FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PASAR SERTA LA

FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PASAR SERTA LANGKAH CAMPUR TANGAN
PEMERINTAH

Nabylla Oktaviasari Pariyana / F1117039
Program S1 Ekonomi Pembangunan (Transfer)
Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK
Suatu pasar, apapun bentuk dan dimanapun keberadaannya, tentu saja dapat
mengalami kegagalan karena tidak adanya satu sistem yang benar-benar sempurna di
dunia ini. Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pasar adalah adanya monopoli
dan monopsoni, eksternalitas baik positif maupun negatif, pasar faktor domestik yang
tidak sempurna, serta kegagalan pemerintah.
Kemudian pemerintah sebagai fasilitator dapat melakukan beberapa cara untuk
mengatasi kegagalan pasar ini, yaitu memberikan subsidi, membatasi produk impor
yang masuk, adanya regulasi yang ketat, penggalakkan UMKM dan koperasi, dan
menentukan keseimbangan harga pasar.
Kata kunci : pasar, kegagalan, pemerintah

ABSTRACT
A market, whatever its shape and whenever its placed, surely could facing a

failure because there is not one system that perfectly fitted in this world. Some factors
that caused a market failure are monopoly and monopsony, both positive and negative
externalities, imperfectly factor domestic’s market, also government failure.
And then, government as the facilitator could does some methods to overcome
this market failure, such as giving subsidy, limiting import products, having some strict
regulations, supporting the UMKM and cooperative, and defined the equilibrium market
prices.
Keywords : market, failure, government
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pasar pada dasarnya merupakan tempat bertemunya demand (permintaan) dan
supply

(penawaran)

yang


membebaskan

penentuan

harga sepenuhnya

pada

mekanisme pasar itu sendiri. Namun hal ini berbeda dalam setiap jenis pasar yang ada.
Sosialis misalnya, percaya apabila pemerintah harus ikut campur dalam prosesnya
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Kapitalis menegaskan campur tangan
pemerintah harus ditekan seminimal mungkin agar mereka dapat mencapai keuntungan
sebesar-sebesarnya. Liberalis, mengaminkan kebebasan pada setiap individu yang
terlibat, karena mereka percaya masing-masing individu memiliki hak yang sama untuk
melakukan aktivitas ekonomi sesuai keinginan mereka, dan Campuran, memberikan
hak pada pelaku ekonomi untuk mendapatkan keuntungan tetapi juga memikirkan
kesejahteraan bersama.
Kemudian pertanyaan yang sering muncul adalah, sistem ekonomi apakah yang
tepat untuk menciptakan pasar dan pemerintah yang sama-sama makmur? Campurankah? Namun jawabannya adalah, tidak. Tidak semua negara memiliki kepentingan yang

sama, tujuan yang sama, juga kehidupan perekonomian yang sama. Amerika Serikat,
menganut paham liberalis untuk memberikan kebebasan pada warganya, tetapi sistem
ini sulit untuk diterapkan pada Indonesia karena apabila Indonesia diberikan kebebasan
serupa tanpa ada campur tangan pemerintah, swasta akan mengeruk keuntungan besar
yang berakibat distribusi pendapatan tidak merata di setiap pelosok negara.
Sistem perekonomian pada hakikatnya tidak akan pernah sempurna. Tidak akan
ada sistem yang sangat tepat untuk suatu negara, karena perubahannya yang dinamis
juga pengaruh globalisasi yang mendunia. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui apa sajakah faktor penyebab kegagalan pasar dan langkah campur tangan
pemerintah untuk mengatasinya.

2

BAB II
RUMUSAN MASALAH

II.1 Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang diatas, beberapa rumusan masalah yang dapat
disusun adalah :
1. Apakah faktor-faktor penyebab kegagalan pasar?

2. Apakah langkah-langkah campur tangan pemerintah untuk mengatasinya?

II.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa saja penyebab kegagalan pasar, dan
2. Mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan pemerintah untuk
mengatasi kegagalan pasar tersebut.

II.3 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Pihak akademis, sebagai bahan rujukan penelitian, maupun
2. Pihak non akademis untuk menambah pengetahuan tentang kegagalan
pasar dan campur tangan pemerintah.

3

BAB III
KAJIAN LITERATUR

Pasar pada awalnya dikenal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli,

dimana kemudian berkembang menjadi definisi yang lebih komplit menurut Philip Kotler
yaitu pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan itu. (PEMASAR, 2008). Jenis-jenis pasar itu sendiri dapat
diigolongkan

menjadi

beberapa

macam,

diantaranya

adalah

pasar

monopoli,


monopsoni, oligopoli, pasar persaingan sempurna, persaingan tidak sempurna, dan
beberapa lainnya.
Kemudian, suatu pasar dapat dikatakan gagal atau market failure manakala
berbagai eksternalitas negatif gagal direfleksikan dalam harga pasar, atau akibat adanya
praktek monopoli-oligopoli, atau juga akibat kegagalan-kegagalan pemerintah. Secara
teoritis, kegagalan pasar akan selalu muncul manakala kompetisi sempurna tidak terjadi
(Rustiadi, 2003). Sehingga, peran pemerintah yang semakin besar dalam perekonomian
tidak dapat dilepaskan dari kegagalan pasar (market failure). Kegagalan pasar inilah
yang pada mulanya menjadi latar belakang dirasa perlunya campur tangan pemerintah.
Mekanisme pasar melalui invisible hand dinilai tidak mampu secara efisien dan efektif
dalam menjalankan fungsinya yang menuurut Weimer dan Vinibg (1992) adalah
merupakan kegagalan pasar tradisional (Sasana, 2004).
Sedangkan menurut Mangkoesoebroto dalam Manik R. E. (2010), secara umum
ada beberapa fungsi pemerintah dalam suatu perekonomian modern, antara lain :
1. Fungsi alokasi, pemerintah mengusahakan agar alokasi sumber-sumber
ekonomi dilaksanakan secara efisien.
2. Fungsi distribusi, Kaldor mengatakan bahwa suatu tindakan dikatakan
bermanfaat apabila golongan yang memperoleh manfaat dari tindakan
tersebut memberikan kompensasi bagi golongan yang mengalami kerugian
sehingga posisi golongan yang rugi tetap sama seperti halnya sebelum

adanya tindakan yang bersangkutan.

4

3. Fungsi stabilisasi, perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada
sektor privat sangat peka terhadap guncangan keadaan yang akan
menimbulkan pengangguran dan inflasi.

Merujuk pada Krueger dalam Sasana (2004) kegagalan pemerintah dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis : omossion failures dan commision failures.
Commision failures misalnya pada BUMN yang ongkosnya mahal dan tidak efisien,
ketidakefisienan dan pemborosan dalam program-program investasi pemerintah, kontrol
pemerintah yang terlalu jauh dan mahal biayanya atas aktivitas sektor swasta, maupun
defisit anggaran pemerintah yang disebabkan oleh defisit BUMN dan mendorong inflasi
yang tinggi dengan konsekuensi lanjutannya adalah terhadap alokasi sumber daya,
perilaku tabungan maupun alokasi investasi swasta. Sedangkan failures of omossion
misalnya memburuknya fasilitas transportasi dan komunikasi yang menyebabkan
naiknya biaya aktivitas sektor swasta maupun sektor publik, pemeliharaan fixed nominal
exchange rate berhadapan dengan Iaju inflasi yang begitu cepat yang disokong dengan
exchange control dan lisensi impor, kegagalan memelihara fasilitas infrastruktur yang

ada.
Disamping adanya kebutuhan akan penyediaan infrastruktur, ada beberapa
alasan lain yang menyebabkan perlunya pemerintah melakukan intervensi dalam pere
konomian. Menurut Meier (1995, h. 548) argumen tersebut adalah, pertama, adanya
kegagalan pasar atau market failure, termasuk adanya ekstemalitas ekonomis, skala
produksi yang menaik, penyediaan barang publik dan informasi yang tidak sempuma.
Kedua, perhatian untuk menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan distribusi
pendapatan. Ketiga, adanya tuntutan atau hak untuk pemenuhan fasilitas pokok seperti
pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Keempat, penyediaan dana-dana untuk
masyarakat tertentu yang menjadi tanggung jawab pemerintah, seperti pensiun,
beasiswa, dan sebagainya, Kelima, melindungi hak-hak generasi mendatang, termasuk
yang berkaifan dengan masalah lingkungan (Hamid, 2016)
Tidak hanya sampai disitu, banyaknya impor bahan pangan yang masuk
membuat harga produk-produk tersebut menjadi rendah, dan petani Indonesia
terabaikan. Dalam jangka panjang ketergantungan, semakin tinggi pasokan pangan dari
impor dan kerugian petani akan semakin berkepanjangan (Hariyati, 2003). Ada tiga
kekhawatiran atas langkah liberalisasi perdagangan pangan, antara lain :
5

a. lndonesia akan semakin tergantung pada pasokan pangan dari impor untuk

memenuhi kebutuhan pangan nasional, karena kecenderungan harga
pangan yang semakin menurun,
b. Basis produksi pangan dalam negeri akan semakin berkurang, karena petani
enggan menanam padi atau pangan lainnya karena tidak ada jaminan harga,
dan
c. Meluasnya keresahan petani karena kegagalan pemerintah mengatasi
gejolak harga padi

6

BAB IV
Pembahasan

IV.1 Kegagalan Pasar
Pasar, pada dasarnya dapat mengalami kegagalan, entah karena munculnya
harga yang tidak kompetitif, pihak swasta terlalu banyak mengambil keuntungan hingga
pihak lain dirugikan, tidak mampunya pasar untuk menyediakan produk yang diperlukan,
maupun ketidakseimbangan alokasi. Sehingga beberapa hal yang dapat menyebabkan
kegagalan pasar antara lain :
a. Adanya monopoli atau monopsoni

Monopoli merupakan suatu kondisi pasar dimana hanya ada satu penjual
(contohnya PLN dan Pertamina) yang berpotensi menentukan harga sesuai
keinginan mereka.
Sedangkan monopsoni merupakan kondisi pasar dimana ada banyak penjual
dan satu pembeli, yang berakibat dengan mudahnya pembeli mengontrol
harga.
Baik kedua kondisi pasar ini, bukan merupakan kondisi yang sempurna
karena memungkinkannya tidak tercapai kesepakatan harga, baik dari
pembeli maupun penjual, sehingga salah satu pihak pasti merasa dirugikan.
b. Eksternalitas positif maupun negatif
Yaitu suatu keadaan yang diterima atau ditanggung masyarakat meskipun
tidak

diperhitungkan dalam

transaksi

barang

privat.


Hal

ini

dapat

menyebabkan underestimate pada manfaat juga pengeluaran yang mungkin
dilakukan penjual, sehingga output yang dikeluarkan apabila lebih sedikit dari
efisiensi produk akan menyebabkan kerugian bagi banyak orang, dan apabila
lebih banyak dari efisiensi maka akan lebih banyak orang yang dapat
menikmatinya.
Eksternalitas dapat menyebabkan kegagalan pasar apabila belum adanya
terciptanya keseimbangan dan pemerintah tidak segera turun tangan untuk
meminimalisir kerugian yang mungkin ditimbulkannya.

7

c. Pasar faktor domestik yang tidak sempurna
Faktor-faktor domestik yang kalah bersaing dengan produk impor bisa
menjadi salah satu penyebab kegagalan pasar, karena masyarakat akan
lebih memilih produk murah buatan luar negeri dengan kualitas yang sama,
meski apabila mereka membeli produk domestik mereka akan membantu
perekonomian produsen-produsen tersebut dan tenaga kerjanya.
d. Kegagalan pemerintah
Terlambatnya

pemerintah

dalam

ketidakseimbangan

pasar

dikarenakan

pemerintah

peran

dapat

bertindak

menyebabkan
masih

dapat

untuk

mengatasi

kegagalan,

hal

ini

dibilang

penting

pada

kegagalan

pasar

dapat

keberlangsungan sistem perekonomian.
Dari

beberapa

penyebab

diatas,

tentu

saja

mengakibatkan kerugian dan ketidakefisiensian dalam beberapa hal, yaitu diantaranya :
a. Pembangunan wilayah / negara dapat terhambat
Kegagalan pasar dapat menyebabkan ketidakmakmuran rakyat, dan hal
tersebut tentu berpengaruh terhadap pembangunan negara. Apabila
rakyatnya tidak makmur, kemungkinan untuk pembayaran pajak akan
rendah, dan negara akan kesulitan mendapatkan pemasukan untuk
pembiayaan pembangunan.
b. Adanya kesenjangan pendapatan yang tinggi
Pemilik perusahaan yang mampu mengeruk keuntungan tinggi dapat
dipastikan menjadi kaya, sedangkan buruh yang mereka miliki akan tetap
dalam garis kemiskinan tanpa dapat berbuat apa-apa. Hal ini menjadikan
pihak yang kaya menjadi lebih kaya dan pihak yang kekurangan akan tetap
kekurangan apabila pemerintah tidak segera mengambil tindakan.
c. Tidak meratanya distribusi pendapatan di pelosok negara
Kondisi geografis Indonesia yang tidak sama satu sama lain menjadikan
pasar di Aceh tentu berbeda dengan pasar di Papua. Bisa jadi, dengan
keterbatasan transportasi di Papua, maka pendapatan yang dihasilkan pun
lebih rendah daripada Aceh, begitu pula sebaliknya.

8

IV.2 Langkah Campur Tangan Pemerintah
Pemerintah sebagai badan yang memiliki kewenangan untuk mengatur UndangUndang, kebijakan untuk

mencapai kemakmuran rakyat,

penyedia pelayanan

kesejahteraan, dan pemberi fasilitas pertumbuhan yang stabil diperlukan untuk segera
mengambil tindakan yang diperlukan apabila kegagalan pasar terjadi.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah apabila kegagalan pasar
terjadi, antara lain :
a. Memperbolehkan pemerintah untuk menentukan keseimbangan harga, untuk
menjembatani harga yang diinginkan baik produsen dan konsumen agar
tidak terjadi ketimpangan yang terlalu.
b. Membatasi masuknya barang impor untuk melindungi produksi barang dalam
negeri, hal ini juga bertujuan untuk menggenjot perekonomian dari dalam.
c. Memberikan subsidi bagi produsen atau masyarakat yang hendak memulai
atau melanjutkan usaha, khususnya petani, karena Indonesia merupakan
negara agraris dan sebagian besar mata pencaharian rakyat adalah petani.
d. Mengendalikan inflasi, sehingga dengan adanya kegagalan tersebut tidak
membuat harga-harga produk melonjak semakin tinggi.
e. Sesuai (Nuswandari, 2009), kegagalan pasar dapat diatasi dengan regulasi
untuk mendorong pengungkapan informasi sebagai tindakan kolektif bukan
tindakan individual atau sukarela. Hal ini untuk menghindari kecurangan
dalam penentuan harga dan ketidaksesuaian informasi yang beredar.
f.

Menggalakkan UMKM dan koperasi untuk menaikkan perekonomian negara.
Dalam konteks yang lebih besar koperasi dapat dilihat sebagai wahana
koreksi oleh masyarakat pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen,
dalam memecahkan kegagalan pasar dan mengatasi inefisiensi karena
ketidaksempurnaan pasar (Soetrisno, 2003). Karena usaha-usaha kecil
seperti ini biasanya tetap dapat bertahan meski dilanda krisis sekalipun.

g. Selain membantu dari ruang lingkup pasar, pemerintah juga dapat
menyejahterakan masyarakat dengan pembangunan negara yang stabil dan
pemberian fasilitas publik yang baik, yang tentunya harus didukung oleh
pembayaran pajak yang teratur oleh rakyat.

9

Namun, apakah hal tersebut berarti pemerintah telah melakukan tugasnya
dengan baik dan tanpa masalah? Ternyata tidak. Masalah yang timbul akibat
kurang cekatannya pemerintah dalam penanganan permasalahan negara
ternyata cukup banyak. Beberapa diantaranya adalah korupsi yang merajalela,
kontrol pemerintahan yang buruk, defisit anggaran akibat pembayaran hutang,
kegagalan pemeliharaan infrastuktur dan fasilitas yang sudah ada (Sasana,
2004) yang menyebabkan biaya pemeliharaan membengkak. Padahal apabila
hal-hal ini ditekan seminimal mungkin, pemerintah dapat mengumpulkan dana
yang lumayan besar untuk kesejahteraan masyarakatnya.

10

BAB V
Kesimpulan

V.1 Kesimpulan
Jenis apapun pasarnya, entah itu sosialis, kapitalis, liberalis, maupun campuran,
tentu bisa mengalami kegagalan. Beberapa penyebabnya adalah adanya monopoli dan
monopsoni ; eksternalitas positif dan negatif ; adanya produk domestik yang tidak
sempurna ; serta kegagalan pemerintah. Kemudian langkah-langkah yang dapat
dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya membiarkan
pemerintah untuk menentukan keseimbangan harga ; membatasi masuknya barang
impor ; memberikan subsidi pada rakyat ; mengendalikan inflasi ; membuat regulasi
yang ketat ; menggalakkan UMKM dan koperasi ; serta pemberian fasilitas yang baik
dan proses pembangunan negara yang stabil.

V.2 Saran
Dari pemaparan materi dan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat saya
berikan adalah :
a.

Di Indonesia, peran pemerintah masih dibilang sangat penting. Hal ini

dikarenakan negara menganut sistem demokrasi ekonomi dengan azas kekeluargaan
demi menyejahterakan semua pihak yang terlibat, sehingga kewenangan pemerintah
dalam pasar dapat dibilang sangat krusial. Diharapkan dengan ini pemerintah tidak
menyalahgunakan kewenangannya untuk mengeksplotasi pasar.
b.

Diharapkan beberapa kegagalan yang berasal dari pemerintah seperti

kurang perhatiannya terhadap infrastruktur dan fasilitas umum juga korupsi yang terus
merajalela dapat ditekan seminimal mungkin untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
c.

Diharapkan pemerintah lebih bisa menghargai hasil tani dalam negeri

dibanding impor, karena hal ini juga menyangkut kesejahteraan rakyatnya yang
sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani.

11

Daftar Pustaka

Ahmad, M. (2017). Kesangkilan pasar hasil perikanan di kawasan pesisir. DINAMIKA
PERTANIAN, 28(1), 73-82.
Hamid, E. S. (2016). Peran dan intervensi pemerintah dalam perekonomian. Economic Journal of
Emerging Markets, 4(1), 41-58.
Hariyati, Y. (2003). PERFORMANS! PERDAGANGAN BERAS DAN GULA INDONESIA PADA
ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN.
Irawanti, S., Maryani, R., Effendi, R., Hakim, I., & Dwiprabowo, H. (2008). Kebijakan
penetapan harga dasar penjualan kayu hutan tanaman rakyat dalam rangka pengembangan
Hutan Tanaman Rakyat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 5(2).
Manik, R. E., & Hidayat, P. (2010). Analisis Kausalitas antara Pengeluaran Pemerintah dan
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara (Metode Cointegration Test dan Granger Causality
Test). Jurnal Keuangan & Bisnis Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Harapan, 2(1), 46-56.
Muklis, I. (2009). Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan dalam
Perspektif Teoritis. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun, 14.
Nurmandi, A. (2010). Manajemen Pelayanan Publik.
Nuswandari, C. (2009). Pengungkapan pelaporan keuangan dalam perspektif signalling
theory. Jurnal Ilmiah Kajian Akuntansi, 1(1).
PEMASAR, P. D. (2008). Manajemen Pemasaran.
Rahayu, S. E. (2014). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Sumatera Utara. JURNAL ILMIAH MANAJEMEN & BISNIS, 11(2).
Rustiadi, E. (2003). Pengembangan Wilayah Pesisir sebagai Kawasan Strategis Pembangunan
Daerah.
Santosa, P. B. (2008). Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan.
Sasana,

H.

(2004).

Kegagalan

Pemerintah

Dalam

Pembangunan. Jurnal

Dinamika

Pembangunan (JDP), 1(Nomor 1), 31-38.
Soetrisno, N. (2003). Koperasi Indonesia: Potret dan Tantangan. Jurnal Ekonomi Rakyat.
Wajdi, M. B. N. (2016). Monopoli Dagang Dalam Kajian Fiqih Islam. AT-Tahdzib: Jurnal Studi
Islam dan Muamalah, 4(2), 81-99.

12