PENGARUH MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN PANAS.

(1)

PENGARUH MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCINCE) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

KELAS IV PADA MATERI PERPINDAHAN PANAS

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SDN Cieurih II, Cipicung I dan Maja Selatan III di Kecamatan Maja

Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salahsatu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Selviana Jauhar Yuliza 0904054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Model CLIS (Children Learning in Science) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SD Kelas IV Pada Materi Perpindahan Panas” ini beserta isinya adalah benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

SELVIANA JAUHAR Y


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... ... B. Rumusan Masalaha... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Batasan Istilah...

ABAB II STUDI LITERATUR

A. Hakikat IPA... B. Pembelajaran IPA di SD... C. Teori Belajar IPA... 1. Teori Belajar Bruner... 2. Teori Belajar Konstruktivisme... 3. Teori Belajar Vygosky... D. Model CLIS (Children Learning in Science)... 1. Pengertian Model CLIS (Children Learning in Science)... 2. Tahap Model CLIS (Children Learning in Science)... 3. Kekurangan dan Kelebihan Model CLIS (Children

Learning in Science)... E. Keterampilan Proses Sains... F. Perpindahan Panas... 1. Konduksi Panas... 2. Konveksi Panas... 3. Radiasi Panas... G. Pembelajaran Materi Perpindahan Panas... 1. Pembelajaran Materi Perpindahan Panas dengan Menggunakan Model CLIS (Children Learning in Science). 2. Pembelajaran Materi Perpindahan Panas dengan Menggunakan Pembelajaran Konvensional... H. Hasil Penelitian yang Relevan... I. Hipotesis...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian... i ii iii vi viii x xi xii 1 5 5 6 7 9 10 13 13 14 15 16 16 16 19 20 23 24 24 25 25 25 27 27 29 31


(4)

B. Subjek Penelitian... 1. Populasi Penelitian... 2. Sampel Penelitian... C. Prosedur Penelitian...

1. Tahap Perencanaan Penelitian... 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 3. Tahap Penyelesaian Penelitian... D. Instrumen Penelitian...

1. Tes Keterampilan Proses Sains... 2. Pedoman Observasi... E. Pengolahan dan Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Hasil Pretest... 2. Hasil Posttest... 3. Pengujian Hipotesis... B. Pembahasan dan Temuan... 1. Pembelajaran di Kelas Eksperimen... 2. Pembelajaran di Kelas Kontrol... 3. Peningkatan Keterampilan Proses Sains...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN LAMPIRAN... RIWAYAT HIDUP... 32 32 32 33 33 34 34 36 36 42 42 48 48 54 57 69 69 73 75 86 89 90 93 194


(5)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 2... 2.2 Keterampilan Proses dan Ciri-cirinya... 3.1 Daftar Populasi Penelitian... 3.2 Klasifikasi Koefisien Kolerasi Validitas... 3.3 Validitas Tiap Butir Soal Tes Keterampilan Proses Sains... 3.4 Klasifikasi Koefisien Kolerasi Reliabilitas... 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda... 3.6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal... 3.7 Interpretasi Soal... 3.8 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 3.9 Analisis Tingkat Kesukaran... 3.10 Interpretasi Soal... 3.11 Distribusi Soal Tes Keterampilan Proses Sains... 3.12 Kriteria Tingkat Ngain...

4.1 Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen... 4.2 Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol... 4.3 Uji Normalitas Pretest... 4.4 Uji Homogenitas Pretest... 4.5 Uji t Pretest... 4.6 Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen... 4.7 Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol... 4.8 Uji Normlitas Posttest... 4.9 Uji U Data Posttest... 4.10 Uji U Rumusan Masalah 1... 4.11 Uji U Rumusan Masalah 2... 4.12 Uji One Way Anova Rumusan Masalah 3... 4.13 Uji One Way Anova Rumusan Masalah 4... 4.14 Uji U Perbedaan Rata-rata... 4.15 Ngain Kelompok Eksperimen...

4.16 Ngain Kelompok Kontrol...

4.17 Uji Normalitas Ngain...

4.18 Uji Homogenitas Ngain...

4.19 Uji t Ngain Rumusan Masalah 5...

4.20 Observasi Keterampilan Proses Sains Kelompok Eksperimen Pertemuan Pertama... 4.21 Observasi Keterampilan Proses Sains Kelompok Kontrol Pertemuan Pertama... 4.22 Observasi Keterampilan Proses Sains Kelompok Eksperimen

12 21 32 37 37 38 39 39 40 40 41 41 41 46 49 49 51 52 53 54 54 56 57 58 60 61 62 64 65 65 67 68 69 71 72


(6)

Pertemuan Kedua... 4.23 Observasi Keterampilan Proses Sains Kelompok Kontrol Pertemuan Kedua...

73


(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Prosedur Penelitian... 4.1 Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen... 4.2 Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol... 4.3 Rata-rata Ngain Kelompok Eksperimen...

4.4 Rata-rata Ngain Kelompok Kontrol...

4.5 Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest... 35 59 60 62 63 70


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 4.2 Histogram Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen... 4.3 Histogram Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol... 4.4 Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 4.5 Histogram Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen... 4.6 Histogram Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol... 4.7 Hasil Ngain Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen...

4.8 Histogram Hasil Uji Normalitas Ngain Kelompok Eksperimen...

4.9 Histogram Hasil Uji Normalitas Ngain Kelompok Kontrol...

50 51 52 55 56 57 66 67 68


(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 RPP Kelas Eksperimen... A.2 RPP Kelas Kontrol... A.3 Lembar Kerja Siswa... LAMPIRAN B

B.1 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains... B.2 Tes Keterampilan Proses Sains... B.3 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains... LAMPIRAN C

C.1 Validitas Uji Instrumen... C.2 Reliabilitas Uji Instrumen... C.3 Tingkat Kesukaran Uji Instrumen... C.4 Pengelompokan Siswa... C.5 Daya Pembeda Uji Instrumen... C.6 Rekap Analisis Butir Soal... LAMPIRAN D

D.1 HasilPretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.... D.2 Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... D.3 Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol D.4 Uji t Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... D.5 Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. D.6 Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol... D.7 Uji U Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

D.8 Hasil Uji U Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen untuk Pengujian Rumusan Masalah 1... D.9 Hasil Uji U Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol untuk Pengujian Rumusan Masalah 2... D.10 Pengujian Ngain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

D.11 Hasil Perhitungan Ngain Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol... D.12 Hasil Uji One Way Onova Nilai Ngain Kelompok Eksperimen

untuk Pengujian Rumusan Masalah 3... D.13 Hasil Uji One Way Anova Ngain Kelompok Kontrol untuk

Pengujian Rumusan Masalah 4... D.14 Hasil Uji U Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol untuk Pengujian Rumusan Masalah 5... D.15 Uji Normalitas Ngain Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol... D.16 Uji Homogenitas Ngain Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol... 93 105 110 114 115 120 122 123 125 127 128 130 132 133 135 136 137 138 140 141 142 143 149 150 151 152 153 155


(10)

D.17 Uji Perbedaan Rata-rata Ngain Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol... D.18 IPKG... LAMPIRAN E

E.1 Suasana Pretest dan Posttest... E.2 Pembelajaran di Kelas Eksperimen... E.3 Pembelajaran di Kelas Kontrol... LAMPIRAN F

Surat-surat...

156 157

181 182 184


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, ekonomi maupun teknologi, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk mengimbanginya agar tidak tertinggal dari orang-orang yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman sekarang ini. Salah satu hal yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut adalah pendidikan.

Kualitas pendidikan Indonesia menurut data UNESCO (Handoko, 2013) adalah sebagai berikut ini.

Menurut data UNESCO 2009 peringkat pendidikan Indonesia turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Education Development Index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Demikianlah cukup data yang memaparkan sekaligus menggambarkan kenyataan bahwasanya daya saing pendidikan Indonesia sekarang masih jauh panggang dari api.

Melihat pentingnya peran pendidikan dalam menghadapi era globalisasi, dan menurunnya kualitas pendidikan Indonesia sesuai dengan data di atas maka dibutuhkan peningkatan kualitas pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Syah (2005: 10) adalah “Sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga yang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai

dengan kebutuhan”. Adapun pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Sagala, 2003: 2) diartikan sebagai „Proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan‟.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala pengalaman belajar dengan metode tertentu yang berlangsung sepanjang hidup sebagai perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang yang dilakukan di sekolah atau lembaga formal. Dalam sistem


(12)

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

(Sudjana, 2009: 22) “Secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni

ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor”.

Berdasarkan pernyataan di atas keberhasilan pendidikan di sekolah tidak hanya dilihat dari hasil akhir yang berupa nilai-nilai saja, namun proses pembelajaran juga sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan pendidikan, sehingga aspek-aspek pembelajaran seperti aspek kognitif, aspek apektif dan aspek psikomotor yang dikemukakan di atas dapat terlaksana. Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam hal ini.

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar-mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar-mengajar itu dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif dan menarik, sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Salah satu pelajaran tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang di dalamnya tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja melainkan kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor seperti sikap ilmiah, dan keterampilan proses siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bundu (2006: 10) bahwa:

Sains bukan hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dapat dihafal, tetapi terdiri atas proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat diterangkan.

Mata Pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam


(13)

3

kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik.

Adapun mengenai komponen-komponen sains, Bundu (2006: 11) menyatakan bahwa:

Sains secara garis besar memiliki tiga komponen, yaitu: 1. proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang dan melaksanakan eksperimen, 2. produk ilmiah, misalnya prinsip, konsep, hukum, dan teori, dan 3. sikap ilmiah, misalnya ingin tahu, hati-hati, objektif dan jujur.

Pernyataan di atas dapat dijabarkan dalam arti luas bahwa IPA itu memiliki cakupan yang luas yang tidak hanya mengembangkan dan meningkatkan salah satu aspek saja, sehingga apabila pembelajaran IPA hanya dititikberatkan pada salah satu komponen maka makna dan materi pembelajaran IPA tidak akan tercapai.

Pembelajaran IPA hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa yang senang bermain dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi menuntut guru untuk pintar dalam memanipulasi situasi belajar menjadi sutuasi bermain. Siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit. Oleh karena itu, IPA lebih menekankan pada keterampilan proses untuk menentukan produk IPA. Siswa akan lebih memahami pembelajaran yang terjadi melalui peristiwa nyata yang mereka alami sendiri.

Salah satu komponen dalam pembelajaran IPA adalah keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan berpikir dalam belajar yang diperlukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan keterampilan proses sains, siswa dapat membangun suatu gagasan baru ketika melakukan interaksi dengan teman sebayanya ataupun dengan guru. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa tidak hanya diperoleh dari karakteristik pembelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana siswa memahami dan memproses suatu informasi sehingga dapat membangun suatu gagasan baru yang ditemukan oleh siswa itu sendiri. Pada saat ini keterampilan proses sains siswa masih sangat


(14)

kurang dilaksanakan. Padahal pengembangan keterampilan proses sains sangat penting dalam suatu proses pendidikan untuk membekali siswa baik saat ini dan masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Bundu (2006:

3), “Dari segi proses pendidikan, penilaian kemampuan proses (proses sains) dan

sikap ilmiah (sikap ilmiah) masih sangat kurang dilaksanakan bahkan mungkin belum sama sekali”.

Agar keterampilan proses sains siswa meningkat, baiknya pembelajaran menggunakan model yang dapat mempermudah siswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan proses sainsnya. Salah satu model yang layak ditawarkan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah model CLIS (Children Learning in Science). Model CLIS adalah konsep belajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan. Menurut Sutarno (2009: 8.30) model CLIS terdiri dari lima tahapan utama, yaitu :

1. Orientasi atau orientation.

2. Pemunculan gagasan atau elicitation of ideas.

3. Penyusunan ulang gagasan atau restructuring of ideas. 4. Penerapan gagasan atau application of ideas.

5. Pemantapan gagasan atau review change in ideas.

Dilihat dari tahapan-tahapan model CLIS (Children Learning in Science) di atas, model CLIS (Children Learning in Science) mempunyai kelebihan yaitu memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan pada saat pembelajaran berlangsung dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba memecahkan masalahnya sendiri sehingga terjadi proses kemandirian pada diri siswa. Selain itu, model CLIS (Children Learning in Science) dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga mampu mengembangkan kreativitas siswa dan keterampilan proses sains siswa. Dari kelebihan-kelebihan CLIS (Children Learning in Science) di atas, maka model CLIS (Children Learning in Science) juga dianggap mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas penulis bertujuan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model CLIS (Children Learning


(15)

5

in Science) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SD Kelas IV pada Materi Perpindahan Panas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model CLIS (Children Learning in Science)?

2. Apakah terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science)?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional?

5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan pada materi perpindahan panas antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model CLIS (Children Learning in Science).


(16)

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science).

4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

5. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan pada materi perpindahan panas antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perpindahan panas. b. Meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Meningkatkan peran siswa secara penuh di dalam pembelajaran perpindahan panas.

d. Memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dalam memahami konsep perpindahan panas.

e. Untuk melatih kemampuan dalam keterampilan proses sains siswa. f. Menjadikan pembelajaran IPA lebih menyenangkan.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai seoptimal mungkin, sehingga guru dapat mempersiapkan diri dalam kemampuannya untuk memilih dan menetapkan


(17)

7

metode pembelajaran, materi dan media serta evaluator yang tepat untuk proses belajar-mengajar.

3. Bagi Sekolah

Untuk memberikan catatan kualitas sekolah dalam nemingkatkan keterampilan proses sains siswa terutama dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model CLIS (Children Learning in Science).

4. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui bagaimana pengaruh model CLIS (Children Learning in Science) terhadap keterampilan proses sains siswa SD kelas IV pada materi perpindahan panas.

E. Batasan Istilah

Untuk memperjelas bahasan dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan istilah yang berkaitan dengan judul, yaitu:

1. Model CLIS (Children Learning in Science) adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS (Handayani, 2002: 8).

2. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti penomena alam. Keterampilan proses sains yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak usia sekolah dasar (Samatowa, 2006: 137). Keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, klasifikasi, prediksi, menggunakan alat dan mengkomunikasikan.

a. Observasi merupakan proses pengumpulan data dengan menggunakan alat indera.

b. Klasifikasi merupakan keterampilan proses sains untuk menggolongkan sesuatu dengan ciri kegiatan mencari kesamaan, mencari dasar penggolongan, membandingkan dan mencari perbedaan.


(18)

c. Prediksi merupakan keterampilan proses sains yang memperkirakan sesuatu berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan.

d. Menggunakan alat merupakan keterampilan proses sains yang menuntut siswa mampu menggunakan alat secara langsung, mengetahui mengapa dan bagaimana alat tersebut digunakan.

e. Mengkomunikasikan merupakan keterampilan membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sistematis.

3. Konduksi adalah peristiwa perambatan panas yang memerlukan suatu zat/medium tanpa disertai adanya perpindahan bagian-bagian zat/medium tersebut (Wahyono dan Setyo, 2008: 98).

4. Konveksi adalah perpindahan panas dengan disertai aliran zat perantaranya (Wahyono dan Setyo, 2008: 98).

5. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa medium perantara (Wahyono dan Setyo, 2008: 98).

6. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu SDN Maja Selatan III. Metode yang digunakan di sekolah adalah metode ceramah yang disertai percobaan.


(19)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen murni. Menurut Yatim Riyanto (Zuriah, 2005: 57) „Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan diteliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi‟.

Prosedur penelitian eksperimen dalam penelitian ini dengan dua kelompok perlakuan, yaitu:

1. Kelompok I sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang pada saat proses belajar mengajarnya mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model CLIS (Children Learning in Science).

2. Kelompok II sebagai kelas kontrol, yaitu kelas belajar yang pada saat proses belajar mengajarnya mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka desain penelitian yang digunakan adalah berupa pretest-posttest control group design. Pada desain ini ada dua kelompok yang dipilih secara acak kemudian keduanya diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal kedua kelompok sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang akan diteliti. Adapun bentuk desain penelitiannya sebagaimana menurut Maulana (2009: 24) adalah sebagai berikut ini.

A 0 X 0 A 0 0 Keterangan:

A = Acak

X = Perlakuan dengan model CLIS (Children Learning in Science) 0 = Pretest dan posttest


(20)

B. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Zuriah (2005: 117) “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”. Berdasarkan pengertian di atas, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD yang berada di wilayah Kecamatan Maja yang peringkat sekolahnya tergolong ke dalam kelompok sedang. Pengelompokan tersebut dilihat berdasarkan nilai rata-rata UN pelajaran IPA dari setiap sekolah pada tahun ajaran 2011/2012 yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Maja.

Pemaparan nama-nama SD beserta jumlah siswa setiap SD yang termasuk pada kelompok sedang se-Kecamatan Maja adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah Dasar Jumlah Siswa Kelas IV

1. SDN Paniis III 17

2. SDN Cieurih I 26

3. SDN Cengal III 11

4. SDN Cieurih II 16

5. SDN Paniis II 24

6.. SDN Wanahayu II 24

7. SDN Maja Selatan III 32

8. SDN Wanahayu I 33

9. SDN Maja Selatan IV 17

10. SDN Maja Selatan VI 26

11. SDN Cipicung I 18

12. SDN Pasanggrahan II 12

13. SDN Cengal I 17

14 SDN Kertabasuki II 42

Jumlah 315

UPTD Pendidikan Kecamatan Maja

2. Sampel Penelitian

“Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu” (Zuriah, 2005: 119). Penentuan ukuran sampel dalam penelitian eksperimen menurut Gay (Maulana, 2009) yakni minimum 30 subjek per kelompok. Dalam penelitian ini,


(21)

33

sampel yang diambil adalah tiga kelas dari tiga sekolah yang berbeda. Setelah menentukan kelompok sedang sebagai populasinya, kemudian menentukan sampel dengan cara acak sederhana sehingga terpilih tiga kelas yakni kelas IV dari SDN Cieurih II, SDN Cipicung I dan SDN Maja Selatan III. Ketiga sekolah dasar tersebut dipilih kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diperoleh hasil SDN Cieurih II dan SDN Cipicung I sebagai kelas eksperimen dan SDN Maja Selatan III sebagai kelas kontrol. Jumlah sampel untuk kelompok eksperimen sejumlah 34 orang yang terdiri dari SDN Cipicung I sebanyak 18 orang dan SDN Cieurih II sebanyak 16 orang. Jumlah sampel untuk kelompok kontrol sejumlah 32 orang dari SDN Maja Selatan III. Adanya jumlah sampel yang berbeda pada setiap kelompok tidak menjadi permasalahan dalam penelitian ini, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ruseffendi (1998: 297) bahwa:

Pengujian homogenitas data dengan uji Barlett adalah untuk melihat apakah variansi-variansi k buah kelompok peubah bebas yang banyaknya data per kelompok bisa berbeda dan diambil secara acak dari data populasi masing-masing yang berdistribusi normal, berbeda atau tidak.

Selain itu, Prabowo (2012) mengemukakan “Populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang sama sehingga tidak perlu mempermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif”.

C. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap penyelesaian penelitian. Adapun penjelasan tiap tahapan secara lengkapnya adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Tahap perencanaan penelitian ini meliputi sebagai berikut.

a. Melakukan analisis terhadap materi perpindahan panas kelas IV yang terdapat dalam kurikulum IPA sekolah dasar.

b. Melakukan analisis terhadap keterampilan proses sains siswa.


(22)

d. Menentukan keterampilan proses sains siswa.

e. Menentukan indikator setiap keterampilan proses sains yang akan digunakan. f. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan berupa lembar tes tulis. g. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk

menentukan validitas isi untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak untuk digunakan atau tidak.

h. Melakukan uji coba instrumen yang telah dibuat terhadap siswa kelas V, untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

i. Melakukan analisis instrumen.

j. Melakukan revisi instrumen apabila ada instrumen keterampilan proses sains yang harus direvisi.

k. Menentukan populasi dan sampel penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Melakukan pretest keterampilan proses sains terhadap kelompok eksperimen (kelompok belajar dengan model CLIS (Children Learning in Science) dan kelompok kontrol (kelompok belajar dengan pembelajaran konvensional) untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran.

b. Melaksanakan proses pembelajaran tentang materi perpindahan panas, yaitu: 1) model CLIS (Children Learning in Science) diberikan kepada kelompok

eksperimen.

2) Pengajaran konvensional diberikan kepada kelompok kontrol.

c. Kemudian pelaksanaan posttest keterampilan proses sains untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3. Tahap Penyelesaian Penelitian

Tahap penyelesaian penelitian ini meliputi sebagai berikut ini. a. Mengumpulkan data hasil penelitian.

b. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian untuk menguji hipotesis. c. Mengadakan perbandingan hasil tes antara kelompok eksperimen dan


(23)

35

d. Menarik kesimpulan dengan mempergunakan kajian pustaka yang menunjang dan berdasarkan hasil analisis data.

Adapun bagan alur prosedur penelitian ini disajikan sebagai berikut ini.

Gambar 3.1 : Prosedur Penelitian a. Analisis terhadap materi perpindahan panas kelas IV. b. Analisis terhadap keterampilan proses sains siswa

c. Analisis terhadap model CLIS (Children Learning in Science). d. Menentukan keterampilan proses sains siswa

e. Menentukan indikator setiap keterampilan proses sains

Y : Kelompok kontrol (kelompok belajar dengan pembelajaran konvensional)

Y : Kelompok kontrol (kelompok belajar dengan pembelajaran konvensional) Menentukan sampel

X Y

pretest

X : Kelompok eksperimen (kelompok belajar dengan model CLIS

(Children Learning in Science))

Pelaksanaan proses belajar mengajar

X : Kelompok eksperimen (kelompok belajar dengan model CLIS

(Children Learning in Science))

posttest

Analisis data

Penarikan kesimpulan Menentukan populasi

Uji coba instrumen Membuat instrumen


(24)

D. Instrumen Penelitian

1. Tes Keterampilan Proses Sains

Untuk pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti memerlukan instrumen, maka dalam penelitian ini digunakan instrumen lembar tes tulis (pretest-posttest). Instrumen tes keterampilan proses sains siswa untuk mengukur peningkatan keterampilan proses sains pada materi perpindahan panas maka dilakukan tes tulis keterampilan proses sains siswa sebagai alat ukurnya. Tes tulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan proses sains siswa dari masing-masing kelas sebelum pembelajaran berlangsung baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen, dan postest digunakan untuk mengetahui pengetahuan akhir keterampilan proses sains siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Soal tes tulis untuk keterampilan proses sains ini berupa pilihan ganda beralasan dan isian. Jumlah soal pilihan ganda beralasan sebanyak 5 butir soal dan jumlah soal isian sebanyak 5 butir soal. Indikator tes untuk melihat keterampilan proses sains siswa dibatasi pada keterampilan observasi, klasifikasi, prediksi, menggunakan alat dan mengkomunikasikan. Instrumen tes yang digunakan baik pretest maupun posttest menggunakan tes yang sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen.

Untuk menguji tes tersebut agar layak dijadikan sebagai instrumen yang baik dan mampu menghasilkan data-data yang valid, maka dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Uji Validitas

Instrumen yang valid akan memberikan data yang valid juga. Untuk mengetahui bahwa instrumen valid maka dilakukan uji validitas instrumen terlebih dahulu. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wahyudin (2006: 140) “Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) atau tingkat keabsahan. Dalam mengukur aspek yang hendak diukur atau dalam mengungkap data yang hendak diungkap”. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas yaitu Product Moment Corelation.


(25)

37

=

� −( )( )

{� ²−( )²}{� ²−( )²}

(Wahyudin, 2006: 148)

Keterangan :

rxy = Validitas butir soal

N = Jumlah peserta tes X = Nilai suatu butir soal Y = Nilai total

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Keterangan

0,80 < rxy≤ 1.00 Korelasi sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Korelasi tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Korelasi sedang

0,20 < rxy≤ 0,40 Korelasi rendah

rxy≤ 0,20 Korelasi sangat rendah

(Suherman dan Sukjaya, 1990: 147)

Berdasarkan hasil analisis validitas instrumen tes keterampilan proses sains siswa pada penelitian ini dengan menggunakan Sofware Microsoft Office Excel 2007, diperoleh besar korelasi validitas (rxy)untuk tes keterampilan proses

sains siswa koefisien korelasinya adalah sebesar 0,60 yang berada pada kategori sedang sehingga instrumen keterampilan proses sains yang dibuat layak untuk digunakan. Di samping itu, hasil analisis validitas instrumen tes keterampilan proses sains siswa pada masing-masing soal dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal Tes Keterampilan Proses Sains No. Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

1 0,43 Sedang

2 0,33 Rendah

3 0,43 Sedang

4 0,41 Sedang

5 0,28 Rendah

6 0,35 Rendah

7 0,67 Sedang

8 0,71 Tinggi

9 0,69 Sedang


(26)

b. Uji Reliabilitas

“Reliabilitas tes menunjukkan tingkat keajegan suatu tes, yaitu sejauhmana tes tersebut dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten” (Wahyudin, 2006: 146). Jadi soal yang dibuat bisa dikatakan reliabel yaitu ketika soal diteskan berkali-kali pada siswa yang berbeda-beda maka hasilnya akan tetap atau konsiten.

Uji reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut ini.

r

11 =

�−1

� −

Σ si2

2

Keterangan :

n = banyak butir soal (item)

�2 = jumlah varians skor setiap item 2 = varians skor total

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < r11≤ 1.00 Korelasi sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 Korelasi tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Korelasi sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Korelasi rendah

r11≤ 0,20 Korelasi sangat rendah

(Suherman dan Sukjaya, 1990: 177)

Berdasarkan rumus di atas, hasil analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007, diperoleh besar korelasi reliabilitas (r11) sebesar 0,67 yang berada pada korelasi tinggi.

c. Daya Pembeda

Wahyudin (2006: 96) menyatakan bahwa:

Analisa daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu atau tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang tau rendah prestasinya.


(27)

39

Sesuai dengan pernyataan di atas maka soal-soal tidak hanya berfungsi untuk melihat bahwa pembelajaran sudah tercapai atau tidak tetapi soal juga mampu mebedakan antara siswa yang pandai dan asor. Adapun rumus untuk mencari daya pembeda yaitu sebagai berikut.

��=� − �

���

Keterangan :

DP = daya pembeda

� = rata-rata skor kelompok atas

� = rata-rata skor kelompok bawah SMI = skor maksimum ideal

Daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut ini.

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi 0,70 < DP ≤ 1.00 Sangat baik 0,40 < DP≤ 0,70 Baik 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

(Suherman dan Sukjaya, 1990: 202)

Selanjutnya, hasil analisis instrumen tes keterampilan proses sains tingkat daya pembeda uji coba yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal

No. Soal Nilai Daya Pembeda Tafsiran

1 1,9 1,2 0,35 Cukup

2 2,0 1,6 0,20 Cukup

3 2,0 0,7 0,65 Baik

4 1,6 0,5 0,55 Baik

5 1,1 0,6 0,25 Cukup

6 0,7 0,2 0,50 Baik

7 2,9 1,2 0,57 Baik

8 3,6 0,8 0,70 Baik

9 2,5 0,8 0,43 Baik


(28)

Tabel 3.7 Interpretasi Soal Interpretasi Jumlah

Sangat jelek 0

Jelek 0

Cukup 3

Baik 7

Sangat baik 0

d. Tingkat Kesukaran

“Asumsi yang digunakan untuk kualitas soal yang baik disamping untuk memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran” (Wahyudin, 2006: 93). Soal yang baik tidak hanya mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik namun juga harus mempunyai keseimbangan antara ketiga tingkatan yaitu mudah, sedang dan sukar.

Tingkat kesuakaran dapat dihitung menggunakan rumus :

��

=

���

Keterangan :

IK = tingkat/ indeks kesukaran

� = rata-rata skor butir soal

��� = skor maksimum ideal

Tabel 3.8

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0.00 Terlalu sukar 0,00 < IK≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213)

Indeks kesukaran dari analisis tes keterampilan proses sains siswa yang merupakan hasil uji coba yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini.


(29)

41

Tabel 3.9

Analisis Tingkat Kesukaran

No. Soal SMI Tingkat Kesukaran Tafsiran

1 1,68 2 0,82 Mudah

2 1,73 2 0,86 Mudah

3 1,30 2 0,65 Sedang

4 1,03 2 0,51 Sedang

5 0,92 2 0,46 Sedang

6 0,59 1 0,59 Sedang

7 2,27 3 0,76 Mudah

8 2,27 4 0,57 Sedang

9 1,47 4 0,37 Sedang

10 1,11 4 0,28 Sukar

Tabel 3.10 Interpretasi Soal Interpretasi Jumlah

Sangat sukar 0

Sukar 1

Sedang 6

Mudah 3

Sangat mudah 0

Berdasarkan data hasil analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua soal untuk uji keterampilan proses sains siswa dapat dipakai sehingga tidak ada perubahan jumlah soal. Distribusi jenis keterampilan proses sains yang dipakai pada peda penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.11

Distribusi Soal Tes Keterampilan Proses Sains

Jenis KPS Nomor Soal Jumlah

Observasi (mengamati) 1 dan 2 2

Klasifikasi (menggolongkan) 3 dan 4 2

Prediksi (meramalkan) 5 dan 6 2

Menggunakan alat 7 dan 8 2

Mengkomunikasikan 9 dan 10 2


(30)

2. Pedoman Observasi

Menurut Bundu (2006: 142), “Observasi adalah cara menyimpulkan data dengan mengadakan pencatatan terhadap apa yang menjadi sasaran pengamatan. Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada aktivitas siswa observasi keterampilan proses sains yaitu observasi, klasifikasi, prediksi, menggunakan alat dan mengkomunikasikan.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16. Analisis kuantitatif dilakukan dengan langkah-langkat sebagai berikut.

1. Memberikan skor setiap jawaban siswa dari pretest dan posttest 2. Pengubah skor menjadi nilai

3. Menghitung rata-rata skor pretest dan posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol.

4. Mengelompokkan siswa menjadi kelompok unggul, papak dan asor berdasarkan nilai dari pretest.

5. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametik, dalam penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney (U). Langkah-langkah pelaksanaan uji normalitas adalah sebagai berikut.

a. Menentukan hipotesis.

H0: data berasal dari sampel yang berdistribusi normal.

H1: Data tidak berasal dari sampel yang berdistribusi normal.

b. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. H0 diterima jika signifikansi ≥ 0,05.


(31)

43

c. Menghitung uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS versi 16. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1) Klik Variable View.

2) Pada kolom Name no. 1 ketik “kelompok_yang_diteliti”, sedangkan pada kolom Name no. 2 ketik data yang diolah seperti “pretest”.

3) Pada kolom Decimal diisi sesuai dengan kebutuhan.

4) Pada kolom Values ketik jumlah kelompok yang akan diolah beserta nama kelompoknya. Klik pada tombol kotak kecil pada value ketik 1, dan pada value label ketik kelompok eksperimen kemudian klik add. Selanjutnya, pada value ketik 2, dan pada value label ketik kelompok kontrol kemudian klik add. Kemudian klik Ok.

5) Klik Data View, pada kolom “kelompok-yang-diteliti” ketik 1 sebanyak jumlah siswa pada kelompok eksperimen dan ketik 2 sebanyak jumlah siswa pada kelompok kontrol. Pada kolom pretest masukan nilai pretest setiap siswa sesuai kelompoknya.

6) Lakukan analisis dengan cara klik Analyze >> Descriptive Statistics >> Explore.

7) Klik “kelompok-yang-diteliti” kemudian masukkan pada kolom factor list. Selanjutnya klik “pretest” dan masukkan pada kolom pada dependent list. 8) Pilih plots dan klik Stem-and-leaf, histogram, dan normality plot with tests.

Selanjutnya klik continue. 9) Klik Ok.

6. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian sampel yang diperoleh homogen atau tidak, jika homogen maka dilanjutkan dengan uji t. Jika data tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t‟. Langkah-langkah pelaksanaan uji homogenitas adalah sebagai berikut.

a. Menentukan hipotesis.

H0: kedua varians adalah sama.

H1: Kedua varians adalah berbeda.


(32)

H0 diterima jika signifikansi > 0,05.

H0 ditolak jika signifikansi < 0,05.

c. Menghitung uji homogenitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS versi 16. Setelah data dimasukkan seperti langkah-langkah pada uji normalitas maka klik Analyze >> Compare Means >> Independent-Sample T Test.

d. “Kelompok-yang-diteliti” masukkan pada kolom grouping variable dan pretest” pada kolom test variable (s).

e. Klik kolom grouping variable, klik define groups, pada kolom group 1 ketik angka 1 dan pada group 2 ketik angka 2. Selanjutnya klik continue.

f. Klik Ok.

7. Melakukan uji t atau perbedaan dua rerata.

Langkah-langkah melakukan uji t adalah sebagai berikut. a. Menentukan hipotesis.

H0: tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol.

H1: terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan

kelompok kontrol.

b. Menentukan tingkat signifikansi α= 5%.

Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. Ho diterima jika signifikansi ≥ 0,05.

Ho ditolak jika signifikansi < 0,05.

g. Menghitung uji t dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS versi 16. Setelah data dimasukkan seperti langkah-langkah pada uji normalitas maka klik Analyze >> Compare Means >> Independent-Sample T Test.

h. “Kelompok-yang-diteliti” masukkan pada kolom grouping variable dan pretest” pada kolom test variable (s).

i. Klik kolom grouping variable, klik define groups, pada kolom group 1 ketik angka 1 dan pada group 2 ketik angka 2. Selanjutnya klik continue.


(33)

45

8. Melakukan Uji Mann-Whitney (U)

Uji U ini dilakukan ketika data berdistribusi tidak normal. Uji U digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata kemampuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Langkah-langkah pelaksanaan uji U adalah sebagai berikut ini.

a. Menentukan hipotesis.

H0: tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol.

H1: terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan

kelompok kontrol.

b. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. Ho diterima jika signifikansi ≥ 0,05.

Ho ditolak jika signifikansi < 0,05.

c. Menghitung uji U dengan menggunakan dengan program SPSS versi 16. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Klik Variable View.

2) Pada kolom Name no. 1 misalnya ketik “kelompok_yang_diteliti”, sedangkan pada kolom Name no. 2 ketik data yang diolah seperti “pretest”.

3) Pada kolom Decimal diisi sesuai dengan kebutuhan.

4) Pada kolom Values ketik jumlah kelompok yang akan diolah beserta nama kelompoknya. Klik pada tombol kotak kecil pada value ketik 1, dan pada value label ketik kelompok eksperimen kemudian klik add. Selanjutnya, pada value ketik 2, dan pada value label ketik kelompok kontrol kemudian klik add. Kemudian klik Ok.

5) Klik Data View, pada kolom “kelompok-yang-diteliti” ketik 1 sebanyak jumlah siswa pada kelompok eksperimen dan ketik 2 sebanyak jumlah siswa pada kelompok kontrol. Pada kolom pretest masukan nilai pretest setiap siswa sesuai kelompoknya.

6) Lakukan analisis dengan cara klik Analyze >> Nonparametric Tests >> Independent Samples.

7) Klik “kelompok-yang-diteliti” kemudian masukkan pada kolom factor list. Selanjutnya klik “pretest” dan masukkan pada kolom pada dependent list.


(34)

8) Klik Ok.

9. Menghitung Ngain.

Menghitung N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dari nilai pretest dan posttest. Menurut Hake (Yulianti, 2012: 43) untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:

Ngain = skor tes akhir – skor tes awal

skor maksimal – skor tes awal

Kriteria tingkat Ngain menurut Hake (Fauzan, 2012) adalah sebagai berikut

ini.

Tabel 3.12 Kriteria Tingkat Ngain

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

10.Uji One Way ANOVA

Menghitung Uji One Way ANOVA digunakan untuk mengetaui perbedaan lebih dari 2 kelompok sampel bebas dengan satu jalan.

H0 : Ketiga varians adalah sama

H1 : Ketiga varians adalah berbeda

Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. H0diterima jika signifikansi ≥ 0,05.

H0 ditolak jika signifikansi < 0,05.

Langkah-langkah untuk mneghitung Uji One Way ANOVA dengan menggunkan SPSS versi 16 adalah sebagai berikut.

a. Klik Variable View.

b. Pada kolom Name no. 1 ketik “nilai”, sedangkan pada kolom Name no. 2 ketik data yang diolah seperti “kelompok”.

c. Pada kolom Decimal diisi sesuai dengan kebutuhan.

d. Pada kolom Values ketik jumlah kelompok yang akan diolah beserta nama kelompoknya. Klik pada tombol kotak kecil pada value ketik 1, dan pada value label ketik kelompok unggul kemudian klik add. Pada value ketik 2,


(35)

47

dan pada value label ketik kelompok papak kemudian klik add. Selanjutnya, pada value ketik 3, dan pada value label ketik kelompok asor kemudian klik add. Lalu klik Ok.

e. Klik Data View, pada kolom “kelompok” ketik 1 sebanyak jumlah siswa pada kelompok unggul, ketik 2 sebanyak jumlah siswa pada kelompok papak, dan ketik 3 sebanyak jumlah siswa pada kelompok asor. Pada kolom nilai masukkan nilai keterampilan proses sains setiap siswa sesuai kelompoknya. f. Lakukan analisis dengan cara klik Analyze >> Compare Means >> One way

ANOVA.

g. Klik “nilai” kemudian masukkan pada kolom factor list. Selanjutnya klik “kelompok”dan masukkan pada kolom pada dependent list.

h. Klik options, pilih descriptive, homogeneity of varians test dan means plot. i. Klik continue lalu ok.


(36)

86 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya tentang pengaruh model CLIS (Children Learning in Science) terhadap keterampilan proses sains siswa SD kelas IV pada materi perpindahan panas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

1. Terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Berdasarkan hasil perhitungan uji U dari nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen memperoleh nilai 0,000. Uji ini dilakukan satu arah sehingga nilai Sig.2 tailed dibagi dua yang hasilnya 0. Karena nilai 0 lebih kecil dari nilai �, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Peningkatan keterampilan proses sains siswa yang menggunakanm model CLIS (Children Learning in Science) karena pada tahap-tahap model CLIS (Children Learning in Science) tersusun secara sistematis dan tahap-tahap pembelajaran tersebut membentuk pembelajaran yang menjadikan siswa terlibat aktif baik saat pembelajaran berlangsung maupun aktif saat kegiatan pembelajaran.

2. Terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil perhitungan uji U dari nilai pretest dan posttest kelompok kontrol memperoleh nilai 0,000. Uji ini dilakukan satu arah sehingga nilai Sig.2 tailed dibagi dua yang hasilnya 0. Karena nilai 0 lebih kecil dari nilai �, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains


(37)

87

siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional karena meskipun pembelajaran konvensional tetapi apabila dilaksanakan dengan optimal dan dimodifikasi dengan percobaan maka pembelajaran konvesional dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Berdasarkan perhitungan uji one way anova dari nilai Ngain kelompok eksperimen memperoleh nilai yang lebih besar dari � yaitu 0,727, sehingga Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok tinggi, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Tidak adanya perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelompok unggul, sedang dan asor dikarenakan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, baik saat mengemukakan pendapat, berdiskusi, maupun saat melakukan percobaan. Mean untuk kelompok unggul adalah 0,6144, kelompok sedang adalah 0,5100 dan untuk kelompok asor adalah 0,5933, sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model CLIS (Children Learning in Science) untuk kelompok unggul paling tinggi, dan model CLIS (Children Learning in Science) lebih cocok diterapkan pada siswa yang tergolong pada kelompok unggul.

4. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan uji one way anova dari nilai Ngain kelompok

eksperimen memperoleh nilai yang lebih kecil dari � yaitu 0,023, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan


(38)

peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok tinggi, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Mean untuk kelompok unggul adalah 0,1289, kelompok sedang adalah 0,3786 dan untuk kelompok asor adalah 0,4667, sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional untuk kelompok asor paling tinggi, sehingga pembelajaran konvensional cocok diterapkan untuk siswa yang tergolong pada kelompok asor. Pembelajaran konvensional yang dimodifikasi dengan percobaan membuat siswa yang tergolong asor lebih tertarik untuk melakukan percobaan. Berbeda dengan siswa kelompok unggul yang lebih memilih untuk langsung mengerjakan LKS.

5. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan pada materi perpindahan panas antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 28,32, sedangkan untuk peningkatan keterampilan proses sains pada kelompok kontrol sebesar 15,55. Berdasarkan perhitunagn nilai uji t Ngain dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai lebih

kecil dari nilai α yaitu 0,004 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti

peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi perpindahan panas yang menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) lebih baik secara signifikan daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Model CLIS (Children Learning in Science) baik begitu pun dengan pembelajaran konvensional, namun meskipun pembelajaran konvensional telah dimodifikasi dengan percobaan tetapi tetap lebih baik pembelajaran dengan model CLIS (Children Learning in Science) karena model CLIS (Children Learning in Science) terdapat komponen-komponen yang mendukung siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains yang tidak dimiliki oleh pembelajaran konvensional.


(39)

89

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Bagi Guru

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar terutama dalam pemilihan model pembelajaran sehingga mampu membuat kemampuan siswa menjadi berkembang atau meningkat. Salah satu model yang dapat digunakan guru adalah model CLIS (Children Learning in Science). Memperhatikan suasana kelas juga penting agar tetap mendukung pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin. Untuk kelas yang didominasi dengan kelompok siswa yang asor maka pembelajaran dengan menggunakan konvensional dapat digunakan, namun dibutuhkan modifikasi dalam pembelajarannya. 2. Bagi Siswa

Setelah pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi perpindahan panas dapat meningkat, dan keterampilan proses sains siswa dapat meningkat. Selain itu, siswa juga diharapkan berani untuk mengungkapkan pendapat dan dapat menerapkan pengetahuan tentang energi panas di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya, ketika hendak menggunakan model CLIS (Children Learning in Science) sebaiknya persiapkan secara matang perlengkapan atau keperluan yang dibutuhkan. Periksa kembali hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran sebelum pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Penguasaan dalam tahap-tahap model CLIS (Children Learning in Science) juga harus diperhatikan.


(40)

90

DAFTAR PUSTAKA

Alifviani, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Tesis Universitas Negeri Semarang.[Online].Tersedia:http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:30319/

q/pengarang:%20Inayatul%20alifviani/offset/0/limit/12 [25 Maret 2013]

Ahmadi, A dan Supatmo, A. (2008). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas. Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi Jurusan PGSD UPI Sumedang: tidak diterbitkan.

Handayani, S. dkk. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) Tentang Konsep Hewan dan Benda untuk Mengingkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Kutoharjo I Kabupaten Rembang. Laporan Penelitian FKIP/UPBJJ-UT Semarang.

Handoko, T.B. (2013). Potret Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://20531634.siap.sekolah.com/2013/05/27/potret-pendidikan -indonesia/.

[28 Mei 2013]

Ismail, A. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) berbantuan Media untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Fluida. Tesis Jurusan Pendidikan IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Jayadinata, A.K. (2010). Penerapan Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dalam Djuanda, dkk. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(41)

91

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Liver2Learn.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prabowo, E. (2012). Populasi dan Sampel. [Online]. Tersedia:

http://samoke2012.files.wordfress.com/2012/10/populasi.pdf. [20 Mei 2013]

Ruseffendi, E. T. (1998). Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito.

Sadulloh, U, dkk. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Orientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slamet, R, dkk. eds. (2007). Ensiklopedia IPTEK Ensiklopedia Sains untuk Pelajar dan Umum. Jakarta: Lentera Abadi.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sutarno, N. (2009). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahyono, B dan Setyo, N. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyudin, et al. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Winataputra, U, S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


(42)

Yulianti. (2010). Penerapan Model POE (Predict-Observe-Explain) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Konsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan PGSD UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yuniar, Y. (2011). Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Clis (Children Learning In Science) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Skripsi Jurusan PGSD Fakultas FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen


(1)

87

siswa kelas IV secara signifikan pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional karena meskipun pembelajaran konvensional tetapi apabila dilaksanakan dengan optimal dan dimodifikasi dengan percobaan maka pembelajaran konvesional dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Berdasarkan perhitungan uji one way anova dari nilai Ngain kelompok eksperimen memperoleh nilai yang lebih besar dari

� yaitu 0,727, sehingga Ho diterima atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok tinggi, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Tidak adanya perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelompok unggul, sedang dan asor dikarenakan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, baik saat mengemukakan pendapat, berdiskusi, maupun saat melakukan percobaan. Mean untuk kelompok unggul adalah 0,6144, kelompok sedang adalah 0,5100 dan untuk kelompok asor adalah 0,5933, sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan model CLIS (Children Learning in Science) untuk kelompok unggul paling tinggi, dan model CLIS (Children Learning in Science) lebih cocok diterapkan pada siswa yang tergolong pada kelompok unggul.

4. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok unggul, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan uji one way anova dari nilai Ngain kelompok eksperimen memperoleh nilai yang lebih kecil dari � yaitu 0,023, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan


(2)

peningkatan yang signifikan antara keterampilan proses sains siswa kelas IV kelompok tinggi, sedang dan asor pada materi perpindahan panas dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science). Mean untuk kelompok unggul adalah 0,1289, kelompok sedang adalah 0,3786 dan untuk kelompok asor adalah 0,4667, sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional untuk kelompok asor paling tinggi, sehingga pembelajaran konvensional cocok diterapkan untuk siswa yang tergolong pada kelompok asor. Pembelajaran konvensional yang dimodifikasi dengan percobaan membuat siswa yang tergolong asor lebih tertarik untuk melakukan percobaan. Berbeda dengan siswa kelompok unggul yang lebih memilih untuk langsung mengerjakan LKS.

5. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan pada materi perpindahan panas antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 28,32, sedangkan untuk peningkatan keterampilan proses sains pada kelompok kontrol sebesar 15,55. Berdasarkan perhitunagn nilai uji t Ngain dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai lebih kecil dari nilai α yaitu 0,004 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi perpindahan panas yang menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) lebih baik secara signifikan daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Model CLIS (Children Learning in Science) baik begitu pun dengan pembelajaran konvensional, namun meskipun pembelajaran konvensional telah dimodifikasi dengan percobaan tetapi tetap lebih baik pembelajaran dengan model CLIS (Children Learning in Science) karena model CLIS (Children Learning in Science) terdapat komponen-komponen yang mendukung siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains yang tidak dimiliki oleh pembelajaran konvensional.


(3)

89

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Bagi Guru

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar terutama dalam pemilihan model pembelajaran sehingga mampu membuat kemampuan siswa menjadi berkembang atau meningkat. Salah satu model yang dapat digunakan guru adalah model CLIS (Children Learning in Science). Memperhatikan suasana kelas juga penting agar tetap mendukung pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin. Untuk kelas yang didominasi dengan kelompok siswa yang asor maka pembelajaran dengan menggunakan konvensional dapat digunakan, namun dibutuhkan modifikasi dalam pembelajarannya. 2. Bagi Siswa

Setelah pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi perpindahan panas dapat meningkat, dan keterampilan proses sains siswa dapat meningkat. Selain itu, siswa juga diharapkan berani untuk mengungkapkan pendapat dan dapat menerapkan pengetahuan tentang energi panas di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk peneliti selanjutnya, ketika hendak menggunakan model CLIS (Children Learning in Science) sebaiknya persiapkan secara matang perlengkapan atau keperluan yang dibutuhkan. Periksa kembali hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran sebelum pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Penguasaan dalam tahap-tahap model CLIS (Children Learning in Science) juga harus diperhatikan.


(4)

90

DAFTAR PUSTAKA

Alifviani, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Tesis Universitas Negeri Semarang.[Online].Tersedia:http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:30319/ q/pengarang:%20Inayatul%20alifviani/offset/0/limit/12 [25 Maret 2013] Ahmadi, A dan Supatmo, A. (2008). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Depdiknas. Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar Terhadap Materi Kesebangunan. Skripsi Jurusan PGSD UPI Sumedang: tidak diterbitkan.

Handayani, S. dkk. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) Tentang Konsep Hewan dan Benda untuk Mengingkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Kutoharjo I Kabupaten Rembang. Laporan Penelitian FKIP/UPBJJ-UT Semarang.

Handoko, T.B. (2013). Potret Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://20531634.siap.sekolah.com/2013/05/27/potret-pendidikan -indonesia/. [28 Mei 2013]

Ismail, A. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) berbantuan Media untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Fluida. Tesis Jurusan Pendidikan IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Jayadinata, A.K. (2010). Penerapan Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dalam Djuanda, dkk. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(5)

91

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Liver2Learn.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prabowo, E. (2012). Populasi dan Sampel. [Online]. Tersedia: http://samoke2012.files.wordfress.com/2012/10/populasi.pdf. [20 Mei 2013] Ruseffendi, E. T. (1998). Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:

Tarsito.

Sadulloh, U, dkk. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Orientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slamet, R, dkk. eds. (2007). Ensiklopedia IPTEK Ensiklopedia Sains untuk Pelajar dan Umum. Jakarta: Lentera Abadi.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sutarno, N. (2009). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahyono, B dan Setyo, N. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyudin, et al. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Winataputra, U, S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


(6)

Yulianti. (2010). Penerapan Model POE (Predict-Observe-Explain) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Konsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan PGSD UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yuniar, Y. (2011). Pembelajaran IPA Topik Pesawat Sederhana Melalui Model Clis (Children Learning In Science) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Skripsi Jurusan PGSD Fakultas FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning in Science) untuk Pemahaman Konsep Siswa SD.

2 5 30

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

2 7 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 1 32

PENGEMBANGAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA SUBTEMA PEMANFAATAN ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 4 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASARKELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 0 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM NEWTON SISWA.

1 3 65

(ABSTRAK) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ILMIAH SISWA KELAS IV SD NEGERI KEDUNGMUTIH I DEMAK.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ILMIAH SISWA KELAS IV SD NEGERI KEDUNGMUTIH I DEMAK.

0 0 135

Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk

1 3 4