Prinsip Prinsip Komunikasi dalam bisnis

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Farikha Rachmawati
riikhaa@gmail.com
Abstrak
Komunikasi merupakan sebuah aspek penting dalam kehidupan manusia. Sangat
disayangkan jika aspek penting ini disepelekan dengan alasan bahwa komunikasi adalah
sebuah bakat yang sudah dimiliki manusia sejak lahir. Terbiasa berkomunikasi bukan berarti
memahami komunikasi. Porter dan Samovar pernah mengatakan bahwasannya memahami
komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung,
mengapa itu terjadi, akibat-akibat apa yang terjadi, dan akhirnya apa yang kita perbuat untuk
mempengaruhi dan memaksimumkan hasil dari kejadian-kejadian tersebut. Banyak
kesalahan-kesalah kecil dalam berkomunikasi yang pada akhirnya menyengsarakan manusia,
untuk itu diperlukan pemahaman terhadap prinsip-prinsip komunikasi agar dapat
meminimalkan kesalahan fatal dalam kehidupan manusia.
Deddy mulyana mengemukakan prinsip komunikasi menjadi 12, yaitu komunikasi
adalah suatu proses simbolik; setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi; komunikasi
punya dimensi isi dan dimensi hubungan; komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan; komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu; komunikasi melibatkan
prediksi peserta komunikasi; komunikasi itu bersifat sistemik; semakin mirip latar belakang
sosial budaya semakin efektiflah komunikasi; komunikasi bersifat nonsekuensial; komunikasi

bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional; komunikasi bersifat irreversibel; dan
komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Menjadi komunikator dan komunikan yang baik bukanlah hal yang mudah, untuk itu
kita seharusnya memegang teguh prinsip-prinsip komunikasi agar komunikasi bisa berjalan
lancar dan efektif. Dengan memegang teguh 12 prinsip komunikasi yang dikemukakan Deddy
Mulyana kita mampu membuat strategi dalam komunikasi dan meminimalisir kesalahan yang
akan ditimbulkan.
Kata Kunci: komunikasi, prinsip.
Pendahuluan
Pertukaran pesan dari seseorang kepada orang lain melalui media dan metode tertentu
dengan harapan adanya persamaan perspektif atau pemahaman akan pesan tersebut,
kendatinya sudah dilakukan manusia sejak lahir bahkan sejak masih dalam kandungan.
Komunikasi yang awalnya tidak diperhatikan karena sudah dilakukan sejak manusia baru saja
dilahirkan, kini menuai kemajuan yang begitu pesat dimana kesalahan komunikasi akhirnya
meruntuhkan dunia. Kesalahan komunikasi ini terjadi karena tidak adanya prinsip-prinsip
yang diterapkan dalam kegiatan berkomunikasi. Komunikasi seharusnya tidak berjalan begitu
saja, tapi setiap yang berilmu memaknai komunikasi haruslah memiliki prinsip-prinsip nyata
demi baiknya komunikasi yang sedang berlangsung dalam masyarakat.

Komunikasi merupakan sebuah proses yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia.

Komunikasi bukan saja menghubungkan, tapi juga mendekatkan antara pribadi satu dan
lainnya. Sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan manusia, komunikasi haruslah
memiliki posisi yang penting karena niscaya yang tidak pernah berkomunikasi akan terisolasi
dari masyarakat. Komunikasi memiliki ragam prinsip-prinsip dan aspek-aspek yang selalu
melekat pada prosesnya. Setiap pengertian dan hakikat sesuatu akan lebih dimengerti
maknanya apabila ada prinsip-prinsip yang dijabarkan untuk memperluas pengertian dan
hakikat tersebut. Demikian pula prinsip-prinsip komunikasi berfungsi untuk memperjelas dan
menjabarkan definisi dan hakikat komunikasi.
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai
uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.
Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry
A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana,
Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi
yang akan memudahkan kita dalam memahami dan memaknai komunikasi.
Prinsip-prinsip Komunikasi
Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti di katakan sussanne K. Langer,
adalah kebutuhan kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. dan itulah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya dengan keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk suatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata – kata (pesan verbal),
perilaku non verbal, dan objek maknanya di sepakati bersama, misalnya memasang bendera
di halaman rumah untuk menyatakan kehormatan atau kecintaan terhadap Negara
kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa
dan menangani hubungan antara manusia dan objek baik nyata maupun abstrak) tanpa
kehadiran manusia dan objek tersebut. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan
antara tanda dengan objek dapat di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan.

Ikon adalah suatu benda fisik yang menyerupai yang direpresentasikannya.
Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya, patung soekarno adalah ikon soekarno
dan Foto anda di KTP adalah ikon anda. Indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah
merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah
sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indek muncul
berdasarkan hubungan antara sebab akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan
gelap indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap adalah indeks api.
Lambang memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
Lambang bersifat sembarang, manasuka atau wewenang – wenang
Apasaja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Alam tidak

memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan lambang-lambang
tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu baik yang konkret atau pun yang abstrak.

Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang memberi makna pada
lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri.
Persolan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi makna yang sama pada
suatu kata. Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan referent
(objek yang ditujunya).
Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat
lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga lambang yang kita berikan
pada lambang tersebut. Makna yang di berikan kepada sesuatu lambang boleh jadi berubah
dalam perjalanan waktu, meskipun berubahan makna itu berjalan lambat. Misalnya, panggilan
Bung yang pada zaman revolusi lazim di gunakan dan berkonotasi positif karena menunjukan
kesederajatan kini tidak pouler lagi, kecuali di gunakan oleh penyaji acara olah raga ketika
berbicaranya dengan nara sumbernya di studio TV.
Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah


terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal)
seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti
bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberikan
makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Contohnya anda minta seseorang
untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap
perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum dia bisa di tafsirkan bahagia,
kalau ia cemberut ia di tafsirkan ngambek. Prinsip ini menyadarkan kita bahwa setiap
perilaku kita bisa menafsirkan sesuatu karenanya kita kemudian sebaiknya was-was dalam
setiap tindakan agar tidak menimbulkan pemaknaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara
nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya
pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat ‘aku benci kamu’ yang di ucapkan nada
menggoda mungkin sekali jutru berarti sebaliknya.
Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda
bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada

isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain termasuk juga jenis
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan
berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda.Cerita yang penuh dengan kekerasan dan
sensualitas yangdisajikan televisi boleh jadi menimbulkan pengaruh lebih hebat, misalnya
dalam bentuk peniruan oleh anak anak atau remaja, bila di bandingkan dengan penyajian
cerita yang sama lewat majalah atau radio, karena televisi memiliki sifat audio visual,
sedangkan majalah mempunyai sifat visual saja, dan radio mempunyai sifat audio saja.
Komunikasi Berlangsungdalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang
tidak

sengaja

sama

sekali

(misal

ketika


memperhatikan

anda)

hingga

komunikasi

anda

yang

melamun

benar-benar

sementara

orang


direnacanakan

dan

disadari (ketika anda menyampaikan suatu pidato). Kesengajaan bukanlah syarat
untuk

terjadinya

komunikasi.

Meskipun

kita

sama

sekali


tidak

bermaksud

menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan
atau tidak menafsirkan perilaku kita.

Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja dan sadar
serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi
dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-cakap dengan seorang yang
baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakapcakap dengan teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa
berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila
teman tersebut menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita.
Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-asumsi
orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai contoh ketika
seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering menggaruk-garuk
kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut kurang siap, walaupun
mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan bahwa niat atau kesengajaan bukan
syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak
muda yang belum tahu tata krama Yogya-Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada

masyarakat Yogyakarta dan Solo klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan
dicap sebagai anak yang tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.
Dalam komunikasi sehari-hari terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang
tidak kita sengaja. Namun lebih banyak pesan nonverbal yang kita tunjukan tanpa
kita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung. Terlepas
dari

apakah

anda

menyengaja

perilaku

tersebut

atau

tidak.


Kadang-kadang

komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak sengaka. Jadi, niat kesengajaan
bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi
antara

orang-orang

berbeda

budaya

ketidak

sengajaan

berkomunikasi

ini

lebih

relevan lagi untuk kita perhatikan.
Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan
psikologis.Waktu

juga

mempengaruhi

makna

terhadap

suatu

pesan,

misalnya

orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain,
sebagai

konteks

sosial

juga

akan

mempengaruhi

orang-orang

berkomunikasi,

misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak
ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu, sedangkan
makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis.

Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan dengan ruang adalah akan dianggap “kurang
sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan memakai kaos oblong. Adapun waktu
dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut seoarang yang
berlangganan koran Republika dan koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tibatiba datang jam 09.00 tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi
tertentu.
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu,
intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik yang lazim
dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara
televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan
dimasjid.
Suasana psikologis peserta komunikas juga sangat mempengaruhi suasana
komunikasi. Contohnya ketika diputarkan lagu mellow, seseorang yang sedang patah hati bisa
menjadi sentimental kemudian menangis karena lagu itu mendukung suasanya hatinya.
Sebaliknya, jika lagu itu didengar seorang workaholic akan terkesan sangat cengeng.
Komunikasi begitu kompleks, kita harus paham betul pada situasi apa dan dimana kita
berkomunikasi agar dapat berjalan efektif.
Komunikasi Melihat Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya orangorang memiliki strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan
meresponnya. Prinsip ini mengansumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan
pada perilaku manusia, minimal secara persial dapat di ramalkan.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma
yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak
penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang
tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi
tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya ,
orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan

akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
Komunikasi Itu Bersifat Sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Komunikasi juga
menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam
transaksi komunikasi yaitu: sistem internal (seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang
individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam
berbagai lingkungan sosialnya) dan sistem eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur
dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat
fisik peserta, dan temperatur ruangan).
Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan sistem eksternal
tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi komunikasi kita namun persepsi kita atas
lingkungan kita juga memengaruhi cara berperilaku. Lingkungan dimana para peserta
komunikasi itu berada merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar.
Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan
para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi), yaitu adanya persamaan persepsi
akan suatu hal. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama,
pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang
sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap
simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Semakin banyak persamaan antara komunikator
dan

komunikan,

maka

komunikasi

yang

keberanekaragaman pesan dimengerti keduanya.
Komunikasi Bersifat Nonsekuensial

berlangsung

lebih

mudah,

karena

Meskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi manusia dalam
bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler atau
dua arah komununikasi ini. Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal berikut :
1.
2.
3.
4.

Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.
Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).
Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.

Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang bersifat linier,
sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroprasi
dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang
acak.
Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (Continous). Bahkan
kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “Tolong ambil garam” melibatkan rangkaian
kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Untuk lebih memudahkan
pengertian, kita dapat megatakan bahwa peristiwa itu dimulai katika orang A meminta garam
dan berakhir ketika orang B membirikan garam itu. Namun kita tidak dapat mengukur
peristiwa itu hanya berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam dan
pemberian garam itu. Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk
merumuskan dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak.
Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dalam pernyataan Heraclitus enam
abad sebelum Masehi bahwa “ seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang
sama dua kali. Jadi dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali.
Pandangan serupa juga dapat diterapkan pada fenomena berikut ini. Ketika Anda menonton
sebuah film Titanic misalnya untuk kedua kalinya keesokan harinya pada jam yang sama dan
duduk dikursi yang sama sekalipun, maka hakikatnya film itu bukanlah film yang sama,
karena film yang anda tonton kedua untuk kedua kalinya itu adalah film yang pernah anda
tonton sebelumnya.
Begitu jugalah komunikasi ; komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi
bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu, para peserta mempengaruhi, seberapa
kecil pun pengaruh itu, baik lewat kaomunikasi verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal.

Menanggapi salah satu elemen komunikasi, misalnya pesan verbal saja dengan mengabaikan
semua elemen lainya, menyalahi gambaran komunikasi yang sebenarnya sebagai proses yang
sinambung dan dinamis yang kita sebut sebagai transaksi. Transaksi menunjukan bahwa para
peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita tidak dapat mempertimbangkan salah
satu tanpa mempertimbangkan lainnya.
Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artifisial dalam arti
bahwa kita coba menangkap suatu gambaran diam (statis) dalam proses tersebut dengan
maksud untuk menganalisis kerumitan pristiwa tersebut, dengan menonjolkan komponenkomponen atau aspek-aspeknya yang penting.implikasi sebagai proses yang dinamis dan
transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah ( dari sekedar berubah
pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyadian
(enconding) dan penyadian balik (decoding). Kedua proses itu, meskipun secara teoretis dapat
dipisahkan, sebenarnyaterjadi serempak, bukan bergantian. Sebetulnya, para peserta
komunikasi merupakan sumber informasi, dan masing-masing membeeri serta menerima
pesan secara serentak. Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda
mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Jadi, perspektif transaksional
memberi penekanan pada dua sifat pristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling
mempengaruhi. Para pesertanya menjadi saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya
dapat dianilisi berdasarkan konteks pristiwanya.
Komunikasi Bersifat Irreversibel
Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan peristiwa, perilaku
berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Misalnya para pemimpin
negara yang menyalahgunakan kekuasaan dan kemudian jatuh dari kekuasaan akibat ulah
mereka, seperti Ferdinand Marcosdan soeharto, dan menimbulkan efek tertentu berupa
perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap para pemimpin itu, pengaruh itu tidak bisa
ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya.
Apa lagi bila penyampaian pesan itu dilakukan untuk pertama kalinya.
ketika anda tempil pertama kali untuk melakukan presentasi atau pidato, anda harus
mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan halayak terhadap kinerja anda akan

cenderung sulit dihilangkan sama sekali berdasarkan prinsip ini. Curtis et al mengatakan
bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam kaitan ini, kita bisa memahami pribahasa
“sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”.
Pesan yang menyinggung perasaan orang lain mungkin bisa dimaafkan tapi tidak bisa
dilupakan (to forgive but not to forget). Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi
sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyogyanya menyadarkan kita bahwa kita
harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain sebab efeknya tidak bisa
ditiadakan sama sekali meskipun kita berusaha meralatnya.
Contohnya ketika pembeli menawar harga sebuah baju yang awalnya 80.000 menjadi
60.000, pedagang tidak setuju dan menurunkan harga menjadi 70.000. Ketika terjadi tawar
menawar baju yang sukup alot antara pedagang dan pembeli, secara tidak sengaja
(keceplosan) pedagang menurunkan harga menjadi 60.000, tapi kemudian ia meralatnya.
walaupun perkataan tersebut diralat namun efeknya telah terjadi yaitu pembeli tidak akan
mau lagi jika harga baju dinaikkan. Ia tidak akan mau membeli baju tersebut lebih dari 60.000
karena si pedagang tadi telah menurunkan harganya.
Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang tanpa disengaja
mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu sulit dikembalikan lagi ke
posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radio atau televisi itu telah minta maaf dan
memuat hak jawab sumber berita secara lengkap. Ada saja pihak yang telah menaruh
prasangka buruk kepada sumber berita sudah dipulihkan melalui permohonan maaf media
cetak dan media elektronik yang bersangkutan atau pemuatan hak jawab sumber berita secara
lengkap, bahkan bila hal itu misalnya dicetak satu halaman penuh pada halaman dimana
berita pencemaran nama baik sumber berita dimuat sebelumnya.
Sekali kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan
tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Sifat
irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah.
Prinsip ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati2 untuk menyampaikan
suatu pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali.
Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah

Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah penasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau
konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah
struktual. Agar komunikasi efektif, kendala struktual kendala ini harus juga diatasi. Misalnya,
meskipun pemerintah berusaha payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga aceh
dan warga papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan
masyarakat di wilayah wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka
dan mengangkutnya kepusat.
Komunikasi antara berbagai etnik, baik antara warga tionghoa dengan warga pribumi,
antara suku madura dengan suku dayak di sambas (kalimantan) atau antara warga pendatang
(bugis makassar) dan warga pribumi di ambon, juga tidak akan efektif bila terdapat
kesenjangan ekonomi yang lebar diantara pihak pihak tersebut, juga bila pihak pihak tertentu
tidak memperoleh akses atau mengalami diskriminasi dalam lapangan pekerjaan yang
seharusnya juga terbuka bagi mereka. Hubungan antara warga tionghoa dan warga pribumi
akan semakin efektif bila warga tionghoa pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan
anggota TNI, tidak hanya sebagai pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi
selama ini
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan
persoalan atau konflik itu. Karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan
masalah struktural. Esensi dari konflik harus tetap dicari dan diselesaikan. Misalnya konflik
antara GAM dan pemerintah tidak akan pernah selesai walaupun pemerintah sudah berusaha
melakukan komunikasi seefektif mungkin apabila pemerintah tidak memenuhi janjinya untuk
mensejahterakan rakyat di daerah tetapi terus menerus hanya mengeruk kekayaan daerah
guna memperkaya pusat. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi.

Penutup
Dari semua uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip komunikasi
menurut Dedddy Mulyana dibagi dalam 12 prinsip, yaitu komunikasi adalah suatu proses
simbolik; setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi; komunikasi punya dimensi isi dan
dimensi hubungan; komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan;

komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu; komunikasi melibatkan prediksi peserta
komunikasi; komunikasi itu bersifat sistemik; semakin mirip latar belakang sosial budaya
semakin efektiflah komunikasi; komunikasi bersifat nonsekuensial; komunikasi bersifat
prosesual, dinamis, dan transaksional; komunikasi bersifat irreversibel; dan komunikasi
bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Terdapat 12 Prinsip komunikasi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
agar komunikasi berjalan lancar dan efektif. Komunikasi mempunyai beberapa prinsip prinsip yangg penting yang harus diperhatikan oleh seorang komunikan, dan prinsip - prinsip
ini mempunyai peran penting untuk seseorang yang melakukan komunikasi baik secara
individu maupun dengan orang lain, karena dengan berpegang teguh kepada 12 prinsip ini
kesalahan komunikasi dapat dihindari.
Daftar Rujukan:
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
http://expresikomunity.blogspot.com/2012/12/makalah-prinsip-prinsip-komunikasi.html
http://nurfatimahbintitokhari.blogspot.com/2012/12/prinsip-prinsip-komunikasi_3896.html
http://setiadarmawan.blogspot.com/2013/07/12-prinsip-prinsip-komunikasi-menurut.html
http://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/03-prinsip-prinsip-komunikasi/)
http://bukunnq.wordpress.com/2012/04/01/prinsip-prinsip-umum-komunikasi/
www.

Gudang Materi.com/2010/II/prinsip – prinsip – komunikasi.
http://mejikubirubiru.wordpress.com/2012/12/07/prinsip-prinsip-komunikasi/

Html