Kepentingan Bangladesh dalam Program BOB

1

KEPENTINGAN BANGLADESH DALAM PROGRAM THE BAY OF
BENGAL LARGE MARINE ECOSYSTEM (BOBLME)

A. Latar Belakang
Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia sudah sejak dahulu menjadi
sumber daya mineral yang berlimpah. Pasifik merupakan salah satu samudera
dengan sumber mineral dan populasi laut yang sangat banyak.

1

Kekayaan

mineral yang terkandung di dasar samudera ini y menjadikan manusia-manusia
ingin mengambil keuntungan ekonomi dari potensi yang dihasilkan samudera
tersebut. Samudera
Diperkirakan lautan pasifik ini mengandung 207 milyar ton besi, hampir
10 milyar ton titanium, 25 milyar ton magnesium, 1,3 milyar ton timah hitam,
dan hampir 800 juta ton vanadium. Selain perkiraan tersebut lautan pasifik masih
mengandung jenis bahan tambang lain. Cadangan mineral di lautan ini kira-kira

sebanyak 1.700 miliar ton yang tersebar di dasar laut dalam Samudera Pasfik.2
Dua pertiga dari permukaan bumi adalah air laut dan proses ekosistem di
ini massa air yang besar memainkan peran kunci dalam ketahanan pangan, gizi
dan penghidupan manusia, selain menentukan iklim global. Secara global, 64
besar Ekosistem Laut (LMEs) telah diakui. Di antara mereka, 14 berada di bawah
inisiatif internasional yang berbeda untuk mengembangkan strategi untuk

1 Syamsumar Dam, Politik Kelautan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm. 144.
2 Ibid.

2

konservasi ekosistem dan pemanfaatan berkelanjutan ikan, mineral dan sumber
daya lainnya.3
Salah satu kawasan dengan potensi alam yang besar dan beragam adalah
Teluk Benggala. Teluk yang terletak di bagian timur laut Lautan Hindia, di barat
Semenanjung Malaya dan barat India, terlihat seperti segitiga. Disebut Teluk
Benggala karena di utaranya ada negara bagian India Benggala Barat dan negara
Bangladesh. Teluk Benggala terletak di kawasan tropika dan dikelilingi oleh
beberapa negara yakni Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maldives,

Myanmar, Thailand dan Sri Lanka serta merupakan salah satu perairan yang
sangat produktif di dunia. 4
Teluk Benggala telah diakui sebagai yang terbesar kedua dan paling
penting di antara Ekosistem Laut Besar (LMEs) dunia, karena mendukung
kehidupan, makanan dan keamanan lebih dari 450 juta orang miskin. Ekosistem
perairan Teluk Benggala terdiri dari perairan yang meliputi 6,2 juta km 2,
mayoritas dari masyarakat bergantung pada sumber daya laut untuk keberadaan
mereka.
Dalam kurun waktu 5 tahun ini sejak tahun 2010, India dan Myanmar
(dikenal juga dengan Birma) secara ekstensif melakukan eksplorasi dan
eksploitasi migas di Teluk Bengal yang merupakan teluk tempat beberapa negara
mengklaim wilayah maritimnya termasuk Bangladesh, India dan Myanmar. 5

3
Teluk
Benggaa
Ekosistem
Kelautan
Besar,
diakses

dari
http://www.boblmeindia.org/bayofbengal_lme.htm pada tanggal 12 Oktober 2015.
4 Ibid.
5 BOBLME.2015. Strategic Action Programme. Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project,
tersedia di http://www.boblme.org// diakses tanggal 20 Agustus 2014

3

Namun, berhadapan dengan pertambahan penduduk yang sangat pesat dan
peningkatan perindustrian di perairan ini, kelestarian ekologi terus menurun dan
tidak ada kesepakatan antara negara-negara yang bergantung dan mengeksploitasi
wilayah tersebut. Walaupun negara-negara disekitar mempunyai undang-undang
untuk menjamin kelestariannya, namun kurangnya pengawasan serta kurangnya
kerjasama antar negara menjadi kendala bagi kelestarian Teluk Benggala.6
Isu utama yang harus dihadapi komunitas pesisir dan perairan di Teluk
Benggala adalah ketidakseimbangan budidaya untuk jenis tertentu, akibat dari
akses terbuka sumberdaya alam. Besarnya sumberdaya perikanan menjadikan pula
tingginya angka penangkapan ikan-ikan kecil sebagai sumber daya pangan.
Implikasi sosial ekonomi dari ketidakseimbangan eksploitasi ikan diperburuk
dengan perusakan ilegal, peningkatan kompetisi dan konflik antara para

penangkap dari kapal-kapal besar dan nelayan, pelanggaran batas negara oleh
negara-negara tetangga seperti yang terjadi antara Bangladesh, India dan
Myanmar serta peningkatan penangkapan menggunakan sianida dan metode
penangkapan ilegal lainnya.7
Isu kedua yaitu degradasi terus menerus pada terumbu karang dan habitat
pinggir laut semisal batu karang, bakau dan muara, serta rumput laut dan seluruh
area perkembangbiakan ikan. Kerugian ini juga termasuk konversi dan reklamasi,
eksploitasi berlebihan, sedimentasi dan kepariwisataan dan praktek penangkapan

6

Bay
Of
Bengal
Large
Marine
Ecosystem
Project
tersedia
di

http://www.boblme.org/documentRepository/BOBLME-2011-Project-11.pdf diakses tanggal 17
Agustus 2015
7 Support to Sustainable Management of the Bay of Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME)
Project: Progress Report 2009-2012 tersedia di http://www.boblme.org// tanggal 20 Agustus 2014.

4

yang bersifat merusak. Polusi sumberdaya bawah laut meliputi polusi minyak dan
aktivitas pengeboran minyak lepas pantai serta ekplorasi gas.8
Terakhir dan berkaitan dengan dua isu sebelumnya, adalah efek akumulatif
dari polusi sumberdaya daratan yang juga berkontribusi terhadap terganggunya
proses dan fungsi dasar ekosistem kelautan.9
Di lain hal, tidak tampak dari pihak-pihak institusi nasional maupun
regional yang dalam hal ini pemerintah negara memiliki sebuah mandat,
jangkauan geografis dan kapasitas untuk mendukung sebuah inisiatif berdasarkan
pendekatan LME (Large Marine Ecosystem), terutama yang menyangkut
pembagian bersama, diskusi isu terkini dan tantangan pengelolaan Teluk
Benggala. Maka dari itu, delapan negara yang berbatasan dengan Teluk Benggala
yaitu Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka
dan Thailand sebagai negara yang berada di kawasan Teluk Benggala

berkomitmen melalui program pendanaan The Bay of Bengal Large Marine
Ecosystem (BOBLME) yang diinisiasi oleh The Food and Agriculture
Organization of The United Nations (FAO).
Program BOBLME adalah inisiatif regional yang didorong oleh Global
Environmental Facility (GEF), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan
sejumlah organisasi internasional lainnya. Dalam proyek ini, delapan negara yaitu,
Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka dan
Thailand

upaya

untuk

mengembangkan

sebuah

strategi

umum


untuk

mengoptimalkan penggunaan sumber daya bersama kelautan secara berkelanjutan.
8 Ibid.
9 Ibid.

5

Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja dalam
pembagian sumber daya laut di secara berkelanjutan oleh negara-negara di
wilayah pesisir dari Teluk Benggala. Ekosistem Teluk Benggala berada di kondisi
stress berat karena penangkapan yang berlebihan, kerusakan atau degradasi
habitat dan polusi. Sebagian besar masalah ini lintas batas di alam dan perlu
ditangani dalam perspektif yang lebih luas dengan partisipasi beberapa negara.
Program BOBLME mulai beroperasi pada bulan April 2009 dengan
pembentukan Satuan Koordinasi Regional di kantor regional FAO untuk Asia
Pasifik (FAO-RAP) di Bangkok, Thailand. Adapun kegiatan pelaksanaan program
The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem Project yaitu berupa kajian
komprehensif, analisa serta konsultasi nasional maupun regional melalui

Transboundary Diagnostic Analysis (TDA). Hasil akhir dari program ini yaitu
pengapdosian Strategic Action Programme (SAP) oleh negara-negara partisipan.
Adapun komponen-komponen dalam BOBLME, antara lain:10
1. Pengembangan Aksi Strategis Rencana (SAP) untuk melindungi kesehatan
ekosistem dan mengelola sumber daya hidup dari Teluk Benggala secara
berkelanjutan

untuk

meningkatkan

ketahanan

pangan

dan

mata

pencaharian penduduk pesisir di wilayah ini.

a. Menyelesaikan analisis masalah lintas batas,.
b. Menetapkan pengaturan pengelolaan daerah dengan pendanaan
berkelanjutan.
c. Penerapan SAP oleh negara-negara anggota untuk mengatasi masalah
yang diidentifikasi sebelumnya.
10 Op.Cit.

6

2. Meningkatkan Pesisir / Kelautan Alam Manajemen Sumber Daya dan
Pemanfaatan Berkelanjutan.
a. Mempromosikan manajemen berbasis masyarakat.
b. Meningkatkan harmonisasi kebijakan.
c. Merancang penilaian perikanan regional dan rencana manajemen untuk
hilsa shad, makarel India dan hiu.
d. Menunjukkan manajemen habitat kritis kolaboratif di area tertentu
3. Pemahaman yang lebih baik dari BOBLME Lingkungan.
a. Pemahaman meningkatkan proses skala besar dan dinamika yang
mempengaruhi BOB.
b. Mempromosikan penggunaan kawasan perlindungan laut untuk

melestarikan stok ikan daerah.
c. Meningkatkan kerjasama regional dengan penilaian regional dan
global dan program pemantauan.
4. Pemeliharaan Kesehatan Ekosistem dan Pengelolaan Polusi.Membangun
kerangka kerja indikator ekosistem yang efektif.
a. Mengembangkan pendekatan regional untuk mengidentifikasi dan
mengelola masalah pencemaran pesisir penting

7

5. Manajemen proyek
a. Mengembangkan monitoring dan evaluasi sistem untuk proyek
b. Mengembangkan informasi dan diseminasi sistem proyek.
Dalam program kerja lima tahun sampai dengan tahun 2014, dua tahap
pertama program ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi
nelayan berskala kecil di negara anggota melalui pengembangan dan pengenalan
teknik baru dan inovasi teknologi. Tahap ketiga dari proyek ini, terfokus pada
pengelolaan permasalahan yang dihadapi di Teluk Benggala. Selama tahap
terakhir ini, negara-negara partisipan diminta untuk lebih mengenal kebutuhan
dalam mengatur terumbu karang dan sumberdaya perairan, termasuk ancaman

lingkungan secara terkoordinir, menyeluruh dan terintegrasi.11
Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi berkembang cukup pesat
dan dengan adanya potensi sumber daya alam yang berada di suatu wilayah
tertentu menjadikan negara-negara di sekitarnya berusaha untuk mengeksploitasi
SDA tersebut demi kepentingan negaranya. Pada dasarnya, eksploitasi adalah
pengambilan SDA untuk dipakai atau dimanfaatkan dalam berbagai keperluan
atau kegiatan manusia. Namun, yang terjadi di Teluk Benggala merupakan
kegiatan eksploitasi yang berlebihan untuk kepentingan nasional negara-negara
yang terlibat wilayah tersebut. Tanpa memerhatikan keseimbangan ekosistem,
eksploitasi menyebabkan adanya perubahan yang dapat berdampak buruk bagi
lingkungan hidup sekitar termasuk penduduk dan akan meluas ke banyak aspek
11 Communication Strategy tersedia di http://www.boblme.org/documentRepository/BOBLME
%20Communication%20Strategy.pdf diakses tanggal 30 September 2014.

8

kehidupan apabila tidak sesegera mungkin diatasi. Hal ini menjadi alasan bagi
penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang permasalahan terkait dengan
pelestarian Teluk Benggala khususnya oleh Bangladesh sebagai salah satu negara
yang terlibat dalam program BOBLME tahun 2012-2014 yang bertujuan untuk
menyusun rencana aksi strategis perlindungan ekosistem dan pengelolaan sumber
daya perikanan Teluk Benggala secara berkelanjutan dalam meningkatkan
keamanan pangan dan mata pencaharian masyarakat pesisir.
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran pemahaman yang jelas dalam
penulisan proposal ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada
kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of Bengal Large Marine
Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014.
2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
“Apa kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of Bengal large
Marine Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kepentingan
Bangladesh dalam program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem
(BOBLME) tahun 2012-2014.
2. Manfaat Penelitian

9

a. Manfaat Praktis, dalam penelitian ini dapat memberikan masukan
serta

menambah

pengetahuan

penulis

dalam

menelaah

menganalisa berbagai masalah-masalah internasional serta
mengetahui kepentingan Bangladesh dalam program

dan
untuk

The Bay of

Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014.
b. Manfaat Ilmiah, Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
ilmiah bagi peneliti-peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian
yang relevan dengan obyek kajian penelitian yang serupa.

D. Landasan Teori dan Konsep
1. Konsep Kepentingan Nasional
Kepentingan Nasional merupakan sebuah konsep dalam studi
hubungan internasional yang menjadi salah satu pilar yang utama dan kokoh
posisinya dalam menjadikan suatu negara yang besar serta berdaulat. Konsep
kepentingan nasional ini dapat dilihat sebagai suatu konsep yang luas
cakupannya. Dalam pencapaian suatu kepentingan nasional sebuah negara,
maka negara tersebut juga perlu melihat keamanan nasional, perkembangan
ekonomi, serta meningkatkan kekuatan negara tersebut.
Yusuf mendefinisikan kepentingan nasional sebagai:
Kepentingan nasional termasuk dalam visum dan diperjuangkan oleh
suatu bangsa atau negara untuk diperjuangkan dalam rangka ketertiban
internasional. Konsep ini adalah buatan manusia dan dirumuskan oleh
pemimpin-pemimpin negara dan para ahli teori ilmu politik dan dipatuhi
oleh masyarakat, karena disangkutkan pada situasi social dan

10

mencerminkan adanya nilai-nilai, ide-ide, kepentingan golongan dan juga
kepentingan para perumusnya.12
Kepentingan nasional merupakan konsep yang paling dikenal luas
dikalangan penstudi ilmu hubungan internasional. Baik itu pengamat aliran
tradisional maupun saintifik. Hak ini terjadi selama negara bangsa masih
merupakan aktor utama dalam hubungan internasional. Semua ahli tampak
sepakat bahwa determinan utama yang menggerakkan negara dalam
menjalankan hubungan internasional adalah kepentingan nasionalnya.
Kepentingan nasional dalam konteks perpolitikan internasional
dinyatakan bahwa setiap negara harus menggunakan diplomasi internasional
untuk menjaga kedaulatan dan integritas, serta memperlihatkan kemakmuran
dan peran yang lebih aktif dalam hubungan suatu negara dengan negara
lainnya dalam lingkup internasional. Yang mana untuk mengimplementasikan
dari tujuan kepentingan nasional ini, maka suatu negara harus lebih mengacu
kepada kebijakan yang lebih mempertimbangkan beberapa persoalan dalam
suatu negara. T. May Rudy menjelaskan lebih lanjut mengenai pengertian
kepentingan nasional :
Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin
dicapai sehubung dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan
hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini lepentingan nasional yang relatif tetap
dan sama diantara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup
kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan.
Kedua hal pokok ini, yaitu keamanan (security) dari kesejahteraan

12 Sufri Yusuf. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri: Sebuah Analisis Teoritis dan
Uraian Tentang Pelaksanaannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1989. hlm. 77

11

(prosperity), pasti terdapat serta merupakan dasar dalam merumuskan atau
menetapkan kepentingan nasional bagi setiap negara. 13
Kepentingan nasional sebuah negara perlu dicapai dengan beberapa
langkah yang harus ditempuh oleh sebuah negara tersebut. Lebih lanjut T
May Rudy menjelaskan bahwa ;
Kepentingan nasional sering dijadikan tolak-ukur atau criteria pokok bagi
para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara belum
merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Tentunya termasuk
menjadi patokan dalam merumuskan kebijakan luar negeri (foreign policy)
perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk
mencapai serta melindungi, apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai,
“kepentingan nasional” itu.14
Kepentingan nasional merupakan basis utama politik luar negeri dan
politik internasional suatu negara yang realistis karena kepentingan nasional
menentukan tindakan politik suatu negara. konsep kepentingan nasional
merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara.
Pemikir realis menyamakan konsep kepentingan nasional sebagai suatu cara
negara dalam mengejar power, dimana power merupakan alat yang bisa
dengan mudah mengembangkan dan menjaga kontrol suatu negara terhadap
negara lain.
Menurut Hans J. Morgenthau di dalam "The Concept of Interest
defined in Terms of power", konsep kepentingan nasional (National Interest)
yang didefiniskan dalam istilah "power" menurut Morgenthau berada diantara
nalar, akal atau "reason" yang berusaha untuk memahami politik internasional

13 T. May Rudy. loc. cit
14 Ibid. Hlm. 118

12

dengan fakta-fakta yang harus dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain,
power merupakan instrumen penting untuk mencapai kepentingan nasional.15
Dalam

mencapai

kepentingan

nasional.

suatu

negara

harus

mempunyai apa yang disebut sebagai power. Jika ada power, maka ada pula
kepentingan nasional. Begitu juga sebaliknya, power yang dimiliki oleh suatu
negara bermacam-macam bentuknya. Semakin besar power yang dimiliki
suatu negara, maka peranannya dalam percaturan politik hubungan
internasional akan semakin besar pula, semakin besar peran yang dimiliki
suatu negara, maka akan semakin besar peluang untuk mencapai kepentingan
nasional. Power ini merupakan alat yang sangat berpengaruh besar dalam
konsep kepentingan nasional sebuah negara, karena mampu mengancam
posisi negara lain.
Arti penting dari konsep kepentingan nasional ini, yaitu bersifat
sangat vital bagi suatu negara karena menyangkut kedaulatan dan
eksistensinya dikancah pergaulan internasional. Untuk itu, negara berdaulat
harus tetap mempertahankan kedaulatan serta yurisdiknya dari campur tangan
pihak

luar

yang

tidak

berkepentingan.

Selain

itu,

negara

harus

mempertahankan keutuhan wilayah (territorial integrity) sebagai salah satu
entitas sebuah negara tersebut. Kepentingan nasional yang bersifat vital akan
menjadi identitas kebijakan luar negeri dari suatu negara yang mana,
kepentingan nasional yang bersifat vital tersebut menjadi dasar dalam
interaksinya dengan aktor lain, maka secara langsung negara tersebut akan
15 Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi. Jakarta: PT
Pustaka LLP3ES. 1990. hlm. 117

13

mengupayakan dan menggunakan segala instrumen yang dimilikinya
termasuk kekuatan militer untuk mempertahankannya.
Kepentingan nasional merupakan suatu dasar dari pemikiran
tumbuhnya suatu negara yang berdaulat dan menjadi tolak ukur dalam
tumbuh kembangnya negara tersebut. Pencapaian kepentingan nasional suatu
negara merupakan hal pokok dari setiap keputusan-keputusan yang dilakukan
oleh negara. Oleh karena itu, setiap implementasi yang ditekankan dalam
kepentingan nasional seluruh negara, yaitu mencapaian akhir suatu tujuan
yang efektif. Dalam hal ini, Bangladesh memiliki kepentingan untuk
keberlanjutan perkembangan negaranya dengan bergantung pada potensi SDA
di Teluk Benggala. Namun, dengan munculnya dampak-dampak akibat hal
tersebut menuntut Bangladesh bertanggung jawab dengan upayanya melalui
program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem di Bangladesh dalam
pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut dan pesisir tahun 2012-2014.
Sehingga kepentingan nasional Bangladesh dapat seimbang dengan tanggung
jawab untuk keberlangsungan ekosistem di Teluk Benggala.
2. Teori Kerjasama Internasional
Sejak semula, fokus dari teori hubungan internasional adalah
mempelajari

tentang

penyebab-penyebab

dan

kondisi-kondisi

yang

menciptakan kerjasama. Kerjasama dapat tercipta sebagai akibat dari
penyesuaian-penyesuaian

perilaku

aktor-aktor

dalam

merespon

atau

mengantisipasi pilihan-pilihan yang di ambil aktor-aktor lainnya. Kerjasama
dapat dijalankan dalam suatu proses perundingan yang diadakan secara nyata

14

atau karena masing-masing pihak saling tahu sehingga tidak lagi diperlukan
suatu perundingan.16
Kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap
kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan kepentingan pribadi.
Kunci dari prilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya
bahwa yang lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari teori
kerjasama adalah didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, dimana
hasil yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan
bekerjasama daripada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan.
Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama dengan
negara lainnya :17
1. Demi meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dengan kerjasama dapat
mengurangi biaya yang harus ditanggung suatu negara dalam
memproduksi suatu produk untuk kebutuhan bagi rakyatnya karena
adanya keterbatasan yang dimiliki negara tersebut.
2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya.
3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama.
4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh
tindakan-tindakan individual negara yang dapat memberi dampak
terhadap negara lain.
Kerjasama internasional pada umumnya berlangsung pada situasisituasi yang bersifat desentralisasi yang kekurangan institusi-institusi dan
norma-norma yang efektif bagi unit-unit yang berbeda secara kultur dan
terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang

16 James E Dougherty dan Robert L Pfaltzgraff. Contending Theories of International Relations:
A Comprehensive Survey, 3rd Edition. New York, Harper & Rows. 1990. Hlm. 418
17 Ibid. Hlm. 419

15

yang menyangkut kurang memadainya informasi tentang motivasi-motivasi
dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting. Interaksi yang
dilakukan secara terus-menerus, berkembangnya komunikasi dan transpotasi
antar negara dalam bentuk pertukaran informasi mengenai tujuan-tujuan
kerjasama, dan pertumbuhan berbagai institusi yang walaupun belum
sempurna dimana pola-pola kerjasama menggambarkan unsur-unsur dalam
teori kerjasama berdasarkan kepentingan sendiri dalam sistem internasional.18
Diskusi kerjasama internasional secara teori meliputi hubungan antara
dua negara atau hubungan antara unit-unit yang lebih besar disebut juga
dengan multilateralisme. Walaupun bentuk kerjasama seringkali dimulai
diantara dua negara, namun fokus utama dari kerjasama internasional adalah
kerjasama multilateral. Multilateralisme didefinisikan oleh John Ruggie
sebagai bentuk intstitusional yang mengatur hubungan antara tiga atau lebih
negara berdasarkan pada prinsip-prinsip perilaku yang berlaku umum yang
dinyatakan dalam berbagai bentuk institusi termasuk didalamnya organisasi
internasional, rezim internasional, dan fenomena yang belum nyata terjadi,
yakni keteraturan internasional.
Suatu kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor, antara
lain:19
1. Kemajuan di bidang teknologi yang menyebabkan semakin mudahnya
hubungan yang dapat dilakukan negara sehingga meningkatkan
ketergantungan satu dengan yang lainnya.
18 Ibid. Hlm. 420
19 Ginandjar Kartasasmita. Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. 1997. Hlm. 19

16

2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan
bangsa dan negara.
3. Perubahan sifat peperangan dimana terdapat suatu keinginan bersama
untuk saling melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama
internasional.
4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk bernegosiasi, salah satu metode
kerjasama internasional yang dilandasi atas dasar bahwa dengan
bernegosiasi akan memudahkan dalam pemecahan masalah yang
dihadapi.
Terkait dengan pembahasan dalam penelitian ini, adanya kerjasama
antar negara dapat meminimalisir dampak yang terjadi akibat dari eksploitasi
di Teluk Benggala. Adanya kerjasama dapat memunculkan kontribusi negaranegara anggota untuk bersama-sama menyelesaikan suatu persoalan dengan
adil dan disepakati bersama sehingga masing-masing memiliki kapasitas atau
kebijakan dalam menjalankan keputusan yang berawal dari kerjasama
tersebut. Dengan kerjasama juga dapat menghasilkan keefektifan program
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
3. Pendekatan Large Marine Ecosystem
Dikembangkan oleh Kenneth Sherman dan Lewis Alexander, konsep Large
Marine Ecosystem memberikan pendekatan berbasis sains untuk membagi lautan
di dunia, unit berbasis ekosistem yang memiliki utilitas manajemen. Large
Marine Ecosystem mencakup wilayah geografis lautan yang memiliki batimetri
yang berbeda, hidrografi, produktivitas, dan trophically dependent populations.

17

Batas-batas geografis dari Large Marine Ecosystem ditetapkan berdasar pada
tingkat margin kontinental dan sejauh mana arah laut arus pesisir. Lebih dari 90
persen sumberdaya perikanan dan kelautan dunia dihasilkan dari 64 ekosistem
kelautan. Beberapa ekosistem ini telah mengalami eksploitasi berlebihan,
degradasi yang tinggi serta polusi.
Inti dari pendekatan ini adalah penerapan lima modul penilaian dan
metodologi manajemen untuk proses perumusan dan pelaksanaan Transboundary
Diagnostic Analysis (TDA), Strategic Action Programme (SAP), dan National
Action Plan (NAP). Mengingat pentingnya LME terhadap lingkungan global dan
sosial ekonomi, pendekatan untuk mengelola LMEsmemiliki efek yang signifikan
tidak hanya pada LME sendiri, tetapi juga pada komunitas penduduk yang
bergantung pada mereka. Pendekatan ini yang digunakan oleh proyek-proyek
LME di seluruh dunia.
Terdapat 5 modul yang didefiniskan dan diilustrasikan oleh Dr. Kenneth
Sherman dan tim dapat diringkas sebagai berikut.
1. Productivity module. Modul ini berfokus pada “carrying capacity”20 dari
LME

untuk

mendukung

sumber

daya

perikanan.

Parameter

pengukurannya adalah aktivitas utama fotosintesis, keanekaragaman hayati
zooplankton dan variabilitas oseanografi. Dalam modul ini, pengukuran
sistematis dibuat untuk memantau dan menilai status dan perubahan unsurunsur tersebut. Informasi yang diperoleh tidak hanya mencerminkan
kondisi alam dari LME, tetapi juga menunjukkan dampak eutrofik.
20 D. Pauly and V. Christensen, “ Primary Production Required to Sustain Global Fisheries,”
Nature, 374 (1995): 257.

18

2. Fish and fisheries module. Fokus dari modul ini adalah pada perubahan
keanekaragaman hayati komunitas ikan, yang tidak hanya berdampak pada
perikanan di LME, tetapi juga mempengaruhi komponen lain dari
ekosistem. Dalam modul ini, survei sistemik dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang "perubahan tingkat keanekaragaman hayati dan
kelimpahan komunitas ikan"21 serta penyebabnya.
3. Pollution and ecosystem health module. Modul ini berkaitan dengan
pencemaran laut, yang merupakan penyebab utama dari degradasi dan
kerusakan lingkungan serta sumber daya di LME. Pemantauan dan
penilaian terhadap "perubahan status pencemaran dan kesehatan seluruh
LME"22 dilakukan dalam modul ini. Pemantauan sistemik data pada
kualitas air dan indikator biologis spesies yang digunakan untuk mengukur
efek polusi pada ekosistem dan mendeteksi penyakit yang muncul.
Keadaan kesehatan LME diperiksa berdasarkan indeks ekosistem
"keanekaragaman hayati, stabilitas, hasil, produktivitas, dan ketahanan."23
4. Sosioeconomic module. Modul ini membahas dimensi manusia di LME.
Keutamaan modul ini yaitu menyelidiki keadaan perkembangan sosial
ekonomi masyarakat manusia yang terhubung ke LME terutama industri
dan aktivitas manusia yang berkaitan erat dengan, atau tergantung pada,
LME. Output dari modul ini adalah berbasis ilmu pengetahuan, informasi
sosial ekonomi LME.

21 Ibid.
22 Ibid., at 446.
23 Ibid.

19

5. Governance module. Rezim pemerintahan untuk LME dirumuskan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari empat modul di atas serta
aturan internasional dan sistem yang dianut dalam perjanjian global dan
regional yang relevan dengan daerah yang bersangkutan. Reformasi
kebijakan, hukum, dan kelembagaan yang dibuat, dan langkah-langkah
lain yang diambil di tingkat regional dan nasional untuk meningkatkan tata
kelola LME. Prinsip dari rezim pemerintahan LME adalah adopsi,
pendekatan

berbasis

ekosistem

holistik

untuk

pengelolaan

dan

perlindungan lingkungan laut dan sumber daya. Pencapaian ini
membutuhkan integrasi temuan ilmiah dengan pertimbangan sosial
ekonomi dalam pengelolaan LME. Dengan demikian, rencana pengelolaan
sebuah LME dikembangkan dan dievaluasi tidak hanya atas dasar temuantemuan ilmiah, tetapi juga pada unsur-unsur sosial ekonomi masyarakat
yang bersangkutan, antara lain, kondisi sosial ekonomi mereka dan
dampak

sosial

ekonomi

dari

aktivitas

pengelolaan.

Mekanisme

pengelolaan terpadu yang didirikan bertujuan untuk mengharmonisasikan
kepentingan perlindungan sumber daya lingkungan laut dan manfaat sosial
ekonomi jangka panjang dari masyarakat pesisir yang bersangkutan.
Modul pemerintahan, a work-in-progress, harus didasarkan pada
pengalaman internasional dari proyek-proyek LME dan pengelolaan
pesisir dan laut terpadu. Tren modul pemerintahan LME adalah untuk
mengubah pandangan dari sektor tradisional, pendekatan spesies tunggal
ke yang lebih holistik, pendekatan terpadu untuk pengelolaan kelautan.

20

Tujuan umum adalah untuk mempromosikan keberlanjutan jangka panjang
dari sumber daya laut ekosistem.
Tiga modul pertama yaitu modul produktivitas, modul ikan dan perikanan
serta modul polusi dan kesehatan ekosistem berfokus pada keadaan alami
ekosistem, yang hasil akhirnya adalah informasi berbasis ilmu pengetahuan pada
LME. Modul keempat yaitu sosial ekonomi, berkonsentrasi pada dimensi manusia
dan dirancang untuk menghasilkan informasi berbasis ilmu pengetahuan sosial
pada LME, sedangkan modul terakhir, modul pemerintahan dirancang atau
berusaha

untuk

menyesuaikan

perilaku

manusia

terhadap

LME,

dan

meningkatkan hubungan antara masyarakat dan LME. Secara jelas, semua modul
ini dan komponennya saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain.24 Empat
model pertama mendukung Transboundary Diagnostic Analysis (TDA),
sedangkan modul pemerintahan terutama terkait dengan Strategic Action Plan/
Programme (SAP).25
Dalam kaitannya dengan program BOBLME ini, adopsi dari lima modul
dalam proses TDA- SAP- NAP tidak hanya mengintegrasikan ilmu pengetahuan
dan

elemen

sosial

ekonomi

dengan

rezim

pengelolaan,

tetapi

juga

mempromosikan keterlibatan dan kolaborasi ilmuwan,pengelola, stakeholder dan
masyarakat di LME khususnya Bangladesh dalam pembangunan rezim dan
implementasi. Secara bersama modul memudahkan penilaian yang komprehensif
dan manajemen terpadu LME.
24 A Framework for Monitoring and Assessing Socioeconomics and Governance of Large Marine
Ecosystems, NOAA Technical Memorandum NMFS-NE-158, ed. J. Sutinen, 2000, at 3, tersedia di
http://www.nefsc.noaa.gov/nefsc/publications/tm/tm158/tm158.pdf.
25 K. Sherman and A. M. Duda, “An Ecosystems Approach to Global Assessment and
Management of Coastal Waters,” in Baltic Sea Regional Project: Project Implementation and
Procurement Plan, Volume 2, Part A, ed. J. Thulin, June 2002, Annex 6, at 27

21

E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada dasarnya jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam
proposal penelitian ini adalah jenis eksplanatif yaitu penelitian yang berupaya
untuk menganalisa kepentingan Bangladesh dalam program The Bay of
Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME) tahun 2012-2014.
2. Jenis Data
Data-data yang disajikan dalam proposal ini adalah data sekunder yaitu
data yang berasal dari hasil interpretasi data primer baik berupa buku, artikel
dan akses media elektronik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode telaah pustaka (library research). Dalam
pembuatan proposal ini, penulis berusaha untuk mengkaji sejumlah literatur
serta referensi baik nasional maupun internasional yang berhubungan dan
memiliki relevansi dengan topik yang dibahas dalam proposal penelitian ini,
yang bersumberkan dari buku-buku literatur dan media internet.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik content
analysis, yaitu menganalisa sumber-sumber pustaka yang telah diperoleh
terkait dengan judul Kepentingan Bangladesh Dalam Program The Bay Of
Bengal Large Marine Ecosystem (BOBLME).
5. Definisi Operasional
a. Kepentingan Bangladesh yakni kepentingan terhadap kelestarian
Teluk Benggala termasuk SDA didalamnya. Dalam hal ini,
kepentingan yang terdiri atas kepentingan perekonomian dan
kepentingan geopolitik di Teluk Benggala dimana dapat dicapai

22

dengan keikutsertaannya dalam program The Bay of Bengal Large
Marine Ecosystem.
b. Program BOBLME merupakan program kerjasama 8 negara
disekitar Teluk Benggala dan berfokus pada rencana aksi nasional.
Dengan tingkat isu perbatasan, eksploitasi sumber daya kelautan dan
degradasi yang tinggi, mekanisme program BOBLME ini diperlukan
negara-negara anggota guna adanya kesepakatan bersama dalam
tatanan pengelolaan Teluk Benggala.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian yang berjudul “ Kepentingan Bangladesh
dalam program The Bay of Bengal Large Marine Ecosystem.”
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-teori yang
melandasi penelitian ini, metodelogi penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB II

TINJUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tinjauan kepustakaan dari literatur-literatur
yang dipilih untuk menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Bab ini memuat seputar teori
dan konsep serta referensi yang digunakan dalam penelitian ini

23

yang didapatkan melalui berbagai sumber baik media cetak
maupun media elektronik.
BAB III

GAMBARAN UMUM
Bab ini memaparkan variabel-variabel yang akan dideskripsikan,
yaitu mengenai gambaran tentang kondisi Teluk Benggala, dampak
yang ditimbulkan akibat eksploitasi, serta kontribusi Bangladesh
dalam program BOBLME.

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA
Bab ini akan membahas tentang hasil Kepentingan Bangladesh
Dalam Program The Bay Of Bengal Large Marine Ecosystem
(BOBLME).

BAB V

PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian
yang dilakukan, meliputi penolakan atau penerimaan hipotesis yang
telah dirumuskan. Sistematika penulisan penelitian yang berjudul “
Kepentingan Bangladesh Dalam Program The Bay Of Bengal
Large Marine Ecosystem (BOBLME) ”

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang akan memaparkan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, teori-teori yang
melandasi penelitian ini, metodelogi penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

24

Bab ini memaparkan tinjauan kepustakaan dari literatur-literatur
yang dipilih untuk menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Bab ini memuat seputar teori
dan konsep serta referensi yang digunakan dalam penelitian ini
yang didapatkan melalui berbagai sumber baik media cetak
maupun media elektronik.
BAB III

GAMBARAN UMUM
Bab ini memaparkan variabel-variabel yang akan dideskripsikan,
yaitu mengenai gambaran tentang kondisi Teluk Benggala, dampak
yang ditimbulkan akibat eksploitasi, serta kontribusi Bangladesh
dalam program BOBLME.

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA
Bab ini akan membahas tentang hasil analisa Kepentingan
Bangladesh Dalam Program The Bay Of Bengal Large Marine
Ecosystem ( BOBLME ) tahun 2012-2014.

BAB V

PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian
yang dilakukan, meliputi penolakan atau penerimaan hipotesis
yang telah dirumuskan.

25

Daftar Pustaka

Buku
Dougherty, James E dan Robert L Pfaltzgraff. Contending Theories of
International Relations: A Comprehensive Survey, 3rd Edition. New York,
Harper & Rows. 1990.
Kartasasmita, Ginandjar. Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. 1997.
Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Dan Metodologi.
Jakarta: PT Pustaka LLP3ES. 1990.
Md, Saiful Karim. Implementation of MARPOL Convention in Bangladesh. Vessel
Pollution in Bangladesh (2009) Vol. 6 . P. 52.
Yusuf, Sufri. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri: Sebuah Analisis
Teoritis dan Uraian Tentang Pelaksanaannya. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan. 1989.
Website
Bay Of Bengal Large Marine Ecosystem Project tersedia di
http://www.boblme.org/documentRepository/BOBLME-2011-Project-11.pdf
BOBLME.2015.Strategic Action Programme. Bay of Bengal Large Marine
Ecosystem Project, tersedia di http://www.boblme.org//
Communication Strategy tersedia di
http://www.boblme.org/documentRepository/BOBLME%20Communication
%20Strategy.pdf

26

Support to Sustainable Management of the Bay of Bengal Large Marine
Ecosystem (BOBLME) Project: Progress Report 2009-2012 tersedia di
http://www.boblme.org// tanggal 20 Agustus 2014.
Dam, Syamsumar. Politik Kelautan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.