Nilai Nilai Pluralisme dalam Buku Pendid
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Tien Rohmatin
Aqidah Falsafat Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta [email protected]
Abstract: Radicalism and extremism conducted at recent time by young people have reduced a quality of democratic life in Indonesia. In fact, democracy requires similar human-right and freedom from threat and coercion, moreover in religious freedom. The involvement of young people in extremist conduct can be seen further from text-books of Pendidikan Agama Islam/PAI (Education of Islamic Religion/EIR) which is used in senior high school. The goal of this research is to describe definitions of toleration, harmony, and discrimination that are explained in EIR books, and is to explore theological bases used by the books, and how those topics are interpreted. This writing uses qualitative method by an approach of content-analysis towards the books. The definition of toleration, harmony and discrimination used in those books just emphasizes the relations of inter-religions and inter-cultures. No explicit explanation deals with the importance to build toleration and harmony of intra-religion which recently gains huge attention in Indonesians for this oftenly makes conflict. The Qur’ nic verses becoming theological basis are quoted and interpreted textually. Meanwhile, stories of conduct and model are focused on classical era, in which there is no story, conduct, model or example from cases taken from Indonesian contexts.
Keywords: Toleration, Intolerant, Harmony, Pluralism, Discrimination, Role-model Abstraksi: Radikalisme dan ekstremisme yang terjadi akhir-akhir ini pada kaum muda telah
menurunkan kualitas kehidupan demokrasi di Indonesia. Padahal demokrasi mengandaikan hak dan kebebasan yang sama dari ancaman atau paksaan, terlebih dalam kebebasan beragama. Keterlibatan kaum muda terdidik dalam pelbagai tindakan ekstremis salah satunya dapat dilihat lebih jauh dari buku ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) yang digunakan di Sekolah Menengah Atas. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan definisi toleransi, kerukunan, dan diskriminasi yang dijelaskan dalam buku-buku PAI dan memaparkan landasan teologis yang digunakan buku-buku tersebut dan bagaimana ia ditafsirkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis isi terhadap buku ajar. Definisi tentang toleransi, kerukunan, dan diskriminasi yang digunakan hanya menekankan pada hubungan antar-agama dan budaya. Tidak ada penjelasan yang eksplisit tentang perlunya membangun toleransi dan kerukunan intra-agama yang belakangan banyak mendapat sorotan di Indonesia karena kerap mengalami konflik. Ayat-ayat yang menjadi landasan teologis buku-buku ajar dikutip dan ditafsirkan secara tekstual. Sedangkan, kisah-kisah prilaku dan teladan lebih memfokuskan pada contoh prilaku yang diambil dari kisah klasik, hampir tidak ada kisah, prilaku, teladan, atau contoh kasus yang diambil dari konteks Indonesia.
Katakunci: Toleransi, Intoleransi, Kerukunan, Pluralisme, Diskriminasi, Keteladanan
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
Pendahuluan
tahun 2008 terdapat 17 tindakan; pada tahun Radikalisme agama tumbuh subur di
2009 terdapat 18 tindakan pelanggaran; dan ne geri ini. Aksi kekerasan berbasis agama
pada tahun 2010 sejak Juni-Juli tercatat 28 kerap terjadi dan bahkan intensitasnya makin
peristiwa pelanggaran kebebasan beragama meningkat dewasa ini. Hal ini makin memer-
dan berkeyakinan. 2 Setara Institute juga li hatkan bahwa wacana pluralisme dan
mencatat pelanggaran terhadap para penganut kebe basan agama masih menjadi problem
Ahmadiyah. Bahkan, kelompok ini mengalami krusial bagi kehidupan sosial-keagamaan
pelanggaran intoleransi dengan intensitas yang di Indonesia seperti tampak dari “Laporan
paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia
Menurut catatan Setara Institute, Jemaat 2009” yang dikeluarkan oleh Center for
Ahmadiyah mengalami 15 pelanggaran kebe- Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS)
basan beragama di tahun 2007, naik drastis UGM Yogyakarta. Hal ini khususnya terkait
di tahun berikutnya menjadi 193 pelanggaran pertentangan dalam pendirian rumah ibadah,
kebebasan beragama dan 33 pelanggaran kebe- wacana penyesatan dan penyerangan terhadap
basan beragama pada 2009, serta 50 pelang- kelompok minoritas agama di luar paham
garan kebebasan beragama pada 2010. keyakinan yang mainstream.
Pelanggaran dan perlakuan diskriminatif Peningkatan praktik intoleransi terlihat
yang dialami kelompok ini sangat beragam dari pantauan Setara Institute. Pada 2007,
mulai dari penghinaan, kekerasaan, pengani- lembaga ini mencatat, terjadi 135 peristiwa
ayaan dan lain-lain. Selain perlakuan diskri- pelanggaran dengan 185 tindakan pelanggaran;
minatif, jemaat Ahmadiyah juga mengalami pada 2008 terjadi 265 peristiwa pelanggaran
kekerasan dalam bentuk persekusi, yaitu dengan 367 tindakan pelanggaran; pada 2009
tin dakan penganiayaan sistematis yang dila ku- terjadi 200 peristiwa pelanggaran dengan
kan oleh seorang individu ataupun kelompok 291 tindakan pelanggaran; dan pada 2010
terhadap kelompok lainnya. Bera gam peristiwa terjadi 216 peristiwa pelanggaran dengan
yang dialami jemaat Ahmadiyah merupakan 286 tindakan pelanggaran. Bahkan data
upaya sistematis yang dilakukan secara lainnya menunjukkan dari 491 pelanggaran
berkelanjutan dan melibatkan beragam pihak, yang dilaporkan di tahun 2009, meningkat
yaitu organisasi Islam radikal, didukung
oleh MUI melalui beragam fatwanya, dari aksi intoleransi ini adalah kelompok
menjadi 543 di tahun 2011. 1 Target utama
dan dilegitimasi oleh sejumlah kebijakan minoritas, seperti umat Kristiani, Ahmadiyah,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dan kaum Sy ī‘ah.
diskriminitaif dan intoleran. Data juga menunjukkan eskalasi penye-
Sejumlah studi memerlihatkan fenomena rangan terhadap rumah ibadah, khususnya
radikalisasi kaum muda dalam gerakan terhadap umat Kristiani terus meningkat dari
te rorisme di Indonesia. Umumnya, para pe- tahun ke tahun. Setara Institute mencatat pada
muda ini menjadi pelaku lapangan dalam
1 “Indonesian City Tears Down Church in 2 Setara Institute, Di mana Tempat Kami Front of Woshippers,” http://newsinfo.inquirer.
Beribadah?: Review Tematik Pelanggaran Kebebasan net/377543/indonesian-city-tears-down-church-in-
Beragama/Berkeyakinan tentang Rumah Ibadah dan front-of-worshippers, diakses 22 Maret 2013, pukul
Hak Beribadah Januari-Juli 2010 (Jakarta: Setara 15 00 WIB.
Institute, 2010.)
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
aksi-aksi pemboman khususnya bom bunuh yang dilakukan kelompok teroris Amrozi dan diri. Keterlibatan kalangan pemuda tersebut
kawan-kawan. 4 Survei Pusat Pengkajian Islam menunjukkan peran mereka sebagai elemen
dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam penting dalam gerakan radikal di Indonesia.
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pada 2008 Cukup mendasar untuk melihat keterlibatan
di pulau Jawa menemukan tingginya dukungan pemuda dalam gerakan radikalisme melalui
atas sikap intoleran, anti-pluralis, dan Islamis tinggi tingkat konserfatisme, dukungan dan
di kalangan pelajar sekolah menengah. Sikap kesediaan untuk terlibat dalam kekerasan terkait
tersebut terlihat melalui sejumlah komponen dengan isu agama di kalangan pemuda.
kesetujuan atas poin-poin bahwa orang Tingkat dukungan kaum muda terhadap
berzina harus dikenakan hukum rajam (58,9 kekerasan dan tingkat kesediaan untuk terlibat
%), penerapan hukum potong tangan bagi dalam kekerasan diperlihatkan oleh temuan
seorang pencuri (47,5 %), pemilu hanya untuk survei yang dilakukan Lembaga Kajian Islam
wakil rakyat yang memerjuangkan Islam (30,7 dan Perdamaian (Lakip) pada akhir 2010
%), dan Muslim yang keluar dari agamanya sampai awal 2011, 3 di Jakarta dan sekitarnya.
(murtad) harus dibunuh (21,26 %.) Temuan ini Berdasarkan survei tersebut, para siswa SMP
membuktikan ada konservatisme di kalangan dan SMA memerlihatkan kesediaan untuk
pelajar sekolah menengah. 5 Selain itu, survei terlibat dalam berbagai kekerasan agama,
Lakip pun menemukan tinggi dukungan seperti bersedia terlibat aksi kekerasan terkait
terhadap pemberlakuan syariat Islam (84,8 %) dengan agama dan moral (48,9%), menyegel/
dan persetujuan terhadap pernyataan bahwa merusak tempat hiburan (58%) dan menyegel/
Pancasila sudah tidak lagi relevan sebagai merusak rumah ibadah agama lain (41,1%),
dasar negara (25,8 %). 6
dan membantu umat Islam di daerah konflik Temuan berbagai survei tersebut me- dengan senjata (48,9%.)
nunjukkan bahwa kaum muda merupakan Terkait kekerasan ekstrem, seperti tindak
kelompok yang rentan terhadap rekrutmen pengeboman yang dilakukan Im m Samudra,
gerakan radikal. Secara sosial, para pemuda Amrozi, dan Noordin M Top, sekitar 14,2 %
menghadapi sejumlah persoalan, seperti siswa berpandangan aksi semacam itu dapat
pengangguran, marjinalitas, hingga sentimen dibenarkan. Pada 2005, Lembaga Survei
kehilangan pegangan, dalam hal ini figur Indonesia (LSI) juga pernah melakukan survei
anutan atau idola, yang kemudian membuat tentang dukungan terhadap radikalisme Islam,
mereka menjadi sumber penting rekrutmen dan menemukan bahwa 1 dari 10 Muslim
radikalisme. Secara bersamaan, Islam radikal Indonesia mendukung aksi pengeboman yang
menjadi perisai ideologis yang digunakan oleh dilakukan Amrozi dan kawan-kawannya di Bali
kaum muda dalam menghadapi keterpinggiran dulu. Angka tersebut memang terlihat kecil, tapi sesungguhnya cukup besar untuk dukungan
4 Lembaga Survei Indonesia (LSI), Survei
terhadap tindakan teror dan ekstrem seperti
Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam, (Jakarta: LSI, 2005.)
5 PPIM UIN Jakarta, Laporan Survei Sikap dan 3 Untuk survei Lakip lih. Rudy Harisyah Alam,
Perilaku Sosial-Keagamaan Guru-guru Agama di “Konservatisme Keagamaan di Sekolah,” Media
Jawa (Ciputat: PPIM UIN Jakarta, 2008.) Indonesia, 7 Maret 2011; Koran Tempo, 26 April
6 Rudy Harisyah Alam, “Konservatisme Keaga- 2011.
maan di Sekolah”; Koran Tempo, 26 April 2011.
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
dalam masyarakat serta melindungi diri mereka semua manusia seharusnya menikmati dari arus deras nilai-nilai dan budaya global. 7 hak-hak dan kesempatan-kesempatan yang
Berdasarkan latar belakang di atas, per- sama, dan seharusnya memenuhi kewajiban- tanyaan utama yang diajukan dalam penelitian
kewajiban yang sama sebagai warga negara yaitu bagaimana nilai-nilai pluralisme digam-
dan warga dunia. 10
barkan dalam buku-buku PAI bagi siswa/siswi Alwi Shihab 11 memberikan satu gam- SMA/SMK/MA? Penelitian ini ditujukan
bar an tentang pluralisme sebagai suatu untuk memeroleh penjelasan tentang definisi
kenisca yaan, khususnya di Indonesia yang toleransi, kerukunan, dan diskriminasi yang
masyara katnya mayoritas beragama Islam. dijelaskan dalam buku-buku PAI dan me-
Menurutnya, pluralisme mensyaratkan hal-hal maparkan landasan teologis yang diguna kan
sebagai berikut: 1) pluralisme tidak semata buku-buku PAI tersebut dalam menjelas kan
menunjukkan pada kenyataan tentang ada topik toleransi, kerukunan, dan diskriminasi
kemajemukan, 2) pluralisme harus dibedakan dan bagaimana ia ditafsirkan.
dari kosmopolitanisme, suatu realitas di mana aneka ragam agama, ras, bangsa hidup berdam-
Kerangka Konseptual: Islam, Pluralisme, dan
pingan di suatu lokasi, namun interaksi positif
Toleransi Keagamaan
antarpenduduk, khususnya di bidang agama, Pluralisme berasal dari kata plural berarti
sangat minimal, 3) konsep pluralisme tidak
dapat disamakan dengan relatifisme, yang Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata plural
lebih dari satu atau banyak, jamak. 8 Dalam
berasumsi bahwa hal-hal yang menyangkut diartikan sebagai lebih dari satu/jamak dan
‘kebenaran’ atau ‘nilai’ ditentukan oleh pan - berkenaan dengan keanekaragaman. Jadi
dangan hidup sera kerangka berpikir sese orang pluralisme adalah keadaan masyarakat yang
atau masyarakatnya, 4) paham pluralisme majemuk, baik dalam konteks sosial, budaya,
mengandung unsur relatifisme, yaitu unsur politik, maupun agama. 9 tidak menglaim pemilikan tunggal (monopoli)
Mohamed Fathi Osman mengemu- atau suatu kebenaran, serta tidak memaksakan kakan bahwa pluralisme adalah bentuk
kebenaran tersebut pada pihak lain dan meng- kelem bagaan di mana penerimaan terhadap
hindari sikap absolutism, 5) pluralisme agama keragaman melingkupi masyarakat tertentu
bukan sinkretisme, yakni menciptakan suatu atau dunia secara keseluruhan. Bagi Osman,
agama baru dengan memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen ajaran dari beberapa
7 Asef Bayat, “Muslim Youth and the Claim of
agama untuk dijadikan bagian integral dari
Youthfulness,” dalam Linda Harrera dan Asef Bayat,
agama baru tersebut.
Being Young and Muslim: New Cultural Politics in the
Nurcholish Madjid, mengatakan bahwa
Global South and North (New York, Oxford University Press, 2010), 29.
salah satu persyaratan terwujud masya ra kat
8 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus
modern yang demokratis adalah terwu jud
Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), 435; J.S.Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum
10 Mohamed Fathi Osman, Islam, Pluralisme, Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
dan Toleransi Keagamaan: Pandangan al-Qur’an, 1996), 1074.
Kemanusiaan, Sejarah, dan Peradaban (Jakarta: PSIK 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Universitas Paramadina, 2006), 2-3. Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT.
11 Alwi Sihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Gramedia Pustaka Utama, 2012), 1086.
dalam Beragama (Bandung: Mizan, 1999), 19.
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
ma syarakat yang menghargai kemaje muk - Amerika Serikat selama bom kapitalis pada an (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta
1960an meyakinkan banyak pengamat bah- mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan. 12 wa pemuda, khususnya mahasiswa univer- Pengakuan al-Qur’ n terhadap perbedaan sitas, adalah kekuatan revolusioner dalam
beragama dan berkeyakinan dipertegas dalam transformasi sosial masyarakat-masyara kat khutbah perpisahan Nabi Mu ammad. Seperti
di Barat. Pemuda, di banyak negara, telah dikutip oleh Fazlur Rahman, Nabi menyatakan
dimobilisasi untuk tujuan-tujuan politik tertentu bahwa, “Kamu semua adalah keturunan dam,
(demokrasi, ba’athisme, atau fasisme.) 13 tidak ada kelebihan orang Arab terhadap orang
Termasuk dalam mobilisasi pemuda ada lah lain, tidak pula orang selain Arab terhadap
bentuk gerakan radikal. Seperti yang terjadi di orang Arab, tidak pula manusia yang berkulit
Indonesia, kaum muda menjadi elemen penting putih terhadap orang yang berkulit hitam, dan
dalam sejumlah aksi-aksi radikal bermotifkan tidak pula orang yang hitam terhadap yang
agama, Oleh karena itu, penting dipertanyakan putih kecuali karena kebajikannya.” Khutbah
mengapa kalangan muda cenderung mudah tersebut menggambarkan tentang persamaan
direkrut serta jalur-jalur dan strategi apa derajat umat manusia di hadapan Tuhan.
saja yang ditempuh kelompok radikal dalam Khutbah tersebut menggambarkan tentang
merekrut kalangan pemuda? persamaan derajat umat manusia di hadapan
Sejauh ini, klaim simplistik bahwa kon- Tuhan. Dalam al-Qur’ n Allah berfirman,
disi-kondisi kemiskinan dan pengangguran “Sesungguhnya orang yang paling mulia di
di negara-negara masyoritas Muslim telah antara kamu di sisi Allah adalah yang paling
mengarahkan para pemuda Muslim kepada jalan taqwa” (Q.s. al- ujur t/49: 13.)
radikalisme dan kekerasan banyak dibantah. Fakta bahwa banyak pemimpin dan pelaku
Pemuda, Kekerasan Keagamaan, dan
sejumlah aksi terorisme berasal dari kalangan
Radikalisme Islam
terdidik, memiliki pekerjaan, dari keluarga Fenomena radikalisasi kaum muda adalah
mapan dan baik, menunjukkan perlunya fakta penting dalam gerakan radikal atau
penjelasan lain untuk memahami keterlibatan gerakan-gerakan yang menggunakan strategi
pemuda dalam kelompok-kelompok radikal. kekerasan di Indonesia. Dalam pengungkapan
Penelitian yang dilakukan terhadap ke- berbagai aksi teror, misalnya, polisi selalu
lompok-kelompok militan di Timur Tengah menemukan keterlibatan sejumlah pemuda,
dan kelompok bom bunuh diri di Palestina baik yang berlatar belakang pendidikan
menemukan bahwa anggota mereka datang menengah maupun perguruan tinggi. Para
baik dari kelompok terdidik dan mapan pemuda ini menjadi pelaku lapangan atau
maupun dari kelompok kurang terdidik dan eksekutor dalam aksi-aksi pemboman khusus-
kurang mampu secara ekonomi. Studi lain nya bom bunuh diri.
menunjukkan bahwa jika kelompok militan Gagasan tentang pemuda sebagai kelom-
di Palestina merekrut pemuda belasan tahun, pok revolusioner bukanlah hal baru. Mobilisasi yang luas kelompok pemuda di Eropa dan
13 Asef Bayat dan Linda Herrera, “Introduction: Being Young and Muslim in Neoliberal Times,”
12 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan dalam Linda Herrera dan Asef Bayat, Being Young Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1992), ixviii.
and Muslim, 23-4.
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
maka Al-Qaeda merekrut pemuda dengan usia rata-rata 26 tahun untuk bergabung dalam jihad. Tiga perempat dari mereka adalah profesional atau semi profesional, seperti insinyur, arsitek, dan ilmuwan. Dengan demikian, rekrutmen kelompok radikal terjadi baik kepada mereka yang berasal dari keluarga miskin, kurang mampu, atau menghadapi konflik keluarga atau lingkungan, maupun kepada kaum muda terdidik yang frustasi terhadap situasi politik
dan ekonomi yang mereka hadapi. 14
Salah satu persoalan utama dalam orga- nisasi radikal adalah rekrutmen anggota baru. Anggota dibutuhkan untuk mendanai, meren- canakan, menyediakan dukungan lo gistik, dan mengeksekusi aksi-aksi terorisme. Di balik setiap aksi teroris, terdapat banyak orang yang membantu merekrut dan menyi apkan orang yang melakukan aksi teroris tersebut, sebab untuk memfasilitas aksi teroris tersebut dibutuhkan banyak tindakan kriminal, seperti penyelundupan senjata dan bahan peledak, pendanaan ilegal melalui perampokam dan pencucian uang, dan itu artinya melibatkan para pelaku kriminal. Dalam konteks inilah, para pemimpin gerakan terorisme merekrut kalangan pemuda baik yang berpendidikan rendah maupun terpelajar; baik miskin maupun mapan.
Rekrutmen terhadap kalangan muda yang berpendidikan rendah penting artinya, karena kurangnya pemahaman politik mereka justru dimaksudkan agar mereka tidak menyadari bahwa mereka menjadi bagian dan melayani sebuah organisasi yang terlibat dalam berbagai aksi kriminalitas. Sementara rekrutmen ter- hadap kalangan muda yang terpelajar, khusus-
14 Louise Shelley, “Youth, Crime and Terrorism,” dalam M. Demet Ulusoy, Political Violence, Organized
Crimes, Terrorism and Youth (Amsterdam: IOS Press, 2008), 135.
nya perguruan tinggi, didasari alasan bahwa pemahaman politik mereka justru membuat mereka berkomitmen terhadap tindakan kriminal sebagai bentuk dukungan terhadap ideologi yang mereka yakini. Dan yang lebih penting lagi, kalangan pemuda memiliki keahlian teknis yang seringkali tidak dimiliki oleh anggota organisasi radikal yang lebih senior. Organisasi radikal umumnya melakukan rekrutmen dan komunikasi melalui teknologi informasi modern, khususnya internet. Dan kaum muda diakui lebih menguasai berbagai teknologi komunikasi modern dibanding senior mereka yang lebih tua. 15
Sejumlah studi menunjukkan bahwa hubungan antara pemuda dan radikalisme cukup kompleks dan tidak ada kesimpulan tunggal yang bisa diberikan. Hal tersebut dikarenakan dorongan pemuda kepada ra- dikalisme berkaitan dengan kondisi yang beragam. Studi Noorhaidi menggambarkan bagaimana keterlibatan pemuda Muslim dalam gerakan radikal didorong oleh pilihan rasional untuk menegosiasikan identitas. Dengan berjihad mereka ingin menunjukkan sebuah pertunjukan (drama) sebagai pemuda yang terpinggirkan. Namun, demikian Bayat, motivasi para pemuda kepada radikalisme juga bisa didorong oleh frustrasi terhadap kehidupan publik yang dihadapinya. Frustasi itu bisa didorong oleh kekecewaan internal maupun eksternal. Aspek internal adalah kekecewaan terhadap sstem pemerintahan negara Muslim yang gagal menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang memadai bagi seluruh masyarakat. Aspek eksternal adalah kekecewaan yang muncul dari aktifitas Amerika di Timur Tengah, sepertinya interven- sinya terhadap Irak dan Afganistan, atau
15 Shelley, “Youth, Crime and Terrorism,” 133-40.
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
dukungan Amerika terhadap Israel dan rezim- Gerakan ini bertujuan memerkuat nilai- rezim otoriter di Timur Tengah.
nilai Islam dalam individu, keluarga, dan Di Indonesia, upaya melibatkan kalangan
masyarakat. 19 Elemen paling awal gerakan pemuda dalam gerakan Islam telah dimulai sejak
tarbiyah adalah para tokoh dan aktifis 1970an sejalan dengan fenomena Islamisasi
Masyumi yang berkiprah dalam Dewan kampus yang berlangsung di era Orde Baru
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dengan (Orba.) Pada periode awal pemerintahannya,
tokoh utamanya Mohammad Natsir. 20 Orba mengeluarkan kebijakan restrukturisasi
Hampir semua kader yang dibina M. politik, di antaranya melalui monoloyalitas
Natsir pada 1968 kemudian berkiprah dan (kepatuhan tunggal) pegawai negeri kepada
mengembangkan dakwah di kampus masing- pemerintah (1970), penyederhanaan sistem
masing. Yang paling penting, sebagai bagian dari kepartaian (1973), depolitisasi dan massa
produk program Bina Masjid Kampus, adalah mengambang (1975), kontrol kehidupan
lahir program Latihan Mujahid Dakwah (LMD) kampus melalui aturan Normalisasi Kehidupan
yang berbasis di Masjid Salman ITB Bandung. Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi
Para kader yang dibina melalui LMD berasal Kampus (BKK) (1978), dan asas tunggal
dari berbagai perguruan tinggi umum, seperti Pancasila (1983). 16 ITB, UI, IPB, UGM, dan lain-lain. Mereka
Kebijakan-kebijakan tersebut telah me- inilah yang pada gilirannya menjadi motor minggirkan aspirasi dan gerakan kelompok
gerakan dakwah kampus di kota-kota besar Islam serta menyebabkan makin terbatas ruang
seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Bogor, gerak kelompok Islam dalam menyalurkan
Surabaya, Semarang, Makassar, dan Medan. 21 aspirasi politiknya. Kenyataan itu mendorong para aktifis dan tokoh politik Islam mengubah
(Bandung, Teraju, 2002), 100. Seiring dengan jatuh
strategi perjuangannya dari Islam politik
rezim Orde Baru pada 1998, kelompok tarbiyah ini kemudian mendirikan Partai Keadilan (PK)
kepada Islam kultural, seperti gerakan dakwah
pada 20 Juli 1998 di Jakarta, yang dideklarasikan
dan sosial serta kajian keagamaan. Fenomena
pada 9 Agustus 1998 oleh 52 tokoh Muslim dari
yang paling penting adalah muncul gerakan
berbagai golongan yang sebagian merupakan alumni universitas-universitas di Timur Tengah, di antaranya
tarbiyah, khususnya di kampus-kampus
Hilmy Aminuddin, Salim Segaf Aljufri, Abdullah
universitas, sebagai respons kalangan Muslim
Said Bahmus, dan Acep Abdul Syukur. Karena hanya
kampus atas kebijakan Orba yang melarang
memeroleh 1,4% suara (di bawah electoral threshold
17 aktifitas politik di perguruan tinggi. 2%) pada pemilu 1999, para pemimpin PK kemudian
mendeklarasikan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Gerakan tarbiyah, juga disebut gerakan
pada 20 April 2002. Lih. Damanik, Fenomena Partai
dakwah, muncul pada pertengahan 1980an
Keadilan, 230-2; Permata, “Ideology,” 25.
sebagai transformasi dari gerakan Islam 19 Aay Muhammad Furkon, Partai Keadilan
Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda kampus yang telah muncul pada era 1970an. 18 Muslim Indonesia Kontemporer (Bandung: Teraju,
16 Ahmad-Norma Permata, “Ideology, Institutions, 20 M. Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Political Actions: Prosperous Justice Party (PKS) in
Masjid Kampus ke Gedung Parlemen (Yogyakarta: Indonesia,” ASIEN 109 (Oktober 2008), 24.
LKiS, 2008), 24; Damanik, Fenomena Partai 17 Ahmad-Norma Permata, “Ideology, Institutions,
Keadilan, 95.
Political Actions,” 24. 21 Studi mengenai motivasi kalangan mahasiswa 18 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan,
untuk berpartisipasi dalam gerakan tarbiyah serta Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia,
korelasinya dengan latar belakang pendidikan dan bidang
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
Pada era 1990an, ketika suasana politik mulai usrah diperkenalkan oleh asan al-Bann , berubah dengan akomodasi pemerintah yang
pendiri Ikhw n al-Muslim īn (IM) di Mesir pada lebih besar terhadap Islam, gerakan dakwah
1928. Akibat represi rezim pemerintah Mesir, kampus bertransformasi menjadi Lembaga
pada 1943 al-Bann menggunakan metode Dakwah Kampus (LDK) yang lebih terbuka dan
usrah untuk memerkokoh ikatan persatuan kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. 22 dan ideologi anggota IM. 24 Di Indonesia, Gerakan Islam di kalangan pemuda ini juga
usrah diadopsi melalui kelompok-kelompok memeroleh suntikan inspirasi dan semangat dari
pengajian kecil dalam sistem stelsel beranggota keberhasilan Revolusi Iran pada tahun 1979.
5-15 orang dengan seorang mentor, di mana Kesuksesan revolusi Iran telah mendorong
setiap anggota berkomitmen untuk menerapkan kalangan pemuda Muslim Indonesia untuk lebih
ajaran-ajaran dan hukum Islam. Metode usrah giat mendakwahkan pembangunan masyarakat
yang cenderung rahasia menjadi alternatif Muslim dan me wujudkan suatu negara Islam.
pengajian Islam di bawah represi kelompok Minat yang meningkat di kalangan Muslim
Islam oleh rezim Orba pada 1970-1980an. dalam menerapkan ajaran-ajaran Islam ke
Sejak 1977, gerakan usrah diperkenalkan oleh dalam segala aspek kehidupan, sebagai
para aktifis BKPMI yang berbasis di Masjid akibat pengaruh dari Revolusi Iran, telah
Istiqomah, Bandung, kepada para aktifis memunculkan apa yang disebut ‘kebangkitan
masjid-masjid lain di Bandung, yang kemudian Islam’ (Islamic resurgence.) Fenomena ini
metode ini berakar kuat di Masjid Salman muncul seiring tumbuh pesan global di dunia
Institut Teknologi Bandung (ITB.) 25 Metode Islam bahwa ‘Islam adalah solusi’ (Islam huwa
usrah dianggap efektif terutama untuk merekrut al- l.) Pesan ini menegaskan keyakinan
kalangan muda, sehingga kemudian diadopsi bahwa Islam merupakan sistem yang lengkap
oleh gerakan-gerakan Islam lain, seperti Hizbut meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
Tahrir Indonesia (HTI), kelompok salafi, dan termasuk politik dan ekonomi. Maka, pada
yang terpenting aktifis Darul Islam (DI.) 26 periode ini, berlangsung proses Islamisasi yang
Dalam kasus DI, gerakan usrah telah di antaranya terlihat melalui gerakan jilbab,
menransformasi DI dan memberinya energi menjamur kelompok pengajian, pembangunan
baru. Bagi para aktifis muda DI, memerluas tempat ibadah di kantor-kantor pemerintah dan
gerakan usrah bukan hanya bermakna sebagai di kampus-kampus. 23 sebuah aktifitas agama, melainkan sebagai
Metode penting yang digunakan para upaya membangun basis-basis pendukung aktifis Islam dalam melakukan kaderisasi dan rekrutmen kalangan muda dan mahasiswa adalah
24 Untuk pengertian detail dan sejarah usrah, lih.
usrah (Arab: keluarga atau kelompok.) Metode
Furkon, Partai Keadilan Sejahtera, 83-7. 25 International Crisis Group (ICG), Recycling
Militants in Indonesia: Darul Islam and the Australian studi dilakukan oleh Salman, “The Tarbiyah Movement:
Embassy Bombing, Crisis Group Asia Report, No. 92, Why People Join this Indonesian Contemporary Islamic
(22 February 2005), 12.
Movement,” Studia Islamika, Vol. 13, No. 2, 2006. 26 M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: 22 Damanik, Fenomena Partai Keadilan, 82-3;
Transmisi Revivalisme Islam Tim-Teng ke Indonesia Rahmat, Ideologi Politik PKS, 102. (Jakarta: Erlangga, 2006), 125-6; International Crisis
23 Noorhaidi Hasan, “The Drama of Jihad: The Group (ICG), Indonesia Backgrounder: Why Salafism Emergence of Salafi Youth in Indonesia,” dalam Linda
and Terrorism Mostly Don’t Mix, ICG Asia Report No.
Harrera dan Asef Bayat, Being Young and Muslim, 52. 83, (13 September 2004), 8.
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
dalam rangka mendirikan sebuah negara Islam. Zubair, 34 C.W.Watson, 35 Akh. Muzakki. 36 Dan yang terpenting, usrah menjadi metode
Secara umum mereka berangkat dari perspektif efektif untuk merekrut anggota dari kalangan
yang hampir sama bahwa penerbitan media
Islam seperti buku, surat kabar, majalah, Awwas Suryahardy adalah contoh berhasil dari
muda, khususnya pelajar dan maha siswa. 27 Irfan
dan buletin, memiliki peran strategis bagi metode usrah generasi awal. Pada tahun 2000,
proses transformasi intelektual masyarakat Irfan turut serta dalam pendirian MMI dan
secara umum. Karena itu buku, misalnya, menjadi salah seorang tokoh utamanya. MMI
akan menjadi media yang efektif dalam adalah salah satu organisasi yang menyuarakan
memengaruhi pola pikir, sikap, dan prilaku penerapan syariat Islam, berorientasi pada
pembacanya. 37
pendirian negara Islam, dan menglaim sebagai Eickelman mencatat bahwa selain lem- kelanjutan dari gerakan DI. 28 baga-lembaga pendidikan, media massa dalam segala bentuknya juga turut mengambil peran
Buku sebagai Media Diseminasi Ideologi penting dalam proses transformasi masya- Islam
rakat beragama, khususnya dalam konteks Beberapa peneliti baik dari dalam maupun
bagaimana masyarakat dapat membangun dari luar Indonesia, di antaranya, Howard
persepsi mereka tentang agama. 38 Karenanya,
melalui penerbitan media Islam proses W.Hefner, 31 Dale F. Eickelman dan Jon
M. Federspiel, 29 R.William Liddle, 30 Robet
diseminasi penyadaran di kalangan masyarakat
W.Anderson, 32 Azyumardi Azra, 33 Halid dan
Muslim dapat terbangun. Bahkan melalui penerbitan buku Islam, kecenderungan mun-
27 International Crisis Group (ICG), Recycling
cul ideologisasi pemikiran, seperti tampak
Militants in Indonesia: Darul Islam and the Australian
dari kemunculan gelombang gerakan yang
Embassy Bombing, Crisis Group Asia Report, No. 92,
menjadikan Islam sebagai ideologi utamanya,
(22 February 2005), 13.
makin jelas terlihat.
28 Untuk profil MMI lih. Jamhari dan Jahroni,
Gerakan Salafi Radikal di Indonesia. 29 Howard M. Federspiel, “The Political and Social
34 Halid dan Zubair, “Peranan Penerbit dalam Language of Indonesian Muslims: The Case of Al-
Transformasi Intelektualisme Islam: Survey terhadap Muslimun,” Indonesia, Vol. 38 (Oktober 1984), 55-73.
Beberapa Penerbit Buku-buku Islam di Daerah Khusus R. William Liddle, “Media Dakwah Skrip-
Ibukota Jakarta” (Lembaga Penelitian UIN Syarif turalism: One form of Islamic Political Thought
Hidayatullah Jakarta, 2003)
and Action in New Order Indonesia,” dalam Mark 35 C.W. Watson, ”Islamic Books and Their Publishers: R.Woodward (ed.), Toward A New Paradigm: Recent
Notes on the Contemporary Indonesian Scene,” Journal Developments in Indonesian Islamic Thought (Temple:
of Islamic Studies 16:2 (2005), 188-90. Arizona State University, 1996.)
Akh. Muzakki, “Cultivating Islamic Ideology: Robet W. Hefner, “Print Islam: Mass Media and
Print Islam in Post-independence Indonesia (A Ideological Rivalries among Indonesian Muslims,”
Preliminary Study),” Studia Islamika, Vol. 14, No. 3, Indonesia, Vol. 64 (Oktober 1997), 77-103.
2007, 423-46.
Dale F. Eickelman dan Jon W.Anderson, 37 Halid dan Zubair, Peranan Penerbit, 5-6. “Redefining Muslim Publics,” dalam Dale F.
38 Fuad Jabali dan Arief Subhan, Intelektual Eickelman dan Jon W. Anderson (eds.), New Media
Muslim dan Lahirnya Rumusan Baru Islam Indonesia, in the Muslim World: The Emerging Public Sphere
dalam, Rizal Sukmana (ed.), Gerakan dan Pemikiran (Bloomington: Indiana University, 1999), 1-18
Islam Indonesia Kontemporer (CSIS, Jakarta, 2007), Azyumardi Azra, “Perbukuan Islam di Indonesia:
Merambah Intelektualisme Baru,” Warta IKAPI 39 Akh. Muzakki, Culvinating Islamic Ideology, Jakarta, (Maret 2001), 9-14
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
Peran ulama sebagai pemegang tunggal terbit pertama kali di Singapura pada tahun otoritas keagamaan mulai berkurang seiring
1906 dan lebih berfokus pada diseminasi ide-ide muncul penerbitan buku-buku Islam. Feno-
reformis berbasis Kairo di Melayu-Indonesia, mena ini bisa ditemukan pada awal abad 20,
terutama melalui penerjemahan artikel-artikel ketika media cetak—majalah, koran, dan
yang pernah terbit dalam bahasa Arab di buku—mulai dikenal umat Islam di kawasan
majalah Al-Man r ke dalam bahasa Melayu. 41 Melayu-Indonesia. Media cetak menjadi
Majalah yang kedua, Al-Mun īr terbit di Padang, salah satu pembentuk wacana keagamaan,
Sumatera Barat dari tahun 1911 sampai 1916. di samping ulama. Peran ini semakin mene-
Al-Mun īr didirikan sebagai majalah reformis mukan siginifikansinya menjelang akhir
Kaum Muda di Sumatera Barat, 42 untuk abad ke-20 ketika industri penerbitan di
melanjutkan peran dan spirit Al-Im m yang Indonesia berkembang dengan pesat, baik
berhenti terbit pada tahun 1908. 43 Ideologi karena kebijakan ekonomi Orde Baru yang
kedua majalah tersebut turut membentuk memungkinkan industri penerbitan Islam
fase kedua reformasi Islam, yang dimotori dapat tumbuh bebas, maupun sejalan dengan
dan dimanifestasikan oleh Muhammadiyah kebutuhan kelas menengah santri di masa Orba
(1912), Persatuan Islam (1928), dan Sarekat terhadap buku-buku keislaman.
Islam (1911.) Ketiga organisasi tersebut juga Pesat penerbitan media cetak tersebut
menggunakan publikasi berbentuk majalah membuka keran informasi pengetahuan dan
dalam menyebarkan ide-ide reformasi mereka. kemudian penafsiran terhadap ajaran Islam.
Deskripsi di atas memberi bukti semakin Muncul banyak tafsiran Islam yang bebas, dalam
pentingnya publikasi, terutama dalam bentuk artian tidak terpaku pada model yang sudah baku
majalah dan koran, dalam perkembangan Islam sebagaimana dibawa para ulama tradisional,
di awal abad ke-20.
menandakan pengaruh besar dari penerbitan Ketika Orba berkuasa tahun 1966, kelom- media cetak Isla. Meski tidak menutup juga
pok modernis tumbuh pesat diikuti dengan aspek lain dari perkembangan penerbitan buku
kebangkitan pemikiran Islamnya. Jika sebelum Islam, diseminasi ideologi-ideologi Islam
Orba hanya ada beberapa penerbit Islam menjadi semakin mudah dan cepat. Media cetak Islam yang pertama kali di-
41 Peter Riddell, Islam and The Malay-Indonesian
kenal adalah majalah Al-Im m dan Al-Mun 40 īr. World: Transmission and Responses (Singapore: Kedua mereka adalah publikasi reformis Islam Horizon Books Pte Ltd, 2001), 208-10.
42 Istilah Kaum Muda dan lawannya, Kaum Tua,
yang pertama dan memiliki jaringan dengan
mula-mula muncul di Sumatera Barat, sekitar tahun
Kairo. Al-Im m sendiri didasarkan pada model
1906. Istilah ini muncul dari perselisihan antara
Al-Man r, majalah reformis Islam di Kairo
kalangan orang tua dan kalangan pemuda di wilayah tersebut berkenaan dengan sikap masing-masing
yang banyak mener bitkan tulisan-tulisan
terhadap konsep ‘kemajuan’ (progress), khususnya
Mu ammad ‘Abduh dan Rasy īd Riḍ . Al-Im m
berkenaan dengan keterikatan mereka dengan adat- istiadat setempat dan agama. Dengan demikian
40 Sumber utama pembahasan mengenai media kalangan pemuda menjadi lawan dari kalangan tua. cetak Islam pada awal abad ke-20 ini didasarkan pada
Lih. Fauzan Saleh, Teologi Pembaruan: Pergeseran penelitian Jajat Burhanudin, “The Fragementation of
Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX (Jakarta: Religious Authority: Islamic Print Media in Early 20 th Serambi, 2004), catatan kaki 2, bab 3, 151.
Century Indonesia,” Studia Islamika, Volume 11, No. 43 Burhanudin, “The Fragmentation of Religious 1 (2004), 38-53.
Authority,” 39.
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
berskala nasional, yaitu Bulan Bintang dan di antaranya mengambil judul ayat-ayat al- Pustaka Panjimas di Jakarta, dan Al-Maarif
Qur’ n tentang toleransi. Pada saat yang di Bandung, maka di akhir tahun 1970an dan
sama, toleransi juga masuk dalam pembahasan tahun 1980an berdiri beberapa penerbit Islam
tentang persatuan dan kerukunan, yang dalam besar. Di antaranya Mizan di Bandung, Gema
beberapa buku pembahasan ini masuk di bab Insani Press, Paramadina dan Al-Kautsar di
9. Sementara di dalam buku al-Qur’an Hadis, Jakarta, LkiS di Yogyakarta, dan banyak lagi
pembahasan toleransi masuk dalam bab etika penerbit Islam lainnya yang lebih kecil.
pergaulan. Dan di dalam buku Aqidah dan Pasca reformasi, pertumbuhan penerbit-
Akhlak, toleransi masuk dalam pembahasan penerbit Islam bertambah secara dramatis,
tentang prilaku terpuji.
begitu pula buku-buku yang diproduksinya. Namun tidak semua buku menyediakan Menurut IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia),
definisi yang sama tentang toleransi. Buku terdapat hanya 13 penerbit yang berafiliasi
Pendidikan Agama Islam karya Arif Soleh dengan IKAPI pada awal berdirinya pada
dkk., misalnya, mendefinisikan toleransi
17 Mei 1950, dan pada akhir 2006, terdapat sebagai “Sikap menghargai perbedaan, karena 766 penerbit, di mana hampir setengahnya
Allah telah menciptakan manusia dengan mengkhususkan diri menerbitkan buku-buku
potensi yang bermacam-macam, penyabar, Islam. 44 Ini masih belum termasuk penerbit-
pemarah, bersahaja atau juga mudah marah, penerbit yang tidak bergabung dengan IKAPI
di sinilah letak keistimewaan ra mah li al- yang jumlahnya juga sangat banyak.
‘ lam īn agama Islam, sehingga umat Islam senantiasa membawa kesejukan di masyarakat
Metode Penelitian
yang penuh perbedaan.” 45 Penelitian ini merupakan penelitian ke-
Penulis lain mendefinisikan sikap toleran pustakaan (library research) yang berupaya
secara agak berbeda, yaitu sebagai “bertoleransi meneliti nilai-nilai pluralisme yang ada di
dalam menyikapi permasalahan secara rasional dalam buku-buku PAI untuk kelas X, XI dan XII
dengan berbagai alasan yang dimilikinya.” 46 SMA yang diterbitkan oleh beragam penerbit.
Sementara Moh. Matsna, penulis buku al- Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
Qur’an Hadis, tidak menyertakan definisi yang adalah berupa dokumen-dokumen terutama
jelas tentang toleransi. Namun ia menu liskan yang terekam dalam buku-buku PAI bagi siswa
bahwa, “Umat Islam tidak dilarang berbuat SMA kelas X, XI dan XII yakni sebanyak 22
baik dan berlaku adil serta berteman dengan buku Pendidikan Agama Islam untuk SMA,
orang-orang non-Muslim selama me reka tidak serta buku al-Qur’ n Hadis dan Aqidah Akhlak
menyerang dan mengusir orang Muslim.” 47 untuk Madrasah Aliyah (MA) dari kelas X,
Penjelasan tersebut, meski bukan secara
XI, dan XII. spesifik dimaksudkan sebagai pembuatan definisi atas toleransi namun menegaskan
Mendefinisikan Toleransi Keagamaan
45 Arif Solehlm., dkk., Pendidikan Agama Islam
Di dalam buku PAI kelas XII, pembahasan
(Jakarta: Inti Prima, 2011), 1.
tentang toleransi masuk dalam bab 1, yang
46 Thoifuri & Suci Rahayu, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Ganeca Exact, 2007.)
44 Akh. Muzakki, “Cultivating Islamic Ideology,” 47 Moh. Matsna, Al-Qur’an Hadis (Semarang: 428.
Karya Toha Putra, 2008.)
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
muatan toleransi yang tegas terhadap umat Beberapa buku juga mencakup soal dis- non-Muslim.
kriminasi yang terdapat dalam buku-buku Para penulis buku ajar yang membahas
PAI untuk SMA/SMK kelas X dan buku- toleransi tersebut beberapa di antaranya me nge-
buku Aqidah Akhlak untuk MA kelas X. mukakan bahwa sikap menghargai, menghor-
Dalam buku-buku tersebut, diskriminasi mati, dan tolong-menolong yang dimaksudkan
di definisikan sebagai perbedaan perlakuan dalam toleransi adalah dalam masalah-masalah
terhadap sesama warga negara berdasarkan sosial kemanusiaan, bukan dalam hal ubudiyah
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, (ibadah.) 48 Pandangan tersebut ditekankan oleh
dan sebagainya. 51 Sejumlah buku PAI yang lain beberapa penulis lain untuk menegaskan bahwa
memiliki definisi yang relatif sama dengan dalam soal aqidah tidak ada toleransi, dan
definisi tersebut. 52 Sama seperti buku PAI, seorang Muslim tidak semestinya terpengaruh
di buku Aqidah Akhlak diskriminasi masuk aqidah akibat bergaul dengan orang yang
dalam pembahasan tentang ‘prilaku tercela.’ berbeda iman atau agama.
Karenanya sikap diskriminatif diartikan Meski demikian, terdapat beberapa buku
sebagai suatu sikap yang membeda-bedakan yang dikaji dalam penelitian ini tidak secara
orang lain berdasarkan suku, ras, bahasa, langsung membahas tentang toleransi, melain-
budaya, ataupun agama. 53 kan memuat bab tentang kerukunan. Pemba-
Adapun nilai-nilai toleransi dan pluralisme hasan tentang kerukunan terdapat dalam buku
juga nampak dari foto yang digunakan Menjaga Aqidah dan Akhlak yang mende fi -
dalam pembahasan bab toleransi. Akan ni sikan kerukunan sebagai “Kesabaran dan
tetapi tidak semua buku memuat foto dalam kela pangan dada menghadapi pikiran-pikiran,
pembahasannya. Hanya beberapa buku saja pendapat-pendapat, dan pendirian orang.” 49 yang di setiap awal pembahasan terkait
Buku lainnya mendefinisikan ke rukunan toleransi menyertakan foto di dalamnya. Salah sebagai perhimpunan yang damai atau persatuan
satu foto yang cukup relevan adalah foto Bali yang menumbuhkan sikap saling menghargai
Interfaith Dialogue. Foto ini terdapat dalam dalam komunitas yang beragam atau etnis yang
buku PAI untuk SMA kelas XII. 54 berbeda-beda. 50 Kedua definisi secara jelas
Foto lain yang cukup relevan dalam memerlihatkan kedekatan makna kerukunan
upaya memerkenalkan toleransi lewat gambar dengan toleransi yang telah dikemukakan
adalah foto para perempuan memakai pakaian di atas. Karena itu, penelitian memasukkan
adat yang berbeda-beda dan foto sejumlah buku-buku yang membahas kerukunan sebagai buku-buku ajar yang secara jelas memuat
pembahasan tentang toleransi di dalamnya. 51 Bahrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam (Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2006), 97-8. 52 Bahrul Ilmy & Suroso Adi Yudianto, Cerdas
Belajar Pendidikan Agama Islam (Bandung: Grafindo 48 Pandangan seperti ini misalnya dikemukakan
Media Pratama); Margiono, dkk., Agama Islam 1: oleh Aminuddin, dkk., Pendidikan Agama Islam
Lentera Kehidupan (Jakarta: Yudhistira, 2006.) (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 3-13.
53 Roli Abdul Rahman & M. Khamzah, Menjaga 49 Roli Abdul Rahman dan M. Khamzah, Menjaga
Akidah & Akhlak; Harjan Syuhada dkk., Akidah Akidah dan Akhlak (Solo: Tiga Serangkai, 2008), 97.
Akhlak (Jakarta: Bumi Aksara, 2011.) 50 Toto Edidarmo & Mulyadi, Aqidah Akhlak
54 Thoifuri & Suci Rahayu, Pendidikan Agama (Semarang: Karya Toha Putra, 2009), 143-5.
Islam (Jakarta: Ganeca Exact, 2007.)
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
orang berbeda agama berkumpul bersama. 55 tidak pernah menjadi penyembah apa yang Kedua foto ini merepresentasikan toleransi
kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) terhadap suku bangsa yang berbeda, juga
menjadi penyembah apa yang aku sembah. terhadap agama yang berbeda. Foto yang juga
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” mencerminkan toleransi terdapat dalam buku Cerdas Belajar Pendidikan Agama Islam.
Dalam buku Cerdas Belajar Pendidikan Dalam foto itu, tampak para tokoh berbagai
Agama Islam, dikemukakan bahwa Q.s. al- agama terlihat dari pakaian yang digunakan
K fir ūn tersebut memuat ajaran tentang cara masing-masing. 56 bersikap menghadapi perbedaan keyakinan
Dari definisi tentang toleransi, kerukun- beragama. Selanjutnya dikemukakan bahwa, an, dan diskriminasi, serta foto-foto yang
digunakan, secara normatif buku-buku yang Antar-manusia atau kelompok tertentu, dikaji dalam penelitian ini lebih menekankan
terdapat beberapa penafsiran berbeda terhadap pada hubungan antar-agama dan budaya.
kebenaran. Dengan demikian, setiap orang Tidak ada penjelasan yang eksplisit tentang
yang telah meyakini kebenaran suatu ajaran perlunya membangun toleransi dan kerukunan
tidak serta merta dapat menyalahkan orang intra-agama yang belakangan banyak
lain yang berbeda pemahamannya. Tindakan mendapat sorotan di Indonesia karena kerap
yang paling tepat dilakukan adalah dengan cara mengalami konflik. Selain itu, tidak ada pula
bertoleransi yaitu dengan cara menyampaikan upaya penjelasan yang lebih kontekstual
konsep kebenaran yang dipahami dengan dalam memahami toleransi, kerukunan, dan
konsep dakwah. Salah satu caranya yaitu diskriminasi di Indonesia beserta contoh-
melalui metode dialog. 57
contoh kasusnya. Penulis lainnya menjelaskan Q.s. al-
K fir ūn dengan cara berbeda. Dalam buku Landasan teologis yang digunakan oleh
Landasan Teologis yang Digunakan
Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa para penulis buku ajar dalam membahas
surat tersebut mengandung ketegasan bahwa toleransi umumnya menggunakan ayat-ayat al-
Islam tidak memerkenankan pencampuran Qur’ n yang sama, yaitu surat al-K fir ūn/109:
keyakinan dengan perbuatan yang menyim- 1-6, Surat Y ūnus/10: 40-1, dan surat al-
pang. Kemudian disebutkan pula bahwa jika Kahf/18: 29.
orang tidak mau tunduk dalam agama Islam itu adalah hak mereka, tidak ada paksaan
karena keyakinan tidak bisa dipaksakan. Terjemahan Q.s. al-K fir 58 ūn/109: 1-6, “Katakanlah (Muhammad), Wahai orang-
Pembahasan singkat dalam buku ini agaknya orang kafir! Aku tidak akan menyembah
lebih menekankan pada pentingnya untuk tidak apa yang kamu sembah, dan kamu bukan
mencampur aqidah, ketimbang penekanan penyembah apa yang aku sembah, dan aku
pada toleransi.
55 Fahrudin, dkk., Pendidikan Agama Islam 57 Bahrul Ilmy & Suroso Adi Yudianto, Cerdas (Bekasi: Galaxy Puspa Mega, 2009.)
Belajar Pendidikan Agama Islam, 8-9. 56 Bahrul Ilmy & Suroso Adi Yulianto, Cerdas
58 Sumper Mulia, dkk., Pendidikan Agama Islam Belajar Pendidikan Agama Islam, 8.
(Jakarta: Duta Karya Ilmu, 2007), 4.
Ilmu Ushuluddin, Volume 3, Nomor 1, Januari 2016
Berikutnya, yang menjadi landasan teo- ayat tersebut meletakkan penafsiran tentang logis dalam pembahasan toleransi adalah Q.s.
toleransi di bagian akhir.
Y ūnus/10: 40-1 yang terjemahannya, Surat ketiga yang menjadi landasan teo- logis pembahasan toleransi adalah Q.s. al- Dan di antara mereka ada orang-orang yang
Kahf/18: 29 yang berbunyi, beriman kepadanya (al-Qur’ n), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
Dan katakanlah (Mu ammad), “Kebenaran beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu
itu datang dari Tuhanmu; barangsiapa meng- lebih mengetahui tentang orang-orang
hendaki (beriman) hendaklah dia beriman, yang berbuat kerusakan. Dan jika mereka
dan barangsiapa menghendaki (kafir) (tetap) men dustakanmu (Mu ammad), maka
biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah katakan lah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu
menyediakan neraka bagi orang zalim, yang pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab
gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun
meminta pertolongan (minum), mereka akan tidak bertanggung jawab terhadap apa yang
diberi air seperti besi yang mendidih yang kamu kerjakan.”
menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
Buku Pendidikan Agama Islam membe-
paling jelek.
rikan penjelasan di bagian akhir pembahasan tentang ayat tersebut bahwa seorang Muslim
Buku Pendidikan Agama Islam 3 mem- dilarang memaksakan kehendak kepada orang-
bahas surat ini dengan lebih menekankan orang yang berbeda pandangan hidupnya.
pada aspek ancaman terhadap orang-orang Karena itu, demikian penulis buku tersebut
yang memilih kafir. 61 Ancaman neraka dan mene kankan, perlu dikembangkan sikap toleran-
siksaannya menjadi poin tersendiri dalam
kesimpulan. Tidak ada penjelasan eksplisit eksplisit dan tegas mengemukakan penting nya
si terhadap non-Muslim. 59 Buku ini secara
tentang toleransi. Agaknya buku ini hanya toleransi kepada khususnya non-Muslim.
memfokuskan pada kelompok kafir dan Salah satu buku ajar yang dikaji dalam
mengategorikannya ke dalam tiga golongan: penelitian ini memberikan penjelasan atas Q.s.
kafir dzimm ī, kafir kit bī, dan kafir arbī. Y ūnus: 40-1 sebagai berikut, “Nabi Mu ammad
Meski demikian, tak ada anjuran eksplisit tidak diperintahkan untuk memaksa orang-
untuk bertoleransi terhadap kelompok tertentu orang musyrik tersebut, apabila mereka
dari ketiga kategori tersebut. tetap memertahankan sikap mereka yang
Penekanan pada kekafiran juga dapat mendustakan al-Qur’ n dan me mer sekutukan
ditemukan dalam buku Cerdas Belajar Allah.” 60 Sembari menekankan pada golongan
Pendidikan Agama Islam. 62 Buku ini juga yang beriman kepada al-Qur’ n dan pendirian
mengemukakan balasan surga bagi orang teguh berhadapan dengan orang-orang musyrik,
yang beriman, dan balasan neraka bagi orang
Aminuddin, dkk., Pendidikan Agama Islam 61 A.A. Hasibuan, dkk., Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 9-10.
60 A.A. Hasibuan, dkk., Pendidikan Agama Is- 62 Bahrul Ilmy & Suroso Adi Yudianto, Cerdas lam 3 (Bekasi: Galaxy Puspa Mega, 2007), 5.
Belajar Pendidikan Agama Islam, 8-9.
Tien Rohmatin, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) ....
yang kafir. Tidak ada penjelasan eksplisit manusia. 63 Secara normatif buku ini telah tentang toleransi yang dikaitkan kepada surat
memberikan penjelasan yang cukup terkait tersebut, meski bab ini secara jelas membahas
kerukunan dan toleransi. Meski demikian, tentang toleransi dan prilakunya sesuai dengan
tidak ada upaya penekanan pada kerukunan kandungan al-Qur’ n.
yang sifatnya intra-agama dan demikian pula Di beberapa buku pembahasan toleransi
tidak ada kontekstualisasi pada persoalan juga masuk dalam bab tentang persatuan
intoleransi dan konflik keagamaan yang dan kerukunan. Dalam kaitan ini, landasan
belakangan banyak terjadi di Indonesia. teologis yang digunakan adalah Q.s. lu
Terkait demokrasi, dasar teologis yang ‘Imr n/03: 103. Terjemahan dari ayat tersebut
digunakan adalah Q.s. al-Sy ūr /42: 38. adalah “Dan berpegangteguhlah kamu semua