PENGUATAN FUNGSI BADAN PENGAWAS PEMILU R

PENGUATAN FUNGSI BADAN PENGAWAS, PEMILU REPUBLIK INDONESIA
UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU BERKUALITAS.
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Sistem demokrasi yang baik merupakan idaman tidak hanya bagi Negara tapi lebih
khusus pada masyarakat, demokrasi yang baik jujur dan bersih adalah gerbang terdepan dalam
membangun bangsa dan ataupun Negara, demokrasi tidak hanya diartikan sebagai alat polotik
tapi lebih luas di artikan juga sebagai perwujudan dari pemerintahan rakyat yang berdaulat,
sedangkan demokrasi menurut HARRIS SOCHE ‘’Ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat,
karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga nerupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi, diri dari setiap paksaan dalam suatu badan yang
diserahkan untuk memerintah’’ tidak hanya dalam perspektif teoritis namun secara yuridis diatur
juga di dalam UUD NRI 1945 Pasal 1 ayat 2 di kemukakan bahwa ”kedaulatan di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD ‘’ dengan demikian indonesia sebagai Negara yang terluas di
asia tenggara dan salah satu Negara terpadat didunia, hal inilah yang mendasari sehingga di
perlukannya sistem dalam mewujudkan demokrasi sebagai mana yang telah diamahkan dalam
pembukaan UUD 1945 PADA ALINEA KE 4, mengingat Indonesia sebagai Negara kepulauan
dan merupakan Negara maritime dengan luas wilayah mencapai 1.904.569 km2 dan merupakan
salah satu Negara berkembang di asia. Sehinga menjadi tugas pemerintah dlam mewujudkan
demokrasi yang LUBERJURDIL, dengan wilayah yang cukup luas tidaklah memungkinkan
untuk meminta pendapat dari setiap masyarakat dalam menjalankan pemerintahan, sehingga di

perlukannya suatu sistem untuk dapat mewakili setiap aspirasi masyarakat, Dalam kedaulatan
rakyat dengan adanya demokrasi secara langsung (representative democracy), atau demokrasi
tidak langsung (indirect democracy), yang merupakan alat dalam menjalankan kedaulatan itu
melalui wakil-wakil rakyat, Agar wakil-wakil rakyat tersebut benar-benar dapat bertindak atas
nama rakyat, sebagaimana yang di katakana oleh Abraham Lincon yaitu system pemerintahan
yang di selenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. maka wakil-wakil rakyat itu
harus ditentukan sendiri oleh rakyat. Dalam hal menetukan wakil rakyat pemerintah membuat
suatu lembaga yang kemudian di namakan lembaga pemilihan umum, melalui lembaga inilah
para rakyat dapat memilih yang akan di jadikan wakil dlam penyelenggaraan dan penyaluran
apresiasi di dalam menjalankan suatu pemerintahan, di indonesia sendiri dikenal beberapa
lembaga pemilihan umum yaitu komisi pemilihan umum (KPU) dan badan pengawas pemilu
(BAWASLU)
Berdasarkan UU no. 15 thn 2011 tentang penyelenggaraan pemilihan umum ‘’ pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang di selenggarakan secara langsung umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil, dalam Negara kesatuan republic Indonesia berdasarkan pancasila dan
undang-undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945. Dan kemudian di ubah kedalam
UU no. 7 Thn 2017. Dalam penyelenggaran pemilu ‘’lembaga yang berwenang dalam

penyelenggaraan pemilu terdiri atas komisi pemilihan umum, badan pengawas pemilu dan dewan
kehormatan penyelenggaraan pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaran pemilu

untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat, anggota dewan perwakilan daerah, presiden
dan wakil presiden, dan untuk memilih anggota dewa perwakilan rakyat daerahsecara langsung
oleh rakyat’’ sebagaimana yang di maksudkan dalam UU no. 7 tahun 2017 pasal 1 ayat 4 tentang
uu pemilu.
Dalam pemilihan umum di kenal juga lembaga badan pengawas pemilu yang di mana tugas dari
lembaga ini menurut UU no 7 tahun 2017 pasal 93 bagian (A) yaitu ‘’ menyusun standar tata
laksana pengawas penyelnggaran pemilu untuk pengawas pemlu di setiap tingkatan’’ dan sebagai
pengawas persiapan penyelenggaraan pemilu selain itu bawaslu juga bertugas dalam pencegahan
dan penindakan terhadap penyelenggaraan pemilu, selain itu bawaslu berwenang menerim dan
menindak lanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan pelanggaraan terhadap peraturan
perundang undangan yang mengatur tentang pemilu, memeriksa dan mengkaji memutus
pelanggaran administrasi pemilu, memeriksa mengkaji dan memutus pelanggaran polotik uang.
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa penyelnggaraan pemilu dalam mewujudkan sistem
demokrasi yang berkualitas melalui UU no. 7 tahun 2017 menjabarkan secaa rinci tugas dan
wewenang dari bawaslu, pada dasarnya kinerja dari bawaslu diharapan dapat menagngani
permasalah’’ yang terjadi dalam pemilu, tapi pada kenyataannya yang terjadi banyaknya
kencurangan kecungan yang terjadi dilapangan saat pemilu merupakan bentuk kegagalan dari
bawslu dalam mewujudkan pemilu yang LUBERJUDIL sebagaimana yang termaktum dalam
UU no 7 tahun 2017 tentang penyelenggaraan pemilu.


GAGASAN

Pada tanggal 9 April tahun 2014 terjadi pesta Demokrasi, di selenggarakannya pemilu dan
pemilihan umum, dimana saat itu rakyat terlibat langsung dalam menentukan para wakil
wakilnya yang akan nantinya di jdikan sebagai pemimpin yang akan menyalurkan aspirasi
mereka didalam pemerintahan, kehidupan Demokrasi di Indonesia, adalah bentuk nyata dari
perwujudan demokrasi dari Negara republic Indonesia .Dimana di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia pasal 22 E ayat (2) “ pemilihan Umum diselenggarakan untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil
Presiden, serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah’’ selain itu perwujudan dari demokrasi diatur
pula di dalam pasal 22E ayat (5) yakni ‘’ pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri’’ Dari Penjabaran diatas dapat di
tafsirkan bahwa pemiilihan Umum kita akan memilih wakil wakil rakyat yang akan menjadi
penyelenggara pemerintahan. Namun, dalam penerapanya, demokrasi itu sendiri seringkali
dinodai dengan penyimpangan-penyimpangan seperti yang terjadi di Indonesia saat ini:
1. money politic adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye, Dalam permasalah money
politik dari segi yuridis tentunya hal ini memiliki payung hukum tersendiri yang dimana
telah diatur dalam UU no 15 tahun 2011 dan kemudian diganti kedalam UU no 7 tahun
2017 tentang pemilihan umum pasal 95 poin (C) yaitu ‘’ memeriksa, mengkaji, dan
memutus pelanggaran pilitik uang’’ akan tetapi money politic atau politik uang, masih

saja mewarnai penyelenggaraan pemilihan umum di sejumlah Negara Tenggara
diantaranya Filipina, Thailand, Malaysia dan termaksud juga Indonesia. Praktik
semacam ini merupakan hal yang jelas bersifat ilegal dan termasuk kedalam tindakan
kejahatan.sebagaimana telah diatur pula di dalam pasal 73 undang-ungang no 3 tahun
1999 yang berbunyi’’ barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum
menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik
supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu dipidana dengan pidana hukuman
penjara paling lama tiga tahun’’ pidana ini juga dikenakan kepada pemilih yang
menerima suap berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu. Selain itu Dana money
Politics tersebut biasanya berasal dari dua sumber. Pertama, berasal dari pendukung yang
memiliki kepentingan kepentingan pribadi untuk menjalankan keinginanya. Seperti di
Indonesia sendiri hampir 60 persen diperoleh dari pengusaha. Kondisi ini tentunya
berimplimintasi serius pada kebijakan pemerintah yang terpilih nantinya di krenakan
mereka merasa memiliki hutang budi kepoada para pengusaha atau orang yang
memberikan mereka modal dalam menyelenggarakan kampnyenya sehingga mereka
lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan pengusaha yang mendukung atau
membantunya pada saat pemilu sehingga hal tersebut berdampak pada kebijakankebijakan yang nantinya akan di ambil atau diterapkan dalam masa jabatanya.
Penggunaan dana kampanye yang bersumber dari penguasa merupakan hal yang
berbahay Karena pada akhirnya akan menimbulkan politik kartel, dari sini dapat terlihat
bahwa masyarakat banyak di Indonesia sebagai penopang utama demokrasi hanya

dijadikan objek politik, dan mereka hanya di perhitungkan sebagai angka numeric

perolehan suara untuk memcapai kemenangan kontestan politik. Kedua, dana berasal dari
pribadi calon sehingga akan menciptakan politik balik modal yang akan berdampak pada
besarnya resiko terjadinya korupsi. Dari perhitungan sederhana, praktik money politics
membuka ruang yang sangat lebar untuk terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme, .
Pasalnya ketika ia menduduki suatu jabatan, maka ia akan berusaha untuk
mengembalikan dana yang telah ia habiskan melalui berbagai cara. Tak jarang, banyak
pula wakil rakyat yang di beritakan telah melakukan berbagai penyimpangan dan
pelanggaran hukum. Ironisnya masyarakat semakin menerima penyimpanganpenyimpangan dalak pemilu sebagai sebuah kewajaran, sehingga menjadi permisif dari
hal tersebut. Olehnya itu kita sebagai bagian dari Masyarakat dan penentu kebijakan
pemerintah juga harus cerdas dalam memilih para calon pemimpin yang nantinya akan
dijadikan sebagi wakil dari kalangan masyarakat. Adapun dampak dari Money politics
adalah kerugian besar bagi pemerintah dimana akan tercipta produk perundangan atau
kebijakan yang kolutif dan tidak tepat sasaran. Pasalnya mereka yang menjabat tidak
sesuai dengan kapasitas atau bukan ahli di bidangnya. Tak hanya berimbas buruk pada
masyarakat, pelaku, dan pemerintah, praktik money politics berakibat pada pencitraan
yang buruk serta terpuruknya partai politik.
2. Golongan Putih atau Golput.fenomena golput adalah hal lumrah dalam setiap pesta
demokrasi bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada demokrasi tanpa golput, Pada

dasarnya golput merupakan bentuk protes atau rasa kekecewaan masyarakat terhadap
sistem pemilu maupun para calon peserta pemilu, munculnya golput dalam pemilu tidak
terlepas dari kecenderungan pemilih yang bersikap apatis dan krtis, sejumlah studi
tentang perilaku memilih menunjukkan ketidak percayaan terhadap partai politik dan
politisi di berbagai Negara, sikap kritis dan apatis cenderung meningkat seperti (diamond,
gunther) pada tahun 2001, pemilu sebagai bagian dari demokrasi adalah cita-cita bangsa
Indonesia dengan demikian golput sama sajadengan tidak setujunya peyelenggaraan
pemiluh, dengan mengabaikan hak pilih pada pemilu menyebabkan dampak negative
bagi pembanguna nasional, hal ini sejalan dengan gagasan dari syahrial loetan (pengamat
perencanaan pembangunan nasional) selain itu kelompok yang tidak menggunakan hak
suara pada saat pemilu berpotensi menjadi kekuatan yang dapat melakukan ‘’sabotase’’
atas program-program yang telah disusun oleh pemerintah, resiko ini dapat pula berupa
pembelokan arah pembangunan maupun berupa hambatan yang dapat memperlambat laju
pembangunan, sering kali kelompok yang tidak menggunakan hak suaranya, secara
politis merasa berada diluar dari sistem politik yang di bangun sehingga mereka tidak
menganggap dirinya tidak bermasalah apabila tidak memberikan dukungan pada calon
peserta pemilu. Semakin tinggi jumlah masyarakat yang Golput, berarti tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemilu semakin rendah.Saat ini Indonesia masih berada dibawah
system demokrasi terpimpin presiden Soekarno dan dibawah rezim Soeharto partisipasi
masyarakat dalam pemilu tergolong sangat tinggi. Namun, hal tersebut tidak berarti

bahwa masyarakat benar-benar telah melakukan proses demokrasi dengan baik, pasalnya,

pemilu yang terselenggara pada saat itu dianggap tidak demokratis karena tidak
mengusung asas langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil.Meningkatnya
Golput secara signifikan baru terjadi pada system pemilihan presiden 2004 dari 7,3 %,
golput pada pemilu tahun 1999, masyarakat yang memutuskan untuk tidak memberikan
suaranyameningkat 15,9% pemilu Legeslatif 2004. Bahkan terdapat 21,18% dan 23,4%
Golput dalam pemilu Presiden tahap I dan tahap II di tahun tersebut, 29,1% Golput dalam
Pilpres 2014,28,3% Golput pada Pileg2014. Untuk pertama kalinya, Indonesia
menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara serentak pada Desember
2015 lalu. Sebanyak 829 pasangan calon memperebutkan suara di 9 provinsi, 224
kabupaten, dan 36 kota. Pilkada 2015 berlangsung relatif lancar tanpa gejolak yang
berarti. Namun isu partisipasi masyarakat menjadi masalah tersendiri dalam Pilkada kali
ini.Sebelum hari H, KPU menargetkan tingkat partisipasi nasional di Pilkada 2015
mencapai 77,5%. Namun pada akhirnya, secara nasional hanya 70% pemilih yang
memberikan suara mereka. Artinya, tingkat Golput dalam Pilkada serentak 2015
mencapai 30%.Salah satu daerah yang tingkat partisipasinya terendah adalah kota Medan,
Sumatera Utara. Di Medan, tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada hanya mencapai
26,88%. Hampir 3/4 warga Medan memutuskan untuk Golput dengan tidak memberikan
suaranya.Menurut Pimpinan Bawaslu DKI Jakarta Achmad Fachrudin, tingginya tingkat

Golput disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk regulasi, konflik dalam partai politik,
serta para kandidat kepala daerah yang tidak memiliki nilai jual di mata masyarakat.
Memilih dalam Pemilu adalah hak bagi seluruh Warga Negara Indonesia yang telah
memiliki KTP. Namun bagi mereka yang memutuskan untuk tidak memilih apapun
alasannya alias menjadi Golput, sebenarnya tidak menyalahi aturan perundang-undangan
apapun, sehingga tidak dapat dipidana.Meskipun begitu, Pasal 308 UU No.8 Tahun 2012
tentang Pemilu memberikan ruang bagi penegak hukum untuk menjerat orang siapapun
yang mengajak orang lain untuk golput.“Setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan, dan/atau menghalangi seseorang yang akan melakukan haknya
untuk memilih, melakukan kegiatan yang menimbulkan gangguan ketertiban dan
ketenteraman pelaksanaan pemungutan suara, atau menggagalkan pemungutan suara
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).” Pasal 308 UU No.8/2012 tentang
Pemilu.Pasal tersebut menunjukan bahwa jika ada seseorang yang menghalangi siapapun
untuk memilih, orang tersebut dapat dikenakan sanksi hukum.Tetapi jika seseorang
memutuskan untuk Golput karena pilihannya sendiri, yang bersangkutan tidak melanggar
aturan hukum apapun

3. Pengelembungan suara dapat juga di artikan dengan pengambilan suara dengan
mencoblos sendiri kartu pemilu, modus pengelembumgan suara dengan memanfaatkan

surat yang tidak terpakai atau surat suara yang tidak di coblos, pengelembungan suara

inilah yang banyak di peraktekkan, modus ini mudah di lakukan Karena pihak yang
berwenang lengah dalam memperlakukan sisa surat suara dan surat tidak sah yang tidak
tercoblos, smentara saksi parpol pun kurang mendapat informasi terkait hal ini.



Usaha-Usaha yang Pernah Di lakukanPemerintah
Dalam Negara demokrasi modern, pelaksanaan kedaulatan rakyat diselenggarakan secara
langsung melalui sistem pemilihan umum, representative dari sistem demokrasi tidak
hanya ada pada masyarakat yang sejahtera tetapi pada tatana pemerintahan yang yang
baik dan bersih hal in dapat dicapai apabila sistem pemilihan berlandaskan ada asas
LUBERJUDIL peran pemerintah dalam menerapkan hal tersebut sudah cukup baik, hal
ini di buktikan pada UU no 7 tahun 2017 Tebtang pemilu yang dimana kewenangan dan
funsi dari KPU maupun BAWASLU telah diatur dalam clausal tersebu. Selain itu
pemerintah juga langkah dalam meminimalisir kecungan dlm pemilu yaitu dengn
memberikan 7 karakter terhadap surat suara yang bersifat rahasia dan hanya petugas
pemilu yang mengetahui, selain itu memberikan pengawasan ketat terhadap peserta
pemilu




Sosuli yang Ditawarkan dan Prediksi Hasil di Masa Depan

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

ANALISIS KINERJA UPT RUMAH SAKIT PARU JEMBER SEBELUM DAN SESUDAH BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

24 263 20

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG FUNGSI SERIKAT PEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

1 27 2

FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

5 65 215

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100