Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan Keterampilan Dalam Permainan Bolabasket.

(1)

Rizki Agung Septian, 2015

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN DALAM PERMAINAN BOLABASKET

(Studi Eksperimen di SMP BPI 1 Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

Rizki Agung Septian NIM 1002129

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN DALAM PERMAINAN BOLABASKET

(Studi Eksperimen di SMP BPI 1 Bandung)

Oleh

Rizki Agung Septian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Rizki Agung Septian Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokpi atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

Rizki Agung Septian, 2015

Rizki Agung Septian 1002129

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN

KETERAMPILAN DALAM PERMAINAN BOLABASKET Disetuji dan Disahkan oleh Dosen Pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Hj Tite Juliantine, M.Pd NIP. 196807071992032001

Pembimbing II

Lukmannul Haqim Lubay M.Pd NIP. 197508122009121004

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

ABSTRAK

Rizki Agung Septian. Judul: Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Dalam Permainan Bolabasket. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI. Pembimbing I: Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd. Pembimbing II: Lukmannul Haqim Lubay, M.Pd.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan keterampilan dalam permainan bolabasket. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Desain penelitian Pretest-Posttest Group Design. Populasi adalah siswa SMP BPI 1 Bandung. Sampel diambil dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel (Sampling Jenuh) yang berjumlah 20 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan bolabasket dari Nurhasan. Hasil tes keterampilan dalam permainan bolabasket diperoleh hasil, Hipotesis 1: menghasilkan angka Thitung sebesar -57,56 dan berada diluar batas kriteria penerimaan H0 dengan Ttabel -2,262 maka H0 ditolak dan hasil signifikan. Hipotesis 2: menghasilkan angka sebesar -32,2 dan berada diluar batas kritis penerimaan H0 dengan Ttabel -2,262 maka H0 ditolah dan hasil signifikan. Hipotesis 3: menghasilkan angka Thitung sebesar 9,362 dan berada diluar batas kriteria penerimaan H0 dengan Ttabel 2,101 maka H0 ditolak dan hasil signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semua hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan.

Kata kunci : Model pembelajaran inkuiri, Model pembelajaran kooperatif,


(5)

Rizki Agung Septian, 2015

ABSTRACT

Rizki Agung Septian . Title : The Comparison Of Inquiry Model And Cooperative Model Againts Improvment In Skill Basketball Games. Study program Physical Education and Recreation Health . FPOK UPI . Advisor : Dr. Hj . Tite Juliantine , M.Pd. Advisor II : Lukmannul Haqim Lubay , M.Pd.

The purpose of this study was to compare whether there are differences between the effect of inquiry learning model and cooperative learning model to increase skills in the basketball game. The method used was experimental. Pretest-posttest study design Group Design. Population is a junior high school students BPI 1 Bandung. Samples were taken by using all members of the population as the sample (Sampling Saturated), amounting to 20 students. The instrument used was a test of Nurhasan basketball skills. Test results obtained skills in basketball game results, Hypothesis 1: generate the numbers Thitung of -57.56 and are beyond the limits of acceptance criteria H0 with Ttabel -2.262 then H0 is rejected and significant results. Hypothesis 2: produces a figure of -32.2 and are beyond the critical limit acceptance by Ttabel -2.262 H0 H0 were rejected and significant results. Hypothesis 3: generate the numbers Thitung of 9.362 and is outside the limits of acceptance criteria with Ttabel 2,101 H0, H0 is rejected and significant results. The conclusion from this research is all research results show significant results.

Keywords: model of inquiry learning, cooperative learning model, Skills in basketball games.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORITIS A.Belajar ... 8

B.Model Pembelajaran ... 9

1. Dasar Pemilihan Model Pembelajaran ... 11

2. Pentingnya Model Pembelajaran ... 12

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran ... 14

4. Karakteristik dan Fungsi Model Pembelajaran ... 14

5. Rumpun Model Pembelajaran ... 16

C.Model Pembelajaran Inkuiri ... 17

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri... 17

2. Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri ... 18

3. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri ... 19

4. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri ... 20

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri ... 21

D.Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

3. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

E. Teknik Dasar Bermain Bolabasket ... 27

F. Hasil Belajar Keterampilan dalam Permainan Bolabasket ... 28

G.Definisi Istilah ... 29

H.Kerangka Pemikiran ... 30

1. Teori Belajar Pemrosesan Informasi ... 30

2. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Dalam Permainan Bolabasket ... 31

3. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Dalam Permainan Bolabasket ... 32

4. Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan dalam Permainan Bolabasket ... 33


(7)

Rizki Agung Septian, 2015

I. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 36

1. Metode Penelitian... 36

2. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi ... 37

2. Sampel ... 38

C. Instrumen Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 42

E. Program Pembelajaran ... 43

F. Analisis Data ... 44

1. Menggunakan Microsoft Excel ... 44

2. Menguji Normalitas Liliefors ... 45

3. Uji Homogenitas ... 45

4. Uji Hipotesis (Signifikansi kesamaan dua rata-rata) ... 46

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A.Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 47

1. Mencari Rata-rata dan Simpangan Baku... 47

2. Uji Normalitas Liliefors ... 48

3. Uji Homogenitas ... 49

4. Uji Hipotesis (Signifikansi kesamaan dua rata-rata) ... 50

B.Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 58

B.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Di era modern ini pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan kehidupan manusia. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Yunus (dalam

http://mobelos.blogspot.com/2013/10/pengertian-pendidikan-definisi.html , 2013) mengungkapkan bahwa “pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi.” Artinya dengan pendidikan manusia bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk meraih apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka cita-citakan sejak kecil. Pendidikan yang paling dasar berasal dari kedua orangtua, karena sejak kita lahir orangtualah yang bertanggung jawab penuh atas kita. Bahkan setelah kita siap untuk bergaul dengan lingkungan sekitar, tetap saja orangtua yang memegang penuh tanggung jawab atas diri kita. Maka pendidikan yang paling dasar yang didapat oleh manusia itu berasal dari keluarga.

Selain keluarga dan lingkungan sekitar, sekolah merupakan tempat yang tepat untuk mendapatkan pendidikan dalam berbagai hal. Sekolah adalah lembaga formal yang merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah, manusia dapat belajar berbagai macam hal termasuk pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib untuk diberikan dalam pendidikan formal. Pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pembelajaran aktivitas fisik yang dapat mengembangkan keterampilan gerak motorik dan juga dapat mengembangkan kepribadian dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Juliantine (2013, hlm. 3) bahwa :

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, emosional, dan pembentukan watak.


(9)

2

Rizki Agung Septian, 2015

Adapun pendapat lain menurut Mahendra (2009, hlm. 22) “pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga.” Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang lebih banyak melibatkan ranah psikomotor tetapi tidak meninggalkan ranah kognitif dan ranah afektif. Selain keterampilan gerak, sikap siswa pada saat pembelajaran dan pengetahuan siswa untuk memecahkan suatu masalah didalam pembajaran. Pendidikan jasmani sangat penting bagi manusia, karena hanya pendidikan jasmani yang mengembangkan keutuhan manusia. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Mahendra (2009, hlm. 4) bahwa “pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia.” Dengan kata lain, penjas bukan hanya membangun fisik semata, tetapi aspek mental dan emosional juga ikut terkembangkan.

Pembelajaran dalam lembaga formal seperti sekolah merupakan suatu proses kegiatan belajar yang sistematis yang dipimpin oleh guru. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Juliantine, 2013, hlm. 7) ‘pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.’

Adapun ahli lain Knirk dan Gustafon (dalam Juliantine, 2013, hlm. 8) mengemukakan bahwa :

Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran penjas, tujuan utama yang ingin dicapai adalah terpenuhinya tiga domain yang menjadi sebuah kesatuan yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Peran guru disini adalah bagaimana supaya tercapainya tujuan dari pendidikan jasmani. Maka dari itu guru harus merencanakan sebuah perencanaan pembelajaran yang matang, dan juga guru harus berpikiran bahwa dia itu seorang pendidik, bukan seorang pelatih. Karena pendidikan jasmani tidak sama dengan pendidikan olahraga seperti yang diungkapkan oleh Mahendra (2009, hlm. 24) yang berbunyi sebagai berikut :


(10)

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai ketermpilan olahraga. Maka dari itu, seorang guru pendidikan jasmani harus memposisikan diri sebagai pendidik agar tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai.

Guru juga berperan sebagai fasilitator yakni dapat menunjang apa yang dibutuhkan oleh siswa untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran. Tetapi bukan hanya siswa yang membutuhkan penunjang dalam pembelajaran, guru juga membutuhkan sebuah penunjang untuk dapat membantu kelancaran proses pembelajaran. Penunjang yang dimaksud adalah model pembelajaran.

Juliantine (2013, hlm. 9) berpendapat bahwa “model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan.” Adapun Dedi Supriawan dan A. Benyamin S (dalam Juliantine, 2013, hlm. 10) berpendapat bahwa ‘model pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.’ Berdasarkan pemaparan ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan langkah awal yang dijadikan pedoman oleh guru sebelum dimulainya pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil (dalam Juliantine, 2013, hlm. 10) bahwa :

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dikemukakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dll.

Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran kooperatif. Dalam kurikulum 2013, siswa harus memiliki peranan yang lebih banyak dalam pembelajaran, begitupun dalam pembelajaran penjas. Jadi proses pembelajarannya tidak berpusat pada guru. Model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi pusat dalam pembelajaran.


(11)

4

Rizki Agung Septian, 2015

Juliantine (2013, hlm. 94) menjelaskan bahwa “Pada prinsipnya model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa disamping juga pada guru.” Mengenai model pembelajaran kooperatif juga Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012, hlm. 129) berpendapat bahwa ‘pembelajaran kooperatif terdiri dari para siswa bekerja sama didalam kelompok-kelompok cukup kecil (biasanya dua hingga lima) yang bisa diikuti semua orang didalam tugas yang jelas.’

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pusat pembelajaran berada di siswa. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator yang memberikan tugas-tugas gerak yang jelas yang harus dipecahkan oleh siswa. Selain menjadi fasilitator, guru juga menjadi pengawas untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh siswa agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tetapi masih ada saja guru yang lebih memilih untuk menggunakan model pembelajaran yang konvensional karena dinilai lebih efektif untuk mengatur siswa, apalagi dalam jumlah besar.

Dalam penjas ada banyak materi yang diajarkan, salah satunya adalah permainan bolabasket. Bolabasket merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh tangan dengan cara bola dipantulkan ke tanah, melempar bola ke teman satu regu, dan menembak bola ke dalam keranjang lawan. Dalam setiap regu basket terdiri dari lima orang, dan setiap tim saling menyerang untuk memasukkan bola kedalam keranjang dan bertahan untuk mencegah bola masuk kedalam keranjang. Hal ini sesuai dengan definisi bola basket menurut PB. PERBASI (dalam Sucipto dkk, 2010, hlm 23) yaitu :

Bolabasket dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 5 orang pemain. Tiap regu berusaha memasukkan bola kedalam keranjang regu lawan dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka/skor. Bola boleh dioper, dilempar, ditepis, digelindingkan atau dipantulkan/didribble ke segala arah, sesuai dengan peraturan.

Didalam setiap cabang olahraga memiliki teknik dasar yang berbeda-beda dan memiliki khasnya masing-masing. Dalam setiap cabang olahraga, teknik dasar merupakan gerakan fundamental yang harus dimiliki. Secara garis besar menurut Sucipto dkk (2010, hlm. 31) “teknik dasar dalam permainan bolabasket antara lain : 1. Dribble, 2. Shoot, 3. Catch and pass.” Permasalahan yang sering


(12)

terjadi dalam proses pembelajaran bolabasket adalah takutnya siswa terhadap bolabasket yang cukup keras apalagi untuk siswa yang baru menyentuh atau memainkan bolabasket. Selain itu, kurangnya minat siswa karena model pembelajaran yang dipakai tidak menggugah minat siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran bolabasket, sehingga hasil belajar menjadi kurang maksimal. Dan juga rendahnya penguasaan keterampilan dasar siswa dalam permainan bolabasket dikarenakan rendahnya minat siswa akan pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menggugah minat siswa agar mau ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah diatas penulis mencoba memberi solusi dengan mencoba mengimplementasikan model pembelajaran yang berpusat pada siswa yakni model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk menggugah minat dan partisipasi siswa agar dapat menunjukan peningkatan dalam hasil belajar bolabasket. Karena jika minat siswa tergugah, maka siswa juga akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran penjas. Dengan ikutnya siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, diharapkan tugas gerak yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik. Dengan dapat diselesaikannya tugas gerak dengan baik oleh siswa, diharapkan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Maka berdasarkan uraian permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Peningkatan Keterampilan Dalam Permainan Bolabasket.” Penulis ingin mencoba membandingkan antara kedua

model pembelajaran tersebut untuk mencari tahu model pembelajaran manakah yang lebih cocok untuk materi pembelajaran bolabasket, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dengan signifikan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah yang penulis ajukan adalah:

1. Apakah model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan dalam permainan bolabasket?


(13)

6

Rizki Agung Septian, 2015

2. Apakah model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan dalam permainan bolabasket? 3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara model pembelajaran inkuiri

dan model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan dalam permainan bolabasket?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dalam permainan bolabasket.

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dalam permainan bolabasket.

3. Untuk membandingkan model mana yang lebih berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan dalam permainan bolabasket.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat penelitian diharapkan dapat menambah pemahaman serta keilmuan dalam pendidikan jasmani.

b. Manfaat Praktis

Sebagai referensi bagi guru untuk memilih model pembelajaran yang efektif khususnya untuk pembelajaran bolabasket.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut merupakan struktur organisasi dari penelitian ini : BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian


(14)

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA/KAJIAN TEORITIS A. Belajar

B. Jenis-Jenis Belajar

C. Pengertian Model Pembelajaran D. Model Pembelajaran Inkuiri E. Model Pembelajaran Kooperatif F. Hasil Belajar Bolabasket

G. Kerangka Pemikiran H. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

B. Partisipan

C. Populasi dan Sampel D. Instrumen Penelitian E. Prosedur Penelitian F. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan C. Diskusi Penemuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan


(15)

Rizki Agung Septian, 2015

DAFTAR PUSTAKA bab 1

Juliantine, Tite dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK. UPI.

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK. UPI.

Eggen, Paul dan Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta Barat: PT Indeks.

Sucipto dkk. (2010). Permainan Bolabasket. Bandung: FPOK. UPI.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan sebuah metode agar sebuah penelitian dapat dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107) “metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Sedangkan menurut Arikunto (2009, hlm. 207) mengatakan bahwa:

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.

Jadi metode penelitian eksperimen digunakan untuk mengetahui hubungan atau perbandingan antara variabel-variabel yang diteliti, dan juga untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari variabel yang diteliti. Maka dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode yang digunakan untuk mencari pengaruh, hubungan, dan perbandingan dari variabel-variabel yang diteliti.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran atau garis besar yang dari penelitian yang akan dilakukan. Dengan adanya desain penelitian juga dapat mempermudah penelitian nantinya. Desain penelitian eksperimen sendiri menurut Sugiyono (2013, hlm. 108) ada empat, yaitu : “Pre-experimental design, true experimental design, factorial design, dan quasi experimental design.” Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain true experimental design yang berbentuk pretest-postest group design. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 113) “dalam desain pretest-postest group design terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah


(17)

37

Rizki Agung Septian, 2015

perbedaan antara kedua kelompok yang di teliti.” Adapun bentuk dari desain penelitian ini menurut Sugiyono (2013, hlm. 112) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Pretest-Postest Group Design

Kelompok Pretest Treatment Postest

Kelompok Model Pembelajaran Inkuiri

(R1)

O1 X1 O2

Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif

(R2)

O1 X2 O2

Keterangan :

O1 : hasil pretest kedua kelompok model pembelajaran O2 : hasil postest kedua kelompok model pembelajaran X1 : treatment kelompok model pembelajaran inkuiri X2 : treatment kelompok model pembelajaran kooperatif

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang sedang dikaji. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Adapun pendapat lain menurut Abduljabar (2012, hlm. 14) bahwa “populasi adalah sekumpulan objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Sedangkan meurut Sabar (dalam

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/, 2012):


(18)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus.

Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek atau benda-benda alam yang lain. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2009, hlm. 88) yakni “subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan.” Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari saja, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimilikioleh objek atau subjek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP BPI 1 yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan jumlah kecil yang mewakili dari seluruh populasi. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” sedangkan menurut Abduljabar (2012, hlm. 14) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Maka dari itu sampel harus betul-betul mewakili dari populasi, karena dari sampel yang sudah dipilih dapat diperoleh data dan informasi dari seluruh total jumlah populasi. Dalam penelitian ini penarikan sampel yang digunakan adalah dengan teknik sampling jenuh. Mengenai sampling jenuh Sugiyono (2013, hlm. 124) mengungkapkan bahwa :

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP BPI 1 yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bolabasket yang berjumlah 20 orang. Dikarenakan populasinya berjumlah 20 orang, maka sampel yang diambil adalah sampel keseluruhan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006, hlm. 134) yakni:

Untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.


(19)

39

Rizki Agung Septian, 2015

Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang siswa yang dibagi kedalam dua kelompok yang dipilih secara random, yakni 10 siswa bagi kelompok model pembelajaran inkuiri dan 10 siswa bagi kelompok model pembelajaran kooperatif.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

NO Nama Kelompok Jumlah

1 Kelompok Model Pembelajaran Inkuiri 10 siswa 2 Kelompok Model Pembelajaran kooperatif 10 siswa

Jumlah 20 siswa

C. Instrumen Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan. Sugiyono (2013, hlm. 147) mengungkapkan bahwa “pada prinsipnya instrumen penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.” Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Arikunto (2009, hlm. 101) menjelaskan bahwa “instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.”

Untuk mendapatkan data secara objektif memerlukan instrumen penelitian yang tepat sehingga masalah yang hendak diteliti dapat terealisasikan dengan baik. Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni mengenai keterampilan, maka instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan.


(20)

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan bolabasket menurut Nurhasan (2007, hlm. 240) yang mempunyai tingkat r validitas sebesar 0,89 yang diperoleh dari hasil penghitungan multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle. Tes ini terdiri dari tiga butir tes yaitu:

1) Tes melempar dan menangkap bola, 2) Tes memasukan bola ke keranjang basket, 3) Tes menggiring bola.

Adapun pelaksanaan tes dan skoring dari masing-masing butir tes adalah sebagai berikut:

1) Tes melempar dan menangkap bola. Testee dengan bola ditangan berdiri di belakang garis yang jauhnya 3 meter dari tembok. Setelah aba-aba “ya”, testee berusaha melempar bola dalam waktu 30 detik. Selama melakukan tes, ttestee tidak boleh menginjak atau melewati garis. Apabila pada waktu tes menginjak atau melewati garis, maka lemparan tidak sah dan tidak diberi angka. Lemparan dihitung sejak bola lepas dari kedua tangan. 2) Tes menembakkan bola ke keranjang basket. Testee dengan bola ditangan

berdiri dan berdiri di sembarang tempat dibawah ring basket. Setelah aba-aba “ya”, testee berusaha memasukkan bola kedalam keranjang dengan cara menembakkan (shooting) bola tersebut sebanyak mungkin dalam waktu 30 detik. Sebelum bola masuk ke dalam keranjang, bola harus terlebih dahulu menyentuh papan keranjang. Hanya bola yang sah masuk yang diberi skor.

3) Tes menggiring bola. Sebelum melakukan tes, testee berdiri dengan bola di belakang garis start. Setelah aba-aba “ya” testee menggiring bola melalui enam rintangan dengan rute yang telah ditentukan (seperti terlihat pada gambar 3.3). Testee diberikan waktu 30 detik untuk melewati rintangan sebanyak mungkin. Apabila setelah testee mencapai titik start kembali dan waktu 30 detik belum selesai, maka testee melanjutkan dribblenya dengan rute seperti semula. Skor ditentukan oleh jumlah rintangan yang mampu dilalui testee. Apabila testee melakukan salah dribble atau melalui rute yang salah, maka tes harus diulang.


(21)

41

Rizki Agung Septian, 2015

Gambar 3.1

Tes Melempar dan Menangkap Bola Nurhasan (2007, hlm. 240)

3 meter

X Testee

Gambar 3.2

Tes Menembak Bola ke Keranjang Nurhasan (2007, hlm. 240)

Gambar 3.3

Keterangan:

: Testee


(22)

Gambar 3.3 Tes Menggiring Bola Nurhasan (2007, hlm. 240)

2,5 meter 2,5 meter

2,5 meter

2,5 meter

2,5 meter

2,5 meter

2,5 meter Finish Start

D. Prosedur Penelitian

Dengan adanya adanya prosedur penelitian dapat memudahkan jalan penelitian nantinya. Peneliti menentukan penelitian dengan menetukan populasi. Populasi yang dipilih oleh peneliti adalah siswa SMP BPI 1 yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket yang berjumlan 20 orang. Karena sampel kurang dari 100, maka peneliti menggunakan sampling jenuh yakni dengan menggunakan sampel keseluruhan dari populasi tersebut.

Setelah mendapatkan jumlah sampel, peneliti membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu kelompok model pembelajaran inkuiri dan kelompok model pembelajaran kooperatif. Masing-masing kelompok diberikan treatment sesuai dengan nama kelompoknya masing-masing. Treatment diberikan sebanyak 12 kali pertemuan. Setelah treatment selesai diberikan, kemudian masing-masing kelompok di tes untuk mendapatkan hasil akhir dengan menggunakan tes


(23)

43

Rizki Agung Septian, 2015

keterampilan bolabasket dari Nurhasan (2007, hlm. 240) yang memiliki tingkat r validitas sebesar 0,89 yang diperoleh dari hasil penghitungan multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle. Dari data yang diperoleh, peneliti akan menganalisa dengan menggunakan statistika dan kemudian menggunakan kesimpulan. Berikut gambaran prosedur penelitian yang akan peneliti jalankan:

Tabel 3.3

Prosedur Penelitian

E. Program Pembelajaran

Model Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran Kooperatif

Peran Guru Peran Siswa Peran Guru Peran Siswa

1. Guru Memberi permasalahan 2. Membiarkan siswa berfikir dan berhipotesis 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan hasil dari analisis mereka 4. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk 1. Siswa memperhatikan apa yang ditugaskan oleh guru

2. Siswa Berfikir dan berhipotesis untuk menjawab pertanyaan dari guru 3. Siswa menjelaskan jawaban berdasarkan analisis sendiri 4. Siswa 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapka n peserta didik agar siap belajar

2. Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil 3. Guru memberikan informasi mengenai materi yang 1. Siswa memperhatikan dan mendengarkan guru

2. Siswa membuat kelompok kecil berdasarkan instruksi guru 3. Siswa menerima informasi dari guru dan menganalisisny a bersama kelompok masing-masing

Populasi Pretest Sampel

Kesimpulan Treatment Tes Keterampilan Bolabasket Analisis data Kelompok Model Pembelajaran Inkuiri Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif


(24)

mempraktekka n hasil dari analisis mereka mempraktekkan hasil dari analisis mereka sendiri akan dipelajari 4. Guru membantu kelompok belajar pada saat pembelajaran berlangsung 5. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang memperoleh penampilan baik setelah mengikuti pembelajaran 4. Siswa mempraktikkan tugas gerak yang diberikan oleh guru bersama kelompok kecilnya masing-masing 5. Siswa menunjukan hasil analisis bersama kelompoknya didepan guru dan kelompok lain

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel dengan menggunakan cara statistika .

1) Menggunakan Microsoft Excel

a. Mencari rata-rata (Mean) Rumus : X̅ = ∑X

� X̅ : nilai rata-rata X : skor yang didapat n : banyaknya data

∑ : menyatakan jumlah

b. Simpangan baku (Standar Deviation) (s) Rumus :

� =

∑ Xi− X̅

�−

S = simpangan baku

∑ = menyatakan jumlah X = nilai data mentah

X̅ = rata-rata n = jumlah sampel


(25)

45

Rizki Agung Septian, 2015

2) Menguji Normalitas Liliefors

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk megetahui apakah data dari hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak. Cara menguji normalitas data ini adalah dengan menggunakan uji Liliefors (dalam Abduljabar dan Darajat, 2012, hlm. 102). Dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar. Kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari Z skor dan tempatkan di kolom Zi. c. Mencari luas Zi pada tabel Z.

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas daerah.

e. S(Zi), adalah urutan bagi n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi) – S(Zi) tampatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi). g. Mencari data / nilai yang tertinggi, tanpa melihat (-) atau (+), Sebagai

nilai L .

h. Membuat kriteria penerimaan dan peenolakan hipotesis :

a. Jika L L el tolak H dan H diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

b. Jika L L el terima H artinya data berdistribusi normal. i. Mencari nilai L el , membandingkan L dengan L .

j. Membuat kesimpulan dengan kalimat

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dua varians adalah menguji kesamaan varians dari tes awal dan tes akhir baik kelompok model pembelajaran inkuiri maupun kelompok model pembelajaran kooperatif. Adapun menguji homogenitas data setap butir dengan rumus (dalam Abduljabar dan Darajat, 2012, hlm. 120) sebagai berikut:

a. Inventarisasi data


(26)

c. Membuat Hipotesis statistik

d. Mencari F n dengan rumus: � = � � � � � � � � � e. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis f. Membandingkan F n dengan F el

g. Membuat kesimpulan dengan kalimat

Hipotesis ditolak jika � � �− ;�− , jadi data setiap butir tes adalah homogen apabila �ℎ� �� lebih kecil dari � .

4) Uji Hipotesis (Signifikansi kesamaan dua rata-rata)

Uji-t yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata (dua pihak). Menurut Abduljabar (2012, hlm. 111) “uji ini dilakukan andaikata dalam anggapan dasar yang dirumuskan belum ada salah satu kelompok eksperimen yang diunggulkan.” Tahapan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi data

2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat 3. Membuat hipotesis statistik

4. Mencari t n dengan rumus

� =

+

dimana � � − + � − � +� −

5. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Terima hipotesis � , jika � < +

+ Tolak hipotesis � , jika � +

+

6. Batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis �

= � dan � = � 0,05 9

= � dan � = � 0,05 9

7. Membandingkan �ℎ� �� dengan � 8. Membuat kesimpulan dengan kalimat


(27)

60

Rizki Agung Septian, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang dan Darajat, Jajat. (2012). “Aplikasi Statistika Dalam

Penjas”. Bandung: FPOK. UPI.

Arikunto, Suharsimi. (2006). “Prosedur Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). “Manajemen Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta. Eggen, Paul dan Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran.

Jakarta Barat: PT Indeks.

Ginanjar, A. (2013). Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMPN 1 Ngamprah. Tesis, Program Studi Pendidikan Olahraga, UPI. Juliantine, Tite dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Bandung: FPOK. UPI.

Lastraningsih dan Cahyono. (2013). Teori Pemrosesan Informasi. Makalah, Program Studi Pendidikan Dasar, UNY.

Mahendra. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK. UPI. Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:

FPOK. UPI.

Nurhasan. (2007). “Modul Tes dan Pengukuran Olahraga”. Bandung: FPOK. UPI.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Depok: PT Raja Persada.

Sucipto dkk. (2010). Permainan Bolabasket. Bandung: FPOK. UPI. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

http://ikha-princes.blogspot.com/2013/07/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html

http://intanfurotulaini.blogspot.com/2012/08/pemilihan-model-pembelajaran.html https://karwapi.wordpress.com/2012/11/16/manfaat-dan-keterbatasan-model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/


(28)

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/

http://www.academia.edu/5934158/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_ KOOPERATIF

http://www.artikelbagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif.html

http://www.asikbelajar.com/2013/07/4-ciri-khusus-model-pembelajaran.html http://www.mengejarasa.com/2012/08/model-pembelajaran-inkuiri.html?m=1


(1)

keterampilan bolabasket dari Nurhasan (2007, hlm. 240) yang memiliki tingkat r validitas sebesar 0,89 yang diperoleh dari hasil penghitungan multiple korelasi dengan metode Werry-Doelittle. Dari data yang diperoleh, peneliti akan menganalisa dengan menggunakan statistika dan kemudian menggunakan kesimpulan. Berikut gambaran prosedur penelitian yang akan peneliti jalankan:

Tabel 3.3

Prosedur Penelitian

E. Program Pembelajaran

Model Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran Kooperatif Peran Guru Peran Siswa Peran Guru Peran Siswa

1. Guru Memberi permasalahan 2. Membiarkan siswa berfikir dan berhipotesis 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan hasil dari analisis mereka 4. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk 1. Siswa memperhatikan apa yang ditugaskan oleh guru

2. Siswa Berfikir dan berhipotesis untuk menjawab pertanyaan dari guru 3. Siswa menjelaskan jawaban berdasarkan analisis sendiri 4. Siswa 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapka n peserta didik agar siap belajar

2. Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil 3. Guru memberikan informasi mengenai materi yang 1. Siswa memperhatikan dan mendengarkan guru

2. Siswa membuat kelompok kecil berdasarkan instruksi guru 3. Siswa menerima informasi dari guru dan menganalisisny a bersama kelompok masing-masing

Populasi Pretest Sampel

Kesimpulan Treatment Tes Keterampilan Bolabasket Analisis data Kelompok Model Pembelajaran Inkuiri Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif


(2)

mempraktekka n hasil dari analisis mereka

mempraktekkan hasil dari analisis mereka sendiri

akan dipelajari 4. Guru

membantu kelompok belajar pada saat

pembelajaran berlangsung 5. Guru

memberikan apresiasi kepada

kelompok yang memperoleh penampilan baik setelah mengikuti pembelajaran

4. Siswa

mempraktikkan tugas gerak yang diberikan oleh guru bersama kelompok kecilnya masing-masing 5. Siswa

menunjukan hasil analisis bersama kelompoknya didepan guru dan kelompok lain

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel dengan menggunakan cara statistika .

1) Menggunakan Microsoft Excel

a. Mencari rata-rata (Mean) Rumus : X̅ = ∑X

� X̅ : nilai rata-rata X : skor yang didapat n : banyaknya data

∑ : menyatakan jumlah

b. Simpangan baku (Standar Deviation) (s) Rumus :

� =

∑ Xi− X̅

�− S = simpangan baku

∑ = menyatakan jumlah X = nilai data mentah

X̅ = rata-rata n = jumlah sampel


(3)

2) Menguji Normalitas Liliefors

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk megetahui apakah data dari hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak. Cara menguji normalitas data ini adalah dengan menggunakan uji Liliefors (dalam Abduljabar dan Darajat, 2012, hlm. 102). Dan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar. Kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari Z skor dan tempatkan di kolom Zi. c. Mencari luas Zi pada tabel Z.

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas daerah.

e. S(Zi), adalah urutan bagi n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi) – S(Zi) tampatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi). g. Mencari data / nilai yang tertinggi, tanpa melihat (-) atau (+), Sebagai

nilai L .

h. Membuat kriteria penerimaan dan peenolakan hipotesis :

a. Jika L L el tolak H dan H diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

b. Jika L L el terima H artinya data berdistribusi normal. i. Mencari nilai L el , membandingkan L dengan L .

j. Membuat kesimpulan dengan kalimat

3) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dua varians adalah menguji kesamaan varians dari tes awal dan tes akhir baik kelompok model pembelajaran inkuiri maupun kelompok model pembelajaran kooperatif. Adapun menguji homogenitas data setap butir dengan rumus (dalam Abduljabar dan Darajat, 2012, hlm. 120) sebagai berikut:

a. Inventarisasi data


(4)

c. Membuat Hipotesis statistik

d. Mencari F n dengan rumus: � = � � � �

� � � � �

e. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis f. Membandingkan F n dengan F el

g. Membuat kesimpulan dengan kalimat

Hipotesis ditolak jika � � �− ;�− , jadi data setiap butir tes adalah homogen apabila �ℎ� �� lebih kecil dari � .

4) Uji Hipotesis (Signifikansi kesamaan dua rata-rata)

Uji-t yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata (dua pihak). Menurut Abduljabar (2012, hlm. 111) “uji ini dilakukan andaikata dalam anggapan dasar yang dirumuskan belum ada salah satu kelompok eksperimen yang diunggulkan.” Tahapan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi data

2. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat 3. Membuat hipotesis statistik

4. Mencari t n dengan rumus

� =

− √ + dimana � � − + � −

� +� −

5. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Terima hipotesis � , jika � < +

+

Tolak hipotesis � , jika � +

+

6. Batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis �

= � dan � = � 0,05 9

= � dan � = � 0,05 9

7. Membandingkan �ℎ� �� dengan � 8. Membuat kesimpulan dengan kalimat


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang dan Darajat, Jajat. (2012). “Aplikasi Statistika Dalam Penjas”. Bandung: FPOK. UPI.

Arikunto, Suharsimi. (2006). “Prosedur Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). “Manajemen Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta. Eggen, Paul dan Kauchak, Don. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran.

Jakarta Barat: PT Indeks.

Ginanjar, A. (2013). Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Motivasi Belajar Siswa

SMPN 1 Ngamprah. Tesis, Program Studi Pendidikan Olahraga, UPI.

Juliantine, Tite dkk. (2013). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK. UPI.

Lastraningsih dan Cahyono. (2013). Teori Pemrosesan Informasi. Makalah, Program Studi Pendidikan Dasar, UNY.

Mahendra. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK. UPI. Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:

FPOK. UPI.

Nurhasan. (2007). “Modul Tes dan Pengukuran Olahraga”. Bandung: FPOK. UPI.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Depok: PT Raja Persada.

Sucipto dkk. (2010). Permainan Bolabasket. Bandung: FPOK. UPI. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

http://ikha-princes.blogspot.com/2013/07/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html

http://intanfurotulaini.blogspot.com/2012/08/pemilihan-model-pembelajaran.html https://karwapi.wordpress.com/2012/11/16/manfaat-dan-keterbatasan-model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/


(6)

https://sugithewae.wordpress.com/2012/11/13/pengertian-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/

http://www.academia.edu/5934158/MAKALAH_MODEL_PEMBELAJARAN_ KOOPERATIF

http://www.artikelbagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif.html

http://www.asikbelajar.com/2013/07/4-ciri-khusus-model-pembelajaran.html http://www.mengejarasa.com/2012/08/model-pembelajaran-inkuiri.html?m=1