Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Sekolah Menengah Pertama.

(1)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF

BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

Promovendus

Herniwati

NIM: 1103449

PROGRAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BANDUNG


(3)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)


(5)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Saya menyatakan disertasi dengan judul “Kurikulum Berbasis Kompetensi

Komunikatif Bahasa Jepang untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan, yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya sisap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 17 Februari 2015


(6)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur ke Khadirat Allah SWT yang telah memberikan rizki, berkah, rahmat dan inayah-Nya sehingga kami mampu dengan penuh kesabaran dan ketekunan untuk menyusun dan menyelesaikan disertasi ini dengan baik.

Disertasi yang berjudul “Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa

Jepang untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)” disusun dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar doktor ilmu pendidikan dalam bidang pengembangan kurikulum. Selain itu kami mengharapkan disertasi ini menjadi salah satu masukan solusi atas permasalahan pendidikan saat ini.

Disertasi ini akan lebih bermakna bagi masyarakt luas apabila diimplementasi dalam pembelajaran di lapangan, diberikan masukan yang bermutu, dan dikaji lebih lanjut dalam bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih kepada pihak tersebut.

Ucapkan terimakasih disampaikan juga kepada guru besar yang menjadi tim Pembimbing/Promotor dan Penguji, serta tim komisi pada Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak lupa ucapan terimakasih terhadp pihak lainnya sehingga disertasi dapat tersusun.

Bandung, 17 Februari 2015


(7)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Puji dan syukur ke hadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi sesuai dengan rencana. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian disertasi ini melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, perorangan maupun lembaga yang telah memberikan kontribusi baik secara materi, tenaga, pikiran, dan dukungan sehingga penyusunan disertasi ini dapat berjalan baik. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Rusman, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi program S3 di SPS UPI Bandung sehingga penulis mendapat bekal ilmu dan wawasan yang berharga dan bermanfaat.

2. Bapak Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd. selaku promotor yang telah meluangkan waktu dengan kesabaran, perhatian, dan keikhlasan serta memberikan dorongan, koreksi dan saran baik dari aspek metodologi penelitian maupun penyajian isi disertasi secara keseluruhan sehingga mendorong penulis mendapatkan keluasan wawasan dan gagasan baru khususnya dalam bidang kurikulum.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. selaku ko-promotor yang kearifan, ketelitian dan kesabaran beliau dan koreksi yang positif sangat membantu penulis sehingga memotivasi penulis dalam penyelesaian disertasi ini sangat besar.


(8)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bapak Dr. Wawan Dasasmita, M.Ed. selaku anggota yang telah memberikan masukan yang bermanfaat mengenai pembelajaran bahasa Jepang, beberapa pemikiran yang telah membantu pemahaman penulis dalam menakar keilmuan baik mengenai kurikulum dan pendidikan bahasa Jepang.

5. Bapak Dr. Dedi Sutedi, M.A. M.Ed. yang telah memberikan bimbingan dan masukan tentang pembelajaran bahasa Jepang baik di sekolah menengah maupun perguruan tinggi.

6. Bapak Ibu dosen di Program Studi Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan wawasan dan bimbingan selama belajar di kampus Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

7. Bapak Ibu dosen Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan semangat dan dukungan selama menjalankan studi.

8. Orang tua penulis, Bapak Drs. H. Mas Hidayat dan Ibu Hj. Nani Sumarni yang dengan do`a dan kesabaran telah mendidik anak-anaknya sampai dapat mandiri. 9. Suami tercinta Abdul Kadir, S.Pd dan anak-anakku tercinta, Nabila Siti

Mahdiyyah, Shakura Hanna Fazila dan Khalisa Lutfiya Aiko yang dengan sabar dan selalu memotivasi serta mendukung ibunya untuk menyelesaikan studi S3 ini.

10.Rekan-rekan Mahasiswa PK angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi, berbagi ilmu selama beberapa tahun menimba ilmu, sehingga penulis memiliki wawasan yang lebih berkembang, semoga kita selalu diberikan kesuksesan. 11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam halaman ucapan

terimakasih ini.

Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, semoga amal ibadah kita diterima disisi Allah SWT. Aamiin.

Bandung, 17 Februari2015 Herniwati


(9)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Herniwati. (2015). 1103449. Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Sekolah Menengah Pertama. Disertasi, Program Studi Pengembangan Kurikulum. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Promotor : Prof. Dr. H. As`ari Djohar, M.Pd., Ko Promotor : Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc., Anggota : Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini dilatarbelakangi perkembangan pendidikan bahasa Jepang pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia. Namun, dalam kegiatan belajar dan mengajar guru belum memiliki perangkat pembelajaran baik, kurikulum, materi ajar yang sesuai untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), tidak sesuainya materi ajar yang digunakan sehingga kurangnya kemampuan berbicara bahasa Jepang. Rumus masalah penelitian ini adalah kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang yang bagaimana yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menemukan desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara. 2) Menemukan organisasi materi ajar yang sesuai. 3) Mendapatkan gambaran implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa SMP. 4) Mengetahui efektifitas kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa SMP. 5) Mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dari kurikulum berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk SMP yang dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development). Uji terbatas dilaksanakan di SMP dengan kategori baik yang berada di kota, uji coba luas dilaksanakan di tiga SMP yang berada di kota, kabupaten, dan daerah dengan kategori baik, sedang dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum berbasis kompetensi (KBKK) bahasa Jepang mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa-siswa SMP, ini dibuktikan dengan adanya kenaikan dari hasil pre-test dan post test, serta dari uji normalitas yang menunjukkan hasil yang signifikan. Desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah model konsep kurikulum teknologis, dengan


(10)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggabungkan desain kurikulum dan organisasi kurikulum subject center design dengan integrated curriculum yang berisikan pengetahuan keterampilan dan sikap. Kompetensi komunikatif yang terdiri dari kompetensi kebahasaan (linguistic competence/bunpo noryouku), kompetensi tindak tutur (actional competence/danwa noryouku), kompetensi sosial budaya (socio-cultural/shakai gengo noryoku), yang dalam penggunaannya perlu didasari subkompetensi strategis (strategic competence/sutorateji noryouku) terbukti kemampuan berbicara siswa berkembang. Pendekatan kompetensi komunikatif merupakan bagian yang penting dan efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang tingkat dasar yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang.

ABSTRACT

Herniwati. (2015). 1103449. : Communicative Competence Based Curriculum in Japanese to Improve Speaking Skills at Junior High School Level. Dissertation, Study Program of Curriculum Development. Indonesia University of Education. Bandung . Promoter : Prof. Dr. H. As`ari Djohar, M.Pd., Co -Promoter : Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc., Associate : Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed.

The intention of this research is to develop the communicative competence based curriculum (CCBC) that is considered to be able to facilitate Japanese speaking skill at Junior High School level. The background of this research is related to the development of Japanese education at Junior High School in Indonesia. Unfortunately, in doing learning activities, teachers still haven’t been completed with good teaching tools and a curriculum that supports teachers to develop speaking materials in Japanese. The research problem formula of this research is to probe which communicative curriculum that can be applied in order to develop Japanese speaking skill at Junior High School level. The aims of this research are 1) to find out which communicative competence based curriculum that is best to help students to develop their Japanese speaking skill. 2) To find out the suitable teaching materials. 3) To get the description of Japanese communicative competence based curriculum implementation which is relevant for Junior High School students developing their Japanese speaking skill. 4) To know the affectivity of the applied communicative competence based curriculum in developing Japanese speaking skill for Junior High School students. 5) To recognize the supporting and inhibiting factors which come as results from the applied communicative competence based curriculum in developing Japanese speaking skill for Junior High School students.This research conducted by applying research and development methodology The effectiveness research was conducted in three Junior High Schools located in the city which were categorized to have good accreditation, while the scale-up research was conducted in some Junior High Schools in the the city, regencies and districts which were categorized to have good, average and low accreditations. The results of the research shows that competence based curriculum for Japanese lesson is able


(11)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

to develop students Japanese speaking skill for Junior High School students. It is proven by the score that the students acquired in their pre-test and post-test. Besides that, the normality test shows that the test actually fulfilled it’s standard significantly. The Design of communicative competency-based curriculum (CCBC) to improve speaking skills is a concept model of technological curriculum, by combining between the curriculum design with the “subject center design” of curriculum organization and integrated curriculum that contains the knowledge of skills and attitudes. Communicative competence consists of linguistic competence (bunpō noryōku), the actional competence (danwa noryōku), and socio-cultural competence (shakai gengo noryōku), which in its use should be based on sub-strategic competence (sutorateji noryōku) which proves the ability of speaking of students can thrive. Communicative competence approach is an important and effective part in improving the ability to speak Japanese in elementary level is the main goal in learning foreign languages, especially in Japanese.

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Disertasi.………..…….……….……i

Lembar Persetujuan Ujian Tahap II………..………..ii

Lembar Pernyataan ……….………..………iii

Kata Pengantar……….………..………iv

Ucapan Terimakasih……….………..………v

Abstrak………..………vii

Abstract………..………..viii

Daftar Isi………..………..ix

Daftar Tabel………..….………… .…….xii Daftar Bagan……….…..……….xiii Daftar Gambar……….….…..…………..xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………..……….………1


(12)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….11

C. Tujuan Penelitian……….………....12

D. Manfaat Penelitian……….…….……….13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum ……….…..….15

1. Definisi Kurikulum………...……15

2. Model Konsep Kurikulum………...…….23

3. Model Desain Kurikulum ………...………30

4. Organisasi Kurikulum………..….…….….…..32 5. Kurikulum Berbasis Kompetensi……….……….………...….34

B. Kompetensi Komunikatif………..…...…..40

1. Definisi Kompetensi Komunikatif………..…….…….40

2. Pendekatan Komunikatif………..………....……46

3. Prinsip Pembelajaran Kompetensi Komunikatif ……….…..…..48

C. Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK)…………51

D. Keterampilan Berbicara……….………...62

E. Pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP)….…...72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….……..74

B. Populasi dan Sampel Penelitian……….…….79

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……….…...80

D. Teknik dan Instrumen Penelitian…..……….……81

E. Teknik Analisis Data ………..………82

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan Hasil Penelitian……….………84 1. Deskripsi Studi Pendahuluan…….………...84


(13)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK)

Bahasa Jepang yang dikembangkan ..……….96

a. Analisis Kebutuhan ……….……….97

b. Landasan Filosofis ………..………..98

c. Tujuan Pembelajaran ………..…..99

d. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Jepang Kelas VII………..………..………..99

e. Pendekatan Pembelajaran ……….………..102

f. Struktur Kurikulum………..………....109

g. Organisasi Silabus……….………..….113 h. Organisasi Materi Ajar……….………..…..124 3. Hasil Uji Validasi…….……….….…..139

4. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang…….………..…157 5. Hasil Uji Coba………..………….…….………..162

5.1Uji Coba Terbatas………….……..………..…..162 5.2Uji Coba Luas….………..………..…....165 B.Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan………..…176 1. Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang……….………..………...176

2. Organisasi Materi Ajar Bahasa Jepang Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK)……..………...182

3. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang……….……….…….184

4. Efektifitas Kurikulum Kompetensi Berbasis Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang ……….…..………..187

5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang…….……..…….188 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI


(14)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kesimpulan………..……….…….192

B. Implikasi ………197

C. Rekomendasi……….…199

Daftar Pustaka…….……….…..…..202

Riwayat Hidup……….…..…..207

Lampiran-Lampiran……….…..…..209

Daftar Tabel Tabel 1.1 Tujuan Belajar Bahasa Jepang…….….……….……….2

Tabel 1.2 Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang di Dunia…..……….………....3

Tabel 2.1 Contoh Kurikulum Sederhana………..………..………...61

Tabel 2.2 Lembar Penilaian Berbicara………..………….…….……….69

Tabel 3.2 Data Subjek Penelitian Uji Terbatas, Uji Luas ………80

Tabel 4.1 Guru bahasa Jepang SMP………..………85

Tabel 4.2 Guru bahasa Jepang SMA/MA/SMK……….…………85


(15)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.4 Organisasi Silabus ………..110

Tabel 4.5 Struktur Silabus………115

Tabel 4.6 Organisasi Materi Ajar Bahasa Jepang Level Tingkat Dasar………...125

Tabel 4.7 Uji Validasi Guru Bahasa Jepang SMP………...148

Tabel 4.8 Nama Guru SMP……….………….150

Tabel 4.9 Hasil Uji Validasi……….…………151

Tabel 4.10 Hasil Tes Uji Coba Terbatas SMP Labschool UPI Kampus UPI.…..162

Tabel 4.11 Statistik Uji Coba Terbatas………164

Tabel 4.12 SMP Labschool UPI kampus UPI Kota Bandung………..165

Tabel 4. 13 SMP Labschool UPI kampus daerah Cibiru Kabupaten Bandung…....165

Tabel 4. 14 SMP Negeri 4 Kalijati Subang ……….….166

Tabel 4.15 Hasil Normalitas SMP Labschool UPI Kampus UPI……….…167

Tabel 4.16 Tests of Normality………...168

Tabel 4.17 Hasil Normalitas SMP Labschool Kampus Cibiru………170

Tabel 4.18 Tests of Normality………...172

Tabel 4.19 Hasil Normalitas SMP Negeri 4 Kalijati Subang………173

Tabel 4.20 Tests of Normality………....174

Daftar Gambar Gambar 2.1 Model Konsep Kurikulum Subjek Akademik ...25

Gambar 2.2 Model Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial………..27

Gambar 2.3 Model Konsep Kurikulum Humanistik ………..…………28

Gambar 2.4 Model Konsep Kurikulum Teknologis ………..…….29

Gambar 2.5 Model Desain Kurikulum ……….……….…………32


(16)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.7 Model Kompetensi Komunikatif ………….………..……...44

Gambar 2.8 Proses Berbicara Kawaguchi dan Yokomizo ..……..………...68

Gambar3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan KBKK…..……….…………76

Gambar 4.1 Angket guru tentang kurikulum yang diharapkan……….……90

Gambar 4.2 Angket guru tentang keterampilan bahasa yang diharapkan .………….91

Gambar 4.3 Angket siswa tentang harapan dari pembelajaran bahasa Jepang….……91

Gambar 4.4 Angket siswa tentang materi yang disukai……….……92

Gambar 4.5Angket guru materi bahasa Jepang yang sesuai……….…….92

Gambar 4.6Angket guru materi ajar yang sesuai……….…….93

Gambar 4.7 Angket guru kompetensi penting pembelajaran bahasa Jepang…….…...94

Gambar 4.8 Desain Kurikulum KBKK Bahasa Jepang………...101

Gambar 4.9 Desain Silabus Gabungan……….…112

Gambar 4.10 Organisasi Materi Ajar………...124

Gambar 4.11 Rata-rata uji coba terbatas………...164

Gambar 4.12 Nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes kompetensi berbicara bahasa Jepang………...………166

Gambar 4.13 Normal Q-Q plot of pretest SMP Labs UPI………...168

Gambar 4.14 Normal Q-Q plot of post-test SMP Labs UPI……..………...169

Gambar 4.15 Normal Q-Q plot of pretest SMP Labs UPI Cibiru………...172

Gambar 4.16 Normal Q-Q plot of post-test SMP Labs UPI Cibiru………...172

Gambar 4.17 Normal Q-Q plot of pretest SMP Negeri 4 Kalijati Subang………...175

Gambar 4.18 Normal Q-Q plot of post-test SMP Negeri 4 Kalijati Subang……….. 175

Gambar 4.19 Desain KBKK Bahasa Jepang……….……...180


(17)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan menguraikan mengenai a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, c) tujuan penelitian, d) manfaat penelitian .

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Jepang sebagai bahasa asing sudah dikenal lama dan sudah diajarkan ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1940-an. Pelajaran bahasa Jepang diberikan sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan pada saat itu, selain itu juga diberikan kursus-kursus bahasa Jepang agar bisa lebih cepat mampu berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Pengajaran bahasa Jepang mengalami kemajuan yang cukup pesat setelah selesainya Perang Dunia Kedua dan berkembang pada era tahun 1960-an, hingga saat ini bahasa Jepang diselenggarakan pada lembaga tinggi, tempat kursus dan menjadi mata pelajaran bahasa asing pilihan di SMA/SMK/MA di seluruh Indonesia. Pembelajar bahasa Jepang dari tahun ke tahun terus meningkat tidak hanya pada jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA), namun pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) pun mulai bermunculan. Tidak hanya di negara Indonesia, di negara-negara lain menurut data dari The Japan Foundation Jepang tahun 2012 di negara-negara lain seperti: Malaysia, Korea, China, India, dan Thailand, bahasa Jepang sudah dipelajari di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini disebabkan minat pembelajar terhadap negara Jepang yang cukup tinggi, baik ketertarikan untuk dapat berkomunikasi bahasa Jepang, tertarik terhadap produk yang berbau kejepangan maupun perkembangan teknologi modern Jepang saat ini, sebagai contoh: animasi, komik, film, musik, makanan, fashion, adat, budaya, seni dan teknologi yang sudah sangat familiar. Hal ini dapat dilihat dari hasil data The Japan Foundation tahun 2012.


(18)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1

Tujuan Belajar Bahasa Jepang Pengetahuan

berdasarkan minat

1. Tertarik terhadap bahasa Jepang 2. Menyukai manga, anime, dll. 3. Belajar mengenai sejarah, sastra dll.

4. Belajar mengenai politik, ekonomi dan sosial 5. Ingin mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi Jepang 62.2 % 54 % 49.7 % 25.6% 21.%

Prospek dan kegunaan belajar bahasa Jepang

1. Pekerjaan di masa depan 2. Studi di Jepang

3. Ujian (universitas dll) 4. Trend bekerja saat ini

42.6% 35% 25.7% 17.9% Manfaat lainnya 1. Komunikasi bahasa Jepang

2. Memahami kebudayaan Jepang 3. Berkunjung ke Jepang

4. Pertukaran pelajar

55.1 % 32.9% 28.6 % 21% Lainnya 1. Kebijakan institusi

2. Keinginan orang tua 3. Bahasa yang diwariskan 4. lain-lain

35.3 % 18.7% 11.6% 9.6 %

(The Japan Foudation: 2012, hlm. 4) Selanjutnya The Japan Foundation melaksanakan kegiatan “Survei Pendidikan Bahasa Jepang di Luar Negeri” setiap tiga tahun untuk memahami status terbaru dari pendidikan bahasa Jepang di seluruh dunia. Hasil yang diperoleh dari “Survei Pendidikan Jepang 2012 di Luar Negeri”, menunjukkan bahwa jumlah pelajar bahasa Jepang di luar negeri meningkat sebesar 9,1%, mencapai total 3,98 juta. Jumlah peserta didik 3.984.538 naik 9,1% karena total 2009 3.651.232. Jumlah lembaga 16.045 naik 7,5% karena total 2009 14.925. Jumlah guru 63.771 sampai 28,0% karena total 2009 dari 49.803. Berikut ini


(19)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jumlah pembelajar bahasa Jepang (top 10 negara / wilayah) Peringkat Negara/Daerah Jumlah Peserta didik (2009), Jumlah Peserta didik (2012).

Tabel 1.2

Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang di Dunia

No

Peringkat Nama Negara

Jumlah Pembelajar 2009

Jumlah

Pembelajar 2012 Presentase

1 Cina 827.171 1.046.490 26,5%

2 Indonesia 716.353 872.411 21,8%

3 Korea 964.014 840.187 -12,8%

4 Australia 275.710 296.672 7.6%

5 Taiwan 247.641 232.967 -5.9%

6 USA 141.244 155.939 10.4%

7 Thailand 78.802 129.616 64,5%

8 Vietnam 44.272 46.762 5.6%

9 Malaysia 22.856 33.077 44,7%

10 Filipina 22.362 32.418 45,0%

(The Japan Foundation: 2012, hlm. 7) Dari data yang diperoleh tersebut di atas menyatakan bahwa jumlah pembelajar bahasa di Indonesia menunjukkan kenaikan yang menonjol, terutama dalam jumlah siswa di SMA/SMK. Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia telah menentukan bahasa Jepang sebagai bahasa asing pilihan di pendidikan menengah. Di negara Korea, perubahan dalam sistem pendidikan di tingkat sekolah tinggi menyebabkan penurunan. Perubahan ini mempengaruhi pilihan bahasa asing lainnya. Tren global menunjukkan bahwa siswa pada tingkat menengah terus mengalami peningkatan. Hasil penelitian The Japan Foundation (2012) menunjukkan kebutuhan untuk kepentingan dan harapan dari guru dan siswa dalam mengembangkan dan menyediakan bahan-bahan pengajaran pada jenjang sekolah menengah belum memadai.


(20)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mempertahankan dan meningkatkan kemampuan guru bahasa Jepang dalam memenuhi kebutuhan siswa dalam pengajaran bahasa Jepang juga merupakan masalah yang harus dipertimbangkan. Pembelajaran bahasa asing sejak dini khususnya bahasa Jepang pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah berkembang di negara Asia, termasuk negara Indonesia. Terampilnya seseorang dalam berbahasa Jepang memberikan dampak positif bagi dunia kerja. Tidak dipungkiri hingga saat ini telah banyak kebutuhan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di negara Jepang. Selain itu rasa ingin tahu yang tinggi pada usia beranjak remaja bahasa Jepang semakin diminati karena unsur-unsur kejepangan yang ada di Indonesia sejak lama.

Mempelajari bahasa asing merupakan hal yang penting bagi perkembangan sosial dan kepribadian seorang individu. Bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang banyak digunakan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, berperan sebagai salah satu bahasa internasional. Di samping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahasa ini dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antarbangsa, tujuan sosial-budaya dan pendidikan serta tujuan pengembangan karir.

Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global saat ini. Penguasaan bahasa Jepang dapat diperoleh melalui berbagai program, salah satu program yang diperoleh adalah program pengajaran di sekolah secara formal yang merupakan sarana utama bagi sebagian anak Indonesia. Pengalaman menunjukkan bahwa hasil pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia masih jauh dari tujuan yang diinginkan. Lulusan SMA belum mampu menggunakan bahasa Jepang untuk berkomunikasi lisan. Ketidakberhasilan ini ditentukan oleh banyak faktor. Seperti kurangnya durasi belajar bahasa Jepang, bahan ajar yang tidak menarik atau terlalu sulit, kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di kelas, kurang metode dan strategi pembelajaran yang diberikan guru, sehingga siswa tidak dapat aktif dan kreatif karena kegiatan pembelajaran yang kurang menyenangkan dan monoton.


(21)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa Asing di Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki dampak positif terhadap pembelajaran bahasa asing di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahun 2002 beberapa sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia telah memasukkan bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang dipelajari selain bahasa Inggris. Pihak sekolah bahkan menjadikan bahasa Jepang sebagai mata pelajaran unggulan tambahan bagi sekolahnya. Pada tahun 2009 di Jawa Barat telah ada 18 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menyelenggarakan mata pelajaran bahasa Jepang, namun sampai saat ini belum tersedianya kurikulum bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga guru-guru bahasa Jepang menggunakan pedoman kurikulum dan bahan ajar bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas.

Tujuan pembelajar bahasa Jepang pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kurikulum bahasa Jepang diharapkan agar siswa dapat memiliki kemampuan berkomunikasi bahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis bahasa Jepang. Guru-guru bahasa Jepang pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) pun mendeskripsikan dan menerapkan tujuan pembelajaran bahasa Jepang yang sama dengan mengacu pada kurikulum bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas, karena dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang diharapkan siswa mampu berkomunikasi. Seperti yang dijelaskan oleh Rubin dan Thompson, (1994 hlm.30) :

For most people, the main goal of learning a foreign language is to be able to communicate. It is through communication that people send and receive messages effectively and negotiate meaning. Nowadays, how to communicate effectively in Foreign Language Learning becomes much more important than reading and writing. As a result, communication strategies have turned into a crucial topic for all foreign language learners and teachers.


(22)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran bahasa asing merupakan tujuan utama, selain kemampuan membaca dan menulis, karena dengan berkomunikasi tujuan dan efektifitas dari kegiatan pembelajaran bahasa asing bisa dicapai. Kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Jepang merupakan salah satu kompetensi atau keterampilan hidup (life skill) yang harus dikuasai dalam menghadapi era globalisasi ini. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa program pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan status kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu indikator kualitasnya adalah kemampuan bangsa dalam berinteraksi dengan bangsa lain. Tentu saja hal ini menuntut kemahiran berbahasa yaitu kompetensi berkomunikasi bahasa Jepang. Dalam era globalisasi ini ditandai dengan kemajuan pesat bidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga penguasaan bahasa Jepang merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan diri agar mampu bersaing di tengah komunitas global.

Bahasa adalah alat komunikasi penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan alat untuk menyampaikan pikiran, dan perasaan baik secara lisan atau secara tulis. Dalam interaksi lokal maupun global bahasa memegang peran yang sangat penting bahkan boleh dikatakan merupakan kunci utama karena bahasa diperlukan dalam berbagai percaturan dunia seperti dalam percaturan politik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan negara (Lengkanawati, 2007 hlm. 659). Mengingat pentingnya bahasa Jepang dan peranannya yang cukup besar dalam berbagai aspek maka pembelajaran bahasa Jepang sejak dini yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi dasar untuk bekal ke jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan demikian pembelajaran bahasa Jepang dan kebutuhan kurikulum untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia memiliki peranan yang penting.

Namun, dalam implementasinya kurikulum bahasa Jepang ini tidak hanya digunakan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) saja, melainkan guru-guru bahasa Jepang sekolah menengah pertama (SMP) pun menggunakannya sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Padahal karakteristik siswa


(23)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMP sangat berbeda dengan siswa SMA, sehingga muatan isi dari kurikulum bahasa Jepang SMA tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan siswa SMP merasakan kesulitan dan memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi. Padahal pada perkembangan anak-anak SMP keingintahuan dan kebisaan mereka terhadap sesuatu yang baru sangat tinggi. Karena pembelajaran bahasa Jepang merupakan hal baru bagi mereka maka kemampuan berkomunikasi secara sederhana menjadi tujuan pembelajaran bahasa Jepang di sekolah menengah pertama (SMP).

Pendidikan bahasa Jepang sejak dini dapat terealisasi apabila kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran disusun dengan baik. Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Kurikulum dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan yang menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan termasuk juga merupakan syarat pendidikan di sekolah. Penyusunan kurikulum tentu saja membutuhkan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum sebagai rencana merupakan dimensi kurikulum yang akan mengakomodasi keterlaksanaan sebuah rencana pendidikan yang akan mampu membuat arah pendidikan menjadi lebih terarah untuk mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan kurikulum yang terencana maka peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan pembelajaran sehingga perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 2001 hlm. 7).

Kemendikbud telah mengeluarkan kurikulum standar kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum bahasa Jepang diberikan kepada SMA/SMK/MA dijelaskan bahwa penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu masyarakat dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Tuntutan dunia global yang terus menerus berubah merupakan salah satu dorongan untuk mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum ini menyediakan


(24)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

butir-butir kompetensi dasar berbahasa dan indikator pencapaian yang membantu guru dalam mengembangkan strategi dan teknik pengajaran serta penilaiannya.

Kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada Undang-Undang No.20 tahun 2003 mengamanatkan untuk dapat meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan secara menyeluruh mencakup aspek moral, akhlak, budi perkerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya, sehingga kurikulum berbasis kompetensi menjamin adanya keluwesan dalam mencapai penguasaan kompetensi. Penguasaan kompetensi berkaitan dengan kurikulum, yang dipandang dapat mampu membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan reformasi melalui perencaanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna. Artinya, guru berhak untuk kreatif dalam mengembangkan komponen kompetensi yang relevan, salah satunya adalah kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif merupakan kemampuan yang diharapkan oleh pembelajar untuk menyampaikan dan menafsirkan serta mengartikan makna dalam interaksi berbahasa sesuai dengan konteksnya. Kompetensi ini akan tampak dalam perilaku berbahasa baik lisan maupun tulisan dalam proses komunikasi. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan pembelajaran berbahasa dengan pendekatan komunikatif. Pada tataran keilmuan, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa didasarkan pada pandangan bahwa (1) bahasa harus dipelajari dalam situasi yang memberikan makna kepada satuan satuan bahasa yang dipelajari, dan (2) materi pembelajaran bahasa itu harus disajikan sesuai dengan situasi dan konteks berbahasa. Pendekatan komunikatif ini sangat ditekankan dalam kurikulum yang saat ini berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan kurikulum tersebut didasarkan pada kompetensi komunikatif yang dimiliki siswa (Nababan, 1993 hlm. 80). Terdapat tiga aspek perilaku berbahasa yang memadai kompetensi komunikatif, yaitu (1) kecermatan berbahasa, (2) ketepatan berbahasa, dan (3) kemahiran berbahasa.

Tujuan pendidikan berbahasa di sekolah menengah menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa pendidikan bahasa harus


(25)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu mengembangkan kompetensi bahasa dengan penekanan terhadap kemampuan membaca, dan menulis berdasarkan tingkat literasi yang disusun berdasarkan jenjang pendidikan. Sementara tujuan pengajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah mengembangkan pengetahuan ragam bahasa Jepang yang sederhana, agar siswa memiliki kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis bahasa Jepang sederhana. Di lapangan bagi guru-guru bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya di Labschool UPI dan umumnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) lainnya merasakan kesenjangangan ini menjadi polemik yang belum bisa terselesaikan hingga kini, sehingga kebutuhan kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara sangat diperlukan. Dari penelitian terdahulu diperoleh hasil data yang menunjukkan keterampilan berbicara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih rendah. Hasil penelitian terdalulu dari 374 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Labschool UPI, SMP Labschool UPI Kampus Cibiru, SMP Taruna Bakti, SMP Negeri 4 kalijati Subang diperoleh 331 siswa (88.75%) yang menjawab keterampilan berbicara merupakan target dari pembelajaran bahasa Jepang. Siswa merasa kesulitan dalam berbicara bahasa Jepang sebanyak 321 siswa (85.63%). Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam keterampilan berbicara adalah a) penguasaan kosa kata yang kurang, b) pola kalimat, c) menghafal, d) pengucapan aksen, e) membaca. Dengan melihat hasil data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan siswa dalam mempelajari bahasa Jepang adalah memiliki kompetensi komunikatif yakni keterampilan berbicara yang dapat dikuasai. Banyak faktor yang menjadi kesulitan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dipengaruhi oleh aspek-aspek keterampilan berbahasa. Tercapainya kompetensi komunikatif keterampilan berbicara diatas diperlukan rancangan kurikulum berbasis kompetensi komunikatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) .

Kurikulum berbasis kompetensi dalam pengajaran bahasa asing telah diterapkan sejak tahun 2004 yang merumuskan bahwa kurikulum berbasis


(26)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian dan kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi yang dikemukan oleh Taba (1962, hlm.11) yaitu bahwa kurikulum sebagai suatu rencana. “ A curriculum is a plan

for learning: therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”. Pada hakikatnya, pengembangan kurikulum mencakup prinsip dan prosedur yang berkenaan dengan perencanaan, penyajian (delivery), manajemen, dan evaluasi dari segenap proses belajar-mengajar (Richards, 2001). Sementara itu, secara umum kurikulum merujuk kepada program pendidikan yang mencakup (a) tujuan suatu program pendidikan, (b) isi program, (c) prosedur peserta didikan dan pengalaman belajar yang diperlukan guna mencapai tujuan tersebut, dan (d) sarana atau alat untuk menilai apakah tujuan yang dicanangkan tersebut tercapai.

Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran bukan hanya berisi program kegiatan melainkan juga berisi tujuan yang harus ditempuh, beserta isi, bahan ajar, alat atau media dan evaluasi yang diharapkan dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan. Ini memiliki makna bahwa kompetensi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah melakukan proses pembelajaran tertentu. Ashan (1998, hlm. 45) mengemukakan bahwa kompetensi adalah suatu pengetahuan keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. “...a knowledge, skill, and abilities or capabilities that a person achieves, which became part of his or being to the exent he or she can satisfatorily perform particular cognitive, afective, and psychomotor behaviors”.

Dari definisi di atas kompetensi tidak hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambar dalam pola perilaku. Kompetensi pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Berkaitan dengan


(27)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi komunikatif dalam berbahasa Grognet dan Crandall (dalam Auerbach, 1986, hlm. 413) mengemukakan bahwa sebuah kurikulum berbasis kompetensi

adalah “ a performance-based out line of language tasks that lead to a demonstrated mastery of the language associated with specific skills that are necessary for individuals to function proficiently in the society in which they live.”

Ini memiliki arti bahwa kompetensi bahasa bukan pada apa itu bahasa, tapi bagaimana siswa dapat melakukan sesuatu dengan bahasa itu. Dalam pembelajaran bahasa asing mengembangkan bagaimana caranya agar siswa dapat berkomunikasi baik lisan dan tulisan, selanjutnya bagaimana agar siswa turut berpatisipasi aktif berbicara dengan bahasa asing khususnya bahasa Jepang yang dipelajarinya.

Kompetensi komunikatif dalam kemampuan berbicara bahasa Jepang dapat terealisasi dengan baik apabila faktor-faktor pendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa, antara lain tersedianya kurikulum, silabus, bahan ajar, metode, media dan evaluasi. Adanya ketidaksesuaian dari komponen-komponen diatas mengindikasikan tujuan yang diharapkan tidak akan tercapai, sehingga kualitas pembelajaran menjadi rendah. Kemampuan berbicara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat tercapai apabila semua komponen yang berhubungan dengan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar dapat diimplementasikan dengan baik.

Dengan permasalahan tersebut peneliti ingin mencoba untuk menjadikan sebagai judul dalam penelitian ini yaitu “Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bebicara

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) ”.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah penelitian ini adalah kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang yang bagaimana yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) ? Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan, maka peneliti menyusun beberapa


(28)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan sebagai kerangka atau landasan berpijak dalam melaksanakan penelitian. Adapun rincian pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?

2. Organisasi materi ajar yang bagaimanakah yang sesuai untuk kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ? 3. Bagaimanakah implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif

bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?

4. Bagaimanakah efektifitas kurikulum kompetensi berbasis komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)?

5. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dari kurikulum berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikembangkan? C. Tujuan Penelitian

Beranjak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan formulasi model kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara bagi siswa SMP.

Tujuan ini dapat dirinci menjadi tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Menemukan desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Menemukan organisasi materi ajar yang bagaimanakah yang sesuai untuk kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk


(29)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

3. Mendapatkan gambaran implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) .

4. Mengetahui efektifitas kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

5. Mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dari kurikulum berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. Manfaat teoritis lebih ditujukan bagi pengembangan keilmuan, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat langsung yang dapat diperoleh oleh praktisi yang berkeinginan menerapkan hasil penelitian ini.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan dalil dalam pengembangan model kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang yang mampu meningkatkan kompetensi berbicara siswa, khususnya dalam kemampuan berbicara bahasa Jepang yang sederhana untuk siswa SMP. Selain itu dapat dijadikan pedoman yang dapat digunakan oleh guru-guru bahasa Jepang dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP).


(30)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi kalangan terkait, diantaranya:

a. Bagi ahli kurikulum

Bagi ahli kurikulum penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengembangkan penelitian kurikulum dengan menghasilkan kurikulum sebagai dokumen dan implementasi kurikulum di lapangan. Kurikulum ini dapat dijadikan rujukan bagi pengembang kurikulum bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung dan di Indonesia .

b. Bagi guru bahasa Jepang

Bagi guru bahasa Jepang, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sekaligus paduan untuk mengembangkan mata pelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan memfokuskan pada kompetensi komunikatif yang menekankan pada keterampilan berbicara bahasa Jepang sebagai dasar kebutuhan siswa, baik dalam displin ilmu juga dasar sebagai bekal untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya.

c. Bagi pembuat kebijakan

Kurikulum bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan memiliki hasil yang baik apabila pemegang kebijakan dapat mengetahui kebutuhan yang diharapkan baik bagi siswa atau masyarakat. Pembuat kebijakan dapat terlibat secara langsung ikut serta dalam penyusunan draff kurikulum. Selanjutnya dapat dijadikan masukan bagi The Japan Foundation untuk dapat mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan pembelajaran bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia.


(31)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan a) metode penelitian, b) populasi dan teknik pengambilan sampel, c) tempat penelitian dan waktu penelitian, d) pengembangan instrumen, dan teknik analisis data.

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Kurikulum ini memadukan kompetensi komunikatif yang dipandang sesuai untuk diimplementasikan pada siswa SMP dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Metode yang dipandang tepat untuk melaksanakan penelitian ini adalah model research and development (R&D) (Penelitian Pengembangan). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (1979, hlm. 624) yang menyatakan “a process used to develop

and validate educational products”. Selain itu menurut Gay (1990) bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan produk yang efektif berupa material pembelajaran, media strategi pembelajaran untuk digunakan di sekolah, bukan untuk menguji teori.

Ada dua metode yang digunakan dalam pelaksanaan research and

development (R&D) ini adalah metode deskriptif dan metode evaluatif. Metode

deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif dibagi menjadi dua metode yakni, metode Delphi dan metode eksperimen. Metode delphi digunakan untuk menguji produk kurikulum dan metode eksperimen digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba baik pada ujicoba terbatas, ujicoba luas dan validasi kurikulum bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk penyempurnaan.

Langkah-langkah dalam proses research and development (R&D) ini memiliki beberapa siklus dan melalui siklus ini temuan-temuan penelitian akan


(32)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi dasar bagi pengembangan produk. Siklus-siklus penelitian dalam model tersebut disimpulkan Borg dan Gall (1979, hlm. 626) yang mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1. Research and informating collecting (penelitian dan pengumpulan informasi),

mencakup didalamnya tahapan dan proses analisis kebutuhan, kajian literatur, penelitian pendahuluan , observasi kelas, dan persiapan pelaporan.

2. Planning (perencanaan), mencakup didalamnya penyusunan analisis

kebutuhan siswa, tujuan kompetensi komunikatif, pembuatan kompetensi inti dan kompetensi dasar.

3. Developing preliminary form of product (mengembangkan produk awal),

mencakup penyusunan model kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang, dokumen perencanaan, materi ajar yang tepat, media dan evaluasi. 4. Preliminary field testing (uji coba pendahuluan), melakukan observasi,

wawancara, pengumpulan dan analisis data angket.

5. Main product revision (revisi terhadap produk utama), melakukan revisi atau

perbaikan dari hasil ujicoba terbatas di lapangan.

6. Main field testing (ujicoba utama), melakukan analisis dari data yang

diperoleh baik data kuantitatif dan data kualitatif yang terkait dengan implementasi kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang terhadap keterampilan berbicara siswa-siswa SMP.

7. Operational product revision (revisi untuk menghasilkan produk utama),

dilaksanakan atas hasil yang diperoleh dari hasil pengujian yang lebih luas. 8. Operational field testing (uji coba operasional), melakukan pengujian secara

luas di beberapa sekolah dengan menggunakan data angket, wawancara, untuk dapat dianalisis lebih lanjut.

9. Final product revision (revisi produk akhir), didasarkan pada hasil coba

operasional.

10.Dissemination and implementation (desiminasi dan penerapan), diarahkan

untuk melaporkan hasil penelitian melalui pertemuan atau jurnal pendidikan serta memantau dalam menjaga kualitas produk yang telah dihasilkan.


(33)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, Sukmadinata menyederhanakan kesepuluh langkah tersebut menjadi tiga tahapan dasar yakni: 1) tahap studi pendahuluan, 2) tahap pengembangan model dan 3) tahap validasi program (Sukmadinata, 2008, hlm. 184). Tiga langkah ini memiliki langkah yang sederhana, tetapi subtansinya sama dengan yang dilakukan oleh Borg dan Gall, sehingga penyederhanaan tidak berarti menghilangkan sepuluh aspek yang terdapat dalam penelitian research and

development (R&D) . Dibawah ini tahapan penelitian yang dilaksanakan.

Gambar 3.1

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (Sukmadinata, 2008, hlm.189)

Adapun penjelasan langkah-langkah penelitian dan pengembangan di atas adalah sebagai berikut:


(34)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi pembuatan kurikulum bahasa Jepang berbasis kompetensi komunikatif yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai bahan pertimbangan untuk dapat digunakan sebagai pedoman mengajar bagi guru-guru bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Langkah ini merupakan bagian yang penting dalam penelitian dan pengembangan (R&D), karena pada langkah ini akan dilaksanakan studi lapangan, observasi, kajian teori dan dokumen. Studi lapangan yang terdiri dari observasi dan survey bertujuan untuk mengetahui data empiris di lapangan tentang bagaimana keterlaksanaan kurikulum bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Kajian teori dan dokumen bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan. Pada studi pendahuluan ini dilaksanakan penelitian yang bersifat deskriptif. Pada langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang implementasi pengajaran dan pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan memperoleh data-data empiris dari siswa-siswa dan guru bahasa Jepang. Selanjutnya hasil dari studi awal ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rancangan kurikulum bahasa Jepang berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah sebagai berikut:

1. Studi lapangan; melakukan observasi pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung. Observasi terhadap silabus, RPP, bahan ajar, dan media yang dipergunakan di sekolah masing-masing.

2. Analisis dokumen dan analisis teori; mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan 1) kurikulum, desain kurikulum, 2) kompetensi komunikatif , 3) keterampilan berbicara dan 4) pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa asing.


(35)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Tahap Studi Pengembangan

Dalam tahap ini akan dilaksanakan dua metode yakni : a. Metode Delphi

Metode ini digunakan sebagai alat untuk merancang kurikulum. Metode delphi merupakan prosedur untuk memperoleh penilaian dan opini dari individu yang memiliki pengetahuan dengan menggunakan berbagai kuesioner untuk mengembangkan konsesus ramalan mengenai apa yang akan terjadi di masa depan. Kuesioner ini diberikan pada siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk menentukan desain kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran bahasa Jepang di kelas. Dengan hasil data empiris yang kongkrit akan diperoleh informasi untuk membuat keputusan, indikator dan parameter dan lain-lain yang reliabel. Selanjutnya kuesioner yang diberikan kepada guru-guru bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/MA/SMK) untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan pembelajaran bahasa Jepang, mengetahui keinginan dan harapan dari pembelajaran bahasa Jepang di sekolah menengah.

b. Uji coba terbatas dan luas

Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi komunikatif untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Tahap awal yang dilakukan adalah ujicoba terbatas dengan pokok penelitian pada pengujian teori-teori kompetensi komunikatif dan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang. Dengan menggunakan bahan ajar bahasa Jepang tingkat dasar disesuaikan dengan kompetensi inti yang ingin dicapai. Pengujian teori ini


(36)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilaksanakan untuk melihat sejauh mana keefektifan teori dalam implementasi di lapangan.

3. Tahap Validasi Produk

Pengujian model atau uji validasi dilakukan untuk memvalidasi kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang yang dirancang bersama para ahli dan praktisi secara panel dan mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Labschool kampus UPI sebagai sekolah untuk ujicoba terbatas dan tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) lainnya untuk ujicoba luas.

Setelah uji validasi maka kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung dapat digunakan sebagai model kurikulum yang telah teruji.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung. Guru bahasa Jepang yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung dengan kualifikasi lulusan S1 bahasa Jepang dari jurusan pendidikan bahasa Jepang dan jurusan bahasa dan sastra Jepang pada perguruan tinggi di kota Bandung. Untuk menyusun rancangan kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang dengan menggunakan metode delphi, peneliti mengambil ahli dan praktisi yang sesuai dengan bidangnya, yakni: dua orang ahli pengembangan kurikulum, satu orang dosen pendidikan bahasa Jepang, dua orang guru bahasa Jepang, dan satu orang expert asing bahasa Jepang dan empat orang kepala sekolah sebagai pimpinan dari sekolah yang dijadikan uji coba terbatas dan uji coba luas.

Penelitian ini akan menghasilkan empat produk yang saling berkaitan yakni, 1) kurikukum, 2) silabus, 3) RPP dan 4) bahan ajar bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk mendapatkan produk yang reliabel, dan


(37)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki validitas, implementasi kurikulum di lapangan yang akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar, sehingga diperlukan subjek penelitian sebagai penguat dari penelitian ini.

Sampel penelitian untuk uji terbatas adalah siswa kelas 7D Sekolah Menengah Pertama (SMP) Labschool kampus UPI yang berjumlah 30 orang. Selanjutnya pada uji validasi yaitu ujicoba secara luas dilaksanakan di empat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni:

1) SMP Labschool UPI kampus UPI, 2) SMP Labschool UPI kampus UPI, dan 3) SMP Negeri 4 Kalijati Subang, dan 4) SMP Al Ghifari Bandung. Adapun kelas yang menjadi sampel pada ujicoba luas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Data Subjek Penelitian Uji Terbatas, Uji Luas

No Tahapan

Penelitian

Nama SMP Klasifikasi

1 Uji Terbatas SMP Labschool UPI kampus UPI Kelas 7D

Tinggi

2 Uji Luas SMP Labschool UPI kampus UPI

(Lima kelas: 7A, 7B, 7C,7D, 7E) SMP Labschool UPI kampus Cibiru

( Empat kelas: 7A, 7B, 7C, 7D) SMP Negeri 4 Kalijati Subang (Empat Kelas 7A, 7B, 7C, 7D)

SMP Al Ghifari Bandung (Ekstrakulikuler: satu kelas)

Tinggi

Sedang

Rendah

Rendah

3 Uji Validasi SMP Labschool UPI kampus UPI (Lima kelas: 7A, 7B, 7C,7D, 7E) SMP Labschool UPI kampus Cibiru

(Empat kelas: 7A, 7B, 7C, 7D) SMP Negeri 4 Kalijati Subang

Tinggi Sedang


(38)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Empat kelas: 7A, 7B, 7C, 7D) SMP Al Ghifari Bandung (Ekstrakulikuler: satu kelas)

Rendah

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada mata pelajaran bahasa Jepang di kota Bandung. Terdapat 8 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung yang menjadikan bahasa Jepang sebagai mata pelajaran baik intrakurikuler, muatan lokal dan ekstrakurikuler, yaitu 1) SMP Labschool Kampus UPI Bandung, 2) SMP Labschool UPI Kampus Cibiru Bandung, 3) SMP Wiyata Darma Bandung, 4) SMP Taruna Bakti Bandung, 5) SMP Negeri 4 Kalijati Subang, 6) SMP Al Ghifari Bandung, 7) SMP Negeri 2 Sindang Indramayu, 8) SMP Khalifah Sukabumi dan 9) SMP AL Jawahir Soreang Bandung.

Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil dan genap. Semester ganjil digunakan untuk prasurvey dan melaksanakan penelitian ujicoba terbatas dengan mengambil sampel SMP kelas 7. Semester genap melaksanakan uji validasi dengan melaksanakan ujicoba luas pada empat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung, kabupaten Bandung dan daerah Jawa Barat.

D. Teknik dan Instrumen Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ada beberapa instrumen yang dikembangkan, yaitu: 1) Instrumen angket, Instrumen angket terdiri dari dua macam, yaitu: 1) angket untuk siswa, angket ini digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk mengumpulkan data tentang minat siswa dalam belajar bahasa Jepang, kompetensi berbahasa Jepang yang ingin dicapai dan implementasi pembelajaran bahasa Jepang yang telah dilaksanakan. 2) angket untuk guru-guru bahasa Jepang, digunakan untuk mengetahui aktulisasi diri dalam pengajaran bahasa Jepang, implementasi pengajaran bahasa Jepang dan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan belajar dan mengajar bahasa Jepang di sekolah. Kedua macam angket ini


(39)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibutuhkan untuk penyusunan desain kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Instrumen Observasi Kelas

Instrumen ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa di kelas. Kegiatan ini merupakan observasi langsung dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Observasi ini dipakai untuk mengujicobakan kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas. Instrumen ini berisikan aspek-aspek yang berkaitan dengan implementasi kurikulum yang dikembangkan, baik kurikulum sebagai dokumen tertulis, silabus, RPP, dan bahan ajar. Selain itu untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi pada saat uji coba model. Pertama, instrumen observasi proses pembelajaran di kelas berdasarkan pada keterampilan guru dalam mengajar. Kedua, instrumen observasi siswa dengan melihat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan melihat tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jepang di kelas.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang kurang dalam angket dan observasi. Wawancara dilakukan pada siswa tentang kegiatan pembelajaran dan materi ajar apakah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berbicara bahasa Jepang. Selanjutnya wawancara kepada guru untuk memperoleh dan pendapat terhadap kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang tersebut dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Wawancara dilaksanakan pada saat uji coba model dan pada saat uji coba validasi dengan menggunakan alat perekam secara langsung setelah kegiatan pembelajaran bahasa Jepang berlangsung.

4. Instrumen Hasil belajar

Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes yang difokuskan pada tes kemampuan berbicara bahasa Jepang dasar. Pertanyaan disusun sedemikian rupa dari bahan ajar yang telah dipelajari dengan memenuhi


(40)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

realibilitas dan validitas sesuai dengan desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif yang dilakukan. Pertanyaan terdiri dari monolog yang diberikan agar siswa dapat secara langsung menjawab dalam bahasa Jepang yang sederhana.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Hasil observasi kelas dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk kemudian dilakukan revisi dan ujicoba berkelanjutan.

b. Hasil angket melalui metode delphi dianalisis dan dirancang menjadi model kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara yang memiliki validitas dan dapat diimplementasikan di lapangan. Analisis ini digunakan dengan pendekatan kualitatif.

c. Untuk menghasilkan kurikulum kompetensi komunikatif yang reliabel dan valid, maka akan dilakukan tes setelah uji coba dilaksanakan. Hasil tes dianalisis dengan pendekatan kuantitatif terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa melalui uji-t dan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, yakni membandingkan rata-rata hasil belajar antara nilai yang diperoleh dari setiap kali uji coba dilakukan.

d. Teknik penelitian uji validasi

Untuk mengetahui efektifitas model uji validasi dilakukan dengan tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berfungsi untuk melihat kekuatan dan kelemahan model kurikulum yang dikembangkan, faktor pendukung dan penghambatnya. Analisis kuantitatif melalui uji statistik uji-t dan statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk (dengan SPSS 17.00) berfungsi untuk memperoleh gambaran kekuatan model dalam meningkatkan kompetensi berbicara bahasa Jepang. Uji-t dan uji normalitas dilakukan dengan membandingkan hasil tes (pretest dan post test) antara kelompok kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah baik secara keseluruhan maupun perbandingan antara masing-masing kelas. Berdasarkan hasil pengukuran melalui statistik uji-t inilah kemudian dapat dilihat perbedaan rata-rata hasil


(41)

Herniwati, 2015

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

test antara kelompok kelompok kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah yang memperlihatkan efektifitas model terhadap peningkatan kompetensi berbicara bahasa Jepang siswa. Uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dilakukan untuk melihat perbedaan antar kelompok (kelas) eksperimen yang terdiri dari atas stratifikasi kelompok tinggi (kelas yang dianggap baik) dan kelompok bawah (kelas yang diangap kurang) dan kelompok eksperimen dengan klasifikasi yang sama dengan kelompok eksperimen (tinggi dan rendah).


(1)

Hymes, D. H. (1972). On Communicative Competence. In Pride, J. B., & Holmes, J. (Eds.), Sociolinguistics, 269-293. Baltimore, USA: Penguin Education, Penguin Books Ltd.

Iskandarwassid & Sunendar D. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Remaja. Rosdakarya.

Kasbolah, K. (1999). Desain Silabus dalam Pendidikan Bahasa. Makalah dalam Lokakarya Pengembangan Kurikulum Program Studi Bahasa, IKIP Bandung.

Kawaguchi, Y. & Yokomizo, S. (2005). Seichou suruKyoushi tame no Nihongo Kyouiku Handobukku(jou). Japan: Hitsujishobu.

Lapp, D. et.all. (1975). Teaching and Learning: Philosophical, Psychological, Curricular Application. New York: Macmillan Pub.Co.Inc.

Lengkanawati, N. S. (2007). Pendidikan bahasa. Dalam Mohamad Ali dan rekan (penyunting) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Hal. 659-692) Bandung Pedagogiana Press.

Littlewood, W. (1981). Communicative Language Teaching: An Introduction . Cambrige, England: Cambrige University Press.

Logan, L.dkk. (1972). Creative Comunication Teaching The Language Arts. Canada: Montal.

Longstreet.W.S & Shane.H.G.(1993). Curriculum for New Millennium. Boston: Bacon

Mari, K. dkk. (2009). Hanasukoto o Oshieru. Kokusai Koryukikin Nihongo Kyoujuhou Shirizu- 6. Jepang: The Japan Foundation.

M.C. Ashan. ( 1981). Competency Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey: Englewood Clifss Educaional Technology Publication Inc. Mc. Neil J.D. (1977). Curriculum Comprehensive Introduction. Boston: Little

Brown & Co. Inc.

Miller, J.P. & W. Seller. (1985). Curriculum: Perspective and Practice. New York dan London: Longman.


(2)

Nababan, P.W.J. (1993). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nasution . S. (2006). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Nurgiyantoro. B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Oiler, J. N.,Jr. (1979). Language Test at School: A Pragmatic Approach. New York: Longman

Oliva, P. F. (1991). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins. Ozaki, T. (1992). Nihongo Kyouiku no Koosu Dezain- Kaigai Gakushuusha no

tame no Koosu Dezain. Jepang Tokyo: Fukumura Shuppan

Paulston, C.B. (1974). Linguistics and Communicative Competence. TESQL Quartery, 8, 4-347-62.

Richard, J.C & Rodgers.T. (1986) Approaches and Methods in Language Teaching. New York: Cambrige University Press.

Richard, J.C. (2002). Curriculum Development in Language Teaching. New York: Cambrige University Press.

Rivers & Temperley. (1978). A Pratical Guide to The Teaching of English as a Second of Foreign Language. New York: Oxford University Press.

Rubin, Joan dan Thompson. Irene (1994). How to be a more successful language learner. Boston: Heinle and Heinle Publishers.

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Savignon, S. J. (1972). Communicative Competence: An Experiment in Foreign-Language Teaching. Philadelphia: The Centre for Curriculum Development, Inc.

Savignon, S. J. (1983). Communicative Competence: Theory and Classroom Practice. Texts and Contexts in Second Language Learning. Reading, Massachusetts at all: Addison-Wesley Publishing Company.


(3)

Saylor,J.G.,Alexander,W.M.(1981). Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. New York: Holt Renehart and Winston.

Schubert, W. H. (1986). Curriculum : Perspective, Paradigm, and Possibility. New York: Macmillan Pub.

Stern, H. H. (1983). Fundamental concepts of language teaching. Oxford: Oxford University Press.

Subyakto, Nababan, Sri. Utari(1988). Metode Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia

Sudjana, N. (1996). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sudjianto. (2010). Metodologi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Jepang. Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPB UPI

Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. dan Syaodih, E. (2012) . Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Tanaka, N. (1997). Nihongo Kyouiku Kikan ni Okeru Koosu Dezain . Tokyo: Bonjinsha

Tanaka, N. (1998). Nihongo Kyouiku no Hoohoo . Tokyo: Bonjinsha.

Tarigan, H. G. (2009). Pengembangan Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H. G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Taba, H. (1962). Curriculum Development, Theory, and Practice: Foundation Process, Design, and Strategy for Planning Both Primary and Secondary. New York: Harcourt, Brace &Word, Inc.

The Japan Foundation. ( 2012). Survey Report on Japanese-Language Education Abroad 2012. Tokyo: Japan


(4)

Tyler, R. (1950). Basic Principles for Curriculum and Instruction. Chicago: University of Chicago Press.

Vygotsky.L. (1978). Mind in Society. Harvard: Harvard University.Press

Zais, R. S. (1986). Curriculum Principles and Foundation. New York: Harper & Row Publisher

Riwayat Hidup

Herniwati lahir di kota Bandung pada tanggal 2 Juni 1972 dari pasangan Drs. H. Mas Hidayat dan Hj. Nani Sumarni. Ia adalah anak ke lima dari enam bersaudara dan telah menikah dengan Abdul Kadir, S. Pd. Dengan dikaruniai tiga orang putri, yaitu, Nabila Siti Mahdiyyah, Shakura Hanna Fazila dan Khalisa Lutfiya Aiko.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar PPSP tahun 1984, SMP Negeri 38 Bandung tahun 1987 dan SMA Negeri 2 Bandung tahun 1990. Pendidikan tinggi diselesaikan pada tahun 1995 pada Program Pendidikan Bahasa Jepang FPBS IKIP Bandung, kemudian menyelesaikan program S2 di Universitas Indonesia Program Studi Kajian Wilayah Jepang Jurusan linguistik terapan bahasa Jepang pada tahun 2001. Pada tahun 2011 melanjutkan studi S3 di Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pada tahun 1995 sampai 1996 mendapatkan beasiswa monbukagakusho Japanese studies di Universitas Hiroshima Jepang. Selanjutnya pada tahun 2002 sampai 2004 mendapatkan beasiswa monbukagakusho pada program Teacher Training di Universitas Shizuoka Jepang. Kemudian pada bulan oktober sampai desember tahun 2014 selama 1.5 bulan memperoleh kesempatan mengikuti program The Japan Foundation Japanese Language Education


(5)

Capacity Building Southeast Asian Teachers’ Training College Course in Japan di Osaka Jepang. Bekerja sebagai staf pengajar Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 1996 hingga sekarang.

Kegiatan ilmiah yang dilakukan berupa menjadi pembicara dalam seminar dan workshop baik nasional dan international, Seminar International Malaysia University (2012), International Seminar Education Comparative in Competency Based Curriculum Between Indonesia and Malaysia (2012), International Seminar Student Centered Learning (SCL) on Japanese Language Education and Roles of The Teachers (2013), Seminar dan Workshop Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan bahasa Jepang (2013), SEAQIL GOES TO SCHOOLS: Reaching Out For The Advancement of Language Learning (2014). FORUM ILMIAH X (Seminar International Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya) (2014) , Lokakarya Penyusunan KBK KKNI Prodi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Brawijaya (2015).

Karya ilmiah yang ditulis dalam penelitian, buku dan jurnal yaitu Inovasi pembelajaran cerita anak dan Legenda Jepang pada mata kuliah Nihon Bungaku (2010), Inovasi model pembelajaran cerita anak dan Legenda Jepang melalui Multimedia (2010), bersama team teaching Dosen bahasa Jepang menulis buku ajar mata kuliah Shokyu Hyouki I (2012), buku ajar mata kuliah Shokyu Hyuki II (2012), buku ajar mata kuliah Shokyu Kaiwa I (2012), buku ajar mata kuliah Shokyu Kaiwa II (2010), Pengantar Kesusastraan Jepang (2010), Tanoshiku Nihongo no Benkyou (2014).

Artikel dan makalah yang dimuat dalam jurnal nasional tidak terakreditasi, Evaluasi Kompetensi Bahasa Jepang Melalui Hasil Ujian International Japanese Language Proficiency Test (JLPT) Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia (2012), Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Implementasi Kurikulum bahasa Jepang (2012), Apresiasi Cerpen Jepang Melalui Film dengan Pembelajaran Student Centered Learning (SCL) Pada Mata Kuliah Nihon Bungaku (2013), Implementasi Teknik Shadowing dalam Kompetensi Menyimak Bahasa Jepang (2013), Inovasi


(6)

Model-Model Pembelajaran dalam Mengapresiasikan Karya Sastra Jepang dalam Mata Kuliah Nihon Bungaku (2013), Model Pembelajaran Bahasa Jepang Terkini (2014),. Model Pembelajaran Kanji “Wakaru Oboeru Tsukau” dalam Meningkatkan Kompetensi Penguasaan Kanji N4 (2014) Jurnal Barista.