitian, 3) subjek penelitian, 4) prosedur penelitian 5) variabel penelitian, 6) teknik pengumpulan data, 7) pengembangan instrumen penelitian, dan 8) prosedur pengolahan data. Aspek-aspek tersebut disampaikan satu persatu sebagai berikut:
A. Metode Penelitian
Penelitian ini berupaya untuk mengujicobakan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam upaya meningkatkan keterampilam berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode kuantitatif tepatnya metode kuasi eksperimen digunakan dalam penelitian ini sebagai metode penelitian utama dengan desain eksperimen nonequivalent control group desain
atau matching pretest-posttest control group design. Sedangkan metode penelitian kualitatif digunakan sebagai metode pendukung untuk memahami bagaimana proses dan intervensi eksperimen bekerja.
Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai metode penelitian kombinasi atau mixed methods.
Menurut Creswell (2008: 552) “A mixed methods research design is a procedure for collecting, analyzing, and ‘mixing’ both quantitative and qualitative reseach and methods in a single study to understand research problems.” Lebih jauh
(33)
Creswell (2008: 552) menyampaikan bahwa asumsi dasar dari penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu kesatuan memberikan pemahaman yang lebih baik akan masalah penelitian dibandingkan hanya dengan menggunakan satu metode saja. Ada beberapa alasan kenapa metode penelitian kombinasi digunakan. Secara umum metode kombinasi digunakan karena penelitian ini memiliki dua jenis data yaitu data kualitatif dan kuantitatif dan dengan adanya dua jenis data tersebut membuat pemahaman akan masalah penelitian jadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi yang di dalam prakteknya studi eksperimen (kuantitatif) digunakan untuk mendapatkan data atau informasi hasil dari eksperimen, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk memahami bagaimana proses eksperimen terjadi.
B. Design Penelitian
Menurut Creswell (2008: 557) ada empat jenis desain metode campuran yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian. Keempat jenis desain metode campuran tersebut, yaitu:
1. Triangulation mixed method design (concurrent or parallel mixed method design)
2. The embedded design
3. The explanatory design
(34)
Lebih jauh, Creswell (2008: 556) menyampaikan bahwa pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu menentukan jenis desain metode campuran yang paling sesuai untuk digunakan:
1. What priority or weight does the researcher give to the quantitative and qualitative data collection? Priority or weight means that one form of data is given more attention or emphasis in the study; however quantitative and qualitative data are sometimes treated equally.
2. What is the sequence of collecting the quantitative and qualitative data? Determine whether the qualitative data (or quantitative data) comes first and second in the data collection or whether they are collected concurrently
3. How does the researcher actually analize the data? Determine if the researcher combine the data in one analysis or keep the analyses seperate.
4. Where in the study does the researcher ‘mix’ the data? The two
forms of data might be combined, linked, or mixed during the data collection, between data collection and data analysis, during data analysis, or in the interpretation of the study.
Dari empat jenis desain metode campuran di atas, peneliti memilih desain
embedded metode campuran dengan embedded experimental model sebagai desain utama dari penelitian ini. Dengan menggunakan embedded experimental model maka di dalam penelitian ini studi eksperimen (kuantitatif) digunakan untuk mendapatkan data atau informasi hasil dari eksperimen penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa atau menjawab pertanyaan tentang keefektifan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk memahami bagaimana proses dan intervensi eksperimen bekerja atau proses penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas di dalam kelas.
(35)
Pemilihan desain embedded experimental model berdasarkan pada pendapat Creswell (2008: 557) yang menyampaikan bahwa tujuan dari desain
embedded metode campuran adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara simultan namum satu data merupakan data pendukung dari jenis data lainnya. Alasan pengumpulan bentuk data kedua adalah untuk mendukung bentuk data utama. Data pendukung di dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa data proses pembelajaran di dalam kelas. Peneliti mengumpulkan baik data kuantitatif maupun kualitatif selama penelitian eksperimen, kedua data dianalisa secara terpisah, dan kedua data tersebut menjawab pertanyaan penelitian yang berbeda. Di dalam penelitian desain metode campuran ini, peneliti memberikan prioritas pada pengumpulan data utama (kuantitatif) dan pengumpulan data pendukung (kualitatif).
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group desain atau matching pretest-posttest control group design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada desain ini, kedua kelompok diberikan prates/tes awal, perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan pascates/tes akhir. Berikut adalah rancangan desain eksperimen nonequivalent control group design (Sugiyono: 2011) atau matching pretest-posttest control group design (Sukmadinata: 2008) yang digunakan dalam penelitian ini:
Kelompok Eksperimen O1 X O2
(36)
Keterangan:
O1 = Pengukuran awal kelompok eksperimen O2 = Pengukuran akhir kelompok eksperimen
X1 = Perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas
O1 = Pengukuran awal kelompok kontrol O2 = Pengukuran akhir kelompok kontrol
(kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, tetapi menggunakan metode yang biasa digunakan oleh dosen yang bersangkutan yakni metode Presentation Practice dan Production/PPP atau Structural-Based Language Teaching)
C. Subjek Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan pada bab pendahuluan, penelitian ini dilaksanakan di tiga perguruan tinggi yakni; program studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan, program studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi dan program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati. Pemilihan ketiga program studi di tiga perguruan tinggi yang berbeda sebagai tempat penelitian berdasarkan pertimbangan ketiga program studi berada di dalam pengelolaan tiga perguruan tinggi berbeda yakni universitas swasta, sekolah tinggi swasta, dan universitas negeri. Dua program studi yakni program studi Sastra Inggris Universitas Pasundan dan program studi Pendidikan Bahasa
(37)
Inggris Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati memiliki nilai akreditasi B. Sedangkan program studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi memiliki nilai akreditasi C.
Subjek penelitian di program studi Sastra Inggris, Universitas Pasundan adalah seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah berbicaradi semester satu tahun akademik 2011/2012 dan dosen mata kuliah tersebut. Mahasiswa semester satu seluruhnya berjumlah 54 orang yang terbagi dalam dua kelas yakni kelas A dan B. Karena jumlah populasi relatif kecil maka digunakanlah teknik sampling jenuh atau semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di program studi Sastra Inggris Universitas Pasundan dilakukan secara acak atau dalam hal ini diundi sehingga satu kelas menjadi kelompok eksperimen dan satu kelas menjadi kelompok kontrol.
Subjek penelitian di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Siliwangi adalah 44 mahasiswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas 2A dan 2B. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di program studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi sama halnya dengan di program studi Sastra Inggris Universitas Pasundan dilakukan secara acak atau diundi sehingga satu kelas menjadi kelompok eksperimen dan satu kelas menjadi kelompok kontrol.
Sedangkan subjek di program studi Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Sunan Gunung Djati adalah dua kelas yang setiap kelas terdiri dari 25 mahasiswa. Dari
(38)
dua kelas tersebut, peneliti menetapkan satu kelas menjadi kelompok eksperimen dan kelas lainnya menjadi kelompok kontrol secara acak atau diundi.
Pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada ketiga universitas diberikan prates untuk mengetahui tidak terdapat perbedaan keterampilan berbicara yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Dosen yang dipilih untuk menjadi subjek penelitian adalah dosen yang berpendidikan S2 dan berpengalaman minimal lima tahun sehingga diasumsikan memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan mengajar yang sama.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari lima tahapan utama. Kelima tahapan utama tersebut meliputi tahap prapenelitian atau penelitian sebelum perlakuan diberikan dengan menggunakan metode kualitatif, tahap pelaksanaan kuasi eksperimen yang meliputi pelaksanaan prates yang berupa tes keterampilan berbicara secara lisan; pemberian perlakuan atau intervensi pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas; dan pelaksanakan postes berupa tes keterampilan berbicara bahasa Inggris, tahap penelitian terhadap proses perlakuan pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan metode kualitatif, tahap penelitian setelah perlakuan pembelajaran dengan metode kualitatif, tahap interpretasi hasil penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Berikut adalah tahapan-tahapan prosedur penelitian Embedded Experimental Model (Creswell dan Clark, 2007: 68) tersebut:
(39)
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Embedded Experimental Model
(Creswell dan Clark, 2007: 68)
1. Tahap Prapenelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan studi lapangan dalam rangka menemukan potensi dan masalah khususnya berkaitan dengan pembelajaran berbicara bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi. Pada tahap awal studi lapangan, peneliti menjajaki kemungkinan dapat dilakukannya kajian terhadap proses pembelajaran berbicara bahasa Inggris yang selama ini dilakukan di program studi sastra Inggris Universitas Pasundan, program studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi dan program studi Pendidikan Bahasa Inggris UIN Sunan Gunung Djati. Dalam pelaksanaan tahap awal studi lapangan ini, peneliti menggunakan teknik observasi untuk mengamati proses perkuliahan mata kuliah berbicara. Selain observasi peneliti juga menggunakan teknik wawancara kepada dosen mata kuliah berbicara terkait dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung serta pendekatan pembelajaran yang digunakannya. Di samping itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada mahasiswa untuk menjaring sikap, tanggapan, dan pengalaman mahasiswa terhadap pembelajaran berbicara.
Intervention
Interpretation based on QUAN (qual)
results qual
before intervention
qual after intervention Intervention
qual during intervention QUAN
(40)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, peneliti mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan temuan yang didapat sebagai dasar penyusunan model pembelajaran bahasa Inggris. Pada tahap prapenelitian ini dipersiapkan beberapa hal antara lain:
1) Penyusunan pedoman kerja penelitian berdasarkan waktu dan tempat yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan secara kerjasama antara peneliti dan dosen mata kuliah berbicara. Penyusunan pedoman kerja ini didasarkan pada silabus perkuliahan, kalender akademik, dan materi perkuliahan.
2) Mensosialisasikan dan menjelaskan tujuan kegiatan penelitian ini kepada dosen, program studi, dan dekan.
3) Menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta dosen mata kuliah berbicara yang dijadikan rekan dalam penelitian.
4) Menginventarisasi jumlah mahasiswa pada mata kuliah berbicara dan menentukan jumlah kelompok khususnya kelompok eksperimen. 5) Menyiapkan dan menganalisa silabus serta satuan acara perkuliahan
yang disesuaikan dengan materi dan tujuan perkuliahan.
Setelah melakukan prapenelitian diperoleh data empirik tentang pembelajaran bahasa Inggris yang biasa dilakukan serta tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap pembelajaran tersebut yang dipakai sebagai landasan penyusunan rancangan model pembelajaran yang akan diuji cobakan.
(41)
2. Tahap Pelaksanaan Kuasi Eksperimen
Setelah melakukan tahapan-tahapan prapenelitian, tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan kuasi eksperimen. Di dalam tahapan ini, pelaksanaan penelitian dilakukan lima kali perlakuan. Tahapan pelaksanaan kuasi eksperimen dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Skenario pembelajaran berbicara berbasis tugas dalam lima pertemuan disajikan pada bagian lampiran):
Melaksanakan prates yang berupa tes keterampilan berbicara bahasa Inggris secara lisan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Memberikan perlakuan atau intervensi pembelajaran bahasa Inggris
berbasis tugas terhadap kelas eksperimen
Melaksanakan postes berupa tes keterampilan berbicara bahasa Inggris secara lisan terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3. Tahap Penelitian terhadap Perlakuan Pembelajaran
Tahap penelitian terhadap proses perlakuan pembelajaran pada kelompok eksperimen dilakukan dengan metode kualitatif. Di dalam tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dan melakukan wawancara terhadap dosen untuk menjaring pendapat dan tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang diterapkan di kelas mereka.
4. Tahap Penelitian setelah Perlakuan Pembelajaran
Tahap penelitian setelah perlakuan pembelajaran dilaksanakan dengan metode kualitatif. Di dalam tahap ini, peneliti melakukan wawancara terhadap
(42)
dosen untuk menjaring pendapat dan tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang telah diterapkan di kelas mereka. Peneliti membagikan angket kepada mahasiswa untuk menjaring data tentang sikap, pandangan dan pendapat mahasiswa terhadap model yang diterapkan di kelas mereka.
5. Tahap Interpretasi hasil Penelitian
Tahap interpretasi hasil penelitian merupakan tahap terakhir di dalam penelitian ini. Tahap interpretasi data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif sebagai metode utama dan kualitatif sebagai metode tambahan. Peneliti menginterpretasi hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pengisian angket, dan hasil penilaian dan mengelompokkan data dan mengurutkan data sesuai dengan rumusan masalah serta mengolah seluruh data yang terhimpun secara kualitatif dan kuantitatif.
E. Variabel Penelitian
Di dalam penelitian terdapat dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam pembelajaran berbicara. Yang dimaksud dengan model pembelajaran berbasis tugas adalah model pembelajaran berbasis tugas yang disampaikan oleh Willis tahun 1996 yang terdiri dari tiga tahapan yaitu; tahap pre-task, tahap task cycle, dan tahap language focus. Sedangkan variabel terikat di dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Yang dimaksud dengan keterampilan berbicara dalam hal ini dibagi menjadi lima
(43)
kriteria atau aspek yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut; kelancaran
(fluency), kosa kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), pengucapan
(pronunciation), dan komunikasi interaktif (interactive communication).
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui bagaimana penerapan dan efektifitas model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam penelitian ini diperlukan sejumlah data berupa:
a) Hasil prates/tes awal dan postes/tes akhir dalam bentuk tes lisan b) Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan model pembelajaran.
c) Pendapat mahasiswa tentang pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan di kelas.
d) Pendapat dosen terhadap pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan di kelas.
Data tersebut diperlukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas yang diterapkan terhadap peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Sesuai dengan jenis data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes, observasi, angket dan wawancara.
1. Tes
Untuk mengetahui tingkat efektifitas model pembelajaran yang diterapkan diperlukan data keterampilan awal dan akhir mahasiswa dalam berbicara bahasa
(44)
Inggris. Untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir tersebut digunakan teknik tes. Prates dilakukan terhadap ketiga kelompok eksperimen dan kontrol berupa tes lisan bahasa Inggris. Prates ini dimaksudkan untuk mengetahui keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Sedangkan postes digunakan untuk mengukur dampak model yang diterapkan terhadap keterampilan berbicara mahasiswa. Untuk melihat efektifitas model yang diterapkan, dilakukan perbandingan dengan hasil yang dicapai oleh mahasiswa dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan dosen dalam mengajar di kelas. Di dalam prates dan postes ini, keterampilan berbicara bahasa Inggris yang dinilai meliputi aspek-aspek keterampilan berbicara bahasa Inggris yang diadaptasi dari
International English Language Testing System (IELTS) dan Cambridge Certificate in English Language Speaking Skills (CELS) Test of Speaking yakni aspek kelancaran (fluency), kosa kata (vocabulary), tata bahasa (grammar),
pengucapan (pronunciation), dan komunikasi interaktif (interactive communication). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan yang dibuat oleh peneliti dan dosen yang sebelumnya dinilai oleh pakar dibidangnya untuk mendapatkan validitas tes. Penilaian terhadap keteramplan berbicara bahasa Inggris menggunakan skala lima yaitu bilangan 1, 2, 3, 4, dan 5. Skor 1 berarti sangat kurang baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti cukup baik, 4 berarti baik, dan 5 berarti sangat baik. Untuk mempertahankan objektivitas dan konsistensi dalam penilaian, maka digunakan rublik penilaian secara terperinci sebagai pedoman. Sedangkan untuk mendapatkan tes berbicara yang objektif, prates dinilai oleh dua
(45)
orang penilai yakni dua orang dosen. Skor rata-rata dari kedua penilai itu dipakai sebagai skor akhir.
2. Pengamatan / Observasi
Teknik pengumpulan data kedua yang digunakan adalah teknik pengamatan atau teknik observasi. Menurut Sukmadinata (2008: 220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Teknik pengamatan secara umum digunakan untuk melihat bagaimana proses penerapan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas. Teknik pengamatan digunakan untuk melihat secara langsung, mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik oleh dosen maupun mahasiswa selama perlakuan diberikan. Teknik pengumpulan data observasi ini disusun berdasarkan masalah penelitian dan rangkaian kegiatan dalam model pembelajaran pada kelas eksperimen.
Beberapa alasan kenapa teknik pengamatan digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik pengamatan membantu peneliti dalam merekam perilaku sebenarnya, teknik pengamatan membantu peneliti mengumpulkan data secara langsung tanpa kontaminasi, dan teknik pengamatan digunakan sesuai dengan sifat data yang ingin dikumpulkan. Selain itu teknik pengamatan memungkinkan peneliti menarik simpulan perihal makna dan perspektif seseorang yang tidak dapat diperoleh dari dari data hasil wawancara. Berkaitan dengan hal tersebut Maxwell (1996: 76) menyatakan bahwa “observation often enables you to
(46)
draw inferences about someone’s meaning and perspective that you couldn’t by relying exclusively on interview data”. Pengamatan yang dilakukan peneliti dilakukan secara nonpartisipatif karena peneliti tidak ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Sukmadinata (2008: 220) bahwa kegiatan pengamatan dapat dilakukan secara nonpartisipatif (nonpartisipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
3. Wawancara
Menurut Sukmadinata (2008: 217) wawancara atau interviu merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang tidak dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di dalam kelas. Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau pendapat dosen tentang model pembelajaran yang diterapkan di kelas mereka. Teknik wawancara juga digunakan untuk melengkapi informasi yang belum diperoleh dari hasil pengamatan dan angket. Beberapa alasan digunakannya teknik wawancara adalah untuk menggali pemahaman secara mendalam hal-hal yang tidak diperoleh dengan pengamatan dan angket, mempertimbangkan sifat data yang ingin diperoleh, dan dapat langsung melakukan konfirmasi kepada subjek ketika ada data yang kurang jelas.
(47)
4. Angket
Menurut Sukmadinata (2008: 219) angket atau kuesioner merupakan satu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Teknik angket digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan atau pendapat mahasiswa tentang model yang diterapkan di kelas mereka. Teknik ini juga digunakan dalam rangka memperoleh data tentang pengalaman mahasiswa di dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas. Angket ini diberikan setelah kelompok perlakuan selesai mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran berbasis tugas langsung oleh peneliti dan dosen. Hal tersebut seuai dengan pendapat yang disampaikan Sugiyono (2008: 193) bahwa kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat.
Secara singkat kegiatan pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1. Ringkasan Kegiatan Pengumpulan Data
No. KEGIATAN PENGUMPULAN
DATA
DATA YANG DIPEROLEH
1. Tes Awal dan Akhir
Keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran
2. Pengamatan/observasi Proses kegitan pembelajaran dengan menggunakan model
(48)
pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas
3. Wawancara Pendapat dosen tentang model
pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.
4. Angket Pendapat dan pengalaman
mahasiswa tentang model pembelajaran pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas.
G. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dikembangkan sesuai dengan alat pengumpulan data seperti yang telah dikemukakan di atas yakni tes, pedoman pengamatan, pedoman wawancara, angket dan desain model pembelajaran serta rencana pembelajarannya. Melalui instrumen tersebut diharapkan terjaring baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Langkah-langkah pengembangan instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Panduan Tes Lisan dan Pedoman Penilaian
Sehubungan yang akan diukur adalah keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa, maka bentuk tes yang disusun dalam bentuk tes lisan. Mahasiswa ditugasi membuat percakapan secara monolog dan berpasangan sesuai dengan situasi percakapan yang diminta oleh penguji. Tes lisan ini digunakan untuk memperoleh nilai keterampilan atau mengukur keterampilan mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris yang meliputi aspek aspek kelancaran (fluency),
(49)
kosa kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), pengucapan (pronunciation), dan komunikasi interaktif (interactive communication). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan yang dibuat oleh peneliti dan dosen. Penilaian terhadap keterampilan berbicara bahasa Inggris menggunakan skala lima yaitu bilangan 1, 2, 3, 4, dan 5. Skor 1 berarti sangat kurang baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti cukup baik, 4 berarti baik, dan 5 berarti sangat baik. Untuk mempertahankan objektivitas dan konsistensi dalam penilaian, maka digunakan rublik penilaian secara terperinci sebagai pedoman. Penilaian dilakukan oleh dua orang untuk tiap kelompok. Dengan demikian kadar subjektifitas lebih diminimalkan dan objektifitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Skor rata-rata dari kedua penilai itu dipakai sebagai skor akhir. Untuk mempertahankan objektivitas dan konsistensi dalam penilaian dibuatlah rublik penilaian secara terperinci sebagai pedoman. Tabel deskripsi lengkap penilaian keterampilan berbicara disajikan pada lampiran tiga.
2. Pedoman Pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan peneliti menyiapkan pedoman pengamatan. Pedoman pengamatan dibuat berdasarkan kisi-kisi yang digunakan untuk mengetahui kegiatan mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran. Pedoman pengamatan tersebut berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang akan diamati. Rincian dari aspek-aspek yang diobservasi dikembangkan di lapangan dalam proses pengamatan. Pedoman pengamatan ini juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti dalam melakukan pengamatan dan
(1)
2. Saran bagi Perguruan Tinggi
a. Pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas merupakan pembelajaran yang terbukti efektif meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Oleh karena itu perguruan tinggi dapat merekomendasikan pembelajaran berbasis tugas ini untuk diterapkan oleh para dosen di dalam kelas.
b. Pembelajaran berbasis tugas juga dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris pada keterampilan berbahasa lainnya, yakni menulis, membaca, dan menyimak. Di samping itu, pembelajaran berbasis tugas ini juga dapat diterapkan dalam berbagai mata kuliah lainnya. Oleh karena itu perguruan tinggi dapat mendorong para dosen maupun para dosen peneliti untuk mengaplikasikan model pembelajaran berbasis tugas ini di kelas mereka baik dalam rangka meningkatkan keefektifan pembelajaran di dalam kelas maupun dalam rangka penelitian.
3. Saran bagi Peneliti lain
a. Penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis di dalam penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Dosen, guru, atau peneliti lain dalam rangka meningkatkan profesinya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilakukan di
(2)
kelas tempatnya mengajar, dengan demikian hasilnya akan sangat dirasakan oleh dosen atau guru tersebut.
b. Penelitian ini menguji pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa semester satu pada tiga perguruan tinggi di Bandung dengan jumlah mahasiswa kelas eksperimen yang relatif kecil 25 mahasiswa dan pembelajaran berbasis tugas ini teruji dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Peneliti lain disarankan untuk meneliti pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas ini dengan jumlah mahasiswa yang lebih besar atau banyak di kelas eksperimennya.
c. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris
berbasis tugas efektif meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris mahasiswa. Peneliti lain diharapkan terinspirasi untuk meneliti penerapan pembelajaran bahasa Inggris berbasis tugas pada keterampilan berbahasa lainnya, yakni menulis, membaca, dan menyimak. Di samping itu, pembelajaran berbasis tugas ini dapat diterapkan dalam berbagai mata kuliah atau pelajaran. Tentu saja penerapannya disesuaikan dengan karakteristik mata kuliah atau pelajaran tersebut.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Akbarnetaj, Nabi-Olla. (2005). The Psychological Effect of Task Based Language Teaching on Iranian Students in Learning English as A Foreign Language. [Online]. Tersedia: www.tblt.org/download/akbarnetaj.doc [28 Agustus 2011]
Baharuddin, H. dan Wahyuni, Nur Eka. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Bailey, Kathleen M. (2005). Practical English Language Teaching: Speaking.
New York: McGraw-Hill.
Basquille, Andrew. (2004). Task Based Learning. [Online]. Tersedia: http://english-courses-dublin.com/storage/TaskBasedLearning.pdf. [25 Agustus 2011]
Branden, Kris Van den. (2006). Task-Based language Education. Cambridge: Cambridge University Press.
Brown, H., Douglas. (1994). Teaching By Principle: An Interactive Approach to Language Pedagogy. New Jersey: Prentice Hall-Inc.
Buyukkarci, Kagan. (2009). “A Critical Analysis of Task-Based Learning”.
Kastamonu Education Journal. 17, (1).
Carter, Ronald dan Nunan, David (2001). The Cambridge Guide to: Teaching English to Speakers of Other Languages. Cambridge: Cambridge University Press.
Creswell, John W. (2008). Educational Reseach. New Jersey: Pearson Prentice Hall-Inc.
Creswell, John W dan Clark, Vicki L. Plano. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc. Curran, Philip. (2000). Methodology in Language Learning T-Kit. Strasbourg
Cedex:Council of Europe publishing.
Ellis, R. (2012). Language Teaching Research and Language Pedagogy. Oxford: Wiley-Blackwell.
(4)
Ellis, R. (2003). Task-Based language Learning and Teaching.New York: Oxford University Press.
Ellis, R. (2006). “The Methodology of Task-Based Teaching”. Asian EFL Journal. 8, (3).
Estaire, Sheila dan Zanon, Javier. (1994). Planning Classwork: A Task Based Approach. Oxford: Heinemann.
Folse, Keith S. (2009). The Art of Teaching Speaking. Michigan: The University of Michigan Press.
Goh, Christine C. M. dan Burns, Anne. (2012). Teaching Speaking. New York: Cambridge University Press.
Harmer, Jeremy. (1998). How to Teach English. London: Longman.
Harmer, Jeremy. (2001). The Practice of English Language Teaching. London: Longman.
Horwitz, Elaine Kohler. (2008). Becoming A Language Teacher: A Practical Guide to Second Language and Teaching. New York: Pearson Education, Inc.
Hughes, Rebecca. (2002). Teaching and Reseaching Speaking. London: Longman. Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. (2008). Strategi Pembelajaran
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Joyce, Bruce. Weil, Marsha. dan Calhoun, Emily (2009). Models of Teaching: Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kusumah, Ina Yusuf. (2004). Model Pendekatan Komunikatif dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP: Studi Pengembangan pada SMAN di kota Bandung. Unpublished Disertation. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
Larsen-Freeman, Diane dan Anderson, Marti. (2011). Techniques and Principles in Language Teaching. New York: Oxford.
Leaver, Betty Lou dan Willis, Jane R. (2004). Task-Based Instruction in Foreign Language Education. Washington DC: Georgetown University Press.
(5)
Lochana, Meena. (2006). “Task-Based Teaching: Learning English without Tears”. Asian EFL Journal. www.asian-efl-journal.com
Madjid, Alaudin. (2006). Model Pembelajaran Bermakna: Studi Pengembangan pada Sekolah Dasar (SD) di Kendari. Unpublished Disertation. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
Malamah, Ann and Thomas. (1996). Classroom Interaction. Oxford: Oxford University Press.
Mansyur, Agus Salim. (2007). Pengembangan Kurikulum Program Studi Bahasa dan Sastra pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Unpublished Disertation. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
Maxwell, A., Joseph. (1996). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. California: Sage Publication, Inc.
Nation, I.S.P. dan Newton, Jonathan. (2005). Teaching ESL/EFL Listening and Speaking. New York: Routledge.
Nunan, David. (1989). Designing Tasks for the Communicative Classroom. New York. Cambridge University Press.
Nunan, David. (2004). Task-Based Language Teaching. New York. Cambridge University Press.
Rahimpour, Massoud. (2008). “Implementation of Task-Based Approaches to Language Teaching”. Foreign Language Research Special Issue in English, Tehran University. 41, 45-61
Rahman, M. Mojibur. (2010). “Teaching Oral Communication Skills: A Task-based Approach”. Jurnal ESP World. 9, (1).
Richards, Jack C. dan Rogers, Theodore S. (1986). Approaches and Methods in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.
Richards, Jack C. dan Rogers, Theodore S. (2001). Approaches and Methods in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.
Ruso, Nazenin. (2008). “The Influence of Task Based Learning on EFL classrooms”. Asian EFL Journal. www.asian-efl-journal.com
(6)
Sanches, Aquilino. (2004). “The Task-Based Approach in Language Teaching”.
International Journal of English Studies (IJES). 4, (1).
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Thornbury, Scott. (2005). How to Teach Speaking. Essex: Longman.
Thornbury, Scott dan Slade Diana. (2005). C o n v e r s a t i o n :
F r o m D e s c r i p t i o n t o P e d a g o g y. New
York: Cambridge University Press.
Togatorop, Erikson. (2009). Students’Obstacles in Practicing Speaking English. Unpublished Thesis. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
Wajnryb, Ruth. (1993). Classroom Observation Task. Cambridge: Cambridge University Press.
Willis, Jane. (1996). A Framework for Task-Based Learning. Essex: Longman. Willis, Jane dan Willis, Dave. (1996). Challenge and Change in Language