BAB I PENDAHULUAN - PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PELAKSANAAN
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau sering
disebut ICT (Information and Communication Technology) menghadirkan
tantangan

baru

bagi

praktisi

bimbingan

dan

konseling.

Teknologi


informasi dan komunikasi lebih cenderung pada eksploitasi peran dan
fungsi dari Teknologi Komputer. Berbicara ICT berarti berbicara komputer
baik pemanfaatannya, peran dan fungsinya dalam kehidupan. Untuk itu
perlu dilakukan upaya-upaya relevansi yang harus dilakukan oleh para
prkatisi

Bimbingan

dan

Konseling

untuk

menjawab

tantangan

ini.


Keterampilan konselor atau praktisi bimbingan dan konseling dalam
menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
merupakan salah satu wujud profesionalitas kerja konselor dalam
pelaksanaan program layanan.
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan media dalam
pelaksanaan

program

layanan

bukan

tujuan

layanan,

maka


pemanfaatannya hanya sebagai media untuk melakukan pendekatanpendekatan, pemberian informasi, promosi, konsultasi dan masih banyak
lagi. Untuk hasil yang memuaskan maka konselor diharapkan dapat
berperan sebagai operator dan memahami fungsi dan peran teknologi
dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan kegiatan training atau pelatihan
baik personal maupun kolektif secara rutin diharapkan keterampilankeretampilan tersebut dalam dipeoleh dalam waktu singkat.
Berkaitan
Communication

dengan
Technology)

pemanfataan
tulisan

ini

ICT
akan

(Information

mencoba

and

mengkaji

pemanfaatan komputer berbasis internet dan elektronik sebagai media
layanan bimbingan dan konseling.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Konseling
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan

Menengah

dikemukakan

bahwa


“Bimbingan

merupakan

bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan
pribadi,

mengenal

lingkungan,

dan

merencanakan

masa

depan”.


Pelayanan konseling adalah suatu kegiatan antara seorang konselor
(orang yang terlatih) dengan konseli (orang yang mencari pertolongan)
untuk

melayani

kebutuhan

konseli

agar

konseli

belajar

untuk

berhubungan dengan dirinya dan orang lain supaya kemampuan konseli
berjalan secara optimal.

B. Penggunaan IT dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam

Standar

Kompetensi

Konselor

Indonesia

telah

mengamanatkan kepada para konselor untuk menguasai teknologi
informasi untuk kepentingan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling
di sekolah. Identifkasi layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat
dilakukan dengan teknologi informasi. Layanan bimbingan dan konseling
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
a.


Konseling melalui Telepon.

b. Konseling melalui Radio dan televisi
c.

Konseling berbantuan komputer yaitu melalui internet.

C. Jenis-Jenis Konseling dengan Pemanfaatan Teknologi dalam
Layanan BK
a. Konseling melalui telepon
Kemudahan pengaksesan dalam pemberian layanan Bimbingan dan
Konseling mengikuti tatanan kehidupan masyarakat global diharapkan

mampu untuk

memenuhi kebutuhan

para

konseli


yang

menuntut

pemberian layanan bimbingan dan konseling yang cepat, luas, dan mudah
diakses

oleh

konseling

konseli.

telepon.

Di

Konseling
bawah


melalui

ini

akan

telepon

biasanya

dikemukakan

disebut

etika

dalam

penggunaan teknologi telepon dalam layanan konseling.

Etika pelayanan konseling menggunakan telepon:
1. Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan kondisi klien
2. Gunakan suara yang lembut, volume yang rendah dan intonasi yang
bersahabat
3. Dengarkan pembicaraan sampai selesai, jangan menyela kata-kata
klien apalagi pada tahap awal pembicaraan.
4. Mengembangkan perasaan senang dan berfkir positif tentang
siapapun yang menelepon
5. Catat hal-hal yang perlu memperoleh perhatian
6. Memfokuskan pembicaraan guna menefektifkan penggunaan media
komunikasi
7. Selalu mengakhiri pembicaraan dengan kesiapan untuk melakukan
hubungan komunikasi selanjutnya
8. Video-phone
Lebih dengan sebutan Video-phone counseling (VPC) merupakan
bentuk lain dari konseling telepon. Namun dalam penggunaan perangkat
teknologi komunikasi tambahan yang memungkinkan konseli dan konselor
saling mengenal dan “bertatap muka” melalui layar monitor (display),
Konseling melalui video-phone lebih memungkinkan terjalinnya interaksi
yang lebih baik antara konselor dan klien, dan dapat lebih mendekati
karakteristik konseling tatap muka.
b.

Radio dan Televisi
Konseling melalui radio atau televisi, masih merupakan bentuk lain
dari konseling telepon. Pada konseling radio, percakapan antara konselor
dan konseli dipancarkan. Pelayanan ini umumnya bersifat informatif atau
advis,

jarang

hubungan

klien

dan

konselor

mencapai

taraf

yang

mendalam

dan

intensif.

Konseling

melalui

radio

dan

televisi

memungkinkan permasalahan konseli diketahui oleh umum, oleh karena
itu kerahasiaan identitas konseli harus benar-benar menjadi perhatian.
Permasalahan waktu dan bagaimana masalah klien akan membatasi
keleluasaan dan efektivitas konseling. Hal diatas dapat direalisasikan
dengan menggunakan CMS (Content Management System), CMS secara
umum

dapat

diartikan

sebagai

sebuah

sistem

yang

memberikan

kemudahan pada para pengunanya dalam mengelola dan melakukan
perubahan isi sebuah website dinamis tanpa harus dibekali pengetahuan
tentang hal-hal yang bersifat teknis. Salah satu CMS yang dapat
digunakan adalah AuraCMS dengan lisensi GPL (General Public License),
open source/bebas dimodifkasi, asli buatan komunitas Indonesia, mudah
dan murah serta berbahasa Indonesia. Layanan Informasi Sekolah yang
dibangun dengan menggunakan AuraCMS akan bersifat dinamis, mudah
digunakan, simple dan mudah dikelola serta memiliki ukuran fle yang
kecil. AuraCMS dapat online dalam waktu 1 jam pada server gratis yang
banyak

ditawarkan

di

internet.

Dengan

demikian

AuraCMS

direkomendasikan sebagai salah satu Content Management System yang
dapat digunakan sebagai Media Layanan Informasi pada Bimbingan dan
Konseling disekolah.
c.

Internet
Pelayanan konseling melalui fasilitas internet sudah dikenal dengan
nama e-counseling ( email counseling ). Berikut ini adalah contoh proses
konseling via internet :
1. email therapy
2. cyber counseling dan
3. e-counseling.

1) Email therapy
Email counseling merupakan proses terapeutik yang didalamnya
terdapat kegiatan menulis

selain ada

kegiatan pertemuan secara

langsung dengan konselor. Karena, esensi e-counseling terletak pada

menulis. Respon atau bantuan yang diberikan konselor bergantung pada
informasi yang diberikan. Konseli pun tidak perlu mengirimkan seluruh
cerita mengenai masalah yang dihadapi, cukup dengan memilih informasi
yang dirasakan pada satu situasi yang merupakan masalah.
E-mail merupakan cara paling baru dibandingkan dengan cara-cara
yang lain untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet.
Hal ini tidak bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka ( face
to face ), tetapi dapat menjadi salah satu cara dalam membantu konseli
untuk memecahkan masalahnya meskipun dalam keadaan jauh dalam hal
tanpa bertemu langsung dengan konselor.
Email counseling merupakan satu cara untuk berkomunikasi antara
konseli dengan konselor yang didalamnya dibahas mengenai masalahmasalah yang dihadapi koseli, misalnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan perkembangan kepribadian dan kehidupan konseli melalui surat
atau tulisan pada internet. Selain e-mail juga bisa dalam bentuk chatting
dimana konselor secara langsung berkomunikasi dengan klien pada waktu
yang sama melalui internet.
b) cyber Counseling
Cyber counseling atau konseling maya merupakan penerapan
teknologi ”jalan raya informasi” dengan memanfaatkan jasa teknologi itu
seoptimal mungkin dengan tetap menjaga karakteristik konseling. Dengan
demikian proses layanan bimbingan dan konseling dapat berlangsung
lebih efektif dan efsian sejalan dengan tuntutan teknologi informasi dan
komunikasi. Jalan raya informasi telah berkembang sedemikian rupa
sehingga tidak lagi berupa sesuatu yang asing dan mahal akan tetapi
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kini jasa internet dengan
segala ftur-fturnya telah sedemikian memasyarakat dan dirasakan cukup
murah untuk dapat diterapkan. Hal yang harus diwaspadai adalah terkait
dengan

keamanan

perlengkapan, dsb.

data,

dampak-dampak

negatif,

penyediaan

konseling

dapat

dilakukan

dalam

ruang

maya

yang

tidak

memerlukan interaksi tatap muka, melainkan dengan menggunakan
jaringan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam implementasi cyber
counseling dapat dilaksanakan melalui kegiatan antara lain:
a.

Marketing layanan konseling, yaitu sosialisasi layanan konseling maya
kepada berbagai pihak dengan tujuan agar model konseling maya ini
dapat diketahui secara meluas oleh publik. Caranya dapat melalui iklan,
melalui internet, brosur, atau cara-cara lainnya.

b.

Penyampaian layanan konseling, yaitu kegiatan layanan proses dan
penilaian konseling dengan menggunakan internet dalam berbagai
lingkup layanan konseling seperti karir, pendidikan, pribadi, sosial,
keluarga, dsb. Layanan konseling dapat berupa penyampaian informasi,
pengumpulan data, penyelesaian berbagai masalah, dsb.

c.

Penyediaan materi ”self-help”, yaitu berupa seperangkat materi yang
dapat memberikan layanan sedemikian rupa sehingga klien dapat
bertindak secara mandiri dengan dipandu oleh petunjuk dalam materi
”self-help”. Dalam kegiatan ini klien tinggal mengikuti petunjuk yang telah
dikembangkan dan tersedia dalam internet.

d.

Supervisi dan riset, yaitu kegiatan untuk memberikan supervisi kepada
konselor yang menggunakan internet untuk mengevaluasi langkah yang
telah ditempuh serta pengembangan selanjutnya. Demikian pula cyber
konseling dapat dilaksanakan dengan maksud mengadakan riset yang
terkait

dengan

efektivitas

kegiatan

konseling

dan

pengembangan

selanjutnya.1[1]
Dalam implementasi cyber counseling beberapa masalah yang mungkin
timbul dan harus diwaspadai secara cermat antara lain:
a.

Isu-isu etika, yaitu hal-hal yang terkait dengan kode etik konseling
yang harus ditaati oleh konselor maupun pihak lainnya. Hal-hal yang
terkait dengan isu etika antara lain menyangkut: (a) keharasiaan; (b)
Validitas data ; (c) penyalah-gunaan komputer oleh konselor; (d)
kekurang-pahaman konselor tentang lokasi dan lingkungan klien; (e)
keseimbangan akses terhadap internet dan jalan raya informasi, (f)
1

kepedulian

terhadap

privacy

(kerahasiaan

pribadi);

(g)

kredibilitas

konselor.
b. Isu-isu pengembangan hubungan konseling, yaitu isu yang terkait
dengan hubungan antara konselor dengan klien secara tatap muka
sebagai tindak lanjut dari konseling yang dilakukan melalui internet. Ada
kalanya klien atau konselor merasa perlu adanya pertemuan tatap muka
sebagai tindak lanjut dari interaksi melalui internet. Hal itu dapat
dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan konselor dan klien atau dapat
diatur secara khusus.
Sehubungan

dengan

masalah

sebagaimana

dikemukakan

di

atas,

konseling melalui internet dalam segala macam fturnya, kurang tepat
dilaksanakan dalam hal:
1.

Klien yang mengemukakan hal-hal yang bersifat sangat rahasia secara
pribadi.

2.

Klien yang diidentifkasi mengalami kesulitan dalam kepercayaan
hubungan.

3.

Konselor yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan layanan
konseling maya.

4.

Tidak tersedia konselor yang memiliki kompetensi untuk layanan tatap
muka.
Penyampaian layanan konseling dengan menggunakan jaringan jalan
raya informasi (cyber counseling) memberikan manfaat dalam hal :

1. Memberikan peluang klien untuk mengakses layanan dari lokasi terpencil
2. Memperbaiki orientasi klien terhadap konseling.
3. Membantu dalam melaksanakan penilaian dan tugas-tugas,
4. Memperluas data dalam dokumen.
5. Memberikan layanan alih tangan (referal).
6. Memperluas akses untuk penilaian dan penafsiran hasil test.
7. Mengurangi kesulitan penjadwalan.
8. Mendorong individu untuk menggunakan materi ”self-help”.
9. Meningkatkan peluang untuk supervisi dan konferensi kasus.
10. Menunjang pengumpulan data penelitian.

Agar cyber counseling dapat terlaksana secara efektif, harus
dikembangkan dengan cermat terutama dalam disain, perencanaan,
pelaksanaan, sumber pendukung, dan evaluasi. Cyber counseling yang
tidak dikembangkan secara cermat, maka kemungkinan akan timbul halhal : (1) membatasi kerahasiaan hubungan konseling, (2) menyampaikan
informasi yang tidak tepat, (3) kurang memberikan intervensi yang
sebenarnya diperlukan, (4) dilaksanakan oleh konselor yang tidak
berkewenangan, (5) keterbatasan konselor dalam pemahaman lokasi dan
lingkungan klien, (6) keterbatasan keseimbangan akses terhadap sumbersumber konseling, (7) keterbatasan dalam kerahasiaan yang diperlukan,
(8) mendorong adanya penyampaian materi dari konselor yang tidak
berwenang.
c) e-counseling
Sedangkan online adalah dimaknai dalam jaringan atau keadaan
saat sesuatu terhubung ke dalam suatu jaringan atau sistem internet
atau ethernet2[2]. Jadi istilah konseling online dapat dimaknai secara
sederhana yaitu proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu
jaringan sebagai penghubung antara guru bk atau konselor dengan
kliennya.
Syarat-syarat konselor dalam konseling online dan konseling biasa
atau face to face tidak jauh berbeda sebagai berikut:
1) Konselor harus mempunyai wawasan yang luas
2)

Konselor harus menguasai dan memahami teknologi yang digunakan
sekarang ini. Maksudnya seorang konselor itu mampu menguasai
teknologi yaitu konselor mengerti dan mampu menggunakan teknologi
dengan baik untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang fatal dalam
proses konseling tersebut.

3)

Latar belakang pendidikannya harus dari bimbingan dan konseling dan
minimal tamatan strata satu yang memiliki ilmu bimbingan dan konseling
dan harus memiliki ilmu-ilmu tentang mamusia dengan berbagai macam
problematikanya,kalau konselornya tidak berlatar belakang bimbingan
2

dan konseling di khawatirkan dia tidak memahami masalah yang dihadapi
oleh siswa/siswi di sekolah dan kurang menguasai cara mengatasi
masalah klien secara efektif.
4) Kepribadian konselor
Seorang

konselor

harus

mempunyai

sifat

yang

baik

ikhlas,jujur,objektif,simpatik dan empati serta senantiasa menjunjung
tinggi

kode

santun,harus

etik

profesi.

mampu

Sedangkan

sikapnya,ramah

merespon,memahami,dan

tamah,sopan

mendengarkan

klien

dengan baik selain itu konselor harus mempunyai penampilan yang
menarik,gaya bicara yang jelas dan tidak mengandung unsur-unsur
penghinaan terhadap klien
5) Konselor mampu memahami karakteristik klien
Seorang konselor harus mampu mengetahui dan memahami karakteristik
klien walaupun dalam konseling online hal ini

sangat diperlukan juga

karena akan membantu konselor dalam mengatasi permasalahan klien
dengan baik dan efektif.
6) Konselor harus bisa memguasai semua teknik-teknik dalam konseling
Dalam konseling online, konselor juga harus tetap menguasai
teknik-teknik yang ada di dalam konseling.3[3]
D. Keuntungan Penggunaan Teknologi dalam Layanan BK
Komputer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan
oleh konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa
penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu
siswa dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan
keputusan pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan
membuka internet, maka siswa akan dapat melihat banyak informasi atau
data yang dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan
karirnya.
Manfaat penggunaan komputer (internet) adalah:
1.

Pemanfaatan internet untuk survei, studi eksplorasi, mencari data,
informasi atau dokumen elektronik yang berharga, dll.
3

2. Pemakaian email dan messaging dengan memperhatikan etika.
3.

Publikasi pengumuman, makalah, materi ajar, program aplikasi gratis,
data, dll. yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat luas pada situs web
(website).

4. Penyelenggaraan kompetisi ilmiah, seni, ketangkasan secara on line yang
bernilai positif bagi masyarakat luas.
Data-data yang didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai
data yang dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal. Data atau
informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang sudah
memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data
yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi.
Sehingga kecil kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data
sampah. Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profl
sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas
pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program
studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masingmasing program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya
menjadi suatu dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu
saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Fasilitas di internet dapat dipergunakan untuk melakukan testing
bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa.
Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling
akan memiliki beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut:
1.

Akan

meningkatkan

kreativitas,

meningkatkan

keingintahuan

dan

memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih
menarik.
2. Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan
dengan kebutuhan siswa;
3.

Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap
materi yang diberikan;

4. Akan memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
5. Tidak akan menimbulkan kebosanan;

6. Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website;
dan
7. Terdapat pengaturan yang baik
Selain penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas,
dapat dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software
ini dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan
secara lebih interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan
layanan dengan mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya
tidak membosankan.
Program software power point memberikan kesempatan bagi
konselor

untuk

memberikan

sentuhan-sentuhan

seni

dalam

bahan

layanan informasi. Melalui program ini, yang ditayangkan tidak saja
berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan, tetapi dapat
juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang menarik yang
tersedia dalam program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat
pula memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga
sasaran

yang

akan

dicapai

menjadi

lebih

optimal.

Gambar-gambar yang disajikan melalui program power point tidak statis
seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat
memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor bisa
melakukan insert gambar-gambar yang ada di sebuah flm.
E. Kelemahan Penggunaan Teknologi dalam Layanan BK
Walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung pada teknologi,
tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang mengalami
ketakutan untuk mempergunakan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian besar masyarakat kita masih percaya bahwa pernyataanpernyataan yang diberikan oleh orang tua atau orang yang dituakan
masih dianggap lebih baik. Hal ini tidak lepas dari budaya paternalistik
yang melingkupi masyarakat kita.
Sebaik apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir
masyarakat masih terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar,
maka data atau informasi yang didapat seakan-akan menjadi tidak

berguna. Sebagai contoh, seorang siswa akan memilih jurusan di
perguruan tinggi. Mungkin mereka akan mencari informasi sebanyak
mungkin, dan konselor akan memfasilitasi keinginan mereka. Tetapi, pada
saat mereka dihadapkan untuk menentukan dan memilih jurusan yang
akan diambil, maka tidak jarang dari mereka akan berkata, “Saya senang
dengan jurusan A, tetapi nanti tergantung pada orang tua saya”.
Contoh lain, saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan
demikian pesat. Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi
rentang ruang dan waktu. Tetapi dalam budaya tertentu, alat komunikasi
ini bisa menjadi “tidak bermanfaat”. Restu orang tua merupakan hal yang
dianggap sakral oleh sebagian budaya tertentu, bahkan meminta restu ini
akan lebih afdol jika dilakukan dengan melakukan sungkem.Untuk
menunjukkan

perilaku

ini,

maka

seringkali

mereka

melupakan

kecanggihan piranti komunikasi yang sudah canggih, walau jarak yang
ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal lain yang terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan
dan konseling adalah sasaran pengguna seringkali disamakan. Walaupun
ragam media sudah bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih
belum bisa menyentuh sisi afektif seseorang. Dalam bimbingan dan
konseling dikenal istilah empati. Penggunaan media, seringkali pula akan
“menghilangkan” empati konselor, jika konselor mempergunakan media
sebagai alat bantu utama.
Klien datang ke ruang konseling

tidak selalu membutuhkan

informasi dari internet atau komputer, bahkan ada kemungkinan klien
atau siswa datang ke ruang konseling juga tidak membutuhkan bantuan
dari

konselor

secara

langsung

melalui

proses

konseling.

Tetapi

adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling hanya ingin
mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat dari
konselor.
Sebagai benda mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya
bisa bermanfaat jika

dimanfaatkan oleh mereka yang memahami

penggunaan masing-masing alat tersebut. Artinya penggunaan teknologi
ini akan memunculkan efek yang baik jika dijalankan oleh mereka yang

paham peralatan tersebut. Sebaliknya, peralatan ini akan memberikan
dampak negatif jika pelaksananya tidak memahami dampak yang akan
ditimbulkan. Banyak contoh kasus dampak negatif penyalahgunaan
teknologi informasi seperti beredarnya rekaman video porno di ponsel,
beredarnya video porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain
sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan Ti yang negatif
adalah:
1) Memberikan account pribadi kepada orang lain dengan tujuan agar
orang tersebut dapat membantu mengerjakan tugas-tugas kuliah yang
seharusnya dikerjakan sendiri.
2) Men- download data berukuran sangat besar (misalnya video) yang tidak
ada kaitannya sama sekali dengan materi pembelajaran, sehingga
“memadati” lalu-lintas jaringan dan mengganggu pengguna jaringan yang
lain.
3)

Bermain online game (via internet) yang tidak ada kaintannya dengan
materi atau kegiatan pembelajaran.

4) Mengakses (men- download) maupun mempublikasikan tulisan, gambar,
suara, video, dll. yang asusila (porno) atau tidak etis.
5) Mempublikasikan hasil karya orang lain dengan melanggar hak cipta.4[4]
BAB III
PENUTUP
Dari

pembahasan

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling, penggunaan teknologi dapat
membantu

memudahkan

klien

dalam

menerima

layanan.

Namun

disamping manfaat yang didapatkan dari penggunaan teknologi, juga
terdapat sisi negatif dari penggunaan teknologi. Kalau dilihat dari sisi
keduanya teknologi lebih banyak memberikan manfaat yang besar bagi
pelaksanaan bimbingan dan konseling.

4

Untuk itu, Konselor diharapkan mampu memanfaatkan Teknologi
informasi

untuk

memudahkannya

dalam

memberikan

layanan.

Keterampilan konselor atau praktisi bimbingan dan konseling dalam
menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
merupakan salah satu wujud profesionalitas kerja konselor dalam
pelaksanaan program layanan.

DAFTAR PUSTAKA
http://lindaerayanti.blogspot.com/
Http://arihdyacaesar.wordpress.com/
Simarmata. 2006. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Ifdil, Makalah Penyelenggaraan koseling online. Disampaikan pada
seminar nasional bimbingan dan konseling. 01 Mei 2012