PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Sri Amelia NIM 1004195

PROGRAM STUDI PENDIDIKANGURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

Oleh Sri Amelia NIM 1004195

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Sri Amelia 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SRI AMELIA

PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Dra.Yasbiati, M.Pd. NIP 195411011985032001

Pembimbing II

Drs. H.RadenSetiawan Leo, M.Pd. NIP 195608131988111001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI KampusTasikmalaya

Drs. Rustono WS, M. Pd. NIP 195206281981031001


(4)

ii

PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

ABSTRAK

Pembelajarantematikmerupakanpembelajaran yang rekomendasikandalamkurikulum

2013.Pembelajarantematikakanbermaknabagisiswakarenadalampelaksanaannyasis waakanmemahamikonsep-konsep yang dipelajarisecarautuh. Berawal dari permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Cibeureum 2, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu yang dilakukan oleh guru masih belum optimal khususnya pada pembelajaran enam subtema pemanfaatan energi. Proses pembelajaran yang dilaksanakanmasih bersifat verbalistik, tidakdisertaidenganaktivitas yang memberikanpengalamanlangsungkepadasiswa. Pembelajarantersebuttidaksesuaidenganesensidaridiberlakukannyakurikulum 2013 yaitupembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif.Untuk itu peneliti melaksanakan penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk pembelajaran. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang disajikan dalam bentuk perencanaan pembelajaran, meliputi silabus dan RPP. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Adapun tahapan dalam penelitian ini sesuai dengan model pengembangan 4-D yakni tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). SubjekpenelitianadalahsiswakelasIV SDN Cibeureum 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui tes dan non tes. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar, sedangkan teknik non tes yang digunakan meliputi wawancara, observasi, validasi ahli dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil uji coba pada tahap pengembangan, diperoleh beberapa data. Data pertama mengenai keterlaksanaan model pembelajaran, pada uji coba 1 diperoleh presentase rata-rata sebesar 85% dan pada uji coba II sebesar 92%. Data kedua mengenaihasilbelajarsiswa, pada uji coba I nilai pretes dan postes siswa mengalamipeningkatansebesar 21,62%. Sedangkan pada uji coba luas peningkatan sebesar 18,41%. Data ketiga mengenai respon siswa terhadap pembelajaran, pada uji coba I diperoleh rata-rata sebesar 84% sedangkan pada uji coba II sebesar 82%. Artinya, tanggapansiswaterhadap proses pembelajaranpadaujicobaI maupun uji coba IImemberikantanggapandanperhatian yang positif. Berdasarkan beberapa data yang diperoleh, modelpembelajaran yang dikembangkandikatakanlayakdanefektifuntukdigunakan.Maka,

berdasarkanhasilujicobaproduk, dihasilkanlahprodukakhirmodel pembelajaran. KataKunci:pengembangan, model Children Learning In Science, pembelajaran


(5)

iii

DEVELOPMENTOF CHILDRENLEARNINGIN

SCIENCE(CLIS)MODEL’S INTHE SUB-THEMEOF ENERGYUTILIZATION IN CLASSIV FORELEMENTARY SCHOOL

Abstract

Thematic learningisrecommended incurriculum2013.Thematiclearningwill be meaningfulfor students becausein carried out of the student will beunderstand the conceptsas whole. Started fromthe problemsthat occurredinthe fourth gradeSDNCibeureum2, thatin the implementation ofan integratedthematic learningundertakenbyteachersis still notoptimal, especially inthe sixthlearningof energyutilizationsub-themes.The learning process was stillcarriedverbalistic, notaccompaniedbyactivities thatprovidehands-on experienceto students. Learningis not in accordancewiththe essenceofthe enactment ofthe curriculumin 2013whichemphasizeslearningactivestudent involvement. So, the researcher intends to carry out research and development of a learning model that models Children's Learning in Science (CLIS) which was developed in the form of lesson plans, covering the syllabus and lesson plans..The research methodusedis a Researchand Development(R &D). The stages of this research in accordance with thedevelopment model’sof 4-D. There arefour phases, are definition phase (Define), design (Design), development (Develop) and the spreading(Disseminate).Subjects on this research arefourth grade studentsof SDNCibeureum2. The proccesed of data roundup withthroughtestingandnon-testing. The testusedis theachievement test, while thenon-test techniquesused includeinterviews, observation, expertvalidationanddocumentationstudies.Based on thetrial resultsat this development phase, have been found ofthe some data. The firstdataon thefeasibilityof learningmodels, thefirsttrialgainedan averagepercentageof 85%andin thesecondtestby 92%. The second dataonstudent learning outcomes, thefirsttrialsstudentpretest and posttestvaluesincreased by21.62%.Whiletheextensivetrialsan increase of18.41%. The thirddataregardingstudents' response tolearning, thetestIgained an averageof 84%,whereas inthe secondtestby 82%. That is, students' responsesto the learning processintrialsI andII trialsprovidepositivefeedbackandattention. Based onsome ofthe data obtained, thedevelopedlearning modelis feasibleandeffectivetouse. Then, based onthe results ofproducttested, the finalproductwasbe produced is a learning models.

Keywords: development, ChildrenLearningIn Science (CLIS), thematic learning, the sub-themeof energyutilization


(6)

v DAFTAR ISI

PERNYATAAN...……... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

A. Kajian Teori... 11

1. Model Pembelajaran... 11

2. Model Children Learning In Science (CLIS) ... 15

3. PembelajaranTematik... 19

4. Subtema Pemanfaatan Energi... 24

5. Perencanaan Pembelajaran... 26

B. Penelitian yang Relevan... 30

C. KerangkaBerpikir... 31

D. SpesifikasiProduk yang Dihasilkan... 33

E. Asumsi Dasar dan Keterbatasan Pengembangan... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 35


(7)

vi

C. Metode Penelitian... 40

D. Definisi Operasional Variabel... 41

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen... 44

G. Teknik Pengumpulan Data... 47

H. UjiCobaProduk... 50

I. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54

A. Hasil Penelitian... 54

1. DeskripsiHasil TahapPendefinisian... 54

2. DeskripsiHasilTahap Perancangan... 64

3. DeskripsiHasil TahapPengembangan... 69

4. DeskripsiHasil TahapPenyebaran... 92

B. Pembahasan ... 93

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 98

A. Simpulan... 98

B. Saran ... 10

0 DAFTAR PUSTAKA... 10

1 LAMPIRAN... 10 4 RIWAYAT HIDUP


(8)

vii

DAFTAR TABEL

Ta bel

2.1 PerbedaanFasepadaModel

PembelajaranBerlandaskanKonstruktivisme……… …...

1 4 2.2 JaringanKompetensiDasarPembelajaranEnamSubtemaPemanfaatanEn

ergi...………... 2 4 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar... 4

4 3.2 Hasil Reliabilitas Tes... 4

6 3.3 ReliabilitasButirSoalTesHasilBelajar... 4

6 3.4 Jenis Data, TeknikPengumpulan Data, dan Instrumen... 4

9 4.1 FrekuensiUsiaSiswaKelas IV SDN Cibeureum 2... 5

7 4.2 RancanganAwal RPP... 6

7 4.3 DaftarNamaValidator... 7

0 4.4 Kriteria Validitas Silabus... 7

1 4.5 PresentaseKriteriaValiditasSilabus... 7


(9)

viii

1 4.6 Kriteria Validitas RPP... 7

2 4.7 Presentase Kriteria Validitas RPP... 7

3 4.8 HasilAnalisisValidasi RPP... 7

3 4.9 KriteriaEfektivitasKeterlaksanaan Model Pembelajaran... 7

6 4.1

0

TabelKonversiNilaiAkhir... 7 7 4.1

1

HasilPretest danPostttestsiswa... 7 7 4.1

2

FrekuensiHasilPretest danPosttest Siswa... 7 8 4.1

3

Analisis Statistik Pretes-PostesSiswa... 7 9 4.1

4

KategoriInterpretasi Normal Gain... 8 0 4.1

5

HasilPenghitungan Normal Gain... 8 1 4.1

6

RekapitulasiHasilBelajarSiswa... 8 2 4.1

7

KriteriaEfektivitasPembelajaran... 8 3 4.1

8

RevisiHasilUjiCoba1... 8 3 4.1

9

FrekuensiHasilPretest danPosttest Siswa... 8 6


(10)

ix

4.20 Analisis Statistik Pretes-PostesSiswa... 86

4.21 KategoriInterpretasi Normal Gain... 87

4.22 HasilPenghitungan Normal Gain... 87

4.23 RekapitulasiHasilBelajarSiswa... 89

4.24 RevisiHasilUjiCobaLuas... 91

4.25 KriteriaEfektivitasKeterlaksanaanPembelajaran... 93


(11)

x Gambar

2.1 Kerangka berpikir penelitian...……... 32

3.1 AlurPenelitiandanPengembangan... 39

3.2 Kotak Dialog Descriptives... 53

3.3 Kotak Dialog Descriptives: Options... 53

4.1 PetaKonsepMateri IPA padaSubtemaPemanfaatanEnergi... 60

4.2 SistematikaLaporanPercobaan... 61

4.3 Diagram NilaiPretest-PosttestSiswa... 79

4.4 Diagram Rata-Rata NilaiPretest-PosttestSiswa... 95


(12)

xi Lampiran

A InstrumenPenelitian……….... 104

B HasilUjiInstrumen………... 138

C Produk Akhir Model Pembelajaran………. 141

D HasilPenelitian………..………. 179

E Dokumentasi………..………. 218


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia memiliki pandangan tentang pendidikan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupannya, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan manusia itu sendiri baik dalam aspek fisik, intelektual, sosial maupun spiritual. Crow and Crow (dalam Lestari, 2008, hlm. 1.2) mengemukakan

Harus diyakini bahwa fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.

Dari pendapat tersebut penelitimemandang bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau bimbingan. Bimbingan tersebut bukan hanya sebagai pemberian informasi pengetahuan saja melainkan usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu khususnya siswa, sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan.

Salah satu bentuk dari pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran merupakan aktivitas yang di dalamnya terjalin interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitar baik itu interaksi dengan guru, bahan pembelajaran, pula interaksi dengan teman di sekelilingnya. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat timbal balik.

Menurut Mohammad Surya (dalam Sukirman, 2012, hlm.6) ‘Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya’. Inti dari pengertian ahli tersebut yakni pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh individu yang mencerminkan terjadinya perubahan perilaku yang terjadi dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu berinteraksi dengan teman, guru maupun sumber pembelajaran lain.


(14)

2

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 pasal 28 Ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Dari Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 sudah jelas bahwa idealnya seorang guru harus menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola siswa yang diantaranya meliputi pemahaman terhadap perkembangan siswa, kemampuan mengembangkan kurikulum, kemampuan merancang pembelajaran dan kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan bersifat interaktif. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang meliputi kepribadian seperti kedewasaan sebagai guru, berwibawa, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi para siswanya.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas serta mendalam. Sedangkan kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang pendidik sebagai bagian dari masyarakat, sehingga kemampuan yang harus dikuasai guru dalam kemampuan sosial ini yaitu dalam hal berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan dapat beradaptasi dengan siswa maupun sesama pendidik lain serta masyarakat luas dengan baik.

Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru karena menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dunkin (dalam Sukirman,2012, hlm.15)

Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran dilihat dari faktor guru itu sendiri, yaitu pengalaman yang berkaitan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru yang telah diperolehnya serta karakteristik termasuk sifat-sifat yang melekat dan dimiliki oleh guru. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta


(15)

3

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian tersebut, jelasbahwa kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.

Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran yang direkomendasikan yaitu pembelajaran tematik-integratif pada semua kelas di tiap jenjang satuan pendidikan khususnya Sekolah Dasar. Pembelajaran tematik merupakan sebuah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran.

Dalam pembelajaran tematik, setiap tema dibagi menjadi beberapa subtema yang menjadi pokok setiap bahasan dari tema itu sendiri. Setiap subtema terdiri dari enam kali pembelajaran. Tema selalu berhemat energi merupakan tema kedua dalam pembelajaran tematik di kelas IV Sekolah Dasar. Tema tersebut terdiri dari tiga subtema, salah satunya adalah subtema pemanfaatan energi yang merupakan subtema kedua dalam tema selalu berhemat energi.

Subtema pemanfaatan energi meliputi perpaduan beberapa Kompetensi Dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan dan terdiri dari enam kegiatan pembelajaran. Salah satunya yaitu kegiatan pembelajaran ke enam terdapat perpaduan Kompetensi Dasar antara mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia. Fokus materi yang diajarkan yaitu konsep perpindahan panas, meliputi konduksi, konveksi dan radiasi.

Konsep tersebut masih bersifat abstrak, idealnya dalam mengajarkan materi tersebut perlu disertai dengan pengamatan atau percobaan agar dapat membantu siswa dalam menemukan sendiri pengetahuannya. Di Sekolah Dasar, konsep perpindahan panas seringkali hanya diajarkan berupa teori saja tanpa diikuti dengan aktivitas pengamatan dalam kehidupan nyata. Guru hanya mengajarkan materi secara verbalistik, siswa kurang diberi kesempatan untuk menggali sendiri pengetahuannya, akibatnya pembelajaran bagi siswa menjadi kurang bermakna.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas IV SDN Cibeureum 2, dalam mengajarkan konsep perpindahan panas dilaksanakan secara verbalistik, proses pembelajarannya tidak disertai dengan aktivitas yang memberikan


(16)

4

pengalaman langsung kepada siswa seperti aktivitas pengamatan, padahal konsep perpindahan panas bagi siswa SD masih bersifat abstrak. Proses pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan esensi dari diberlakukannya kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan memberikan pengalaman nyata secara langsung melalui pendekatanscientific.

Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti pun melaksanakan wawancara dengan beberapa orang siswa di kelas IV SDN Cibeureum 2. Berdasarkan hasil wawancara, ternyata masih banyak siswa yang belum memahami materi tentang konsep perpindahan panas karena hanya diajarkan secara verbalistik. Hal demikian menjadi salah satu latar belakang perlunya diadakan penelitian tentang metode serta model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang diharuskan dalam kurikulum 2013. Pembelajaran tematik akan bermakna bagi siswa, karena dalam pelaksanaannya siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari secara utuh karena disajikan secara terpadu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah mereka pahami sebelumnya.

Dalam kurikulum 2013 proses pembelajarannya lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif. Sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya sehingga pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada siswa.

Proses pembelajaran tersebut akan terlaksana dengan baik jika disertai dengan adanya sebuah perencanaan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru hendaknya membuat sebuah perencanaan pembelajaran karena dengan adanya perencanaan, proses pembelajaran akan terarah dengan baik. Perencanaan berkaitan dengan menentukan apa yang akan dilakukan. Dengan perencanaan pembelajaran guru dapat memperkirakan, mempersiapkan bahan pembelajaran, dan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Mengingat pentingnya sebuah perencanaan, maka sebelum melaksanakan pembelajaran seorang guru perlu membuat perencanaan yang disusun dalam perencanaan pembelajaran harian yang disebut dengan Rencana Pelaksanaan


(17)

5

Pembelajaran (RPP). Sebagaimana tertera dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, dijelaskan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Ketentuan Permendikbud tersebut menjadi landasan kuat bahwa sebelum melaksanakan pembelajaran, seorang guru berkewajiban membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Dalam kurikulum 2013 secara tidak langsung kegiatan pembelajaran sudah tersedia dalam buku tematik panduan guru yang berupa langkah-langkah pembelajaran, sehingga dalam penyusunan RPP cukup menyalin atau memindahkan saja dari buku panduan guru. Hal demikian menyebabkan perencanaan pembelajaran hanya terfokus pada panduan yang ada dalam buku. Sementara dalam menyusun perencanaan pembelajaran harus mengembangkan dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran, keadaan sekolah dan ketersediaan sumber belajar yang ada di lingkungan.

Berkenaan dengan penyusunan RPP, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah pola atau kerangka yang dijadikan prosedur untuk mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yang disebut dengan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan sebuah pola yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dengan demikian, dalam penyusunan RPP harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang dipilih, dimana model pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memfasilitasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kenyataan di SD, proses pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional yang hanya berpusat pada guru saja. RPP yang dibuat guru hanya terfokus pada kegiatan yang ada dalam buku tematik panduan guru tanpa disertai dengan pengembangan sesuai karakteristik siswa dan esensi dari kurikulum 2013 itu sendiri yakni memberikan pengalaman nyata kepada siswa.

Keadaan demikian bertentangan dengan kompetensi ideal yang harus dikuasai oleh seorang guru serta bertentangan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses


(18)

6

pembelajaran.Disinilah pentingnya pemahaman guru terhadap berbagai pendekatan dalam pembelajaran.

M.Solehuddin (dalam Lestari, 2008, hlm. 7.13) merumuskan sejumlah pemikiran yang memungkinkan aktivitas belajar anak SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip konstruktivisme. Konstruktivisme memandang bahwa dalam memperoleh pengetahuan, siswalah yang membangun sendiri pengetahuannya.

Berdasar pada asumsi tersebut, maka sebuah model pembelajaran dengan pandangan konstruktivisme sangatlah penting untuk diterapkan pada pembelajaran khususnya di jenjang SD. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada siswa.

Upaya guru untuk menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, tentunya harus didukung dengan perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru itu sendiri. Berdasarkan hal demikian, maka perlu diadakannya pengembangan perangkat pembelajaran yang dirancang dengan tujuan memfasilitasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk itu, peneliti bersama dua rekan lainnya bermaksud untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Media Pembelajaran untuk kelas IV Sekolah Dasar khususnya pada pembelajaran tematik subtema pemanfaatan energi. Peneliti sendiri berfokus pada pengembangan model pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme yang disajikan dalam bentuk RPP tematik.

Salah satu model yang berlandaskan pandangan konstruktivisme yaitu model pembelajaran siswa dalam sains atau dikenal dengan nama Children’s Learning In Science (CLIS). Dalam bukunya Sutarno (2009, hlm. 8.29) Model CLIS ini dikembangkan oleh kelompok Children’s learning in Science di Inggris yang dipimpin oleh Driver.

Menurut Needham (dalam Desiliani, 2013, hlm. 2) ‘Model CLIS merupakan model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dengan memperhatikan konsep awal siswa, pembelajaran berpusat pada siswa melalui aktivitas hands-on/ minds-on dan menggunakan lingkungan sebagai sumber


(19)

7

belajar.’ Jadi, model CLIS ini merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi dan Analisis masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran tematik yang dilaksanakan masih bersifat konvensional, penggunaan model pembelajaran masih bersifat verbalistik, kurang memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung.

b. Dalam penyusunan RPP kurang mengembangkan dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa, materi pembelajaran, sekolah dan ketersediaan sumber belajar yang ada di lingkungan karena hanya menyalin dari RPP yang sudah ada seperti pada buku panduan guru, akibatnya kegiatan pembelajaran hanya terfokus pada kegiatan yang ada di buku.

c. Pemahaman dan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran masih kurang. 2. Rumusan masalah

a. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran tematik sebelum menggunakan model Children Learning In Science (CLIS) di kelas IV SDN Cibeureum 2?

b. Bagaimana rancangan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi di kelas IV SDN Cibeureum 2? c. Bagaimana implementasi rancangan model pembelajaran Children Learning

In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi di kelas IV SDN Cibeureum 2?

d. Bagaimana model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi yang dapat digunakan di kelas IV Sekolah Dasar?


(20)

8

3. Batasan masalah

a. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Cibeureum 2.

b. Pengembangan model pembelajaran CLIS difokuskan pada pembelajaran enam subtema pemanfaatan energi di kelas IV Sekolah Dasar. Mata pelajaran yang dipadukanyaitu IPA, IPS dan Bahasa Indonesia.

c. Model Pembelajaran yang dikembangkan hanya dalam lingkup kecil yaitu di kelas IV SDN Cibeureum 2 yang berada di Gugus Cibeureum, Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran tematik sebelum menggunakan model Children Learning In Science (CLIS)di kelas IV SDN Cibeureum 2.

2. Untuk menghasilkan dan mengembangkan rancangan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi di kelas IV SDN Cibeureum 2.

3. Untuk mendeskripsikan implementasi rancangan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi di kelas IV SDN Cibeureum 2.

4. Untuk menghasilkan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi yang dapat digunakan di kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini, siswa dapat belajar secara aktif karena siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas hands-on/ minds-on yang memberikan pengalaman belajar secara nyata, salah satunya seperti kegiatan pengamatan atau percobaan. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang penuh makna kepada siswa.


(21)

9

2. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini, dapat membantu guru menggunakan dan mengembangkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan tunututan kurikulum yang berlaku.

3. Bagi peneliti

Dari penelitian ini, peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai rancangan model pembelajaran yang inovatif, yang berpusat pada siswa. Selain itu menjadi pengalaman tersendiri bagi peneliti dalam mengimplementasikan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) di kelas IV SDN Cibeureum 2.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan atau sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi. Adapun struktur organisasi pada skripsi ini meliputi sebagai berikut.

Bab 1 berisi pendahuluan. Bab ini menjabarkan permasalahan yang akan diteliti. Pada bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian berisi tentang alasan pentingnya masalah itu untuk diteliti, menarik kesenjangan antara faktual dengan kondisi ideal serta dukungan alternatif pemecahan masalah yang diajukan oleh peneliti. Perumusan masalah berisi identifikasi dan analisis masalah, rumusan masalah sebagai pertanyaan penelitian, serta batasan masalah yang menjadi titik fokus permasalahan yang akan diteliti. Tujuan penelitian berisi tentang hasil yang akan dicapai dari penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat dari diadakannya penelitian ini, baik bagi peneliti sendiri, guru maupun siswa. Struktur organisasi skripsi berisi penjelasan tentang urutan penulisan yang ada dalam skripsi.

Bab IIberisi kajian pustaka. Bab ini memaparkan kajian teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun kerangka berpikirmerupakan kerangka pemikiran


(22)

10

sebagai sudut pandang peneliti terhadappermasalahan. Sementara spesifikasi produk memaparkan rincian produk yang akan dihasilkan dari penelitian.

Bab III berisi metode penelitian. Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian mendeskripsikan hasil temuan dari setiap tahapan penelitian yang dilaksanakan. Pembahasan menjabarkan lebih lanjut tentang hasil temuan penelitian dengan kajian teori yang mendukung.

Bab V berisi simpulan dan saran. Simpulan menyajikan tafsiran hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para praktisi pendidikan serta para peneliti lain yang berminatterhadap hasil penelitian.


(23)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pengambilan lokasi dalam penelitian ini yaitu di SDN Cibeureum 2 yang berada di Gugus Cibeureum, Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. Sekolah tersebut merupakan salah satu Sekolah Dasar yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Adapun yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN Cibeureum 2.

Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2010, hlm.173) bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Maka, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Cibeureum 2.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono(2009, hlm.124) “Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Artinya,penelitian ini dilakukan kepada seluruh anggota populasi yakni seluruh siswa kelas IV SDN Cibeureum 2.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian mengacu pada model pengembangan 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Dengan mengacu pada model 4-D tersebut, maka peneliti memaparkan prosedur yang ditempuh yang terdiri dari tahap define, design, develop dan disseminate. Secara lebih rinci, tahapan 4-D dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Tahap Define (Pendefinisian)

Tahap define adalah tahap yang dilakukan dalam menetapkan syarat-syarat pengembangan. Thiagarajan (dalam Hamid, 2013, hlm.195) menganalisis lima langkah pokok dalam tahap define, yaitu:


(24)

36

Pada tahap define, langkah pertama yang dilakukan yaitu menganalisis awal akhir. Kegiatan dalam analisis ini, yaitu menetapkan permasalahan yang akan diteliti, menarik kesenjangan antara hal yang terjadi saat itu dengan tuntutan yang seharusnya.

Permasalahan yang telah ditetapkan tentu harus berdasarkan telaah literatur dan telaah kondisi di lapangan. Telaah literatur atau studi pustaka diperlukan untuk memperjelas dan memperkuat teori yang berhubungan dengan permasalahan yang telah ditentukan.

Dalam analisis awal akhir, peneliti menetapkan permasalahan yang akan diteliti, menarik kesenjangan antara hal yang terjadi saat itu dengan tuntutan yang seharusnya sehingga diperlukan adanya pengembangan model pembelajaran. b. Analisis siswa (learner analysis)

Analisis siswa perlu dilakukan dengan menganalisis karakteristik siswa, mengetahui kemampuan awal siswa, dan perkembangan kognitif siswa.

c. Analisis tugas (task analysis)

Analisis tugas dilakukan dengan menetapkan tugas-tugas pokok yang merupakan kompetensi minimal yang harus dicapai siswa ketika pembelajaran berlangsung. Analisis tugas ini berkaitan dengan aktivitas dalam proses pembelajaran, yakni aktivitas apa saja yang harus dilakukan siswa sehingga permasalahan dapat diselesaikan melalui produk yang sedang dikembangkan dalam penelitian.Hal ini berkaitan juga dengan metode pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian, dalam tahap analisis tugas prinsip belajar siswa aktif (student centered) sangat perlu untuk diterapkan.

d. Analisis konsep (concept analysis)

Analisis konsep dilakukan dengan menganalisis materi yang akan dipelajari siswa. Dalam analisis ini, peneliti mengumpulkan dan memilih materi yang relevan dengan pokok permasalahan yang sedang diteliti.

e. Perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).

Langkah terakhir dalam tahap define yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran merupakan kondisi yang harus dicapai siswa setelah melakukan pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,


(25)

37

harus terukur dengan menggunakan kata kerja operasional agar perilaku siswa dapat diamati secara spesifik dan terukur dengan jelas.

2. Tahap Design (Perancangan)

Tahap design bertujuan untuk merancang model pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS). Trianto (2012, hlm.95) mengemukakan ada empat langkah yang harus dilakukan pada tahapdesign, yaitu:

a. Penyusunan tes (criterion-test construction)

Tes disusun untuk mengukur ketercapaian siswa terhadap materi setelah melakukan kegiatan pembelajaran.Tes yang dususun harus berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran.

b. Pemilihan media (media selection)

Tahap ini merupakan tahap pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Peneliti melakukan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pembelajaran enam subtema pemanfaatan energi. Media tersebut berupa multimedia powerpoint sebagai media untuk memperjelas konsep yang sedang dipelajari, kemudian alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan percobaan membuktikan perpindahan panas secara konduksi, konveksi dan radiasi.

c. Pemilihan format (format selection),

Pemilihan format merupakan pemilihan bentuk penyajian pembelajaran. Dalam penelitian ini, format yang dimaksud peneliti adalah model pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS) yang yang akan digunakan dalam menyusunperencanaan pembelajaran.

d. Membuat rancangan awal (Draft 1)

Rancangan awal yang disusun harus sesuai dengan format yang telah dipilih. Rancangan awal ini berupa format model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang disajikan dalam bentuk perencanaan pembelajaran.

3. Tahap Develop (pengembangan)

Tahap develop merupakan tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan. Dalam tahap ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:


(26)

38

a. Validasi ahli

Validasi ahli dilakukan sebagai penilaian kelayakan terhadap rancangan awal produk (draft1). Rancangan awal tersebut dinilai oleh ahli/validator, apakah layak atau tidaknya untuk diimplementasikan pada pembelajaran di kelas Validasi ini dilaksanakan oleh ahli materi dan guru kelas sebagai pengguna produk.

b. Revisi berdasarkan hasil masukan dari validasi ahli

Rancangan awal (draft 1) yang telah divalidasi selanjutnya dilakukan revisi berdasarkan masukan dari para validator ahli sehingga dihasilkan draft 2. Pada tahap revisi, peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan produk yang telah dirancang sebelumnya.

c. Uji coba terbatas (uji coba 1)

Uji coba terbatas dilakukan untuk menguji cobakan draft 2.Tujuannya untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan produk yang dikembangkan.

d. Revisi berdasarkan analisis hasil uji coba

Peneliti menganalisis data yang diperoleh berdasarkan hasil uji coba. Hasil analisis menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam melakukan revisi yang selanjutnya dihasilkan draft 3.

e. Uji coba luas (uji coba 2)

Draft 3 yang dihasilkan selanjutnya diujicobakan pada skala yang lebih luas. Tujuannya untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan produk pada pembelajaran yang sebenarnya.

f. Revisi akhir sampai menghasilkan produk

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada uji coba luas, peneliti melakukan perbaikan terhadap produk yang dikembangkan. Perbaikan tersebut merupakan revisi akhir dari produk yang dikembangkan.

4. Tahap Disseminate (penyebaran)

Tahap diseminasi merupakan tahap penyebaran produk penelitian. Produk akhir penelitian disebarkan pada skala yang lebih luas lagi misalnya di kelas lain atau sekolah lain. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yang berbeda.


(27)

39

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian disajikan ke dalam gambar berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian dan Pengembangan Keterangan:

Tahap Pendefinisian (Define) Tahap Perancangan (Design) Tahap Pengembangan (Develop) Tahap Penyebaran (Disseminate)

Pemilihan media Pemilihan format

Analisis Awal Akhir Analisis siswa Analisis materi Analisis tugas

Penyusunan tes

Perumusan tujuan pembelajaran

Rancangan awal format model pembelajaran (Draft I)

Produk Akhir Analisis Hasil

Uji Coba II Uji Coba II Draft III

Revisi II Analisis Hasil

Uji Coba I

Revisi Akhir Penyebaran

pada skala kecil

Validasi Ahli Revisi I

Draft II Uji Coba I


(28)

40

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Wina Sanjaya (2013, hlm.129) mengemukakan “Penelitian dan Pengembangan adalah proses pengembangan dan validasi produk pendidikan.” Selanjutnya, menurut Sukmadinata (2012, hlm.164) “Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggung jawabkan.”

Jadi, penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan sebuah metode penelitian untuk menghasilkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Kegiatan dalam metode R&D diawali dengan penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan kemudian dilanjutkan dengan tahap pengembangan untuk menghasilkan produk yang ditetapkan dalam tujuan penelitian. Pengembangan produk tersebut dilaksanakan melalui beberapa tahap uji coba.

Secara umum, Borg and Gall (dalam Sanjaya, 2013, hlm.133) memerinci langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (R&D) yaitu sebagai berikut:

1. Riset dan pengumpulan data termasuk studi literatur dan observasi kelas 2. Perencanaan yang meliputi merumuskan tujuan dan menetapkan

pelajaran

3. Pengembangan produk awal 4. Uji coba lapangan produk awal 5. Merevisi hasil uji coba

6. Uji coba terhadap produk hasil revisi 7. Revisi produk hasil uji coba lapangan 8. Uji lapangan pada skala yang lebih luas 9. Revisi akhir produk

10.Desiminasi dan melaporkan produk akhir hasil penelitian.

Dalam penelitian ini, tahapan yang dilaksanakan berawal dari munculnya gagasan untuk menghasilkan suatu produk. Gagasan tersebut muncul karena adanya permasalahan yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang masalah, setelah diidentifikasi kemudian peneliti menetapkan batasan masalah. Untuk menciptakan produk tersebut peneliti melakukan studi pendahuluan berupa


(29)

41

survei lapangan dan mengkaji literatur tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian.

Setelah mendapatkan data di lapangan peneliti mulai merancang produk awal sesuai dengan kebutuhan siswa, kemudian dilakukan uji validasi oleh ahli untuk tahap pengembangan. Setelah divalidasi, produk diuji cobakan di lapangan kemudian dilakukan refleksi untuk melakukan revisi produk. Produk hasil revisi diuji cobakan kembali pada skala yang lebih luas untuk mengetahui keefektifan produk yang dihasilkan.

Adapun karakteristik dalam Penelitian dan Pengembangan (R&D) yaitu sebagai berikut:

1. R&D bertujuan untuk menghasilkan produk dalam berbagai aspek pembelajaran dan pendidikan yang biasanya produk tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.

2. Proses pelaksanaan R&D diawali dengan studi pendahuluan yang dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan

3. Proses pengembangan dilakukan secarat terus menerus dalam beberapa siklus.

4. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji keandalan model hasil pengembangan.

5. R&D tidak menguji teori kecuali yang berkaitan dengan apa yang sedang dikembangkan. (Sanjaya,2013, hlm.132)

Sesuai dengan pengertiannya, karakteristik R&D adalah menghasilkan sebuah produk. Produk yang dihasilkan harus berdasarkan hasil penelitian yang telah dikembangkan melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Produk tersebut telah melalui uji validasi oleh para ahli sehingga produk yang dihasilkan layak dan efektif digunakan oleh pengguna lain.

Produk yang dihasilkan harus dapat memberikan kegunaan secara praktis maupun teoritis khususnya dalam pembelajaran. Selain itu, harus sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan yang terjadi pada masalah saat itu. Akhirnya, produk yang dihasilkan dapat menjawab permasalahan yang terjadi di lapangan.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasinal Variabel (DOV) merupakan langkah penting dalam pengukuran variabel secara operasional. Sebagaimana dikemukakan oleh Mustafa (2009, hlm.40) bahwa “Tujuan dari pendefinisian variabel secara opersional


(30)

42

adalah untuk memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan diukur, jadi variabel harus mempunyai pengertian yang sangat spesifik dan terukur”.

Dalam penelitian ini, definisi operasional variabel memberikan gambaran bagaimana variabel digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, setiap variabel dalam penelitian ini saling berhubungan satu sama lain. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), pembelajaran tematik dan subtema pemanfaatan energi. Untuk pendefinisian operasional variabelnya dapat dijelaskan seperti berikut.

Model Children Learning In Science (CLIS) merupakan sebuah model yang mengembangkan pemikiran siswa dengan memfasilitasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar melalui aktivitas seperti percobaan atau praktikum untuk mengembangkan gagasan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui model pembelajaran ini dapat membantu siswa mengembangkan informasi, ide, keterampilan dan cara berpikir yang rasional secara ilmiah dan sistematis. Model ini dikembangkan untuk memfasilitasi pendekatan ilmiah (pendekatan scientific) dalam kurikulum 2013.

Pembelajaran Tematikmerupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran yang dilaksanakan sekaligus dalam satu kali pertemuan. Pada pembelajaran tematik, peneliti mengembangkan fase-fase model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dengan tujuan memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

Subtema Pemanfaatan Energi merupakan subtema kedua dalam tema selalu berhemat energi di kelas IV Sekolah Dasar. Dalam subtema ini, peneliti memfokuskan padakegiatan pembelajaran enam. Mata pelajaran yang dpadukan yaitu IPA tentang cara perpindahan panas meliputi konduksi, konveksi dan radiasi, mata pelajaran IPS tentang pengalaman bekerja sama dengan teman dan Bahasa Indonesia tentang penulisan laporan hasil percobaan. Untuk memfasilitasi siswa dalam membentuk sendiri pengetahuannya kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan aktivitas pengamatan dan percobaan melalui model pembelajaran Children Learning In Science(CLIS).


(31)

43

E. Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, 2010, hlm. 203). Untuk melengkapi data yang diperlukan, peneliti membuat instrumen berupa tes dan non tes dengan tujuan untuk mengumpulkan data.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua tahapan. Tahapan pertama yaitu instrumen yang digunakan pada tahap pendefinisian dan perancangan, kemudian tahapan kedua yaitu instrumen yang digunakan pada tahap pengembangan.

Adapun instrumen yang digunakan pada tahap pendefinisian dan perancangan yaitu sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara, berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran tematik di kelas IV SDN Cibeureum 2.

2. Lembar observasi, untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IV SDN Cibeureum 2.

3. Daftar ceklis, untuk mengetahui kelengkapan perangkat pembelajaran yang digunakan guru di kelas IV SDN Cibeureum 2.

Sedangkan instrumen yang digunakan pada tahap pengembangan yaitu sebagai berikut:

a) Angket, untuk validasi rancangan awal model pembelajaran

b) Lembar observasi, untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran c) Tes berupa soal-soal pilihan ganda dan rubrik penilaian hasil belajar untuk

mengetahui keefektifan model yang digunakan

d) Angket respon siswa, untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Adapun instrumen penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A. Untuk instrumen tes, peneliti mengacu pada Kompetensi Inti (KI), Kompetensi


(32)

44

Dasar (KD), indikator serta tujuan pembelajaran. Setelah penyusunan instrumen tes selesai, peneliti menguji cobakan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes yang digunakan.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Menurut Rakhmat dan Solehuddin (2006, hlm. 21) salah satu tingkat kebaikan suatu tes yaitu memiliki ciri validitas dan reliabilitas. Suatu tes yang baik akan menghasilkan data secara tepat seperti yang dimaksudkan. Dalam penelitian ini, proses pengembangan instrumen tes meliputipengujian validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen” (Arikunto, 2010, hlm.211). Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti.

Dari hasil pengujian validitas akan diketahui butir instrumen mana saja yang harus dibuang ataupun diperbaiki karena dianggap tidak relevan. Dalam penelitian ini, pengujian validitas instrumen tes hasil belajar dilaksanakan di kelas IV SDN Gunungpereng 4 dengan jumlah responden sebanyak 51 orang siswa, jumlah tes soal sebanyak 20 butir soal. Adapun perhitungan uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment pada program Microsoft Excel 2010. Adapun hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran B.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Microsoft Excel 2010 mengenai uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar No. Item rhitung rtabel Keterangan

(a) (b) (c) (d)

Soal 1 0,50 0,28 Valid

Soal 2 0,41 0,28 Valid


(33)

45

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d)

Soal 4 0,43 0,28 Valid

Soal 5 0,59 0,28 Valid

Soal 6 0,64 0,28 Valid

Soal 7 0,50 0,28 Valid

Soal 8 0,29 0,28 Valid

Soal 9 0,69 0,28 Valid

Soal 10 0,63 0,28 Valid

Soal 11 0,59 0,28 Valid

Soal 12 0,37 0,28 Valid

Soal 13 0,59 0,28 Valid

Soal 14 0,50 0,28 Valid

Soal 15 0,43 0,28 Valid

Soal 16 0,43 0,28 Valid

Soal 17 0,28 0,28 Tidak Valid

Soal 18 0,36 0,28 Valid

Soal 19 0,41 0,28 Valid

Soal 20 0,39 0,28 Valid

Tabel 3.1 menyajikan hasil uji validitas tes hasil belajar. Tes tersebut dikatakan valid jika nilai

r

hitung >rtabel. Berdasarkan hasil uji validitas dari 20

butir soal hanya ada 1 soal yang tidak valid.Untuk soal yang tidak valid tersebut, dilakukan perbaikan.

2. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2010, hlm.221) bahwa “Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu data dan dapat dipercaya”. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi. Jadi, suatu data dinyatakan reliabel apabila dilakukan


(34)

46

beberapa kali pengujian kepada objek yang sama maka data yang dihasilkan akan sama pula.

Adapun perhitungan reliabilitas instrumen tes dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0. Adapun hasil uji reliabilitas tes dapat dilihat pada lampiran B.

Berdasarkan hasil pengolahan uji reliabilitas tes pada program SPSS ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Hasil Reliabilitas Tes Cronbach's Alpha N of Items

0,821 20

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, interpretasi reliabilitas dapat dilihat dari kriteria yang dikemukakan oleh Hilton dan Brownlow (dalam Mulyani, 2013, hlm.54) sebagai berikut:

Jika nilai alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna Jika nilai alpha antara 0.70-0.90 maka reliabilitas tinggi Jika nilai alpha 0.50-0.70 maka reliabilitas moderat Jika nilai alpha < 0.500 maka reliabilitas rendah.

Tabel 3.2 menyajikan hasil reliabilitas tes. Adapun hasil reliabilitasnya memiliki nilai Alpha 0,821 sehingga dapat dikatakan tes hasil belajar memiliki reliabilitas tinggi. Adapun relibilitas perbutir soal ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar

No.Item

Cronbach Alpa

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Keterangan

(a) (b) (c) (d)

Soal 1 0,821 0,812 Reliabel Soal 2 0,821 0,816 Reliabel Soal 3 0,821 0,816 Reliabel


(35)

47

Tabel 3.3

Reliabilitas Butir Soal Tes Hasil Belajar (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d)

Soal 4 0,821 0,816 Reliabel Soal 5 0,821 0,807 Reliabel Soal 6 0,821 0,804 Reliabel Soal 7 0,821 0,812 Reliabel Soal 8 0,821 0,820 Reliabel Soal 9 0,821 0,800 Reliabel Soal 10 0,821 0,805 Reliabel Soal 11 0,821 0,807 Reliabel Soal 12 0,821 0,820 Reliabel Soal 13 0,821 0,807 Reliabel Soal 14 0,821 0,812 Reliabel Soal 15 0,821 0,816 Reliabel Soal 16 0,821 0,817 Reliabel Soal 17 0,821 0,825 Tidak reliabel Soal 18 0,821 0,821 Reliabel Soal 19 0,821 0,817 Reliabel Soal 20 0,821 0,817 Reliabel

Tabel 3.3 menyajikan hasil reliabilitas tiap butir soal. Dari 20 butir soal, hanya terdapat 1 soal yang tidak reliabel yaitu soal nomor 17. Untuk soal yang tidak reliabel dilakukan perbaikan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana model pengembangan yang digunakan dalam peneliti ini yaitu menggunakan model 4-D, maka teknik pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan data yang akan dikumpulkan pada masing-masing tahapan 4-D.


(36)

48

Pada dasarnya, teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dikelompokkan pada dua tahap, yaitu:

1. Tahap pendefinisian dan perancangan (Define dan Design)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tahap ini yaitu teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran tematik di kelas IV SDN Cibeureum 2.

Teknik pengumpulan data yang pertama yaitu wawancara. Menurut Sanjaya (2013, hlm. 263) “Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data”. Adapun yang menjadi sumber data atau narasumber dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN Cibeureum 2. Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara langsung melalui semi terstruktur, sebelumnya peneliti mempersiapkan terlebih dahulu daftar beberapa pertanyaan.

Teknik pengumpulan data yang kedua yaitu observasi. Menurut Sanjaya (2013, hlm.270) “Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi”. Adapun hal yang diamati dalam tahap pendefinisian ini adalah kegiatanpembelajaran yang dilaksanakan di kelas IV SDN Cibeureum 2. Teknik observasi yang digunakan yaitu observasi non-partisipatif, peneliti hanya mengamati kegiatan pembelajaran dan mencatat aspek apa saja yang akan dijadikan data dalam penelitian ini.

Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu studi dokumentasi. Teknik ini menggunakan data sekunder yang digunakan sebagai data pendukung. Dokumen tersebut dapat berupa dokumen cetak maupun non-cetak. Data yang dikumpulkan melalui teknik ini berupa dokumen perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas IV SDN Cibeureum 2. Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara karena menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis maupun non tulis.


(37)

49

2. Tahap pengembangan (Develop)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tahap ini adalah teknik tes dan non-tes. Untuk teknik tes yang digunakan yaitu tes hasil belajar. Sedangkan teknik non-tes yang digunakan berupa teknik observasi yang dilakukan untukmengetahui keterlaksanaan pembelajaran serta penilaian sikap atau respon siswa terhadap pembelajaran.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada tahap penyebaran, peneliti hanya menggunakan teknik observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum, penentuan jenis data, instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

No Jenis Data

Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen Sumber data Tahapan

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

1. Model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran tematik Wawancara mendalam Pedoman wawancara Guru dan Siswa Kelas IV SDN Cibeureum 2 Pendefinisian dan Perancangan Observasi Lembar

observasi Guru dan siswa kelas IV SDN Cibeureum 2 Pendefinisian dan Perancangan Studi Dokumentasi

Check-list Arsip Kelas Pendefinisian dan

Perancangan 2. Validasi

rancangan awal model pembelajaran

Validasi Ahli Angket Validator ahli Pengembangan

3. Keterlaksana-an model pembelajaran

Observasi Lembar Observasi

Peneliti Pengembangan dan

Penyebaran 4. Hasil belajar

Siswa

Tes dan Non-tes Soal Pilihan Ganda dan Rubrik Siswa Kelas IV SDN Cibeureum 2 Pengembangan


(38)

50

Tabel 3.4

Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

5. Respon siswa terhadap pembelajaran

Penilaian sikap terhadap pembelajaran

Angket respon siswa

Siswa kelas IV SDN Cibeureum 2

Pengembangan

H. Uji Coba Produk

Uji coba produk bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan produk yang telah dirancang. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang harus ditentukan dalam pelaksanaan uji coba produk, yakni desain uji coba, subjek uji coba, dan jenis data yang dibutuhkan. Hal-hal tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Desain Uji Coba

Desain uji coba dalam penelitian ini menggunakan metode Pre-Experiment dengan desain One Group Pretest-Posttest. Dalam desain ini terdapat dua kegiatan yakni melakukan tes sebelum perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut :

(Sumber: Sugiyono, 2010, hlm.111) Keterangan:

O1 : Nilai pretest sebelum diberi perlakuan

X : Perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)

O2 : Nilai posttest setelah diberi perlakuan

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN Cibeureum 2. 3. Jenis Data

Pelaksanaan uji coba produk bertujuan untuk mengumpulkan data. Dalam pelaksanaan uji coba ada beberapa jenis data yang dikumpulkan untuk mengetahui


(39)

51

keefektifan dari produk yang dihasilkan. Data yang dikumpulkan adalah jenis data untuk mengetahui hasil implementasi rancangan model pembelajaran. Adapun jenis data yang diperlukan pada pelaksanaan uji coba produk yaitu : (1) Keterlaksanaan model pembelajaran; (2) hasil belajar siswa dan (3) respons siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Data hasil belajar diperoleh dari penilaian terhadap aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa. Untuk aspek pengetahuan, peneliti menggunakan instrumen tes hasil belajar. Data hasil tes dianalisis dengan membandingkan hasil pretest dan posttest siswa. Produk tersebut dikatakan efektif jika adanya peningkatan terhadap pengetahuan siswa setelah diberi perlakuan, sehingga nilai posttest siswa memiliki nilai lebih besar daripada nilai pretest. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang aspek sikap dan keterampilan siswa, peneliti menggunakan instrumen berupa rubrik penilaian.

Untuk data keterlaksanaan model pembelajaran diperoleh dari pengamatan dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Produk tersebut dikatakan praktisdan efektif jika menunjukkan kriteria efektivitas keterlaksanaan yang tinggi, sementara hasil respon siswa dikatakan layak dan efektif jika tanggapan siswa terhadap pembelajaran memberikan respon positif. I. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul tahap selanjutnya yaitu mengorganisasikan dan menganalisis data. “Langkah analisis data secara garis besar meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian” (Arikunto, 2010, hlm.235). Perincian tahapan tersebut yaitu:

1. Persiapan, kegiatannya meliputi mengecek kelengkapan identitas pengisi, dan memeriksa isian data.

2. Tabulasi, kegiatannya meliputi pemberian skor pada item-item instrumen, mengorganisasikan data ke dalam tabel.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan campuran (mix methode)


(40)

52

sehingga dalam analisis datanya menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Untuk data kualitatif berupa data hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan mereduksi, penyajian sampai menarik kesimpulan dari data yang didapatkan. Sedangkan untuk data kuantitatif berupa tes hasil belajar, peneliti menggunakan teknik analisis statistik.

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif. Alasan peneliti menggunakan statistik deskrpitif karena sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010, hlm.208) menyebutkan bahwa “Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik desriptif dalam analisisnya”. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh. Artinya, penelitian ini dilaksanakan pada seluruh anggota populasi.

Menurut Kariadinata dan Abdurahman (2012, hlm.14) “Statistik deskriptif adalah statistika yang hanya menggambarkan dan menganalisis kelompok data yang diberikan tanpa penarikan kesimpulan mengenai kelompok data yang lebih besar”. Melalui statistik deskriptif peneliti mendeskripsikan data yang diperoleh tanpa membuat kesimpulan.

Pada statistik deskriptif ini, peneliti membandingakn hasil pretest dan posttest siswa dengan memaparkan hasil penyajian data melalui tabel perhitungan rerata (mean), nilai tengah (median), nilai modus darihasil pretes dan postes siswa. Pengolahan statistik deskriptif dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 18.0.

Adapun langkah-langkah pengolahan statistik deskriptif pada program SPSS 18.0 adalah sebagai berikut:

1. Masukkan skor pretest dan postest ke dalam Data View

2. Buka Variabel View, pada kolom Name baris pertama ketik pretes, baris kedua ketik posttest. Pada kolom Label, baris pertama ketik pretes, baris kedua ketik posttest.


(41)

53

3. Klik Analyze Descriptive Statistics Descriptives.Selanjutnya akan terbuka kotak dialog Descriptives seperti berikut:

4. Masukkan variabel pretest dan postest ke dalam kotak variable.

5. Klik Options , pilih Means. Pada kolom dispersion pilih Std.deviation,Minimun dan Maximum.

6. Kemudian klik Continue OK.Selanjutnya akan diperoleh output Descriptives Statistics.

Setelah diperoleh output, selanjutnya peneliti mendeskripsikan hasil statistik dari data pretestdan postest yang dihasilkan.

Gambar 3.2 Kotak Dialog Descriptives

Gambar 3.3


(42)

98 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengembangan model Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi diperoleh beberapa simpulan. Simpulan pertama, belum optimalnya pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan di kelas IV SDN Cibeureum 2 khususnya pada pembelajaran enam subtema pemanfaatan energi. Pembelajaran yang dilaksanakan cenderung verbalisitik. Akibatnya, hasil belajar siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengannilai pretes dari sebagian besar siswa yang memperoleh nilai< KKM.

Simpulan kedua, untuk mengatasi belum optimalnya pembelajaran di kelas IV SDN Cibeureum 2 maka peneliti merancang dan mengembangkan model pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4-Dyang dikemukakan oleh Thiagarajan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu Define (pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran).

Pada tahap pendefinisian, diperoleh data tentang model pembelajaran yang digunakan di kelas IV SDN Cibeureum 2, analisis siswa, analisis materi serta analisis tugas pokok yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Sedangkan tahap perancangan merupakan tahap untuk menghasilkanrancangan awal (draft 1)model pembelajaran.

Pada tahap pengembangan terdiri dari dua langkah, yaitu validasi ahli dan uji coba produk. Draft1 yang telah dirancang selanjutnya divalidasi oleh ahli. Validasi dilakukan untuk memperoleh nilai kevalidan dari model pembelajaran yang dirancang. Berdasarkan hasil validasi dari para ahli, dilakukan revisi sehingga diperoleh draft 2 model pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan uji coba produk dengan mengimplementasikan rancangan yang telah disusun. Uji


(43)

99

coba dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu uji coba terbatas dan uji coba luas.

Simpulan ketiga, hasil implementasi rancangan pada tahap uji coba diperoleh dengan menafsirkan beberapa data. Data pertama, diperoleh dari hasil keterlaksanaan model pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, keterlaksanaan model pembelajaran menunjukkan nilai kepraktisan yang tinggi.

Data kedua, diperoleh dari hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis, aspek pengetahuan siswa mengalamipeningkatanantara nilai pretestdan posttest. Kemudian dari aspek sikap dan keterampilan, sebagian besar siswa menunjukkan predikat B (Baik). Artinya, model Children Learning In Science (CLIS) yang dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Dengan demikian, model CLIS yang dikembangkan memiliki nilai keefektifan yang cukup tinggi.

Selanjutnya, data ketiga diperoleh dari respon siswa terhadap pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, tanggapansiswaterhadap proses pembelajaranmemberikantanggapandanperhatian yang positif. Artinya, data tersebut menunjukkan nilai keefektifan yang tinggi. Dengandemikian,model pembelajaran yang dikembangkandapatdikatakanlayakdanefektif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil validasi ahli dan hasil uji coba produk, simpulan keempat adalahmodel pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS) memilikinilaikevalidan, kepraktisan dan keefektifan yang cukup tinggi. Dengandemikian, model pembelajaran yang dikembangkandikatakanlayakdanefektifuntukdigunakan.

Maka, berdasarkanhasilujicobaproduk, dihasilkanlahprodukakhirmodel pembelajaran dalam bentuk perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang dilengkapi dengan skenario pembelajaran. ringkasan materi, alat evaluasi dan rubrik penilaian. Untuklebihjelasnya, produkakhir model pembelajarandapatdilihatpada lampiran C.


(44)

100

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pengembangan ini, peneliti memberikan saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengembangan dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang cukup panjang. Proses tersebut membutuhkan kemampuan, waktu dan biaya yang cukup. Oleh karena itu, kepada para peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dan pengembangan dibutuhkan kesiapan yang matang.

2. Bagi para peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian pengembangan model pembelajaran khususnya model Children Learning In Science (CLIS) diperlukan ketersediaan dan kelengkapan sarana dan media yang dapat mendukung keterlaksanaan pembelajaran.

3. Pengembangan model pembelajaran ini hendaknya diuji cobakan pada wilayah yang lebih luas lagi supaya dapat menghasilkan produk penelitian yang lebih efektif.

4. Peneliti merasakanmasihmemilikibanyakkekurangandalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini, sehinggabesarharapanpeneliti agar model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)dapatdikembangkanoleh peneliti berikutnya dalam bahasan lain yang berbeda.


(45)

101

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2013). Instrumen perangkat pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Desiliani, A. (2013). Penerapan Model Children Learning In Science (CLIS) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA. (Skripsi Program Sarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hajar, Ibnu. (2013). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Yogyakarta : DIVA Press.

Hakim, L. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Hamid, H. (2013). Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Handayani, S. dkk. (2002). Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Tentang Konep Hewan dan Benda untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Kutoharjo 1 Kabupaten Rembang. Lembaga Penelitian: Universitas Terbuka. [Online]. Tersedia di:

http://www.lppm.ut.ac.id/index.php?option=com_content&view=article &id=213?num=7 [Diakses 26 November 2013]

Iswanto, H. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dengan Pendekatan Inkuiri unutk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Gelombang. (Tesis Program Magister Sekolah Pascasarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kariadinata, R. & Abdurahman, M. (2012). Dasar-Dasar Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Karwita. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

018 Pekanbaru. Vol 1. [Online]. Tersedia: http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3484/1/7.wiwik%2520kar


(46)

102

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Selalu Berhemat energi. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Lestari, M.H., Taufik, A., & Lestari, P.P. (2008). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyani, Sri. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Karakter pada Materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit. (Skripsi Program Sarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Tasikmalaya.

Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustrakaraya.

Mustafa, Z. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rakhmat, C. dan Solhuddin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Andira.

Rohandi, R. dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Saefuddin, S. & Rukmana. (2009). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI PRESS.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana.

Santyasa, W. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif, disajikan dalam pelatihan tentang PTK guru-guru SMP dan SMA di Nusa Persada. [Online]. Tersedia:

http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/model-model-Pembelajaran.pdf [Diakses 6 Desember 2013]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirman, D. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.

Sukmadinata, Sy. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(47)

103

Sumantri, M. & Syaodih, N. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutarjo. (2010). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). [Online]. Tersedia: http://veronikacloset.files.wordpress.com/2010/06/rpp.pdf

[Diakses 25 Mei 2014]

Sutarno, N. dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Akasara.

Wahab, Abd. (2008). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta cv.


(1)

98 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengembangan model Children Learning In Science (CLIS) pada subtema pemanfaatan energi diperoleh beberapa simpulan. Simpulan pertama, belum optimalnya pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan di kelas IV SDN Cibeureum 2 khususnya pada pembelajaran enam subtema pemanfaatan energi. Pembelajaran yang dilaksanakan cenderung verbalisitik. Akibatnya, hasil belajar siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengannilai pretes dari sebagian besar siswa yang memperoleh nilai< KKM.

Simpulan kedua, untuk mengatasi belum optimalnya pembelajaran di kelas IV SDN Cibeureum 2 maka peneliti merancang dan mengembangkan model pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4-Dyang dikemukakan oleh Thiagarajan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu Define (pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran).

Pada tahap pendefinisian, diperoleh data tentang model pembelajaran yang digunakan di kelas IV SDN Cibeureum 2, analisis siswa, analisis materi serta analisis tugas pokok yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Sedangkan tahap perancangan merupakan tahap untuk menghasilkanrancangan awal (draft 1)model pembelajaran.

Pada tahap pengembangan terdiri dari dua langkah, yaitu validasi ahli dan uji coba produk. Draft1 yang telah dirancang selanjutnya divalidasi oleh ahli. Validasi dilakukan untuk memperoleh nilai kevalidan dari model pembelajaran yang dirancang. Berdasarkan hasil validasi dari para ahli, dilakukan revisi sehingga diperoleh draft 2 model pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan uji coba produk dengan mengimplementasikan rancangan yang telah disusun. Uji


(2)

coba dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu uji coba terbatas dan uji coba luas.

Simpulan ketiga, hasil implementasi rancangan pada tahap uji coba diperoleh dengan menafsirkan beberapa data. Data pertama, diperoleh dari hasil keterlaksanaan model pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, keterlaksanaan model pembelajaran menunjukkan nilai kepraktisan yang tinggi.

Data kedua, diperoleh dari hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis, aspek pengetahuan siswa mengalamipeningkatanantara nilai pretestdan posttest. Kemudian dari aspek sikap dan keterampilan, sebagian besar siswa menunjukkan predikat B (Baik). Artinya, model Children Learning In Science (CLIS) yang dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Dengan demikian, model CLIS yang dikembangkan memiliki nilai keefektifan yang cukup tinggi.

Selanjutnya, data ketiga diperoleh dari respon siswa terhadap pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, tanggapansiswaterhadap proses pembelajaranmemberikantanggapandanperhatian yang positif. Artinya, data tersebut menunjukkan nilai keefektifan yang tinggi. Dengandemikian,model pembelajaran yang dikembangkandapatdikatakanlayakdanefektif.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil validasi ahli dan hasil uji coba produk, simpulan keempat adalahmodel pembelajaranChildren Learning In Science (CLIS) memilikinilaikevalidan, kepraktisan dan keefektifan yang cukup

tinggi. Dengandemikian, model pembelajaran yang

dikembangkandikatakanlayakdanefektifuntukdigunakan.

Maka, berdasarkanhasilujicobaproduk, dihasilkanlahprodukakhirmodel pembelajaran dalam bentuk perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang dilengkapi dengan skenario pembelajaran. ringkasan materi, alat evaluasi dan rubrik penilaian. Untuklebihjelasnya, produkakhir model pembelajarandapatdilihatpada lampiran C.


(3)

100

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pengembangan ini, peneliti memberikan saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengembangan dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang cukup panjang. Proses tersebut membutuhkan kemampuan, waktu dan biaya yang cukup. Oleh karena itu, kepada para peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dan pengembangan dibutuhkan kesiapan yang matang.

2. Bagi para peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian pengembangan model pembelajaran khususnya model Children Learning In Science (CLIS) diperlukan ketersediaan dan kelengkapan sarana dan media yang dapat mendukung keterlaksanaan pembelajaran.

3. Pengembangan model pembelajaran ini hendaknya diuji cobakan pada wilayah yang lebih luas lagi supaya dapat menghasilkan produk penelitian yang lebih efektif.

4. Peneliti merasakanmasihmemilikibanyakkekurangandalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini, sehinggabesarharapanpeneliti agar model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)dapatdikembangkanoleh peneliti berikutnya dalam bahasan lain yang berbeda.


(4)

101

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Desiliani, A. (2013). Penerapan Model Children Learning In Science (CLIS) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA. (Skripsi Program Sarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hajar, Ibnu. (2013). Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Yogyakarta : DIVA Press.

Hakim, L. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Hamid, H. (2013). Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia. Bandung:

Pustaka Setia.

Handayani, S. dkk. (2002). Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Tentang Konep Hewan dan Benda untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Kutoharjo 1 Kabupaten Rembang. Lembaga Penelitian: Universitas Terbuka. [Online]. Tersedia di:

http://www.lppm.ut.ac.id/index.php?option=com_content&view=article &id=213?num=7 [Diakses 26 November 2013]

Iswanto, H. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) dengan Pendekatan Inkuiri unutk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Gelombang. (Tesis Program Magister Sekolah Pascasarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kariadinata, R. & Abdurahman, M. (2012). Dasar-Dasar Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Karwita. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

018 Pekanbaru. Vol 1. [Online]. Tersedia:

http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3484/1/7.wiwik%2520kar wita.Pdf. [Diakses 25 November 2013]


(5)

102

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Selalu Berhemat energi. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Lestari, M.H., Taufik, A., & Lestari, P.P. (2008). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyani, Sri. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Karakter pada Materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit. (Skripsi Program Sarjana). Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Tasikmalaya.

Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustrakaraya.

Mustafa, Z. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rakhmat, C. dan Solhuddin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Andira.

Rohandi, R. dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Saefuddin, S. & Rukmana. (2009). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI PRESS.

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana.

Santyasa, W. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif, disajikan dalam pelatihan tentang PTK guru-guru SMP dan SMA di Nusa Persada. [Online]. Tersedia:

http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/model-model-Pembelajaran.pdf [Diakses 6 Desember 2013]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirman, D. (2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.

Sukmadinata, Sy. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Sumantri, M. & Syaodih, N. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutarjo. (2010). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). [Online]. Tersedia: http://veronikacloset.files.wordpress.com/2010/06/rpp.pdf

[Diakses 25 Mei 2014]

Sutarno, N. dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Akasara.

Wahab, Abd. (2008). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta cv.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

KEEFEKTIFAN MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ENERGI SISWA KELAS III SDN 01 CIKAWUNG

0 15 293

THE APPLICATION OF CLIS MODEL (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TO IMPROVE STUDENT�.

0 2 16

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri

0 0 15

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jaten I Kecamatan Selogiri

0 1 12

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 3 55

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Children Learning in Scinece (CLIS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngembatpadas I Kecamatan

0 1 18

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 1 52

PENGARUH MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN PANAS.

0 0 42

Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk

1 3 4