Perubahan Sosial dalam Konstruksi Geraka
Gerakan Lingkungan Hidup dan Perubahan Sosial
A. Sejarah Gerakan Lingkungan Hidup Global
Enam puluh sembilan tahun sejak kemerdekaan diproklamirkan oleh para pendiri bangsa,
perjalanan menuju negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 masih jauh dari harapan, bahkan harus menempuh
jalan yang terjal. Pembangunan yang dimulai sejak Orde Baru harus dibayar dengan
akumulasi berbagai krisis multidimensional, krisis politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
lingkungan. Pembangunan dilakukan dengan mengeruk kekayaan sumber daya alam dan
mengeksploitasi tenaga-tenaga rakyat yang berujung pada kemiskinan struktural,
kesenjangan sosial serta kerusakan lingkungan hidup yang terus meningkat. Hal ini di akui
Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, kondisi lingkungan hidup Indonesia
memprihatinkan. Penilaian yang dilakukan oleh Yale University dan Columbia University
yang berkolaborasi dengan World Economic Forum dan Joint Research Center of the
European Commission, Studi tersebut menghasilkan indeks yang disebut sebagai
Environmental Performance Index (EPI). Dari 178 negara yang diuji kelayakan lingkungan
hidupnya, Indonesia menempati urutan ke-112 dengan point rata-rata 6,2. Penilaian
berdasarkan kebersihan lingkungan perairan, udara dan tanah (KLH 2014). Gerakan
lingkungan menjadi salah satu garda terdepan untuk menghentikan laju kerusakan
lingkungan dan melakukan pemulihan agar lebih baik kedepan.
Gerakan Lingkungan adalah : Gerakan sosial dan politik yang di arahkan untuk pelestarian,
restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan public, advokasi
perubahan gaya hidup, perbaikan perencanaan komunitas, perubahan ekonomi uang serta
perombakan kebijakan Negara (WALHI 2013). Sedangkan Gerakan sosial adalah perilaku
kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk
mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.
(Kamanto Sunarto, 2004).
Sedangkan kesejahteraan 1 (welfare) mengutip dalam kamus Oxford, di artikan sebagai
keadaan yang sehat, bahagia dan adanya kesempatan untuk mempengaruhi orang lain yang
di miliki individu atau kelompok, serta kegiatan atau prosedur yang di desain guna
memenuhi kebutuhan dasar fisik maupun materi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
(well-being). Keadaan yang sehat sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan
hidup yang bersih dan sehat. Sesuai dengan UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 65 (1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Gerakan Lingkungan sering di kaitkan dengan Revolusi Hijau, dimana pengembangan
teknologi pertanian dalam upaya meningkatnya hasil pangan, mengubah pertanian
tradisonal menjadi pertanian yang lebih modern. Secara teoritis yang mendasari munculnya
program Revolusi Hijau adalah teori Thomas Robert Malthus (1766-1836). Teori Malthus
(Malthus Teory) mengatakan bahwa peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung
(aritmatik : 1,2,3,4,…) sementara pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (geometric :
1,2,4,8,…..) artinya jumlah manusia mengalami pertumbuhan cepat (over population)
sehingga melampui pertumbuhan produksi pangan. Jika demikian maka kelaparan menjadi
ancaman yang nyata. Karenanya solusi harus segera di tentukan dengan jalan teknologi. 2.
1
2
Oxford Advance Learner’s dictionary.p1352
Melacak Sejarah Pemikiran Agraria, Ahmad Nashih Luthfi, STPN Press, Sajogja Institute, Pustaka Ifada, Juli 2011
1
Gerakan lingkungan berkembang seiring dengan industrialisasi barat pada pertengahan abad
20, Rachel Carson pada tahun 1962 menulis buku “The silent Spring” (musim semi yang
sepi) yang melukiskan dunia yang sepi karena di tinggalkan penghuninya, baik manusia
atau hewan, mati karena zat tercemar. Di dalam bukunya menjelaskan tentang rusaknya
lingkungan oleh pemakaian bahan kimia dalam pertanian membrantas hama dan mamakai
pupuk kimia untuk menaikan produksi. Kemudian pada tahun 1963 Senator Gaylorfd
Nelson, menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup akan terus-menerus bertambah
parah, jika tidak didorong menjadi masalah sosial dan politik, oleh karenanya persoalan
lingkungan perlu menjadi agenda politik nasional, regional dan internasional. Berawal dari
keprihatinan sang senator akan kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas lingkungan,
sejak tahun 1969 muncul ide untuk menggagas Gerakan lingkungan terbesar, bahwa kenapa
tidak semua orang berusaha untuk mengatasi persoalan tersebut.
Gaylord Nelson menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969. Lewat kesempatan itu,
Nelson mendesak agar kurikulum perguruan tinggi mulai memasukkan isu-isu perihal
lingkungan hidup. Agar menyamai model kurikulum masalah anti perang. Ide Nelson itu
kemudian disambut baik banyak pihak.
Akhirnya tahun 1990 dibentuk sebuah Anugerah Lingkungan Goldman oleh aktivis
lingkungan dan filantrofis Richard N. Goldman. Anugerah Lingkungan Goldman (Goldman
Environmental Prize) adalah sebuah penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada para
aktivis lingkungan dari empat benua besar di dunia: Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Para
pemenang dipilih oleh dewan juri internasional yang menerima nominasi rahasia yang
dimasukkan sejumlah jaringan organisasi lingkungan dan individu.
Tepat pada tahun 1970 gerakan lingkungan yang melibatkan lebih dari 20 Juta manusia
turun ke jalan untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, tercatat 1500
perguruan tinggi dan 10.000 sekolah ikut serta dalam aksi turun jalan dalam rangka
menyuarakan gerakan lingkungan. Momentum itu kemudian di tetapkan sebagai Hari Bumi
Internasional. Ide dan gagasan tentang hari bumi yang di gagas Gaylorfd Nelson, untuk
memberikan kesadaran bagi semua orang agar berusaha untuk menciptakan satu tatanan
kehidupan yang lebih baik (well being).Apa yang kita lakukan dan perbuat di muka bumi ini
akan berdampak pula kepada kita. Oleh karenanya memperingati satu hari yang dianggap
spesial di Bumi ini akan menjadi momen awal membangun kesadaran ditingkat masyarakat
tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam upaya bersama meningkatkan daya dukung
dan kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik. Penyataan yang paling popular adalah :
My primary objective in planning Earth Day was to show the political leadership of the
Nation that there was broad and deep support for the environmental movement. While I was
confident that a nationwide peaceful demonstration of concern would be impressive, I was
not quite prepared for the overwhelming response that occurred on that day 3.
Gerakan lingkungan ditingkat global tidak bisa di lepaskan dari berbagai kasus pencemaran
lingkungan di dunia, pada tahun 1950an, pencemaran mercuri (hg) terjadi diteluk minamata
akibat dari limbah sebah pabrik yang kemudian di kenal dengan penyakit minamata.
Pencemaran juga terjadi pada sebuah sungai jinzu dari limbah tambang seng, dimana
sungai terebut
digunakan untuk saluran irigasi persawahan, implikasinya adalah
masyarakat yang mengkonsumsi makan dari sawah yang dialiri sungai tersebut ikut
3
Gaylord Nelson, Earth Day '70: What It Meant , [EPA Journal - April 1980]
2
terkontaminasi zat beracun dalam tubuhnya, sehingga menyebabkan rasa sakit yang sangat
nyeri pada tulang dan sendinya, dan kemudian terkenal dengan penyakit Itai-itai, dalan
bahasa indonesianya aduh-aduh. Pada tahun 1952 pencemaran juga terjadi di di London,
namun pencemaran yang terjadi akibat dari asap tercampur kabut terjadi selama kurang
lebih 4 hari dan menyebabkan jarak pandang nol meter. Bahkah orang tidak dapat melihat
kakinya sendiri. Kasus ini menyebabkan kurang lebih 4000 orang meninggal dunia. Dan
kemudian terkenal dengan The Great Smog of London. Kasus –kasus lingkungan tersebut
bukan kali pertama, tetapi telah terjadi sejak abad ke 18 setelah revolusi industry. Namun
setelah pertengahan abad 20 intensitas menjadi sering dan membahayakan banyak orang.
Sehingga berbagai respon terhadap persoalan lingkungan muncul dari individu dan
kelembagaan ditingkat lokal, regional dan internasional.
Berbagai kasus pencemaran di dunia memberikan inspirasi kepada seseorang aktivis,
akaemisi, feminis dan pemikir dari india, beliau juga menjadi guru dan insiarsi maupun
teori bagi pembela lingkungan di dunia.Vandana shiva tidak asing bagi aktivis lingkungan
di dunia. Salah satu bukunya yang berjudul Staying Alive telah menjadi satu karya luar
biasa bagi feminis dan aktivis lingkungan. Vandana Shiva memposisikan air sebagai salah
satu focus kajian persoalan lingkungan. Artinya jika kondisi air tercemar maka kehidupan
masyarakat juga akan mengalami persoalan yang serius. Air merupakan awal dari sebuah
kehidupan. Gerakan lingkungan yang paling fenomenal yang di inisiasi oleh Vandana
Shiva adalah gerakan Chipko. Gerakan ini lahir karana beliau kerap menyerukan Peluklah
Pohon – Pohon Kita. Seruan Vandana Shiva “Peluklah Pohon Kita” terinspirasi dari
kepahlawanan perempuan untuk menyelamatkan lingkungan 300 tahun lalu di Desa
Bishnoiu, Rajastan India. Pohon Khejri ini menjadi saksi bisu atas perlawanan kaum
perempuan India terhadap titah sang raja, Abhay Singh untuk menebang pohon Khejri.
Masyarakat Desa Bishnoi melakukan protes dengan memeluk pohon Khejri, akibatnya 363
(tiga ratus enam puluh tiga) penduduk desa tewas terbunuh. Gerakan ini kemudian
menginspirasi dunia, termasuk gerakan ekofeminisme yang diusung oleh Vandana Shiva.
Tokoh Gerakan Lingkungan lain adalah Al Gore yang meneriakkan tentang bahaya global
warming bagi dunia (melalui film “An Inconvenient the Truth” dimana film itu memperoleh
Oscar pada tahun 2007 ). Bahwa bumi ini sedang mengalami perubahan iklim yang sangat
ekstrim dengan ditandai oleh bencana ekologis dimana – mana, suhu yang meningkat tajam
dalam 20 atau 10 tahun terakhir ini, penyakit-penyakit bermunculan dan mengancam
keberlangsungan mahluk hidup di dunia ini serta permukaan air laut yang semakin
meningkat karena es di kutub utara yang mencair, seakan menunjukkan bahwa bumi kita
terancam oleh bahaya besar.
Perluasan masalah lingkungan pada masyarakat dunia, menarik perhatian PBB untuk
pertama kalinya menyelenggarakan konfrensi lingkungan hidup dunia yang dilaksanakan di
swedia pada tahun 1972 dengan nama UN Conference in the Human environment. Yang
diikuti oleh wakil dari 114 negara, termak Indonesia. Dalam sejarah gerakan lingkungan
konfrensi ini dikenal sebagai konfrensi Stockholm. Padahal isu lingkungan hidup tidak
pernah menjadi agenda dalam pembangunan. Konfrensi ini melahirkan kerjasama antar
bangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup di dunia. Untuk mewujudkannya PBB
membentuk suatu lembaga yang bernama United Nation Environment Programme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi, Kenya. Tema dalam konfrensi ini juga menajdi tema yang
luar bbiasa dalam kontek gerakan lingkungan “ Hanya ada satu bumi “ (Only one Earth).
Dalam konferensi Stockholm juga menetapkan tanggal 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup
se dunia (World environment day). Dari sinilah awal dari sebuah gerakan lingkungan di
3
dunia baik yang di inisiasi oleh individu dan organisasi-organisasi lingkungan yang masih
ada hingga saat ini.
Seiring perjalanan waktu isu lingkungan hidup terus menjadi bola salju di berbagai belahan
dunia, khususunya di negara-negara maju mulai menyadari dampak buruk dari
pembangunan bagi lingkungan dan keberlangsungan hidupnya. Namun setelah 10 tahun
berjalan tumbuh keprihatinan bahwa tidak ada greget mengubah pola pembangunan yang
masih saja meruska lingkungan, sehingga lahir kebutuhan untuk mengkaji permasalahan. 10
tahun pasca gerakan lingkungan (1972 – 1982) Stockholm, PBB menggelar Konfrensi
Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Nairobi. Dimana sebagaian besar peserta yang hadir tidak
puas dengan hasil kerja yang dicapai selama 10 tahun terakhir.
Pasca Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Nairobi tahun 1982, hampir setiap Negara
memasukan agenda lingkungan dalam konsep pemerintahan dan pembangunannya. Respon
Indonesia sendiri membuat kementrian lingkungan dan kependudukan serta merintis
sebuah kebijakan lingkungan melalui UU mengenai pokok-pokok pengelolaan lingkungan
hidup UU NO 4 TAHUN 1982. Jauh sebelum UU pokok-pokok pengelolaan lingkungan
hidup di buat, pada tahun 1973 Indonesia, pemanfaatan sumber daya alam secara rasional
juga telah di tuangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan pada tahun
tahun 1978 telah dibetuk Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup yang di pimpin oleh Prof Dr. Email Salim.
Pada tahun 1992, PBB kembali menggelar konfrensi lingkungan 10 tahun paska Nairobi.
Konferensi lingkungan hidup dilaksanakan di Rio de Janeiro Brazil atau yang sering di
kenal dengan KTT bumi ( Earth Summit). KTT ini menjadi Puncak Gerakan lingkungan.
Paska pertemuan ini pula di kenal dengan pembangunan berkelanjutan / agenda 21. Yang
merupakan sebuah rencana kegiatan pembangunan berkelanjutan bagi seluruh dunia.
Termasuk di dalamnya adalalah Indonesia. Hal ini di dasarkan dari hasil evaluasi dalam
kurun waktu 20 tahun terakhir pasca konferensi Stockholm, lingkungan masih belum
menjadi pilar utama dalam pembangunan. Kemudia pada tahun 2002, kembali di
laksanakan KTT pembanguan berkelanjutan di johannesburg Afrika Selatan, dalam
konferensi ini menghasilkan sebuah kesepakatan dari pembangunan single track, menjadi
multi track (ekonomi, sosial dan lingkungan). Pembangunan sasaran jangka pendek menjadi
jangka panjang melalui keberlanjutan, ekonomi, sosial, dan lingkungan, Pembangunan
konvensional menjadi berkelanjutan untuk keseimbangan ekosistem. Memprioritaskan
kesejahteraan pribadi menjadi keadilan sosial.
Konferensi yang terbaru adalah Pada tahun 2012, yaitu KTT Pembangunan Berkelanjutan
atau KTT Rio+20, diikuti oleh 191 negara dihadiri 105 Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan dan 487 menteri. KTT Rio+20 menyepakati dokumen The Future We Want
yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global,
regional, dan nasional. Dokumen tersebut memuat kesepahaman pandangan terhadap masa
depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju
pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat
penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002. Dalam
dokumen The Future We Want, terdapat 3 isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu: (i) Green Economy in the context of sustainable development and
poverty eradication, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan
tingkat global (Institutional Framework for Sustainable Development), serta (iii) kerangka
aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and
4
Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan
secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs).
Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana
pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(2005-2025). Kebijakan Pemerintah Indonesia “pro-growth, pro-poor, pro-job, proenvironment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam
sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama
pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar
pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan atau
“Sustainable Growth with Equity”.
B. Gerakan Lingkungan Hidup di Indonesia
Gerakan lingkungan hidup di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari persoalan politik yang
terjadi pada kurun waktu tahun 1970-1980 dimana setelah masa kepemimpinan Soekarno
beralih pada masa Soeharto. Kebijkan pembangunan pada masa itu berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi. Akibatnya persoalan sumber daya alam dan lingkungan
dikesampingkan demi peningkatan ekonomi. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh
negara-negara dunia pertama. Perubahan sistem kepemimpinan ini membawa akibat pokok
pada politik lingkungan hidup dari ecopopulism menuju eco developmentalism. Menurut
Ton Dietz dalam Entitlements to Nature Resources of Political Environment Geography
(1998) ideologi gerakan Iingkungan digolongkan menjadi tiga, pertama Eco Pascism yaitu
kelompok yang memperjuangkan, masalah Iingkungan demi lingkungan itu sendiri, kedua
Eco Populism yaitu gerakan lingkungan yang dilakukan untuk kepentingan rakyak banyak
demi kesejahteraan sosial, ketiga Eco developmentalism yaitu gerakan lingkungan yang
dilakukan, demi kelangsungan pertumbuhan okonomi.
Pola pembangunan negara maju yang di adopsi negara berkembang seperti Indonesia, yang
menitik beratkan pada pertumbuhan Ekonomi, diasumsikan jika ekonomi suatu negara baik
maka persoalan lingkungan akan selesai dengan sendirinya, sehingga masyarakat tidak
perlu lagi memikirkan kebutuhan ekonomi karena sudah di anggap sejahtera. Asumsi ini
mungkin ada benarnya, tapi bukan berarti tidak ada yang salah. Karena jika melihat kodrat
manusia yang tidak pernah merasa puas, maka persoalan menjadi lain. “Bumi ini mencukupi
seluruh kebutuhan manusia, tapi tidak akan cukup untuk satu orang yang serakah”,
Demikian yang di sampaikan Mahatma Gandi, mengingatkan kita pada potensi perusak
yang ada disetiap manusia. Dan potensi tersebut semakin berpeluang ketika masnusia
tersebut memiliki kekuatan, baik berupa jabatan maupun modal. Persoalan yang muncul
dari pola pembangunan yang menitik beratkan pada aspek ekonomi adalah terjadinya
benturan kepentingan. Ini terjadi karena perbedaan persepsi dalam menilai makna
“sejahtera” sebagai target dari pembangunan itu sendiri. Hampir seluruh birokrasi dan
pemilik modal, memaknai sejahtera dengan pendapatan materi. Artinya, jika terjadi
peningkatan pendapatan, maka secara otomatis kesehteraan masyarakat meningkat pula.
Padalah tidak semudah itu dalam memaknai kesejateraan. Karena selain yang bersifat
metari, ada yang paling hakiki yakni kemerdekaan sebagai manusia. Dan itu menjadi prinsip
dari kebanyakan orang di dunia. Tony Fitzpatrick dalam karyanya yang berjudul Welfare
Theory ; AN Introduction, adalah satu dari 6 aspek penting dalam mendefinisikan
5
kesejahteraan (kebagiaan, jaminan, pilihan, kebutuhan, kelayakan mendapat hadiah, dan
hukuman serta perbandingan relative) 4.Pilihan yang dimaksud tentu tidak hanya dalam
aspek ekonomi, tetapi juga dalam aspek-aspek yang lain. Dalam kerangka fikir Sen (1999)
pilihan sebagai social opportunity merupakan pilar penting menuju kemerdekaan
(freedoms) 5. Artinya kesejahteraan tidak bisa hanya bicara tentang materi.
Namun dalam gerakan lingkungan di Indonesia tidak perlu di perdebatkan antara
selamatkan lingkungan dulu ,baru konomi atau sebaliknya. Yang di perlukan alur berfikir
bersama agar tidak berbenturan, karena keduanya mempunyai prespektif masing sesuai
dengan cara pandangnya. Jika mengacu pada kesepakatan konfrensi di afrika selatan
(Johannesburg Plan of Implementation 2002), Semula pembangunan ekonomi, menjadi
sutu sistem dengan lingkungan yang biasa di sebut pembangunan berkelanjutan, dari
ekonomi saja menjadi ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun faktanya kepentingan
ekonomi paling dominan, sehingga persoalan lingkungan di abaikan. Menutakan alur
ekonomi seperti di atas tentu tidak akan berkelanjutan. Menciutnya hutan tidak akan
menghasilkan bahan bagi industri kayu, ikan yang terkuras habis akan membangkrutkan
perusahaan prikanan, sungai yang tercemar mematikan tanaman beririgasi, pantai laut yang
trcemar mematikan industri pariwisata, ringkasnya lingkungan rusak mematikan
pembangunan ekonomi. Ekonomi hanya bisa tumbuh jika di dukung ekosistem sebagai
penopang kehidupan yang berfungsi sebagai jaringan kehidupan 6.
Gerakan Lingkungan di Indonesia hadir dalam rangka menghadang dan merespon kebijakan
pembangunan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dengan meninggalkan
sosial dan lingkungan, yang berimplikasi pada perubahan sosial yang mendasar bagi bangsa
dan masyarakat Indonesia. Ideologi pemerintah yang menitikberatkan pada pertumbuhan
ekonomi, adalalah satu idiologi yang tidak sepenuhnya benar, pola peradaban yang baru,
perluasan areal tanam , penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa
kendali dan penggunaan pupuk kimia yang melebihi kebutuhan merupakan upaya untuk
peningkatan hasil pertanian, telah berimplikasi pada perubahan sosial di level meso (
kelompok-kelompok petani) dan di tingkat mikro (keluarga). Hadirnya organisasi berbasis
perkumpulan, yayasan dan organisasi hoby, atau yang lebih popular organisasi lingkungan
hidup.
Di era tahun 1980, hadirnya sebuah Wahana lingkungan yang di motori oleh kelompok 10
yang sepuluh (Ikatan Arsitek Landsekap Indonesia (IALI), Yayasan Indonesia Hijau (YIH),
Biologi Science Club (BCS), Gelanggang Remaja Bulungan,Perhimpunan Burung
Indonesia (PBI), Perhimpunan Pecinta Tanaman (PPT), Grup Wartawan Iptek, Kwarnas
Gerakan Pramuka, Himpunan Untuk Kelestarian Lingkungan Hidup (HUKLI), Sekolah
Tinggi Publisistik, Srutamandala) adalah wadah ukar informasi dan komunikasi terkait
dengan lingkungan hidup di Indonesia dan dunia. Berawal dari kasus, pencemaran teluk
Jakarta, dimana beberapa anak meninggal di Teluk Jakarta diindikasikan sama dengan
kejadian di Minamata, Jepang. Mereka tewas akibat keracunan logam berat,merkuri. Serta
Kasusnya, pencemaran air oleh limbah pabrik
Dukuh Tapak, Semarang. Yang
mengakibatkan lahan pertanian, air tanah dan tambak masyarakat tercemar tercemar logam
berat, mengindikasikan persoalan lingkungan yang semakin komplek mendorong Kelompok
4
Tony Fitzpatrick .Welfare Theory ; AN Introduction.PALGRAVE.2001.p 5-9
Amartya Sen. Development AS Freedoms.New York.Anchor Book.1999.p 10. Kemerdekaan (freedom) terdiri dari
lima pilar penting yakni;kemerdekaan politik, terpenuhinya fasilitas ekonomi, kesempatan sosial (social opportunity),
jaminan transparansi dan adanya jaminan.
6
Email Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Kompas, Jakarta, Juni 2010
5
6
Sepuluh berniat memperluas dampak programnya dengan menyelenggarakan Pertemuan
Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) I. Di sinilah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI), terbentuk pada oktober 1980, di motori oleh Erna Witular dan Zen Rachman.
Lahirnya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) berkontribusi terhadap
munculnya gerakan-gerakan lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini, atau yang lebih
keren di sebut “environmentalisme atau kaum environmentalis”.
Environemntalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat lingkungan
hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara, tanpa kekerasan mulai dari aksi
jalanan,lobi politik, hingga pendidikan public untuk melindungi kekayaan alam dan
ekosistem. Sedangkan kaum Environmentalis peduli pada isu-isu pencemaran air dan udara,
kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim dan rekayasa
genetika pada produk-produk makanan. Gerakan Environmentalisme saat ini telah
bermetamorfosa menjadi Gerakan Antikorporasi dan Gerakan Anti-Globalisasi. Mengapa?
Karena, penguasa dan perusak lingkungan terbesar di dunia adalah perusahaanperusahaan
transnasional. Kaum Environmentalis adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendukung setiap tujuan gerakan lingkungan hidup. Umumnya secara politik di sebut
sebagai “Greens” atau “Kaum Hijau”. Kaum Environmentalis memiliki pandangan yang
kuat atas isu-isu lingkungan hidup dan mengamalkan nilai-nilainya sebagai aktivis, relawan,
akademisi dan profesional. Kaum environmentalis sering disamakan dengan Kaum
Konservasionis, kelompok yang berjuang melakukan pelestarian, restorasi dan peningkatan
kualitas lingkungan hidup. Kaum Environmentalis yang radikal sering dilabel sebagai EcoTerrorism. Mereka melakukan cara-cara kekerasan, sabotase, vandalisme, perusakan
properti dan intimidasi dengan terang-terangkan mengatasnamakan paham
Environmentalisme.
Hingga aat ini gerakan lingkungan di Indonesia tampaknya tidak hanya menjadi milik para
aktivis lingkungan saja tetapi sudah menjadi hal yang lazim yang dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, ada semacam difusi kebudayaan, secara
antropologis, dan ada semacam internalisasi, secara sosiologis, bahwa yang namanya
gerakan lingkungan hidup, dalam konteks ini sebagai bentuk dari perubahan sosial untuk
penyelamatan lingkungan hidup. Bahkan gerkan lingkungan juga sudah sampai pada tingkat
anak-anak kecil, di sekolah dan dirumah pendidikan lingkungan sudah harus dan wajib di
ajarkan kepada anak-anak. Di Yogyakara, pada tahun 2009, hadi sebuah forum yang
menggabungkan anak dan keluarga dalam gerakan lingkungan (FOKAL) Forum Keluarga
dan Anak Pecinta Lingkungan. Gerakan-gerakan lingkungan yang di motori anak-anak juga
banyak di temukan di Indonesia, menggabar dan mewarni dengan tema lingkungan hingga
sampai melakukan aksi penanaman pohon. Di tingkat kampus, dan setiap fakultas lahir
organisasi pecinta alam yang mendedikasikan visinya untuk pelestarian lingkungan hidup.
Di setiap instansi pemerintah di tingkat daerah dan nasional, jargon dan progam yang
berprespektif lingkungan juga semakin banyak. Misalnya program kementrian kehutanan
satu orang menanam satu pohon, dalam rangka gerakan satu milyar tanah pohon. Gerakan
segosegawe yang di inisiasi walikota Yogyakara periode yang lalu (sepeda kanggo sekolah
dan nyambut gawe) sepeda untuk sekolah dan bekerja dan lain sebagainya.
Gerakan-gerakan sosial dan lingkungan yang ada sampai saat ini di Indonesia adalah bentuk
dari perubahan sosial, gerakan lingkungan hadir menjadi bagian dari proses menuju
kesejahteraan (well fare) masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik (wellbieng) secara
berkelanjutan. Oleh karenaya pengetahuan dan pemahaman serta analisa kritis terhadap
fenomena gerakan lingkungan yang ada saat ini di Indonesia perlu terus di transformasikan
7
agar public dan masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap kondisi lingkungan yang ada
saat ini.
C. Analisa
Pola pembangunan yang di terapkan di Indonesia yang menitik beratkan pada sisi ekonomi
sama halnya industrialisasi menjadi prioritas, menempatkan pemanjaan berlebih pada ;
teknologi berbasis capital, industry berbasis teknologi tinggi, industry yang berbasis pada
sumber daya manusia supar terdidik dan industry berbasis pada sumber daya asing. 7
Eksploitasi sumber daya alam dengan menghadirkan investasi asing melalui kebijakan
penanaman modal asing di Indonesia menjadi sangat ideologi pemerintah saat itu. Ketika
industrialisme berkembang dan menggejala di seluruh dunia, jarak struktur institusional dan
sistem nilai dan keyakinan akan semakin berkurang. Semua masyarakat, apapun jalan yang
dilaluinya untuk memasuki dunia industri, cenderung menyerupai masyarakat industri yang
sebenarnya (Goldthrope, 1971:263). Hal ini sejalan dengan teori Neoevolusionisme dalam
antropologi kultural (White dan Langkah Ke Determinisme) melukiskan kultur sebagai alat
penyesuain diri dengan alam terutama dengan memanfaatkan energi bebas dalam bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peran utama yang dimainkan adalah sistem teknologi.
Begitu juga dengan pemikiran modernisasi khusus teori konvergensi (Kerr, Huntington,
Rostow) : Determinisme teknologi paling dominan dalam menentukan arah perubahan
sosial. Evolusi penggunaan energi dimulai dengan menggunakan teknologi, tenaga binatang
hingga traktor. Hal ini bisa dilihat bagaimana proses pertanian di Indonesia saat ini
mayoritas menggunakan Traktor di dukung dengan penggunaan benih import, penggunaan
pestisida kimia yang tanpa kendali dan penggunaan pupuk kimia. Walaupun masih ada yang
menggunakan energi tadisonal, binatang dan orang serta dukungan benih lokal.
Pola-pola yang di jelaskan di atas berdampak pada perubahan sosial pertanian di Indonesia,
para petani tradisonal terdesak dan dipaksa untuk mengikuti pola peradaban yang baru,
perluasan areal tanam , penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa
kendali dan penggunaan pupuk kimia yang melebihi kebutuhan merupakan upaya untuk
peningkatan hasil pertanian, dan dimulailah sebuah perusakan sumber daya hayati dan
perubahan fungsi lahan yang pada akhirnya merubah pola konsumsi pangan lokal menjadi
pola konsumsi yang sturukturalis, yaitu beras sentris. Menurut Ritzer : Perubahan sosial
adalah variasi-variasi hubungan-hubungan diantara individu, kelompok, kebudayaan, dan
masyarakat yang terjadi lintas waktu. Dalam hal kasus di atas terjadinya perubahan sosial
yang terjadi lintas waktu adalah di awali ideology pembangunan yang berimplikasi pada
system pertanian dan pola konsumsi masyarakat Indoneia saat ini, proses-proses pertanian
sekarang mayoritas menitik beratkan pada teknologi traktor. Sedangkan pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang dulunya didasarkan pada sumber produksi pangan di wilayah
mereka (umbi-umbian), harus berganti dengan beras. Faktanya mayoritas penduduk
Indonesia mengikuti pola konsumsi yang menitikberatkan pada beras sentris, jika tidak
mengkonsumsi berat di anggap miskin. Dalam hal ini sama dengan orang yang tidak makan
beras dan masih mengkonsumsi makanan lokal di anggap miskin dan ketinggalan zaman.
Artinya hal ini sesuai dengan penjelasn (Ogburn) teknologi menciptakan masalah sosial
yang memerlukan tindakan-tindakkan masyarakat, pemakaian teknologi baru membutuhkan
penyesuaian tindakan masyarakat, jika tidak maka akan terjadi ‘cultural lag’.
7
Briefing Paper, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Oxfam GB, Jakarta 2013
8
Gerak dan langkah dari gerakan lingkungan di Indonesia terbagi dalam berbagai bentuk
organisasi dan strategi. Ada yang mengarahkan kepada public campaign, pemberdayaan
masyarakat, kajian dan riset serta advokasi pada pemerintah. Semua di lakukan dalam
rangka melakukan tindakan untuk perubahan lingkungan yang lebih baik. Jika dianalis
melalui teori perubahan sosial, Talcott Parson dalam kerangka Adptation, Goal, Integration
dan Laten (AGIL) maka upaya yang di lakukan oleh kelompok gerakan lingkungan
mengarah pada advvokasi kebijakan pemerintahan dalam kaitannya advokasi lingkungan,
lebih bagaimana merubah goal sebagai tujuan kelembagaan pemerintah yang selama ini
mengacu proses pembangunan yang berorientasi ekonomi, karena kebijakan yang di buat di
dasarkan kepada keputusan politik. Sedangkan upaya yang di lakukan kelompk gerakn
lingkungan yang di arahkan pada pemberdayaan masyarakat lebih pada bagaimana
mendorong norma dan etika berprilaku ramah lingkungan, dengan mengitegrasikan system
normal yang berlaku di tingkat masyarakat. Upaya gerakan lingkungan yang lebih teknis
yang di dasarkan pada pengalaman-pengalam empiris adalah teory yang di kembangkan
oleh Merton. Dimana setiap system sosial memiliki fungsi-fungsi sendiri dalam upaya
penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan.
D. Kesimpulan
Pada dasarnya, setiap proses perubahan social selalu ada persoalan. Persoalan mendasar dari
proses tersebut adalah : kenapa perubahan social terjadi dan kemana visi perubahan social.
Yang lebih penting lagi adalah : atas kepentingan siapa perubahan terjadi, dan siapa yang
akan menikmati perubahan tersebut 8. Gerakan lingkungan di Indonesia semakin banyak
bermetamorvosa, dari gerakan individu, kelompok dan organisasi baik di tingkat lokal,
nasional dan Global. Hampir semua orang berasumsi bahwa gerakan lingkungan sebagai
proses menuju kehidupan yang lebih baik dan sehat untuk kehidupan yang lebih baik.
Tetapi tentu ini menjadi pertanyaan besar apakah semua gerakan lingkungan yang ada
sebagai upaya untuk perubaan sosial yang makin baik kedepan, atau sebaliknya.
Oleh karenanya tantangan yang semakin besar dimasa mendatang mengharuskan kita untuk
melakukan reposisi gerakan lingkungan agar bentul betul menjadi gerakan sosial yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat secara berkalanjutan. Karena gerakan lingkungan
menjadi salah untuk menghadapi dominasi pasar dan globalisasi ketika negara tidak lagi
mempunyai fungsi sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, karena
perannya telah dihilangkan oleh pasar bebas. Sebuah gerakan tidak serta merta dapat
terbentuk, untuk itulah gerakan lingkungan harus segera berbenah, dan melakukan
penguatan terhadap basis-basis gerakan lingkungan di tingkat individu, organisasi dan
sistem di pemerintahan, sebagai basis gerakan secara kolektif aar kita tidak terkontaminasi
Idiologi pasar bebas.
Refrensi :
1. Amartya Sen. Development AS Freedoms.New York.Anchor Book.1999.p 10.
Kemerdekaan (freedom) terdiri dari lima pilar penting yakni;kemerdekaan politik,
terpenuhinya fasilitas ekonomi, kesempatan sosial (social opportunity), jaminan
transparansi dan adanya jaminan.
2. Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta, 1992
8
Faqih, Mansoer; Masyarakat sipil dan perubahan social di Indonesia, dalam buku Menuju Massyarakat Terbuka, Insis
Press, 1999
9
2004
8. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi), FEUI, Jakarta, 2004
9. Kartasapoetra, G dan Kreimers, L.J.B, Sosiologi Umum, Bina Aksara, Jakarta. 1987.
10. Muchamad Muchtar, Refleksi Sejarah Hari Bumi, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia,
3. Briefing Paper, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Oxfam GB, Jakarta
2013
4. Email Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Kompas, Jakarta, Juni 2010
5. Faqih, Mansoer; Masyarakat sipil dan perubahan social di Indonesia, dalam buku Menuju
Massyarakat Terbuka, Insis Press, 1999
6. Gaylord Nelson, Earth Day '70: What It Meant , [EPA Journal - April 1980]
7. Hening Parlan, Bingkai WALHI dalam Gerakan, WALHI,
10
A. Sejarah Gerakan Lingkungan Hidup Global
Enam puluh sembilan tahun sejak kemerdekaan diproklamirkan oleh para pendiri bangsa,
perjalanan menuju negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 masih jauh dari harapan, bahkan harus menempuh
jalan yang terjal. Pembangunan yang dimulai sejak Orde Baru harus dibayar dengan
akumulasi berbagai krisis multidimensional, krisis politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
lingkungan. Pembangunan dilakukan dengan mengeruk kekayaan sumber daya alam dan
mengeksploitasi tenaga-tenaga rakyat yang berujung pada kemiskinan struktural,
kesenjangan sosial serta kerusakan lingkungan hidup yang terus meningkat. Hal ini di akui
Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, kondisi lingkungan hidup Indonesia
memprihatinkan. Penilaian yang dilakukan oleh Yale University dan Columbia University
yang berkolaborasi dengan World Economic Forum dan Joint Research Center of the
European Commission, Studi tersebut menghasilkan indeks yang disebut sebagai
Environmental Performance Index (EPI). Dari 178 negara yang diuji kelayakan lingkungan
hidupnya, Indonesia menempati urutan ke-112 dengan point rata-rata 6,2. Penilaian
berdasarkan kebersihan lingkungan perairan, udara dan tanah (KLH 2014). Gerakan
lingkungan menjadi salah satu garda terdepan untuk menghentikan laju kerusakan
lingkungan dan melakukan pemulihan agar lebih baik kedepan.
Gerakan Lingkungan adalah : Gerakan sosial dan politik yang di arahkan untuk pelestarian,
restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan public, advokasi
perubahan gaya hidup, perbaikan perencanaan komunitas, perubahan ekonomi uang serta
perombakan kebijakan Negara (WALHI 2013). Sedangkan Gerakan sosial adalah perilaku
kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk
mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.
(Kamanto Sunarto, 2004).
Sedangkan kesejahteraan 1 (welfare) mengutip dalam kamus Oxford, di artikan sebagai
keadaan yang sehat, bahagia dan adanya kesempatan untuk mempengaruhi orang lain yang
di miliki individu atau kelompok, serta kegiatan atau prosedur yang di desain guna
memenuhi kebutuhan dasar fisik maupun materi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
(well-being). Keadaan yang sehat sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan
hidup yang bersih dan sehat. Sesuai dengan UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 65 (1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Gerakan Lingkungan sering di kaitkan dengan Revolusi Hijau, dimana pengembangan
teknologi pertanian dalam upaya meningkatnya hasil pangan, mengubah pertanian
tradisonal menjadi pertanian yang lebih modern. Secara teoritis yang mendasari munculnya
program Revolusi Hijau adalah teori Thomas Robert Malthus (1766-1836). Teori Malthus
(Malthus Teory) mengatakan bahwa peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung
(aritmatik : 1,2,3,4,…) sementara pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (geometric :
1,2,4,8,…..) artinya jumlah manusia mengalami pertumbuhan cepat (over population)
sehingga melampui pertumbuhan produksi pangan. Jika demikian maka kelaparan menjadi
ancaman yang nyata. Karenanya solusi harus segera di tentukan dengan jalan teknologi. 2.
1
2
Oxford Advance Learner’s dictionary.p1352
Melacak Sejarah Pemikiran Agraria, Ahmad Nashih Luthfi, STPN Press, Sajogja Institute, Pustaka Ifada, Juli 2011
1
Gerakan lingkungan berkembang seiring dengan industrialisasi barat pada pertengahan abad
20, Rachel Carson pada tahun 1962 menulis buku “The silent Spring” (musim semi yang
sepi) yang melukiskan dunia yang sepi karena di tinggalkan penghuninya, baik manusia
atau hewan, mati karena zat tercemar. Di dalam bukunya menjelaskan tentang rusaknya
lingkungan oleh pemakaian bahan kimia dalam pertanian membrantas hama dan mamakai
pupuk kimia untuk menaikan produksi. Kemudian pada tahun 1963 Senator Gaylorfd
Nelson, menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup akan terus-menerus bertambah
parah, jika tidak didorong menjadi masalah sosial dan politik, oleh karenanya persoalan
lingkungan perlu menjadi agenda politik nasional, regional dan internasional. Berawal dari
keprihatinan sang senator akan kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas lingkungan,
sejak tahun 1969 muncul ide untuk menggagas Gerakan lingkungan terbesar, bahwa kenapa
tidak semua orang berusaha untuk mengatasi persoalan tersebut.
Gaylord Nelson menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969. Lewat kesempatan itu,
Nelson mendesak agar kurikulum perguruan tinggi mulai memasukkan isu-isu perihal
lingkungan hidup. Agar menyamai model kurikulum masalah anti perang. Ide Nelson itu
kemudian disambut baik banyak pihak.
Akhirnya tahun 1990 dibentuk sebuah Anugerah Lingkungan Goldman oleh aktivis
lingkungan dan filantrofis Richard N. Goldman. Anugerah Lingkungan Goldman (Goldman
Environmental Prize) adalah sebuah penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada para
aktivis lingkungan dari empat benua besar di dunia: Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Para
pemenang dipilih oleh dewan juri internasional yang menerima nominasi rahasia yang
dimasukkan sejumlah jaringan organisasi lingkungan dan individu.
Tepat pada tahun 1970 gerakan lingkungan yang melibatkan lebih dari 20 Juta manusia
turun ke jalan untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, tercatat 1500
perguruan tinggi dan 10.000 sekolah ikut serta dalam aksi turun jalan dalam rangka
menyuarakan gerakan lingkungan. Momentum itu kemudian di tetapkan sebagai Hari Bumi
Internasional. Ide dan gagasan tentang hari bumi yang di gagas Gaylorfd Nelson, untuk
memberikan kesadaran bagi semua orang agar berusaha untuk menciptakan satu tatanan
kehidupan yang lebih baik (well being).Apa yang kita lakukan dan perbuat di muka bumi ini
akan berdampak pula kepada kita. Oleh karenanya memperingati satu hari yang dianggap
spesial di Bumi ini akan menjadi momen awal membangun kesadaran ditingkat masyarakat
tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam upaya bersama meningkatkan daya dukung
dan kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik. Penyataan yang paling popular adalah :
My primary objective in planning Earth Day was to show the political leadership of the
Nation that there was broad and deep support for the environmental movement. While I was
confident that a nationwide peaceful demonstration of concern would be impressive, I was
not quite prepared for the overwhelming response that occurred on that day 3.
Gerakan lingkungan ditingkat global tidak bisa di lepaskan dari berbagai kasus pencemaran
lingkungan di dunia, pada tahun 1950an, pencemaran mercuri (hg) terjadi diteluk minamata
akibat dari limbah sebah pabrik yang kemudian di kenal dengan penyakit minamata.
Pencemaran juga terjadi pada sebuah sungai jinzu dari limbah tambang seng, dimana
sungai terebut
digunakan untuk saluran irigasi persawahan, implikasinya adalah
masyarakat yang mengkonsumsi makan dari sawah yang dialiri sungai tersebut ikut
3
Gaylord Nelson, Earth Day '70: What It Meant , [EPA Journal - April 1980]
2
terkontaminasi zat beracun dalam tubuhnya, sehingga menyebabkan rasa sakit yang sangat
nyeri pada tulang dan sendinya, dan kemudian terkenal dengan penyakit Itai-itai, dalan
bahasa indonesianya aduh-aduh. Pada tahun 1952 pencemaran juga terjadi di di London,
namun pencemaran yang terjadi akibat dari asap tercampur kabut terjadi selama kurang
lebih 4 hari dan menyebabkan jarak pandang nol meter. Bahkah orang tidak dapat melihat
kakinya sendiri. Kasus ini menyebabkan kurang lebih 4000 orang meninggal dunia. Dan
kemudian terkenal dengan The Great Smog of London. Kasus –kasus lingkungan tersebut
bukan kali pertama, tetapi telah terjadi sejak abad ke 18 setelah revolusi industry. Namun
setelah pertengahan abad 20 intensitas menjadi sering dan membahayakan banyak orang.
Sehingga berbagai respon terhadap persoalan lingkungan muncul dari individu dan
kelembagaan ditingkat lokal, regional dan internasional.
Berbagai kasus pencemaran di dunia memberikan inspirasi kepada seseorang aktivis,
akaemisi, feminis dan pemikir dari india, beliau juga menjadi guru dan insiarsi maupun
teori bagi pembela lingkungan di dunia.Vandana shiva tidak asing bagi aktivis lingkungan
di dunia. Salah satu bukunya yang berjudul Staying Alive telah menjadi satu karya luar
biasa bagi feminis dan aktivis lingkungan. Vandana Shiva memposisikan air sebagai salah
satu focus kajian persoalan lingkungan. Artinya jika kondisi air tercemar maka kehidupan
masyarakat juga akan mengalami persoalan yang serius. Air merupakan awal dari sebuah
kehidupan. Gerakan lingkungan yang paling fenomenal yang di inisiasi oleh Vandana
Shiva adalah gerakan Chipko. Gerakan ini lahir karana beliau kerap menyerukan Peluklah
Pohon – Pohon Kita. Seruan Vandana Shiva “Peluklah Pohon Kita” terinspirasi dari
kepahlawanan perempuan untuk menyelamatkan lingkungan 300 tahun lalu di Desa
Bishnoiu, Rajastan India. Pohon Khejri ini menjadi saksi bisu atas perlawanan kaum
perempuan India terhadap titah sang raja, Abhay Singh untuk menebang pohon Khejri.
Masyarakat Desa Bishnoi melakukan protes dengan memeluk pohon Khejri, akibatnya 363
(tiga ratus enam puluh tiga) penduduk desa tewas terbunuh. Gerakan ini kemudian
menginspirasi dunia, termasuk gerakan ekofeminisme yang diusung oleh Vandana Shiva.
Tokoh Gerakan Lingkungan lain adalah Al Gore yang meneriakkan tentang bahaya global
warming bagi dunia (melalui film “An Inconvenient the Truth” dimana film itu memperoleh
Oscar pada tahun 2007 ). Bahwa bumi ini sedang mengalami perubahan iklim yang sangat
ekstrim dengan ditandai oleh bencana ekologis dimana – mana, suhu yang meningkat tajam
dalam 20 atau 10 tahun terakhir ini, penyakit-penyakit bermunculan dan mengancam
keberlangsungan mahluk hidup di dunia ini serta permukaan air laut yang semakin
meningkat karena es di kutub utara yang mencair, seakan menunjukkan bahwa bumi kita
terancam oleh bahaya besar.
Perluasan masalah lingkungan pada masyarakat dunia, menarik perhatian PBB untuk
pertama kalinya menyelenggarakan konfrensi lingkungan hidup dunia yang dilaksanakan di
swedia pada tahun 1972 dengan nama UN Conference in the Human environment. Yang
diikuti oleh wakil dari 114 negara, termak Indonesia. Dalam sejarah gerakan lingkungan
konfrensi ini dikenal sebagai konfrensi Stockholm. Padahal isu lingkungan hidup tidak
pernah menjadi agenda dalam pembangunan. Konfrensi ini melahirkan kerjasama antar
bangsa dalam penyelamatan lingkungan hidup di dunia. Untuk mewujudkannya PBB
membentuk suatu lembaga yang bernama United Nation Environment Programme (UNEP)
yang berkedudukan di Nairobi, Kenya. Tema dalam konfrensi ini juga menajdi tema yang
luar bbiasa dalam kontek gerakan lingkungan “ Hanya ada satu bumi “ (Only one Earth).
Dalam konferensi Stockholm juga menetapkan tanggal 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup
se dunia (World environment day). Dari sinilah awal dari sebuah gerakan lingkungan di
3
dunia baik yang di inisiasi oleh individu dan organisasi-organisasi lingkungan yang masih
ada hingga saat ini.
Seiring perjalanan waktu isu lingkungan hidup terus menjadi bola salju di berbagai belahan
dunia, khususunya di negara-negara maju mulai menyadari dampak buruk dari
pembangunan bagi lingkungan dan keberlangsungan hidupnya. Namun setelah 10 tahun
berjalan tumbuh keprihatinan bahwa tidak ada greget mengubah pola pembangunan yang
masih saja meruska lingkungan, sehingga lahir kebutuhan untuk mengkaji permasalahan. 10
tahun pasca gerakan lingkungan (1972 – 1982) Stockholm, PBB menggelar Konfrensi
Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Nairobi. Dimana sebagaian besar peserta yang hadir tidak
puas dengan hasil kerja yang dicapai selama 10 tahun terakhir.
Pasca Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Nairobi tahun 1982, hampir setiap Negara
memasukan agenda lingkungan dalam konsep pemerintahan dan pembangunannya. Respon
Indonesia sendiri membuat kementrian lingkungan dan kependudukan serta merintis
sebuah kebijakan lingkungan melalui UU mengenai pokok-pokok pengelolaan lingkungan
hidup UU NO 4 TAHUN 1982. Jauh sebelum UU pokok-pokok pengelolaan lingkungan
hidup di buat, pada tahun 1973 Indonesia, pemanfaatan sumber daya alam secara rasional
juga telah di tuangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan pada tahun
tahun 1978 telah dibetuk Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup yang di pimpin oleh Prof Dr. Email Salim.
Pada tahun 1992, PBB kembali menggelar konfrensi lingkungan 10 tahun paska Nairobi.
Konferensi lingkungan hidup dilaksanakan di Rio de Janeiro Brazil atau yang sering di
kenal dengan KTT bumi ( Earth Summit). KTT ini menjadi Puncak Gerakan lingkungan.
Paska pertemuan ini pula di kenal dengan pembangunan berkelanjutan / agenda 21. Yang
merupakan sebuah rencana kegiatan pembangunan berkelanjutan bagi seluruh dunia.
Termasuk di dalamnya adalalah Indonesia. Hal ini di dasarkan dari hasil evaluasi dalam
kurun waktu 20 tahun terakhir pasca konferensi Stockholm, lingkungan masih belum
menjadi pilar utama dalam pembangunan. Kemudia pada tahun 2002, kembali di
laksanakan KTT pembanguan berkelanjutan di johannesburg Afrika Selatan, dalam
konferensi ini menghasilkan sebuah kesepakatan dari pembangunan single track, menjadi
multi track (ekonomi, sosial dan lingkungan). Pembangunan sasaran jangka pendek menjadi
jangka panjang melalui keberlanjutan, ekonomi, sosial, dan lingkungan, Pembangunan
konvensional menjadi berkelanjutan untuk keseimbangan ekosistem. Memprioritaskan
kesejahteraan pribadi menjadi keadilan sosial.
Konferensi yang terbaru adalah Pada tahun 2012, yaitu KTT Pembangunan Berkelanjutan
atau KTT Rio+20, diikuti oleh 191 negara dihadiri 105 Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan dan 487 menteri. KTT Rio+20 menyepakati dokumen The Future We Want
yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global,
regional, dan nasional. Dokumen tersebut memuat kesepahaman pandangan terhadap masa
depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju
pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat
penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002. Dalam
dokumen The Future We Want, terdapat 3 isu utama bagi pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, yaitu: (i) Green Economy in the context of sustainable development and
poverty eradication, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan
tingkat global (Institutional Framework for Sustainable Development), serta (iii) kerangka
aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and
4
Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan
secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs).
Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana
pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(2005-2025). Kebijakan Pemerintah Indonesia “pro-growth, pro-poor, pro-job, proenvironment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam
sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama
pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar
pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan atau
“Sustainable Growth with Equity”.
B. Gerakan Lingkungan Hidup di Indonesia
Gerakan lingkungan hidup di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari persoalan politik yang
terjadi pada kurun waktu tahun 1970-1980 dimana setelah masa kepemimpinan Soekarno
beralih pada masa Soeharto. Kebijkan pembangunan pada masa itu berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi. Akibatnya persoalan sumber daya alam dan lingkungan
dikesampingkan demi peningkatan ekonomi. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh
negara-negara dunia pertama. Perubahan sistem kepemimpinan ini membawa akibat pokok
pada politik lingkungan hidup dari ecopopulism menuju eco developmentalism. Menurut
Ton Dietz dalam Entitlements to Nature Resources of Political Environment Geography
(1998) ideologi gerakan Iingkungan digolongkan menjadi tiga, pertama Eco Pascism yaitu
kelompok yang memperjuangkan, masalah Iingkungan demi lingkungan itu sendiri, kedua
Eco Populism yaitu gerakan lingkungan yang dilakukan untuk kepentingan rakyak banyak
demi kesejahteraan sosial, ketiga Eco developmentalism yaitu gerakan lingkungan yang
dilakukan, demi kelangsungan pertumbuhan okonomi.
Pola pembangunan negara maju yang di adopsi negara berkembang seperti Indonesia, yang
menitik beratkan pada pertumbuhan Ekonomi, diasumsikan jika ekonomi suatu negara baik
maka persoalan lingkungan akan selesai dengan sendirinya, sehingga masyarakat tidak
perlu lagi memikirkan kebutuhan ekonomi karena sudah di anggap sejahtera. Asumsi ini
mungkin ada benarnya, tapi bukan berarti tidak ada yang salah. Karena jika melihat kodrat
manusia yang tidak pernah merasa puas, maka persoalan menjadi lain. “Bumi ini mencukupi
seluruh kebutuhan manusia, tapi tidak akan cukup untuk satu orang yang serakah”,
Demikian yang di sampaikan Mahatma Gandi, mengingatkan kita pada potensi perusak
yang ada disetiap manusia. Dan potensi tersebut semakin berpeluang ketika masnusia
tersebut memiliki kekuatan, baik berupa jabatan maupun modal. Persoalan yang muncul
dari pola pembangunan yang menitik beratkan pada aspek ekonomi adalah terjadinya
benturan kepentingan. Ini terjadi karena perbedaan persepsi dalam menilai makna
“sejahtera” sebagai target dari pembangunan itu sendiri. Hampir seluruh birokrasi dan
pemilik modal, memaknai sejahtera dengan pendapatan materi. Artinya, jika terjadi
peningkatan pendapatan, maka secara otomatis kesehteraan masyarakat meningkat pula.
Padalah tidak semudah itu dalam memaknai kesejateraan. Karena selain yang bersifat
metari, ada yang paling hakiki yakni kemerdekaan sebagai manusia. Dan itu menjadi prinsip
dari kebanyakan orang di dunia. Tony Fitzpatrick dalam karyanya yang berjudul Welfare
Theory ; AN Introduction, adalah satu dari 6 aspek penting dalam mendefinisikan
5
kesejahteraan (kebagiaan, jaminan, pilihan, kebutuhan, kelayakan mendapat hadiah, dan
hukuman serta perbandingan relative) 4.Pilihan yang dimaksud tentu tidak hanya dalam
aspek ekonomi, tetapi juga dalam aspek-aspek yang lain. Dalam kerangka fikir Sen (1999)
pilihan sebagai social opportunity merupakan pilar penting menuju kemerdekaan
(freedoms) 5. Artinya kesejahteraan tidak bisa hanya bicara tentang materi.
Namun dalam gerakan lingkungan di Indonesia tidak perlu di perdebatkan antara
selamatkan lingkungan dulu ,baru konomi atau sebaliknya. Yang di perlukan alur berfikir
bersama agar tidak berbenturan, karena keduanya mempunyai prespektif masing sesuai
dengan cara pandangnya. Jika mengacu pada kesepakatan konfrensi di afrika selatan
(Johannesburg Plan of Implementation 2002), Semula pembangunan ekonomi, menjadi
sutu sistem dengan lingkungan yang biasa di sebut pembangunan berkelanjutan, dari
ekonomi saja menjadi ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun faktanya kepentingan
ekonomi paling dominan, sehingga persoalan lingkungan di abaikan. Menutakan alur
ekonomi seperti di atas tentu tidak akan berkelanjutan. Menciutnya hutan tidak akan
menghasilkan bahan bagi industri kayu, ikan yang terkuras habis akan membangkrutkan
perusahaan prikanan, sungai yang tercemar mematikan tanaman beririgasi, pantai laut yang
trcemar mematikan industri pariwisata, ringkasnya lingkungan rusak mematikan
pembangunan ekonomi. Ekonomi hanya bisa tumbuh jika di dukung ekosistem sebagai
penopang kehidupan yang berfungsi sebagai jaringan kehidupan 6.
Gerakan Lingkungan di Indonesia hadir dalam rangka menghadang dan merespon kebijakan
pembangunan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dengan meninggalkan
sosial dan lingkungan, yang berimplikasi pada perubahan sosial yang mendasar bagi bangsa
dan masyarakat Indonesia. Ideologi pemerintah yang menitikberatkan pada pertumbuhan
ekonomi, adalalah satu idiologi yang tidak sepenuhnya benar, pola peradaban yang baru,
perluasan areal tanam , penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa
kendali dan penggunaan pupuk kimia yang melebihi kebutuhan merupakan upaya untuk
peningkatan hasil pertanian, telah berimplikasi pada perubahan sosial di level meso (
kelompok-kelompok petani) dan di tingkat mikro (keluarga). Hadirnya organisasi berbasis
perkumpulan, yayasan dan organisasi hoby, atau yang lebih popular organisasi lingkungan
hidup.
Di era tahun 1980, hadirnya sebuah Wahana lingkungan yang di motori oleh kelompok 10
yang sepuluh (Ikatan Arsitek Landsekap Indonesia (IALI), Yayasan Indonesia Hijau (YIH),
Biologi Science Club (BCS), Gelanggang Remaja Bulungan,Perhimpunan Burung
Indonesia (PBI), Perhimpunan Pecinta Tanaman (PPT), Grup Wartawan Iptek, Kwarnas
Gerakan Pramuka, Himpunan Untuk Kelestarian Lingkungan Hidup (HUKLI), Sekolah
Tinggi Publisistik, Srutamandala) adalah wadah ukar informasi dan komunikasi terkait
dengan lingkungan hidup di Indonesia dan dunia. Berawal dari kasus, pencemaran teluk
Jakarta, dimana beberapa anak meninggal di Teluk Jakarta diindikasikan sama dengan
kejadian di Minamata, Jepang. Mereka tewas akibat keracunan logam berat,merkuri. Serta
Kasusnya, pencemaran air oleh limbah pabrik
Dukuh Tapak, Semarang. Yang
mengakibatkan lahan pertanian, air tanah dan tambak masyarakat tercemar tercemar logam
berat, mengindikasikan persoalan lingkungan yang semakin komplek mendorong Kelompok
4
Tony Fitzpatrick .Welfare Theory ; AN Introduction.PALGRAVE.2001.p 5-9
Amartya Sen. Development AS Freedoms.New York.Anchor Book.1999.p 10. Kemerdekaan (freedom) terdiri dari
lima pilar penting yakni;kemerdekaan politik, terpenuhinya fasilitas ekonomi, kesempatan sosial (social opportunity),
jaminan transparansi dan adanya jaminan.
6
Email Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Kompas, Jakarta, Juni 2010
5
6
Sepuluh berniat memperluas dampak programnya dengan menyelenggarakan Pertemuan
Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) I. Di sinilah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI), terbentuk pada oktober 1980, di motori oleh Erna Witular dan Zen Rachman.
Lahirnya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) berkontribusi terhadap
munculnya gerakan-gerakan lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini, atau yang lebih
keren di sebut “environmentalisme atau kaum environmentalis”.
Environemntalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat lingkungan
hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara, tanpa kekerasan mulai dari aksi
jalanan,lobi politik, hingga pendidikan public untuk melindungi kekayaan alam dan
ekosistem. Sedangkan kaum Environmentalis peduli pada isu-isu pencemaran air dan udara,
kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim dan rekayasa
genetika pada produk-produk makanan. Gerakan Environmentalisme saat ini telah
bermetamorfosa menjadi Gerakan Antikorporasi dan Gerakan Anti-Globalisasi. Mengapa?
Karena, penguasa dan perusak lingkungan terbesar di dunia adalah perusahaanperusahaan
transnasional. Kaum Environmentalis adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendukung setiap tujuan gerakan lingkungan hidup. Umumnya secara politik di sebut
sebagai “Greens” atau “Kaum Hijau”. Kaum Environmentalis memiliki pandangan yang
kuat atas isu-isu lingkungan hidup dan mengamalkan nilai-nilainya sebagai aktivis, relawan,
akademisi dan profesional. Kaum environmentalis sering disamakan dengan Kaum
Konservasionis, kelompok yang berjuang melakukan pelestarian, restorasi dan peningkatan
kualitas lingkungan hidup. Kaum Environmentalis yang radikal sering dilabel sebagai EcoTerrorism. Mereka melakukan cara-cara kekerasan, sabotase, vandalisme, perusakan
properti dan intimidasi dengan terang-terangkan mengatasnamakan paham
Environmentalisme.
Hingga aat ini gerakan lingkungan di Indonesia tampaknya tidak hanya menjadi milik para
aktivis lingkungan saja tetapi sudah menjadi hal yang lazim yang dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, ada semacam difusi kebudayaan, secara
antropologis, dan ada semacam internalisasi, secara sosiologis, bahwa yang namanya
gerakan lingkungan hidup, dalam konteks ini sebagai bentuk dari perubahan sosial untuk
penyelamatan lingkungan hidup. Bahkan gerkan lingkungan juga sudah sampai pada tingkat
anak-anak kecil, di sekolah dan dirumah pendidikan lingkungan sudah harus dan wajib di
ajarkan kepada anak-anak. Di Yogyakara, pada tahun 2009, hadi sebuah forum yang
menggabungkan anak dan keluarga dalam gerakan lingkungan (FOKAL) Forum Keluarga
dan Anak Pecinta Lingkungan. Gerakan-gerakan lingkungan yang di motori anak-anak juga
banyak di temukan di Indonesia, menggabar dan mewarni dengan tema lingkungan hingga
sampai melakukan aksi penanaman pohon. Di tingkat kampus, dan setiap fakultas lahir
organisasi pecinta alam yang mendedikasikan visinya untuk pelestarian lingkungan hidup.
Di setiap instansi pemerintah di tingkat daerah dan nasional, jargon dan progam yang
berprespektif lingkungan juga semakin banyak. Misalnya program kementrian kehutanan
satu orang menanam satu pohon, dalam rangka gerakan satu milyar tanah pohon. Gerakan
segosegawe yang di inisiasi walikota Yogyakara periode yang lalu (sepeda kanggo sekolah
dan nyambut gawe) sepeda untuk sekolah dan bekerja dan lain sebagainya.
Gerakan-gerakan sosial dan lingkungan yang ada sampai saat ini di Indonesia adalah bentuk
dari perubahan sosial, gerakan lingkungan hadir menjadi bagian dari proses menuju
kesejahteraan (well fare) masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik (wellbieng) secara
berkelanjutan. Oleh karenaya pengetahuan dan pemahaman serta analisa kritis terhadap
fenomena gerakan lingkungan yang ada saat ini di Indonesia perlu terus di transformasikan
7
agar public dan masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap kondisi lingkungan yang ada
saat ini.
C. Analisa
Pola pembangunan yang di terapkan di Indonesia yang menitik beratkan pada sisi ekonomi
sama halnya industrialisasi menjadi prioritas, menempatkan pemanjaan berlebih pada ;
teknologi berbasis capital, industry berbasis teknologi tinggi, industry yang berbasis pada
sumber daya manusia supar terdidik dan industry berbasis pada sumber daya asing. 7
Eksploitasi sumber daya alam dengan menghadirkan investasi asing melalui kebijakan
penanaman modal asing di Indonesia menjadi sangat ideologi pemerintah saat itu. Ketika
industrialisme berkembang dan menggejala di seluruh dunia, jarak struktur institusional dan
sistem nilai dan keyakinan akan semakin berkurang. Semua masyarakat, apapun jalan yang
dilaluinya untuk memasuki dunia industri, cenderung menyerupai masyarakat industri yang
sebenarnya (Goldthrope, 1971:263). Hal ini sejalan dengan teori Neoevolusionisme dalam
antropologi kultural (White dan Langkah Ke Determinisme) melukiskan kultur sebagai alat
penyesuain diri dengan alam terutama dengan memanfaatkan energi bebas dalam bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peran utama yang dimainkan adalah sistem teknologi.
Begitu juga dengan pemikiran modernisasi khusus teori konvergensi (Kerr, Huntington,
Rostow) : Determinisme teknologi paling dominan dalam menentukan arah perubahan
sosial. Evolusi penggunaan energi dimulai dengan menggunakan teknologi, tenaga binatang
hingga traktor. Hal ini bisa dilihat bagaimana proses pertanian di Indonesia saat ini
mayoritas menggunakan Traktor di dukung dengan penggunaan benih import, penggunaan
pestisida kimia yang tanpa kendali dan penggunaan pupuk kimia. Walaupun masih ada yang
menggunakan energi tadisonal, binatang dan orang serta dukungan benih lokal.
Pola-pola yang di jelaskan di atas berdampak pada perubahan sosial pertanian di Indonesia,
para petani tradisonal terdesak dan dipaksa untuk mengikuti pola peradaban yang baru,
perluasan areal tanam , penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa
kendali dan penggunaan pupuk kimia yang melebihi kebutuhan merupakan upaya untuk
peningkatan hasil pertanian, dan dimulailah sebuah perusakan sumber daya hayati dan
perubahan fungsi lahan yang pada akhirnya merubah pola konsumsi pangan lokal menjadi
pola konsumsi yang sturukturalis, yaitu beras sentris. Menurut Ritzer : Perubahan sosial
adalah variasi-variasi hubungan-hubungan diantara individu, kelompok, kebudayaan, dan
masyarakat yang terjadi lintas waktu. Dalam hal kasus di atas terjadinya perubahan sosial
yang terjadi lintas waktu adalah di awali ideology pembangunan yang berimplikasi pada
system pertanian dan pola konsumsi masyarakat Indoneia saat ini, proses-proses pertanian
sekarang mayoritas menitik beratkan pada teknologi traktor. Sedangkan pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang dulunya didasarkan pada sumber produksi pangan di wilayah
mereka (umbi-umbian), harus berganti dengan beras. Faktanya mayoritas penduduk
Indonesia mengikuti pola konsumsi yang menitikberatkan pada beras sentris, jika tidak
mengkonsumsi berat di anggap miskin. Dalam hal ini sama dengan orang yang tidak makan
beras dan masih mengkonsumsi makanan lokal di anggap miskin dan ketinggalan zaman.
Artinya hal ini sesuai dengan penjelasn (Ogburn) teknologi menciptakan masalah sosial
yang memerlukan tindakan-tindakkan masyarakat, pemakaian teknologi baru membutuhkan
penyesuaian tindakan masyarakat, jika tidak maka akan terjadi ‘cultural lag’.
7
Briefing Paper, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Oxfam GB, Jakarta 2013
8
Gerak dan langkah dari gerakan lingkungan di Indonesia terbagi dalam berbagai bentuk
organisasi dan strategi. Ada yang mengarahkan kepada public campaign, pemberdayaan
masyarakat, kajian dan riset serta advokasi pada pemerintah. Semua di lakukan dalam
rangka melakukan tindakan untuk perubahan lingkungan yang lebih baik. Jika dianalis
melalui teori perubahan sosial, Talcott Parson dalam kerangka Adptation, Goal, Integration
dan Laten (AGIL) maka upaya yang di lakukan oleh kelompok gerakan lingkungan
mengarah pada advvokasi kebijakan pemerintahan dalam kaitannya advokasi lingkungan,
lebih bagaimana merubah goal sebagai tujuan kelembagaan pemerintah yang selama ini
mengacu proses pembangunan yang berorientasi ekonomi, karena kebijakan yang di buat di
dasarkan kepada keputusan politik. Sedangkan upaya yang di lakukan kelompk gerakn
lingkungan yang di arahkan pada pemberdayaan masyarakat lebih pada bagaimana
mendorong norma dan etika berprilaku ramah lingkungan, dengan mengitegrasikan system
normal yang berlaku di tingkat masyarakat. Upaya gerakan lingkungan yang lebih teknis
yang di dasarkan pada pengalaman-pengalam empiris adalah teory yang di kembangkan
oleh Merton. Dimana setiap system sosial memiliki fungsi-fungsi sendiri dalam upaya
penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan.
D. Kesimpulan
Pada dasarnya, setiap proses perubahan social selalu ada persoalan. Persoalan mendasar dari
proses tersebut adalah : kenapa perubahan social terjadi dan kemana visi perubahan social.
Yang lebih penting lagi adalah : atas kepentingan siapa perubahan terjadi, dan siapa yang
akan menikmati perubahan tersebut 8. Gerakan lingkungan di Indonesia semakin banyak
bermetamorvosa, dari gerakan individu, kelompok dan organisasi baik di tingkat lokal,
nasional dan Global. Hampir semua orang berasumsi bahwa gerakan lingkungan sebagai
proses menuju kehidupan yang lebih baik dan sehat untuk kehidupan yang lebih baik.
Tetapi tentu ini menjadi pertanyaan besar apakah semua gerakan lingkungan yang ada
sebagai upaya untuk perubaan sosial yang makin baik kedepan, atau sebaliknya.
Oleh karenanya tantangan yang semakin besar dimasa mendatang mengharuskan kita untuk
melakukan reposisi gerakan lingkungan agar bentul betul menjadi gerakan sosial yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat secara berkalanjutan. Karena gerakan lingkungan
menjadi salah untuk menghadapi dominasi pasar dan globalisasi ketika negara tidak lagi
mempunyai fungsi sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, karena
perannya telah dihilangkan oleh pasar bebas. Sebuah gerakan tidak serta merta dapat
terbentuk, untuk itulah gerakan lingkungan harus segera berbenah, dan melakukan
penguatan terhadap basis-basis gerakan lingkungan di tingkat individu, organisasi dan
sistem di pemerintahan, sebagai basis gerakan secara kolektif aar kita tidak terkontaminasi
Idiologi pasar bebas.
Refrensi :
1. Amartya Sen. Development AS Freedoms.New York.Anchor Book.1999.p 10.
Kemerdekaan (freedom) terdiri dari lima pilar penting yakni;kemerdekaan politik,
terpenuhinya fasilitas ekonomi, kesempatan sosial (social opportunity), jaminan
transparansi dan adanya jaminan.
2. Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta, 1992
8
Faqih, Mansoer; Masyarakat sipil dan perubahan social di Indonesia, dalam buku Menuju Massyarakat Terbuka, Insis
Press, 1999
9
2004
8. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi), FEUI, Jakarta, 2004
9. Kartasapoetra, G dan Kreimers, L.J.B, Sosiologi Umum, Bina Aksara, Jakarta. 1987.
10. Muchamad Muchtar, Refleksi Sejarah Hari Bumi, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia,
3. Briefing Paper, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Oxfam GB, Jakarta
2013
4. Email Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Kompas, Jakarta, Juni 2010
5. Faqih, Mansoer; Masyarakat sipil dan perubahan social di Indonesia, dalam buku Menuju
Massyarakat Terbuka, Insis Press, 1999
6. Gaylord Nelson, Earth Day '70: What It Meant , [EPA Journal - April 1980]
7. Hening Parlan, Bingkai WALHI dalam Gerakan, WALHI,
10