Belajar dari kritik ekonomi eropa akhir

Belajar dari kritik ekonomi eropa akhir abad 20
Posted: 11 Mei 2011 in Berita, Opini, Pustaka

0

“…pada awal 1980-an, perdebatan di tingkat internasional tentang masalah pembangunan
tidak lagi diwarnai pertanyaan-pertanyaan tentang “dukungan” dan “bantuan”, tetapi lebih
sering dengan pertanyaan-pertanyaan tentang struktur-struktur baru. Apa yang ada dalam
agenda kita (red.Sosial demokrat) sekarang adalah reorganisasi hubungan -hubungan
Internasional, mendirikan suatu tantanan yang lebih baru, dan pemahaman -pemahaman
komprehensip tentang problem-problem pembangunan”.
Willy Brandt .Securing Survival 1980.
Petikan pemikiran tokoh Sosial Demokrat diatas merupakan pointer atau sinya lemen
berakhirnya perang dingin antara timur dan barat di kemudian hari. Kejatuhan Uni soviet dan
robohnya Jerman Timur, menandai dari sekian banyak sinyalemen tersebut.
Pemikiran di dunia ditandai dengan perdebatan yang lebih realistis. Bahwa masyarakat dunia
adalah masyarakat yang hidup berdampingan. Sekat-sekat Nasionalisme dan Komunisme
kian pudar. Slogan-slogan dan simbol-simbol yang bombastis mau tidak mau harus juga
membicarakan hal-hal yang lebiah nyata dalam kehidupan yaitu adanya dampak persaingan
ekonomi di dalamnya.
Hal diatas seperti apa yang dijabarkan para ilmuan yang menjadi mainstream dalam

masyarakat industri seperti yang dituliskan dalam tiori-tiori klasik Jerman seperti Karl Marx,
Max Weber dan Joseph Schumpeter. Yang pada garis besarnya menyatakan perkembangan
dunia sebagai sebuah pergerakan yang bersifat evolutif; dari firma kecil menuju korporasi
bisnis yang besar, birokratis dan integral secara vertical dengan devisi kerja yang sangat
ketat, bersih, dan garis kewenangannya yang hirarkis; batas yang jelas antara devisi yang
berbeda dalam perusahaan, dan di antara perusahaan-perusahaan, pelanggannya, serta
penyuplai (supplier) dari luar.
Dari struktur perkembangan evolusi diatas Profesor Massachussets Institute of Technologi
(MIT) Prof. Michael J. Piore berpendapat;

Struktur baru tahun 1980-an dan 1990-an menjelaskan cara pandang tersebut setidaknya
dalam dua hal. Pertama. Ekonomi tampaknya semakin tergantung pada firma kecil, baik
dalam industri tradisional (industri Italia) maupun bidang teknologi tinggi (lembah Silikon
atau Silikon Valley); Kedua, organisasi besar yang telah berhasil semakin terorganisir secara
desentralistik dan meningkatkan keberhasilannya melalui kerja tim, rekayasa parallel, aliansi
strategis, penggabungan dua perusahaan (merger), dan sebagainya. Dalam hal ini struktur
kerja tradisional di tinggalkan digantikan dengan pola-pola professional.
Interpretasi Neoliberal. Tekanan justru terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil, yang
mengenjawantahkan diri mereka dalam model ekonomi yang lebih kompetitif. Dalam bentuk
professional perusahaan kecil ini dalam prakteknya menimbulkan masalah seperti yang

terjadi di tahun 1970-an dan 1980-an, dan makin membesar pada tahun 1990-an. Contoh
kasus misalnya dalam kasus Microsoft, di mana ia tidak hanya gagal memenangkan
persaingan konvensional, tentapi juga dalam berbagai hal mengalam i konflik karena asumsi-

asumsinya sendiri. Karena mau tak mau ia akan berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini ada aspek negatif yang tidak di perhatikan yaitu masalah perkembangan
teknologi itu sendiri (hardware maupun software)..
Contoh sederhana adalah perusahaan telepon selurer antara pengabungan teknologi radio dan
telepon. Motorola, Matsushita, AT&T, Ericsson, Nokia dan Siemen merupakan perusahaanperusahaan pembuat telepon tradisional yang harus mengabungkan teknologi telepon dengan
rekayasa budaya radio, jelas kedua perangkat kerja kedua hal ini berbeda, oleh sebab itu
diperlukan pengabungan hubungan dari keduanya.
Ekonomi Global adalah hal yang realistis? Globalisasi adalah kekuatan-kekuatan yang terus
meningkat sehingga menyentuh hampir ke setiap aspek kehidupan kita sehari -hari”.
Peter D.Sutherland Direktor Jendral WTO (Word Trade Organisanization) dalam :
Tantangan-tantangan Globalisasi, 1998, http/www.dc.org.
Masalah ekonomi bukan saja di dasari pada persaingan ekonomi global semata. Pada
masyarakat eropa persaingan ekonomi merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan
layaknya sebuah negara di dunia modern. Tinjauan social ekonominya pun dihasilkan pada
tekanan masyaraka industri.
Tetapi kecendrungan yang terjadi dari pesaingan global antara para pelaku ekonomi pasar

klasik yang lebih di kenal atau diterapkan oleh negara Amerika dengan model ekonomi
eropa.

Dasar-dasar persaingan ekonomi global ini yang menurut bahasa Felipe Gonzalez (direktur
Global Progers Comisien) mengakibatkan munculnya praktek ekonomi “kapitalisme Kasino”.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang juga tidak lagi mengikuti logika investasi tetap
tetapi investasi global (berubah).
Pada pemerintahan yang tidak didasari oleh rambu -rambu peraturan ekonomi yang lebih
bersifat social dalam bentuk ide masyarakat sipil. Budaya tersebut akan mudah masuk dan
merusak rambu-rambu yang diperburuk oleh para spekulan pelaku ekonomi model kasino
tersebut.

Oskar Lafontaine, dalam sambutan pembukaan Internasional Conference pada tangal 17-18
Juni 1998 di Willy Brant Hous, Berlin Jerman mengemukan;
“Gelombang spekulasi merupakan hasil dari adanya suatu situasi pengaturan yang unik secara
histories dan politis, di mana system rata -rata pertukaran tetap telah membuka jalan bagi
spekulasi terhadap setiap mata uang.
Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai konsekuensi terhadap perekonomian Nasional.
Jika anda penganut ekonomi pasar dan ingin memilih system pasar uang Internasional, maka
konsekuensinya adalah hilangnya kontrol politik; dalam hal ini, walau bagaimanapun pasar

sendirilah yang akan menyelesaikannya.”
Dari tulisan itu kita bisa belajar dari apa yang terjadi akibat krisis yang terjadi di Meksiko dan
Indonesia. Pasar yang tidak dikontrol menyebabkan perkembangan negatif. Sehingga semua
orang harus membayarnya dengan kehilangan yang sangat besar, termasuk hilangnya mata
pencarian (pekerjaan).

Hal yang luar biasa malah terjadi pada negara -negara ekonomi pusat macam Amerika. Hal
yang sangat ditentang baik secara ekonomi dan Politik oleh kalangan Democrat eropa.
Seperti yang di ungkapkan Robert Kuttner, Co -Editor The American Prospect;

“Ketika Reagen dan Thatcher menggunakan sekutu-sekutunya untuk menyebarkan ideologinya
dan mengubah lembaga-lembaga ekonomi serta lembaga-lembaga politik mereka maka bagi
saya (Robert Kuttner), hal ini berarti pemerintah -pemerintah kiri democrat harus termotifasi
untuk memenangkan kompetisi di tingkat global… Saya pikir dalam hal tersebut benua eropa,
khususnya Perancis, Jerman dan Italia merupakan negara-negara yang lebih tegas terhadap
neoliberalisme daripada negara -negara Anglo Saxon yang cenderung “lebih ke tengah” dan
“kurang kekiri”.
Amerika sendiri tidak berpengaruh terhadap dampak persaingan itu terhadap jatuhnya
penganguran yang dialami Eropa dan Asia. Hal ini dilihat dari angka penganguran dan tidak
juga menaiknya pertumbuhan ekonomi. Tetapi yang terjadi di Amerika untuk mengurangi

pengaguran masyarakatnya harus meningkatkan jam kerja bagi pekerjanya dan pajak. Hal yang
sangat di tentang oleh masyarakat eropa.

Masyarakat Ekonomi eropa kekuatan baru didunia.
Dari dasar-dasar dan dampak yang terjadi di eropa maupun belahan dunia manapun yang
sepakat ekonomi global yang di pelopori negara -negara G7, seharusnya dibarengi pula dengan
kontrol sosial dan hubungan bilateral pada negara -negara yang lebih melihat aspek- aspek
social ekonomi.
IMF dan WTO sendiri yang merupakan kontrol ekonomi dunia tidak bisa melepaskan diri
pada konsep-konsep ekonomi klasiknya dimana tidak juga menunjukan terjadinya
pemerataan ekonomi di dunia. Penaganan terhadap Indonesia, Meksiko dan negara-begara
lain yang tertimpa krisis bukannya malah memperbaiki masalah malah cenderung
memperburuk masalah.
Dari hasil dimana hampir seluruh masyarakat ekonomi global terkena krisis kecuali negaranegara miskin benua Afrika yang tidak tergabung didalamnya. Ada poin -poin yang menarik
yang di hasilkan dalam pertemuan “Shapin Globalisation yang diadakan oleh Tokoh- Tokoh
Sosial Demokrat bekerja sama dengan Global progress Commision ini. Memberikan prospek
yang lebih jelas dalam menjalankan krangka strategi dan taktik ekonomi Luar Negeri Indonesia
di kemudian hari.
Kondisi subyektif dan obyektif inilah yang menyebabkan perkembangan pasar di Indonesia
relatif menunggu. Tentang penanganan pemerintahan dalam negeri. Seperti yang disebutkan

oscar Lafontaine… Pada dasarnya, untuk merespon globalisasi hanya mungkin dilakukan jika
peraturan pemerintah di perbaiki. Dan jika praturan tersebut memuat kerangka kerja tentang
fungsi pasar dan kekuatan pasar yang dapat dikendalikan. Ide neoliberalisme yang
menyatakan bahwa pasar sendirilah yang akan mengatur segalanya, dan secara terus-menerus
mengulangi pepatah “kesalahan-kesalahan akan di hukum oleh pasar” ide-ide ini merupakan
ekspresi dari pengertian ekonomi yang didiskripsikan oleh Paul Krugman (pakar ekonomi
Amerika) sebagai “ketakutan pada ekonomi”. Yang dimaksud jika seseorang diberitahu . “Jika
kamu tidak mengikuti garis yang telah ditentukan, maka kita akan menutup bisnis ini dan
memindahkan investasi kita ke tempat lain. Kita akan pergi begitu saja dan membawa pergi
modal”. Yang kita inginkan adalah motivasi ekonomi. Kita menginginkan setiap orang

turut ambil bagian dalam kehidupan ekonomi berdasarkan kepercayaan dan bukan
berdasarkan atas tekanan dan ketakutan. Kita tidak menginginkan adanya ekspansi
kapitalisme kasino, system dimana uang digunakan untuk spekulasi dan bukan untuk di
investasi pada proyek ekonomi sebenarnya.

Indonesia belajar d ari Masyarakat E rop a.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan politik Indonesia aktif dalam masalah ekonomi
global. Tantangan yang diberikan oleh Pemerintah Amerika masa Presiden Reagen dan Thatcher
di Ingris. Menjadi hal yang mendesak untuk lebih cepatnya membuka perubahan dinegaranegara baru berkembang macam Indonesia.


Perbedaan Budaya inilah yang sebenarnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan
perekonomian yang terjadi di Indonesia. Salah satu yang menarik pada saat itu adalah konsep
tinggal landas dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Dimana persaingan itu
dimungkinkan berjalan secara fear. Kondisi-kondisi obyektif lainnya yang tidak diperhatikan.
Sehingga yang terjadi di dalam negeri bukannya pemerataan ekonomi. Ditambah lagi
masalah birokrasi dan KKN menyebabkan kondisi ekonomi Indonesia kian buruk.
Sedangkan kita tidak bisa, begitu saja belajar dari protek ekonomi yang dilakukan masyarakat
ekonomi eropa, lewat kekuatan social demokratiknya. Jelas hal ini merupakan strategi
ekonomi yang di jalankan masyarakat Eropa terhadap para spekulan yang di miliki oleh para
pelaku ekonomi pusat macam Amerika. Permasalahan ekonomi inilah yang melatarbelakangi
kepentingan tersebut.
Dari dua kepentingan yang berebut pasar jelas masyarakat ekonomi eropa lebih realistic
untuk di libatkan dalam kerjasama global. Walaupun demikian hal ini tidak mudah.
Dikarenakan rambu-rambu yang diberikan sangatlah berat. Misalahnya Masalah Lingkungan.
Untuk contoh ini negara-negara eropa timur ditanguhkan ke angotaannya karena dampak polusi
Industri tersebut. Selain itu yang menjadi kebijakan adalah masalah penganguran, masalah
yang juga sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang, Masalah upah kerja, dan masalah
kerjasama Teknologi. Jelas yang paling krusial adalah masalah ekonomi oleh sebab itu masalah
ekonomi ini menjadi perdebatan yang panjang yang dilakukan sejak tahun 80-an, Masalah

penanaman Investasi inilah yang perlu diyakinkan keberadaannya pada negara yang
ditanamkannya perlu diatur, dari dampak spekul selain membentuk mata uang bersama.
Dari dasar-dasar diatas pemerintahan Habibie pernah melakukan kerjasama teknologi yang
juga pada akhirnya tidak menyelesaikan permasalahan dalam negeri. Oleh sebab itu aspekaspek obyektif lewat potensi dalam negeri yang harus dikembangkan. Permasalahan nasional
inilah yang mendesak Bangsa Indonesia harus segera tuntaskan. Pemerintahan Gus Dur adalah
pemerintahan yang sulit dimana dia dihadapi oleh dua problem rumah tangga yang besar
dalam dan luar negeri. Hal itu perlu ada kejelasan dari hasil-hasil yang didapatkan baik dari
Luar dan dalam negeri. Sebentar lagi pertemuan APEC akan di lakukan di Brunai darusalam,
semoga hasil yang di kemukakan tidak seperti hasil yang dijalankan pada masa pemerintahan
Suharto. Kevokalan ini jangan hanya di miliki Malaysia dalam mengkritisi para spekulan. ( M.
Mashuri Alif)

Pernah dimuat di www.suratkabar.com

Tautan:
http://dc193.4shared.com/img/qZr20bpA/preview.html
Tanks doc 4 akhirnya tulisan ini bisa kutemukan.

https://independent.academia.edu/ruryalif