PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI DAMPAK TURISME PADA KEBUDAYAAN, TRADISI DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT Luqman Khakim 1) , Mustika Widowati 2) , dan Tripriyo PS 3)
PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI DAMPAK TURISME PADA KEBUDAYAAN, TRADISI DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
1) 2) 3) Luqman Khakim , Mustika Widowati , dan Tripriyo PS
1 Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang, Tembalang, Semarang, 50275
2 Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang, Tembalang, Semarang, 50275
3 Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang, Tembalang, Semarang, 50275
E-mail: [email protected]
Abstract
The research problem is to identify perception differences between two groups of community about the impact of the tourism sector development on culture, tradition, and the environment. The purpose of this study is to divide public perception of the impact of tourism sector development on culture, tradition, and the environment into groups that have similar characteristics. This study uses purposive sampling with a sample of the Sangiran population as many as 100 people. The analytical tool used is validity test, reliability test and Cluster Analysis. The result is Sangirancommunity is divided into two groups. The first group, 58% of people stated that tourism development have very good impact on the culture, tradition, and the environment. While the second group, as many as 48% thought good
for tourism development of culture, tradition, natural resources and the environment. Keywords: tourism development, cultures and environment Abstrak
Masalah penelitian ini adalah adakah perbedaan persepsi mengenai dampak dari perkembangan sektor pariwisata pada budaya, tradisi, dan lingkungan diantara kelompok- kelompok masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membagipersepsi-persepsi masyarakat tentang dampak pembangunan sektor pariwisata pada budaya, tradisi, dan lingkungan dalam kelompok-kelompok dengan karakter yang sama. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan sampel dari penduduk Sangiran sebanyak 100 orang. Alat analisis yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas dan Analisis Cluster. Hasilnya adalah masyarakat Sangiran dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, 58% orang menyatakan bahwa pengembangan pariwisata memiliki dampak yang sangat baik pada budaya, tradisi, dan lingkungan. Sedangkan kelompok kedua, sebanyak 48% berpikir baik untuk pengembangan pariwisata budaya, tradisi, sumber daya alam dan lingkungan Kata Kunci:pengembanganpariwisata, budayadanlingkungan hidup.
PENDAHULUAN
Salah satu icon wisata yang sedang digalakkan adalah pengembangan potensi ekowisata
2
di wilayah Sangiran. Kawasan Wisata Situs Purbakala Sangiran mempunyai luas 56 km meliputi Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh di Kabupaten Sragen dan Kecamatan Gondangrejo yang berada di Kabupaten Karanganyar.
Di Situs Sangiran terekam rangkaian lapisan litologi yang lengkap serta berkelanjutan mulai sejak akhir Kala Pliosen Atas hingga lapisan resen. Mulai dari formasi Kalibeng yang tertua berumur sekitar 2,4-1,8 Juta tahun berupa lempung biru dari lingkungan laut dalam. Diatasnya adalah formasi Pucangan yang berasaldari Kala Plestosen Bawah berumur 1,8-0,73 Juta tahun berupa lahar serta endapan lempung hitam berfasies vulkanik dan rawa. Disusul oleh formasi kabuh yang berasaldari Kala Plestosen Tengah berumur 0,73-0,20 Juta tahun berupa endapan pasir fluvio-volkanik yang mencerminkan lingkungan daratan. Setelah itu adalah formasi Notopuro yang berasal dari Kala Plestosen Akhir berumur 0,25-0,12 Juta tahun berupa lahar dan pasir-gravel fluvio-volkanik (Simanjuntak, 2001).
Fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran jumlahnya sangat signifikan (50% dari temuan fosil di dunia) (Widianto 1996: 3). Untuk jenis hominid purba yang diduga sebagai asal evolusi manusia, Sangiran memiliki 50 jenis/individu. Atas fakta itu, KomisiWarisan Budaya Dunia UNESCO di Kota Marida, Meksiko tanggal 5 Desember 1996 menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : C593 dengan namaThe
Sangiran Early Man Site (National Geographic Indonesia, 2013).
Pada tahun 1980 dibangun museum Purbakala Sangirandan menempati areal seluas 16.675 m2. Mengambil corak joglo, Museum Sangiran memiliki ruang pameran yaitu ruang utama tempat koleksi terpajang; ruang laboraturium tempat melakukan proses konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan; ruang pertemuan untuk kegiatan yang diadakan di museum; ruang pajang bawah tanah; ruang audio visual; dan ruang penyimpanan koleksi fosil- fosil. Fasilitas umum seperti mushola dan toilet juga tersedia. Mulai tahun 2007, museum ini ditingkatkan statusnya menjadi Balai Pelestarian Manusia Purba Sangiran (Nurhan dan Sulistyanto, 2008).
Sarana dan prasarana kepariwisataan di kawasan Sangiran juga telah berkembang. Sekarang di sana sudah dilengkapi dengan Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir Shop dan Fasilitas Mini Car yang dapat digunakan para wisatawan untuk berkeliling (National Geographic Indonesia, 2013).
Padatahun 2014, Meseum Manusia Purba Sangiran membuka empat museum kluster, yaitu . :Kluster Bukuran, Kluster Dayu, Klaster Manyarejo dan KlasterNgebung
Dengan adanya perkembangan museum serta pariwisata yang menyertainya dengan begitu cepat, bagaimanakah persepsi masyarakat Sangiran mengenai dampak pariwisata terhadap Kebudayaan, tradisi dan lingkungannya. Apakah persepsi masyarakat Sangiran mengenai hal ini terbagi secara diametral?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi yang diametral diantara masyarakat Sangiran mengenai dampak pariwisata terhadap Kebudayaan, tradisi dan lingkungannya.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian adalah masyarakat DestinasiWisata Sangiran yang merupakan penduduk dari delapan desa, yaitu Desa Cangkol, Manyarejo, Dayu, Ngebung, Bukuran, Krikilan, Jembangan, PungsaridanKrendowahono. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive random sampling
dengan kategori responden sebagai berikut: perangkat pemerintah desa/kecamatan, pemilik rumah makan/warung, pedagang, petani dan pengusaha jasa lain. Kategori ini dipilih karena mereka dipandang mampu untuk memberikan masukan mengenai tahapan kegiatan pariwisata yang bernilai ekonomi yang melibatkan masyarakat, sekaligus akan menjadi pelaku/penggiat kepariwisataan. Jumlah sampel diambil 100 responden.Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Validitas, Uji Reliabilitas, AnalisisDeskriptifdan Analisis Klaster.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden riset ini dapat dikatakan cukup mewakili populasi penduduk delapan desa yang menjadi obyek penelitian.Profile respondent mengenai berbagai karakter socio demografis mereka meliputi usia, umur tingkat pendidikan dan asal desa diperlihatkan dalam tabel 1- tabel 4.
Tabel 1
Jenis KelaminResponden
Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase Pria 62 62 % Wanita 38 38 %
Jumlah 100 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan jenis kelamin, responden wanita berjumlah 38 orang lebih sedikit dari responden pria yang sebanyak 62 orang. Dipandang dari umur responden, kelompok dengan prosentasi tertinggi (31%) berumur antara 25 – 34 tahun, sementara terendah adalah kelompok berumur kurang dari 25 tahun sebesar 18%. Dua kelompok sisanya yaitu kelompok umur 35 – 44 dan umur 44< secara berurutan adalah sebesar 26% dan 25%. Selain itu, ada 1 responden yang tidak bersedia memberikan informasi mengenai umur ini.
Tabel 2
UmurResponden
Umur Jumlah Responden Prosentase < 25 18 18 % 25 – 34
31 31 % 35 – 44 26 26 %
44< 25 25 % Tidak mengisi 1 1 %
Jumlah 100 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok responden yang lulus SMA merupakan responden terbanyak (49 orang / 49%). Sementara yang terendah adalah kelompok yang lulus diploma dan tidak lulus SD yaitu sebanyak 2 orang.
Tabel 3
PendidikanResponden
Pendidikan Jumlah Responden % Tdk Lulus SD 2 2% Lulus SD 25 25 % Lulus SMP 17 17 % Lulus SMA 49 49 % Diploma 2 2 % S1 5 5 %
Jumlah 100 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Tabel 4
Asal Desa Responden
Asal Desa Jumlah Responden Prosentase Cangkol 2 2 % Manyarejo 6 6 % Dayu 5 5 % Ngebung 5 5 % Bukuran 2 2 % Krikilan 69 69 % Jembangan 3 3 % Pungsari 3 3 % Krendowahono 4 4% Jumlah 100 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Para responden berasal dari delapan desa. Sebagian besar responden berasal dari Desa
Krikilan sebanyak 69 orang (69%). Hal ini sangat wajar karena di Desa Krikilan terletak Museum Purbakala Sangiran yang menjadi museum pusat seluruh Museum Manusia Purba Sangiran. Desa ini merupakan pusat kerajinan batu akik, pusat kegiatan museum, kantor Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dan pusat kunjungan wisata. Selanjutnya berasal dari Desa Manyarejo berjumlah 6 orang (6%), Desa Dayu dan Desa Ngebung sebanyak 5% dari responden, Desa Jembangan dan Desa Pungsari masing-masing sebanyak 3% serta terakhir responden yang berasal dari Desa Bukuran sebanyak 2%.
Variabel-variabel persepsi masyarakat mengenai persepsi masyarakat mengenai dampak turisme pada kebudayaan dan tradisi, sumber daya alam serta lingkungan masyarakat setempat di Sangiran yang seluruhnya berjumlah 17 variabel diuji validitasnya dengan menggunakan Bivariate Pearson (Pearson product moment). Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi dan jumlah data (n) = 100, maka didapat r tabel sebesar 0,195 (lihat pada lampiran tabel r). Dari 17 variabel itu setelah diuji validitasnya, maka diperoleh hasil seluruh variabel dinyatakan valid.
Tabel 5
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Masyarakat mengenai Dampak Turisme pada
kebudayaan dan Tradisi, Sumber Daya Alam serta Lingkungan Masyarakat Setempat
di Sangiran
Adat istiadat, tata krama, etika dan budaya masyarakat menjadi kekuatan dalam daya tarik wisata Sangiran
4.40 Setuju
Generasi muda masyarakat Sangiran lebih peduli untuk selalu menjaga kearifan budaya lokal
3.67 Setuju L2e
4.78 Sangat Setuju
Hubungan kekerabatan antar sesama masyarakat Sangiran tidak akan terganggu dengan makin maraknya kunjungan wisatawan
3.76 Setuju L2d
4.72 Sangat Setuju
Keramahtamahan masyarakat tidak akan terganggu akibat perkembangan wisata Sangiran
3.64 Setuju L2c
4.78 Sangat Setuju
3.71 Setuju L2b
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items4.62 Sangat Setuju
Adat istiadat, tata krama, etika dan budaya masyarakat akan tetap bertahan dan tidak mengalami kemerosotan
Nilai Arti Nilai Arti L2a
Final Cluster Centers Code Variable Cluster 1 Cluster 2
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Masyarakat Sangiran
Tabel 6
Perbedaan Klaster Variabel Persepsi Masyarakat mengenai
Dampak Turisme pada Kebudayaan dan Tradisi,
Hasil analisis klaster untuk variabel persepsi masyarakat mengenai dampak turisme pada kebudayaan dan tradisi, sumber daya alam dan lingkungan masyarakat. Hasil analisis klaster untuk dimensi kepariwisataan menghasilkan dua klaster dengan Jumlah keanggotaan klaster 1 adalah sebanyak 58 atau 58% dari seluruh responden. Sementara, klaster dua sebanyak 42 atau 42% dari seluruh responden.
AnalisisKlaster
Proses selanjutnya adalah variabel-variabel yang valid, yaitu sebanyak 17 variabel diuji reliabilitasnya dengan menghitung koefisien Cronbach alpha, instrumen yang koefisiennya nilai Cronbach alpha 0,980. Dengan begitu data dari 17 variabel tersebut dinyatakan valid dan reliabel. Sehingga dapat dianalisis pada proses selanjutnya
17 Sumber : Data Primer yang diolah, 2015
.913
3.81 Setuju L2f Berkembangnya pariwisata Sangiran akan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat setempat secara umum
4.66 Sangat Setuju
4.83 Sangat Setuju
4.59 Sangat Setuju
3.95 Setuju L2n
Pariwisata Sangiran merupakan perjalanan yang mengesankan, kepuasan pengunjung dibawa pulang ke daerah asalnya untuk kemudian disampaikan pada teman-teman dan kerabatnya
4.55 Sangat Setuju
3.38 Sangat Setuju
L2o Masyarakat setempat dan wisatawan menyadari dan akan berusaha untuk mempertahankan karakteristik arsitektur, masakan, warisan budaya, estetika dan ekologinya
3.64 Setuju L2p
3.90 Setuju L2m
Topografi umum seperti flora dan fauna di wilayah Sangiran akan terjaga kelestariannya
4.72 Sangat Setuju
3.64 Setuju Nilair rata-rata total
4.576 Sangat Setuju
3.67 Setuju Sumber : Data Primer yang diolah, 2015
Dengan menggunakan teknik penskalaan ulang (rescalling) nilai rata-rata untuk setiap klaster pada masing-masing variabel diartikan kembali sesuai dengan atribut/kategori pengukuran persepsi pada setiap variabelnya. Penskalaan ulang tersebut menghasilkan interpretasi sebagai berikut :
Masyarakat setempat belajar bagaimana memperlakukan dan menghadapi harapan-harapan wisatawan yang mungkin berbeda dari harapan-harapan masyarakat setempat
4.71 Sangat Setuju
3.83 Setuju L2g
Generasi muda semakin banyak yang tertarik untuk mengembangkan seni pertunjukan masyarakat setempat
Akan terjadi interaksi positif antara para wisatawan dengan masyarakat lokal
4.60 Sangat Setuju
3.36 Netral L2h
Atraksi hiburan budaya dan seni pertunjukan lokal akan semakin hidup dan berkembang
4.38 Sangat Setuju
3.62 Setuju L2i
3.91 Netral
Masyarakat setempat dan wisatawan menyadari dan berusaha bekerjasama untuk menjaga habitat alam dan tempat-tempat budaya yang menjadi warisan masyarakat lokal
3.50 Setuju L2j
Masyarakat setempat dan wisatawan menyadari dan berusaha meminimalisasi polusi
4.71 Setuju
3.71 Setuju L2k
Masyarakat setempat dan wisatawan menyadari dan berusaha menjaga kebersihan lingkungan
4.26 Sangat Setuju
3.60 Setuju L2l
Dari dua klaster yang terbentuk, setelah dilakukan penskalaan ulang, maka interpretasi nilai rata-rata dalam setiap variabel untuk masing-masing klaster adalah sebagai berikut : klaster satu yang terdiri dari 58 responden mewakili kelompok yang sangat setuju terhadap hampir semua dimensi harapan masyarakat pada aspek kebudayaan dan tradisi, sumber daya alam dan lingkungan masyarakat Sangiran, kecuali pada variabel Generasi muda semakin banyak yang tertarik untuk mengembangkan seni pertunjukan masyarakat setempat yang dinyatakan netral dan setuju pada variabel Generasi muda masyarakat Sangiran lebih peduli untuk selalu menjaga kearifan budaya lokal.
Sebaliknya pada klaster dua yang mewakili 42 responden menunjukkan bahwa mereka merupakan kelompok yang setuju terhadap hampir semua variabel dimensi harapan masyarakat pada aspek kebudayaan dan tradisi, sumber daya alam dan lingkungan masyarakat Sangiran, kecuali pada variabel interaksi positif antara para wisatawan dengan masyarakat lokal yang dinyatakan netral dan variabel Wisata Sangiran akan memberikan kepuasan bagi pengunjung yang akan disampaikan pada teman dan kerabat wisatawan yang dinyatakan sangat setuju
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Sangiran bias dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yang mewakili 58 % responden sangat setuju pada hamper semua dimensi. Sementara kelompok yang kedua setuju pada hamper semua dimensi. Artinya tidak terjadi perbedaan yang diametral diantara dua persepsi mengenai dampak pengembangan pariwisata terhadap budaya, tradisi, kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Implikasinya, masyarakat Sangiran mempunyai persepsi bahwa pengembangan pariwisata di daerah tersebut mendukung aspek pelestarian budaya, tradisi dan sumber daya alam serta memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Persepsi yang baik ini hendaknya bias dijaga dan ditingkatkan dalam berbagai pengembangan di daerah tujuan wisataini.
Penelitian selanjutnya bias dilaksanakan pada daerah tujuan wisata dengan thema-thema tertentu seperti city tourism misalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Community Development Exchange (2010). What community development? Acessed on 13 August 2015 from www.cdx.org.uk. Fandeli, C andMukhlison (2000).PengusahaanEkowisata, FakultasKehutanan Univ.
GadjahMada Yogyakarta Habito-Javier and Hazel, V. (2012). Community Development Through Tourism:
Opportunities and Challenges in Burdeos, Philipines. Thesis. The Hongkong Polytechnic University. Lanza, A. &Pigliaru, F. (2000). Why are tourism countries small and fast growing?
Tourism and sustainable economic development , Springer.
National Geographic Indonesia.(2013). Menyusuri Jejak Manusia Purba di Sangiran, Jawa Tengah.Sabtu, 21 Desember 2013. Pukul 18.00
Nurhan, K. dan Sulistyanto, B.(2008). JejakPeradaban.KompasJumat, 13 Juni 2008.
Simanjuntak, Harry Truman. 2005. “Sangiran dalam perspektif penelitian”,
Jurnal Arkeologi Indonesia
No. 4 (Agustus): 13-24.Widianto, Harry. 1996. “Laporan hasil menghadiri sidang ke-20 WorldHeritage Committee, Merida, Mexico, 2-7 Desember”. Jakarta:Depdikbud, Direktorat Jenderal Kebudayaan.