8 Nilai dalam perang badar

18 Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa
October 4, 2011 by Aar 29 Comments

Pendidikan Karakter
Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh
Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan
pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.
18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.

Sumber: Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional, 2010

Contoh Makalah Nilai-nilai Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran
Matematika

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu : Siska Diana Sari, M.H

Oleh :
ANDI VERA DWI PRAKASARI

12411079

NIA KURNIATI


12411082

MAR’ATUSH SHOLECHAH

12411087

NURUL NUR AGUSTINA

12411098

TERRY PRAMESWARI

12411102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI MADIUN

MADIUN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi,
dan berbagai hal terkait lainnya.
Albertus (2010:03) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri dari dua kata yang apabila
dipisahkan memiliki makna masing-masing. Pendidikan adalah selalu berkaitan dengan hubungan social
manusia, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain, sedangkan
karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut dikatakan demikian karena berkaitan dengan struktur
antopologis manusia dan tindakannya dalam memaknai kebebasan.
Pendidikan karakter harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal
adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi
manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang
baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa,
secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia
sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kesosialan,
dengan tujuan membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik, serta dapat mempengaruhi diri sendiri dan orang lain apabila diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

B.

Tujuan

1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Memahami fungsi dan tujuan dari pendidikan karakter
3. Mengetahui nilai pendidikan karakter dalam matematika

4. Menerapkan nilai pendidikan karakter dalm pembelajaran matematika

BAB II
PERMASALAHAN

A. Masalah
Masalah yang akan kita bahas dalam bab ini adalah :

1. Apakah fungsi dari pendidikan karakter ?
2. Apakah tujuan adanya pendidikan karakter ?
3. Apa sajakah nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika?
4. Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika?

BAB III
PEMBAHASAN

A.

Fungsi Pendidikan Karakter
Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran
baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3)
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat
politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
DIKTI (2010) menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama,
yaitu :

1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara
Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat

negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju
bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai
budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar
menjadi bangsa yang bermartabat.
Sedangkan menurut salah seorang pakar pendidikan Darmawan Iskandar (2010) Menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang
lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar

kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang
mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. diantara Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa,
ada 18 unsur dan nilai yang mana diantaranya adalah
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar
pendidikan berkarakter, diantaranya adalah:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya
2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3. Kejujuran /amanah dan kearifan
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama
6. Percaya diri, kreatif dan bekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik dan rendah hati

9. Toleransi kedamaian dan kesatuan

B. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
DIKTI (2010) menyatakan bahwa Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu
nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah di Indonesia baik negeri maupun swasta.
Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah
menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan
karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke
sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus
memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas,
pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai
secara nyata. Pendidikan karakter yang selama ini ada perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif
solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di
sekolah.
Pendidikan karakter pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran

perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi,
dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

C. Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika
Seperti yang telah termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat beberapa nilai karakter bangsa
yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika diantaranya adalah disiplin, jujur, kerja keras,
kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.
Disiplin, Karakter disiplin dapat terbentuk dalam mempelajari matematika, karena dalam
matematika peserta didik diharapkan mampu mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturanaturan dan konsep-konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam belajar
matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan tertib dalam menggunakan
aturan-aturan dan konsep-konsep. Dalam matematika konsep-konsep tersebut tidak boleh dilanggar
karena dapat menimbulkan salah arti.
Jujur, Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) walaupun
pada tahap-tahap awal contoh-contoh khusus dan ilustrasi geometris diperlukan, tetapi untuk generalisasi
harus berdasarkan pembuktian deduktif. Karakter yang dapat membentuk jiwa seseorang, bahwa
seseorang tidak akan mudah percaya pada isu-isu yang tidak jelas sebelum ada pembuktian. Hal ini
tentunya sesuai dengan azas yang dianut oleh hukum di negara kita, azas praduga tak bersalah.
Kepribadian yang terbentuk diharapkan adalah sesorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaannya, karena selalu dapat menunjukkan pembuktian dari setiap perkataan dan
tindakannya.

Kerja Keras, karakter yang ingin dibentuk adalah tidak mudah putus asa. Belajar matematika,
seseorang harus teliti, tekun dan telaten, dalam memahami yang tersirat dan tersurat. Ada kalanya
seseorang keliru dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil yang benar, maka
seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali (looking back) apa yang telah dikerjakan
secara runut dengan teliti, tidak mudah menyerah terus berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban
yang benar.
Kreatif, seseorang yang belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif dalam menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan persoalan ada yang dapat menyelesaikan dengan
cara yang panjang, namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan singkat. Bila seseorang terbiasa
menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang tersebut akan terbiasa memunculkan ide yang
kreatif yang dapat membantunya menjalani kehidupan secara lebih efektif dan efisien.
Rasa ingin tahu, memunculkan rasa ingin tahu dalam matematika akan mengakibatkan
seseorang terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus berupaya menggali informasi-informasi terkait
lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikannya ‘kaya’ akan wawasan dan ilmu pengetahuan. Rasa
ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan, perbedaan dan analogi, sehingga
diharapkan mampu menjadi a good problems solver (mampu menyelesaikan masalah dengan baik).
Mandiri; dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi tantangan, berbagai
permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta
didik harus mampu memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun berupaya
secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.
Komunikatif; matematika merupakan suatu bahasa, sehingga seseorang harus mampu
mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun tulisan, sehingga informasi yang disampaikan dapat
diketahui dan dipahami oleh orang lain.
Tanggung Jawab; Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang terbentuk dalam mempelajari
matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya
dilakukan, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

D. Implementasi Pendidikan Berkarakter Bangsa dalam Pelajaran Matematika
Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang telah diuraikan sebelumnya, maka guru
matematika sebaiknya dapat mengimplementasikan dan memasukkan pendidikan berkarakter bangsa,
mulai dari Silabus, RPP, dan dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran matematika yang ‘kering nilai’ dapat dikembangkan guru matematika dengan
mengintegrasikan dan/atau menekankan pentingnya nilai-nilai positif dari budaya dan karakter bangsa
dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, guru dapat memulai dengan merencanakan proses

pembelajaran matematika yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam
penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Nilai-nilai itu dapat diintegrasikan dalam
rancangan kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan/atau tujuan pembelajaran.
Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat ditempuh dengan
langkah-langkah berikut:

a.

Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan
apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;

b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan
nilai dan indicator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;
c.

Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus;

d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
e.

Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik
memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;

f.

Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai
maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam matematika
diantaranya : disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.

B.

Saran
Nilai-nilai pendidikan karakter pada hakekatnya tidak hanya diberikan dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, namun secara tidak langsung nilai-nilai pendidikan karakter tersebut telah
tersirat dalam setiap mata pelajaran. Sebaiknya setiap guru menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter
dalam setiap Rencana Proses Pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam setiap proses
pembelajaran.

NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Posted on Januari 11, 2012by haryonoadipurnomo

http://haryonoadipurnomo.wordpress.com/2012/01/11/nilai-nilai-

dalam-pendidikan-karakter-bangsa/

A. Rasional
Kecenderungan global menggambarkan sebuah titik balik dalam peradaban
manusia dengan tumbuhnya kembali kesadaran akan nilai. Bahkan untuk
bidang keilmuan yang dulunya dianggap bebas nilai, banyak diangkat
kedudukan dan peran nilai.
Para ilmuwan banyak mengatakan bahwa tidak ada yang disebut sains
bebas nilai. Dimanapun berbicara tentang sains yang bermuatan nilai, maka
dititik manapun nilai itu akan melekat, kalau tidak pada eksperimen di
laboratorium maka nilai itu akan muncul pada saat keputusan untuk
melakukan eksperimen itu, yang akan muncul pada saat mengaplikasikan
hasil. Misalnya pada riset genetika, sejak awal sudah bergumul dengan
persoalan nilai. Oleh sebab itu masuknya nilai-nilai itu memberikan
moralitas pada riset ilmiah.
Sama halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang memang karakternya sangat
kental bermuatan nilai yang melekat pada budayanya. Oleh sebab itu jarang
sekali ilmuwan sosial yang mengklaim bahwa bidang ilmu atau kajiannya
bebas nilai atau bebas budaya.
Inti persoalannya sekarang adalah nilai, yakni tema-tema sentral makna
kehidupan yang sering diperbincangkan secara serius dan sekarang sudah
tergarap melalui kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan
perhatian secara proporsional terhadap dimensi efektif dan psikomotor.
Pertanyaan yang sering muncul di kalangan pendidik, akademisi atau
masyarakat luas adalah apakah nilai itu dapat diajarkan. Pada prinsipnya

nilai itu dapat dikembangkan melalui proses pendidikan sebab kualitas
kebenaran, kebaikan, dan keindahan merupakan tema-tema abstrak yang
disadari atau tidak disadari menyatu dengan perilaku seseorang. Bila
dipandang dari sudut psikologi, pada dasarnya pendidikan nilai itu
merupakan upaya mengkokohkan keyakinan siswa agar berbuat kebenaran,
kebaikan, dan keindahan yang keberhasilannya dapat ditaksir dari sejumlah
perilaku pada tema nilai tertentu. Penyadaran semacam ini memerlukan
usaha yang sungguh-sungguh dan terintegrasi. Oleh sebab itu,
tanggungjawab membentuk kepribadian, moral, akhlak, etika maupun budi
pekerti siswa merupakan tanggungjawab kita semua.

B. Nilai
1. Pengertian Nilai
Istilah value yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai dan
dapat dimaknai sebagai harga (Mulyana, 2004: 7). Namun ketika
dihubungkan dengan suatu objek atau sudut pandang tertentu, “harga”
yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam.
Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai tidak hanya disebabkan oleh
minat manusia terhadap hal-hal yang material, maupun kajian ilmiah tapi
lebih dari itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan untuk menyadari dan
memanfaatkan makna kehidupan. Manusia dituntut untuk menempatkannya
secara seimbang atau memaknai harga-harga lain dengan harga keyakinan
beragama yang secara hirarkhis memiliki nilai akhir yang lebih tinggi.
Perbedaan cara pandang dalam memahami nilai berimplikasi pada
perumusan definisi nilai (Mulyana, 2004: 9-10):
a. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya (Gordon Allport, 1964).

b. Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kuperman,
1983).
c. Nilai adalah alamat sebuah kata “ya” atau nilai adalah sesuatu yang
ditunjukkan kata ya (Hans Jonas – Bertens, 1999).
d. Nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi
pilihan terhadap cara tujuan antara dan tujuan akhir tindakan (Kluckholm –
Brameld, 1957).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.
2. Nilai dan Fakta
a. Nilai itu ada, tapi tidak mudah difahami.
b. Sifatnya yang abstrak dan tersembunyi di belakang fakta.
c. Nilai lahir dari sebuah konsekuensi penyikapan atau penilaian atas
sesuatu hal yang faktual.
d. Nilai itu ada ketika seseorang melihat sesuatu kejadian, merasakan
suatu suasana, mempersepsi suatu benda atau merenungkan suatu
peristiwa.
e. Jarak antara nilai dan fakta sifatnya relatif bergantung pengalaman dan
pengetahuan seseorang.
f.

Nilai memiliki relativitas sedang fakta memiliki objektivitas.

3. Nilai dan Tindakan
a. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan
pada diri seseorang.

b. Nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir kalau diwujudkan dalam
praktik tindakan.
c. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar, dan diraih, maka nilai melekat
pada tindakan.
Misalnya: “seseorang berkata bahwa segala perikehidupan harus dilandasi
keikhlasan, pada hal tindakannya banyak menampilkan kaidah untung-rugi
secara material”
4. Nilai dan Norma
a. Nilai dapat merujuk pada sekumpulan kebaikan yang disepakati
bersama.
b. Ketika kebaikan itu sudah menjadi aturan atau menjadi kaidah yang
dipakai sebagai tolok ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah norma.
c. Nilai dan norma hanya memiliki harga jika diwujudkan dalam perilaku
atau tindakan.
d. Nilai dilukiskan suatu harga yang diyakini seseorang sedang norma
lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial
sebagai hasil kesepakatan bersama.
Misalnya: “ketika seorang anak muda melewati orang tua yang sedang
duduk, ia harus berjalan setengah membungkuk sambil memiringkan badan
seraya berkata permisi…”
5. Nilai dan Moral
a. Nilai sebagai suatu keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar
pilihannya.
b. Sifat baik buruk yang dilekatkan pada moral, maka sifat tersebut sudah
menyatu dengan tindakan sedang baik buruknya suatu nilai belum tentu
diikuti oleh tindakan.

c. Meskipun nilai tersebut dituntut adanya penerapan, sifat kebutuhan
penerapannya tidak mendesak.
d. Tema moral erat kaitannya dengan tanggungjawab sosial yang teruji
secara langsung, sedangkan tema nilai meskipun memiliki tanggungjawab
sosial dapat ditangguhkan untuk sementara waktu.
Misalnya: “ketika seseorang yang diduga memiliki kejujuran tetapi ternyata
ia melakukan korupsi, maka dengan serta merta masyarakat menuduh
dirinya sebagai orang yang tidak jujur”.
6. Reletivitas Nilai Kehidupan
a. Nilai yang bersifat abstrak dapat dilacak melalui tiga realitas, yaitu:
pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap yang merupakan suatu kesatuan.
b. Pelacakan realitas nilai dapat dilakukan dengan cara mengamati
kecenderungan seseorang dalam berperilaku.
c. Pengamatan realitas nilai terdapat perbedaan kultural meskipun
ruJukannya sama.
d. Prinsip-prinsip relativitas nilai (Ambroise dalam Mulyana, 2004: 23-24):
1) Nilai itu relatif karena perbedaan situasi, kondisi, dan lingkungan
masyarakat.
2) Nilai tidak selalu disadari, seseorang sebenarnya jarang menyadari
semua nilai dalam hidupnya kecuali berusaha menemukannya.
3) Nilai adalah landasan bagi perubahan dan merupakan daya pendorong
bagi kehidupan seseorang atau kelompok.
4) Nilai ditanamkan melalui sumber yang berbeda (keluarga, masyarakat,
agama, media massa, tradisi atau kelompok sebaya).
7. Nilai Instrumental dan Nilai Terminal

Nilai menyimpan rahasia yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam.
Para ahli mengklasifikasi nilai dari berbagai sudut pandang akan tetapi
dalam proses kepemilikannya nilai perilaku tidak dapat dipisahkan dari
keadaan lingkungan sekitar. Dari berbagai panadngan tentang klasifikasi
nilai perlu dibahas nilai instrumental dan nilai terminal yang erat dengan
budi pekerti karena memandang bahwa nilai-nilai pada diri manusia dapat
ditunjukkan oleh cara bertingkah laku atau hasil tingkah laku.
Rescher membedakan nilai perilaku dalam konteks nilai antara dan nilai
akhir, sedangkan Rokeach menggunakan istilah yang berbeda dengan
menyebut nilai antarasebagai nilai instrumental dan menyebut nilai
akhir sebagai nilai terminal, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut
(Mulyana, 2004: 27):
Nilai Instrumental

Nilai Terminal

Bercita-cita keras

Hidup nyaman

Berwawasan luas

Hidup bergairah

Berkemampuan

Rasa berprestasi

Ceria

Rasa kedamaian

Bersih

Rasa keindahan

Bersemangat

Rasa persamaan

Pemaaf

Keamanan keluarga

Penolong

Kebebasan

Jujur

Kebahagiaan

Imajinatif

Keharmonisan

Mandiri

Kasih sayang yang matang

Cerdas

Rasa aman secara luas

Logis

Kesenangan

Cinta

Keselamatan

Taat

Rasa hormat

Sopan

Pengakuan sosial

Tanggung jawab

Persahabatan abadi

Pengawasan diri

Kearifan

Hubungan antara nilai instrumental dan nilai terminal tersebut di atas
dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini:
a. Perilaku yang nampak pada saat seseorang memelihara
kebersihan/hidup bersih, akan berujung pada nilai terminal yang secara
internal telah konsisten dimilikinya adalah keindahan atau kesehatan.
b. Perilaku yang nampak pada saat seseorang mampu mengendalikan
dirinya, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah
konsisten dimilikinya adalah kearifan.
c. Perilaku yang nampak pada saat seseorang melaksanakan sopan santun,
akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten
dimilikinya adalah pengakuan sosial.
Berdasarkan contoh tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
yang bersifat instrumental atau nilai perantara lebih sering muncul dalam
perilaku secara eksternal, sedangkan nilai terminal atau nilai akhir lebih
bersifat tersembunyi. Nilai instrumental muncul dalam beragam bentuk
yang lebih spesifik sedangkan nilai terminal berada pada bentuk tunggal
yang bermakna umum dalam konteks cakupan nilai-nilai instrumental
terkait.

C.

1.

Sumber Nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Karakter

Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa
diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini(Kemendiknas, 2010:8):.
1.

Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena
itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari
pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilainilai dan kaidah yang berasal dari agama.
A.

Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan
lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilainilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

i.

Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia
yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi
antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam
kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

ii.

Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang
harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh
berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.

D. Karakter Berlandaskan Pancasila

Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila terkandung maksud bahwa
setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan
komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025, 2010:20-22).
1.

Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman
dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa
Indonesia.
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain
1.

hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan,

2.

saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya itu;

3.

tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.
A.

Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab
diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara
sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia.
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam
1.

pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban;

2.

saling mencintai;

3.

tenggang rasa;

4.

tidak semena-mena terhadap orang lain;

5.

gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;

6.

menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;

7.

berani membela kebenaran dan keadilan;

8.

merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta

9.

mengembangkan sikap hormat-menghormati.
A.

Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia.
Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap
1.

menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa
di atas kepentingan pribadi atau golongan;

2.

rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai
bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa
Indonesia;

3.

memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika.
A.

Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak
Asasi Manusia

Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga
negara Indonesia.
Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
1.

mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara;

2.

tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;

3.

mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama;

4.

beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan
bersama;

5.

menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah;

6.

berani mengambil keputusan yang secara moral dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

7.

nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
A.

Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan

Komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia.

Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam
perbuatan yang mencerminkan
1.

sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan;

2.

sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban;

3.

hormat terhadap hak-hak orang lain;

4.

suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain;
tidak boros;

5.

tidak bergaya hidup mewah;

6.

suka bekerja keras;

7.

menghargai karya orang lain.

Untuk mencapai karakter bangsa yang diharapkan sebagaimana tersebut di
atas, diperlukan individu-individu yang memiliki karakter. Oleh karena itu,
dalam upaya pembangunan karakter bangsa diperlukan upaya sungguhsungguh untuk membangun karakter individu (warga negara). Secara
psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat
bagian, yaitu
1.

Olah hati : berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan.

2. Olah pikir: berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif.
3. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan,
manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas.
4. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang
tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.
Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1.

Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa,
jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik;

2.

Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;

3.

Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan
sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;

4.

Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan,
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum,
cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
E.

A.

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

Ada 18 (delapan belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
bangsa (Kemendiknas, 2010:9-10), sebagaimana dalam tabel berikut:
NILAI

DESKRIPSI

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.

NILAI

DESKRIPSI

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/

Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

NILAI

DESKRIPSI
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

F.

1.

Perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Berikut ini disajikan berbagai macam contoh sikap/perilaku yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Konsisten melaksanakan ajaran agama
1.

Konsisten menyebut nama Tuhan

2.

Bersedia memberi dan menerima nasehat.

3.

Memperlakukan lingkungan dengan benar dan menjaga ekosistem.

4.

Menggunakan air bersih secukupnya.

5.

Melaksanakan prinsip hidup untuk berbuat baik kepada sesama dan selalu
berbuat baik.

6.

Bersikap adil pada saat memimpin.

7.

Tidak berjudi, menyalahgunakan narkoba, pergaulan bebas maupun
tawuran.

8.

Menegur siswa/warga sekolah yang tidak taat terhadap aturan sekolah.

9.

Membersihkan dan merawat tempat sampah.

10.

Bersahabat dengan siswa, guru dan warga sekolah lainnya yang berbeda
agama, suku maupun budayanya.

11.

Memberi salam dan menerima salam dengan santun saat bertemu dengan
sesama guru/warga sekolah, siswa maupun orang tua siswa.

12.

Membalas salam dari siapa saja.
A.

Mendorong siswa untuk dapat menentukan pilihan sesuai bakat,
minat, dan potensinya.

B.

Semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, tenaga
administratif) datang lebih awal.

C.

Selalu berpakaian rapi, bersih, dan sopan.

D.

Selalu memelihara fasilitas umum milik sekolah/milik bersama.

E.

Memberi nasehat pada saat upacara bendera.

F.

Merawat fasilitas sekolah (baju sekolah, meja, bangku, dinding).

G.

Menegur siswa yang tidak merawat fasilitas sekolah.

H.

Memberi nasehat agar turut merawat serga menjaga lingkungan dan
fasilitas umum (tanaman, telepon umum).

I.

Memberi nasehat agar tidak mencemarkan nama baik sekolah
(berkelahi, tawuran).

J.

Selalu berusaha tidak mencemarkan nama baik sekolah.

K.

Menasehati pentingnya antri dalam keluar masuk kelas atau loket.

L.

Selalu berlaku tertib.

M.

Memuji karena rajin belajar.

N.

Mendorong/memotivasi untuk rajin belajar.

O.

Mendorong untuk mengerjakan PR.

P.

Memberi PR sesuai dengan kemampuan siswa.

Q.

Memeriksa dan memberi umpan balik tugas siswa.

R.

Menasehati untuk selalu mengerjakan tugas sesuai petunjuk.

S.

Bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan belajar siswa di
sekolah.
i.

Menasehati untuk tidak berbuat curang atau mencontek,
bertanya jawab soal pada temannya.

ii.

Mengerjakan tugas sesuai petunjuk.

iii.

Mengerjakan tugas dengan hasil karya sendiri.

iv.

Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

v.

Berbicara lemah lembut dan sopan.

vi.

Bersikap tenang dan tidak mudah marah.

vii.

Mengarahkan siswa untuk mau menerima pendapat orang lain
yang lebih baik.

viii.

Melaksanakan diskusi kelompok.

ix.

Menyadarkan kepada siswa bahwa pendapatnya belum tentu
benar.

x.

Mengajak siswa agar menjauhi sifat-sifat sombong.

xi.

Menegur siswa yang tidak hemat.

xii.

Menjelaskan bahaya merokok.

xiii.

Melakukan bimbingan dan penyuluhan secara berkala.
a.

Memberi pujian kepada siswa yang mampu dan mau
melakukan kebaikan terhadap orang lain.

b.

Memberi dukungan/dorongan untuk menanamkan rasa
senang dan mengem-bangkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan

membantu melatih dan mengikutsertakan dalam perlombaanperlombaan/pertandingan-pertandingan di kelas, sekolah, maupun di
luar sekolah.
c.

Memberikan nasehat pentingnya kasih sayang.

d.

Melakukan kegiatan secara ikhlas.

e.

Menjaga harga diri teman sejawat.

f.

Menasehati siswa kalau memberi bantuan itu tanpa
pamrih.

g.

Mengucapkan rasa duka kepada orang yang mengalami
musibah.

h.

Selalu bekerjasama bila pekerjaan itu adalah pekerjaan
kelompok.

i.

Selalu ikhlas memberi sumbangan untuk kepentingan
bersama.

j.

Menciptakan suasana pembelajaran kelompok pada
materi-materi tertentu.
a.

Berpartisipasi untuk memberikan bantuan apabila
ada kegiatan untuk kepentingan bersama.

b.

Memberi maaf kepada siapa saja yang melakukan
kesalahan terhadap dirinya.

c.

Meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada
siapa saja.

d.

Tidak membela siapa saja yang melakukan
kesalahan.
a.

Menegus dan mengingatkan siswa untuk
tidak membela teman yang melakukan kesalahan.

b.

Selalu berlaku adil terhadap sesama
sahabat.
a.

Menegur dan mengingatkan siswa
yang berbicara kasar, kotor, dan bersikap tidak sopan.

b.

Selalu menghormati orang yang lebih
tua dan menyayangi yang lebih muda.

c.

Memperlihatkan wajah ceria dan
penuh keakraban.

d.

Melakukan pembicaraan dengan
suara yang ramah dan teratur.

e.

Menegus siswa yang berbicara
dengan berteriak.
a.

Menasehati siswa agar merasa
malu membuang sampah di sembarang tempat serta
memberi contoh.

b.

Tidak membuang sampah
sembarangan.

c.

Selalu menepati janji.
a.

Selalu memberi
pengertian bahwa berbuat onar itu merugikan diri
sendiri dan orang lain.

b.

Mencela/menegur orang
yang berbuat onar.

c.

Menghukum sesuai
aturan.

d.

Tidak berbuat onar.

e.

Menegur siswa laki-laki
yang berambut gondrong (apalagi tidak terpelihara).

f.

Mendorong siswa untuk
berbicara jujur sesuai kenyataan.

g.

Memuji setiap perkataan
jujur yang dilakukan siswa.

h.

Selalu berbicara jujur.

i.

Mengingatkan agar tidak
mengambil barang orang lain.

j.

Menasehati akibat orang
yang berperilaku tidak jujur.

k.

Mengembalikan barang
yang bukan miliknya.

l.

Mendorong siswa agar
melaporkan/mengumumkan barang yang ditemukan.

m.

Selalu memberitahukan
kalau ada barang yang hilang.

n.

Mudah mengakui
kesalahan dirinya dan berjanji untuk tidak
mengulangi.

a. Mendorong siswa yang bersalah agar mengakui
kesalahannya dan berani meminta maaf.
b. Membiasakan melaksanakan ajaran agama.
c. Membiasakan menyebut nama Tuhan.
d. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Berbuat baik terhadap sesama.
f. Sabar dan tabah menerima segala cobaan atau
kesukaran.
g. Melakukan ibadah sesuai dengan ketentuan
agama.
h. Membisakan hidup hemat.
i. Membiasakan diri untuk berbuat baik.
j.

Bila sebagai pemimpin, membiasakan bersikap adil
terhadap semua anggota.

k. Membiasakan diri bersikap terbuka.
a. Tidak mengikuti teman merokok, tawuran,
narkoba, pergaulan bebas, melainkan
melakukan kegiatan positif, seperti: ikut lomba
karya ilmiah, pidato, pramuka, PMR, UKS.
b. Terbiasa mengingat Tuhan pada saat senang
atau susah.
c. Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah
m