Peran WTO dalam Kasus Pemberlakukan Anti
Take Home Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Institusi Perdagangan Internasional
Nama : Dian Fitriyani Agustin
NPM : 1206210830
Peran WTO dalam Kasus Pemberlakukan Anti-Dumping dan Countervailing Measures
terhadap Produk Mobil AS oleh China1
1Brian
Wingfield, “US said to Win WTO Dispute with China over Auto Parts”, diakses dari
http://www.bloomberg.com/news/2014-05-23/u-s-said-to-win-wto-dispute-with-China-over-autos-parts.html, pada 12
Desember 2014 (23 Mei 2014)
1
Pada kesempatan ini, penulis akan menjelaskan mengenai peran institusi perdagangan
internasional, yaitu World Trade Organization (WTO), dalam penyelesaian kasus pemberlakuan antidumping and countervailing measures pada produk mobil AS oleh China.
I. Gambaran Umum Kasus2
Pertama, penulis akan menjelaskan mengenai gambaran umm kasus tersebut. Pada Desember
2011, otoritas China, yaitu Kementrian Perdagangan, memberlakukan tarif masuk kepada mobil dan
SUV buatan AS, setelah melakukan beberapa investigasi mengenai produk otomotif tersebut. China
menilai bahwa AS melakukan dumping dalam ekspor produk-produk tersebut. China mengatakan
bahwa alasannya memberlakukan tarif adalah untuk melawan dumping dan subsidi yang dilakukan
oleh AS. Kemudian, pada Juli 2012, AS mengajukan permohonan konsultasi kepada WTO atas
adanya kejadian tersebut.
II. Produk Terdampak3
Kedua, penulis akan menjelaskan secara singkat mengenai produk terdampak dari
pemberlakuan kebijakan AC/CVD ini. Adanya penerapan kebijakan tersebut jelas berdampak pada
produk otomotif AS. Produk yang terdampak, terutama adalah mobil dan SUV, khususnya yang
memiliki kapasitas mesin sebesar 2,5 liter atau lebih. Ekspor AS ke China yang terdampak adalah
mobil seperti Jeep Compass, Jeep Cherokee, Jeep Grand Cherokee, Jeep Wrangler, Ford Mustang,
Buick Enclave, Cadillac CTS, dan Cadillac Escalade. Terdapat sembilan perusahaan produsen mobil
AS yang juga terdampak, yaitu Mercedes-Benz, Testa, Chryster, Ford, Toyota, Honda, General
Motors, BMW, dan Nissan.
III.
Signifikansi4
Ketiga, penting juga untuk mengetahui alasan pengajuan sengketa ke dispute settlement body
WTO, karena pastinya ada signifikansi yang dirasakan terutama oleh negara complainant. Kasus ini
menjadi penting untuk diselesaikan, terkait dengan begitu banyaknya kerugian AS atas penerapan
kebijakan AC/CVD oleh China ini. Banyak pekerja yang terancam terdampak, di mana pada tahun
2013, sektor autoparts dan manufaktur di AS tercatat mempekerjakan setidaknya 849.400 pekerja.
Dari sisi perhitungan ekonomi, AS pun banyak merugi atas adanya kebijakan tersebut, di mana pada
2 Office of the United States Trade Representative, “Fact Sheet: WTO Case Challenging Chinese Anti-Dumping and
Countervailing Duties on Certain American-Mase Automobiles”, diakses dari
http://www.ustr.gov/sites/default/files/05232014-China%20Auto-Fact-sheet.pdf, pada 19 Desember 2014 (23 Mei
2014)
3 Office of the United States Trade Representative
4 Office of the United States Trade Representative
2
tahun 2013, upah per tahun pada sektor manufaktur kendaraan bermotor dan mobil juga diperkirakan
sudah mencapai 37 milyar US $. Bukan hanya itu, total ekspor AS dalam produk mobil adalah 64,9
milyar US $, yang sekitar 8,5 milyar US $ diekspor ke China. Secara kuantitas ekspor, 11% tujuan
ekspor mobil AS adalah China, sementara dilihat dari total nilai ekspor, China juga berkontribusi
sebesar 13% kepada AS. Selain itu, China juga merupakan pasar ekspor kedua terbesar bagi AS,
setelah Kanada.
Diperkirakan sebesar 5,1 milyar US $ ekspor mobil ditutup oleh China atas adanya kebijakan
AD/CVD ini, yang mencapai sekitar 21,5%. Padahal, Presiden Obama dan pemerintahannya sedang
berusaha mendukung dan menumbuhkan perekonomian kelas menengah di AS, dengan mendorong
ekspor atau menjual lebih banyak produk dalam negerinya ke luar. AS juga memiliki concern
sistemik, di mana mereka percaya bahwa China harus mematuhi segala peraturan di WTO, karena
China sudah memutuskan untuk menjadi anggota WTO. China harus berkomitmen dalam
mempertahankan keterbukaan pasar secara non-diskriminatif.
IV. Peran DSB WTO sebagai Institusi Perdagangan
Keempat, setelah mengetahui beberapa latar belakang kasus, penulis akan menjelaskan
mengenai peran DSB WTO sebagai institusi yang mengatur dan menyelesaikan sengketa dagang di
antara negara anggotanya.
A. Konsultasi5
Pada 5 Juli 2012, melalui permohonan konsultasinya, Amerika Serikat mengadukan adanya
Pemberitahuan Nomor 20 Tahun 2011 dan Pemberitahuan Nomor 84 Tahun 2011 dari
Kementrian Perdagangan Republik Rakyat China yang memberlakukan kebijakan antidumping dan countervailing pada produk mobil tertentu dari AS. Hal tersebut dinilai AS
bertentangan dengan:
1. Artikel 1, 3.1, 3.2, 3.4, 3.5, 4.1, 5.3, 5.4, 6.2, 6.5.1, 6.8 (termasuk di dalamnya Lampiran II,
Ayat 1), 6.9, 12.2, dan 12.2.2 dalam Anti-Dumping Agreement.
2. Pasal 10, 11.3, 11.4, 12.4.1, 12.7, 12.8, 15.1, 15.2, 15.4, 15.5, 16.1, 22.3, dan 22.5
Subsidies and Countervailing Measures Agreement.
3. Pasal VI GATT 1994.
5WTO, “China: Anti-Dumping and Countervailing Duties on Certain Automobiles from the United States”, diakses dari
http://wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds440_e.htm, pada 19 Desember 2014.
3
B. Panel dan Proses dalam Appellate Body6
Pada 17 September 2012, AS meminta pembentukan panel oleh DSB WTO. Meskipun sempat
ditunda pada 28 September 2012, panel akhirnya terbentuk pada pertemuan tanggal 23 Oktober
2012. Dalam panel tersebut, terdapat pihak ketiga yang terlibat, yaitu Kolombia, Uni Eropa, India,
Jepang, Korea Selatan, Oman, Arab Saudi, dan Turki. Pada 1 Februari 2013, Amerika Serikat
meminta Direktur Jenderal untuk menentukan komposisi panel tersebut, yang kemudian terbentuk
pada 11 Februari 2013.
Pada tanggal 23 Mei 2014, setelah melalui beberapa pengajuan agrumen dan bukti, panel
mengedarkan laporannya kepada anggota DSB. Dalam laporannya, Panel menjelaskan bahwa
sengketa ini didorong oleh klaim AS mengenai adanya aspek kesalahan substantif dan prosedural
dari proses investigasi produk mobil AS oleh Kementrian Perdagangan China, yang kemudian
mengarah pada pembentukan ketentuan AC/CVD. Mengenai ketentuan substantif tersebut, AS
menilai bahwa China telah melanggar beberapa peraturan perdagangan internasional yang telah
diajukannya dalam tahap konsultasi.
Sementara itu, panel DSB WTO sendiri, menemukan bahwa kesalahan substantif yang
dilakukan oleh Kementrian Perdagangan China terletak pada dasar pertimbangan pemberlakuan tarif
bagi produk mobil impor dari AS. Panel menyimpulkan bahwa pertimbangan tarif tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6.8 dan Lampiran II Anti-Dumping Agreement, dan Pasal 12.7
SCM Agreement. Panel juga menemukan ketidaksesuaian ketentuan dari Kementrian Perdagangan
China dengan peraturan WTO, terkait dengan efek harga dan pertimbangan, yang bertentangan
dengan Pasal 3.1, 3.2, dan 3.5 Anti-Dumping Agreement, serta Pasal 15.1, 15.2, dan 15.5 SCM
Agreement.
Panel juga menilai China salah, karena telah gagal memberikan informasi mengenai
pemberlakukan kebijakan AC/CVD, yang seharusnya memadai bagi pihak yang berkepentingan. Hal
ini bertentangan dengan Pasal 6.5.1 Anti-Dumping Agreement dan 12.4.1 SCM Agreement. Panel
juga menemukan bahwa Kementrian Perdagangan China telah gagal dalam memberitahukan kepada
responden AS mengenai fakta-fakta penting yang mendasari keputusan pemberlakukan AC/CVD,
seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.9 dalam Anti-Dumping Agreement.
Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa:7
China dinilai telah melanggar peraturan WTO secara substantif, karena:
a) Salah mengira bahwa produk impor dari AS akan membahayakan industri dalam
negerinya.
6 WTO
7 Office of the United States Trade Representative
4
b) Salah menganalisis bahwa produk impor dari AS akan berdampak pada kestabilan harga
di China.
c) Menghitung dumping margin dan subsidy rates bagi eksportir AS tanpa basis fakta yang
kuat.
Terkait dengan kesalahan prosedural China, Panel menilai bahwa:
a) China gagal dalam memperlihatkan fakta dan bukti bagi perusahaan mobil di AS,
termasuk dalam menunjukkan bagaimana cara mereka menentukan dumping margin.
b) China gagal dalam menyediakan non-confidential summaries dari pengajuan yang ada
yang berisi mengenai informasi rahasia bagi pihak terkait.
Sebagai konsekuensinya, Panel memutuskan China bersalah, karena dinilai tidak konsisten
dengan kewajiban umum yang diatur dalam Pasal 1 Anti-Dumping Agreement dan Pasal 10 SCM
Agreement. Atas dasar hal tersebut, sesuai dengan Pasal 19.1 dari Dispute Settlement Understanding,
Panel merekomendasikan DSB untuk meminta China melaksanakan langkah-langkah yang relevan
dengan kewajibannya berdasarkan Anti-Dumping dan SCM Agreement yang berlaku.8
C. Respon terhadap Proses Penyelesaian Sengketa9
Kelima, setelah menjelaskan proses penyelesaian sengketa, penulis akan menjelaskan mengenai
respon atas dorongan untuk mematuhi institusi perdagangan dalam WTO tersebut. Menjelang akhir
keputusan DSB, pada bulan Desember 2013, setelah kedua pihak saling mengutarakan argumen
masing-masing, bahkan sebelum Panel DSB melaporkan hasil temuannya, China mengumumkan
bahwa mereka sudah menghentikan kebijakan AC/CVD pada mobil dan SUV buatan AS. Sejak saat
itu, AS melakukan monitoring atas situasi di China, dan praktik kebijakan tersebut memang sudah
tidak ditemukan lagi. Kemenangan AS ini menegaskan bahwa China memang tidak memiliki dasar
dalam mengenakan kebijakan AC/CVD terhadap produk mobil dan SUV AS, karena mereka tidak
memiliki bukti yang kuat bahwa produk AS tersebut dapat membahayakan industri mobil China dan
kestabilan harga.
D. Kesimpulan
Adanya kasus ini menunjukkan peran WTO sebagai institusi perdagangan internasional,
khususnya dalam penyelesaian sengketa perdagangan. Dari kasus ini, terlihat bahwa ketidakadilan
perdagangan yang diterima melalui praktik-praktik dagang yang curang dapat diselesaikan dengan
berpedoman pada ketentuan dan aturan yang telah dibuat oleh WTO. WTO dalam kasus ini terlihat
8 WTO
9 Office of the United States Trade Representative
5
efektivitasnya sebagai sebuah institusi, mengingat kebijakan AC/CVD kemudian dicabut oleh China,
bahkan sebelum DSB WTO mengeluarkan sanksi baginya. Pencabutan kebijakan AC/CVD tersebut
memperlihatkan bahwa WTO juga memiliki power dalam menuntut kepatuhan setiap anggotanya.
Meskipun, kasus ini tidak terlepas dari adanya kepentingan ekonomi AS, namun keputusan bersalah
untuk China memang sesuai, terkait dengan tidak kuatnya dasar justifikasi pemberlakukan kebijakan
AC/CVD. Sementara, AS melalui data-datanya, memiliki justifikasi yang sangat kuat atas kerugian
yang dideritanya dengan kebijakan AC/CVD tersebut.
Hal yang dapat dipelajari dalam kasus ini adalah bahwa dalam institusi perdagangan, komitmen
atas peraturan sangat penting untuk menjamin keberlangsungan proses perdagangan yang saling
menguntungkan satu sama lain. Bukan hanya itu, dari kasus ini dapat dipelajari bahwa justifikasi
pemberlakuan kebijakan ekonomi harus kuat, terlebih untuk kebijakan yang berpotensi dianggap
sebagai pelanggaran prinsip keterbukaan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Office of the United States Trade Representative. “Fact Sheet: WTO Case Challenging Chinese
Anti-Dumping and Countervailing Duties on Certain American-Mase Automobiles”, diakses dari
http://www.ustr.gov/sites/default/files/05232014-China%20Auto-Fact-sheet.pdf, pada 19 Desember
2014 (23 Mei 2014)
Wingfield, Brian. “US said to Win WTO Dispute with China over Auto Parts”, diakses dari
http://www.bloomberg.com/news/2014-05-23/u-s-said-to-win-wto-dispute-with-China-over-autosparts.html, pada 12 Desember 2014 (23 Mei 2014)
WTO. “Agreement on Implementation of Article VI of the General Agreement on Tarrifs and
Trade 1994”, diakses dari http://wto.org/english/docs_e/legal_e/19-adp_01_e.htm#art6_8, pada 19
Desember 2014.
WTO.
“Agreement
on
Subsidies
and
Countervailing
Measures”,
diakses
dari
http://wto.org/english/docs_e/legal_e/24-scm_02_e.htm#articleX, pada 19 Desember 2014.
WTO. “China: Anti-Dumping and Countervailing Duties on Certain Automobiles from the
United States”, diakses dari http://wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds440_e.htm, pada 19
Desember 2014.
6
Lampiran
Peraturan WTO yang Dilanggar oleh China
Anti-Dumping Agreement10
1. An anti-dumping measure shall be applied only under the circumstances provided for in Article VI
of GATT 1994 and pursuant to investigations initiated (1) and conducted in accordance with the
provisions of this Agreement. The following provisions govern the application of Article VI of
GATT 1994 in so far as action is taken under anti-dumping legislation or regulations.
3.1 A determination of injury for purposes of Article VI of GATT 1994 shall be based on positive
evidence and involve an objective examination of both (a) the volume of the dumped imports and the
effect of the dumped imports on prices in the domestic market for like products, and (b) the
consequent impact of these imports on domestic producers of such products.
3.2 With regard to the volume of the dumped imports, the investigating authorities shall consider
whether there has been a significant increase in dumped imports, either in absolute terms or relative
to production or consumption in the importing Member. With regard to the effect of the dumped
imports on prices, the investigating authorities shall consider whether there has been a significant
price undercutting by the dumped imports as compared with the price of a like product of the
importing Member, or whether the effect of such imports is otherwise to depress prices to a
significant degree or prevent price increases, which otherwise would have occurred, to a significant
degree. No one or several of these factors can necessarily give decisive guidance.
3.5 It must be demonstrated that the dumped imports are, through the effects of dumping, as set
forth in paragraphs 2 and 4, causing injury within the meaning of this Agreement. The
demonstration of a causal relationship between the dumped imports and the injury to the domestic
industry shall be based on an examination of all relevant evidence before the authorities. The
authorities shall also examine any known factors other than the dumped imports which at the same
time are injuring the domestic industry, and the injuries caused by these other factors must not be
attributed to the dumped imports. Factors which may be relevant in this respect include, inter alia,
the volume and prices of imports not sold at dumping prices, contraction in demand or changes in
the patterns of consumption, trade restrictive practices of and competition between the foreign and
domestic producers, developments in technology and the export performance and productivity of the
domestic industry.
6.5.1 The authorities shall require interested parties providing confidential information to furnish
non-confidential summaries thereof. These summaries shall be in sufficient detail to permit a
reasonable understanding of the substance of the information submitted in confidence. In
exceptional circumstances, such parties may indicate that such information is not susceptible of
summary. In such exceptional circumstances, a statement of the reasons why summarization is not
possible must be provided.
6.8 In cases in which any interested party refuses access to, or otherwise does not provide, necessary
information within a reasonable period or significantly impedes the investigation, preliminary and
final determinations, affirmative or negative, may be made on the basis of the facts available. The
provisions of Annex II shall be observed in the application of this paragraph.
6.9The authorities shall, before a final determination is made, inform all interested parties of the
essential facts under consideration which form the basis for the decision whether to apply definitive
measures. Such disclosure should take place in sufficient time for the parties to defend their
interests.
10 WTO, “Agreement on Implementation of Article VI of the General Agreement on Tarrifs and Trade 1994”, diakses dari
http://wto.org/english/docs_e/legal_e/19-adp_01_e.htm#art6_8, pada 19 Desember 2014.
7
Subsidies and Countervailing Measures11
1. Members shall take all necessary steps to ensure that the imposition of a countervailing duty(36)
on any product of the territory of any Member imported into the territory of another Member is in
accordance with the provisions of Article VI of GATT 1994 and the terms of this Agreement.
Countervailing duties may only be imposed pursuant to investigations initiated(37)and conducted in
accordance with the provisions of this Agreement and the Agreement on Agriculture.
12.4.1
The authorities shall require interested Members or interested parties providing
confidential information to furnish non-confidential summaries thereof. These summaries shall be in
sufficient detail to permit a reasonable understanding of the substance of the information submitted
in confidence. In exceptional circumstances, such Members or parties may indicate that such
information is not susceptible of summary. In such exceptional circumstances, a statement of the
reasons why summarization is not possible must be provided.
12.7
In cases in which any interested Member or interested party refuses access to, or otherwise
does not provide, necessary information within a reasonable period or significantly impedes the
investigation, preliminary and final determinations, affirmative or negative, may be made on the
basis of the facts available.
15.1
A determination of injury for purposes of Article VI of GATT 1994 shall be based on
positive evidence and involve an objective examination of both (a) the volume of the subsidized
imports and the effect of the subsidized imports on prices in the domestic market for like
products(46) and (b) the consequent impact of these imports on the domestic producers of such
products.
15.2
With regard to the volume of the subsidized imports, the investigating authorities shall
consider whether there has been a significant increase in subsidized imports, either in absolute terms
or relative to production or consumption in the importing Member. With regard to the effect of the
subsidized imports on prices, the investigating authorities shall consider whether there has been a
significant price undercutting by the subsidized imports as compared with the price of a like product
of the importing Member, or whether the effect of such imports is otherwise to depress prices to a
significant degree or to prevent price increases, which otherwise would have occurred, to a
significant degree. No one or several of these factors can necessarily give decisive guidance.
15.5
It must be demonstrated that the subsidized imports are, through the effects(47) of
subsidies, causing injury within the meaning of this Agreement. The demonstration of a causal
relationship between the subsidized imports and the injury to the domestic industry shall be based on
an examination of all relevant evidence before the authorities. The authorities shall also examine
any known factors other than the subsidized imports which at the same time are injuring the
domestic industry, and the injuries caused by these other factors must not be attributed to the
subsidized imports. Factors which may be relevant in this respect include, inter alia, the volumes
and prices of non-subsidized imports of the product in question, contraction in demand or changes in
the patterns of consumption, trade restrictive practices of and competition between the foreign and
domestic producers, developments in technology and the export performance and productivity of the
domestic industry.
11 WTO, “Agreement on Subsidies and Countervailing Measures”, diakses dari
http://wto.org/english/docs_e/legal_e/24-scm_02_e.htm#articleX, pada 19 Desember 2014.
8
Mata Kuliah Institusi Perdagangan Internasional
Nama : Dian Fitriyani Agustin
NPM : 1206210830
Peran WTO dalam Kasus Pemberlakukan Anti-Dumping dan Countervailing Measures
terhadap Produk Mobil AS oleh China1
1Brian
Wingfield, “US said to Win WTO Dispute with China over Auto Parts”, diakses dari
http://www.bloomberg.com/news/2014-05-23/u-s-said-to-win-wto-dispute-with-China-over-autos-parts.html, pada 12
Desember 2014 (23 Mei 2014)
1
Pada kesempatan ini, penulis akan menjelaskan mengenai peran institusi perdagangan
internasional, yaitu World Trade Organization (WTO), dalam penyelesaian kasus pemberlakuan antidumping and countervailing measures pada produk mobil AS oleh China.
I. Gambaran Umum Kasus2
Pertama, penulis akan menjelaskan mengenai gambaran umm kasus tersebut. Pada Desember
2011, otoritas China, yaitu Kementrian Perdagangan, memberlakukan tarif masuk kepada mobil dan
SUV buatan AS, setelah melakukan beberapa investigasi mengenai produk otomotif tersebut. China
menilai bahwa AS melakukan dumping dalam ekspor produk-produk tersebut. China mengatakan
bahwa alasannya memberlakukan tarif adalah untuk melawan dumping dan subsidi yang dilakukan
oleh AS. Kemudian, pada Juli 2012, AS mengajukan permohonan konsultasi kepada WTO atas
adanya kejadian tersebut.
II. Produk Terdampak3
Kedua, penulis akan menjelaskan secara singkat mengenai produk terdampak dari
pemberlakuan kebijakan AC/CVD ini. Adanya penerapan kebijakan tersebut jelas berdampak pada
produk otomotif AS. Produk yang terdampak, terutama adalah mobil dan SUV, khususnya yang
memiliki kapasitas mesin sebesar 2,5 liter atau lebih. Ekspor AS ke China yang terdampak adalah
mobil seperti Jeep Compass, Jeep Cherokee, Jeep Grand Cherokee, Jeep Wrangler, Ford Mustang,
Buick Enclave, Cadillac CTS, dan Cadillac Escalade. Terdapat sembilan perusahaan produsen mobil
AS yang juga terdampak, yaitu Mercedes-Benz, Testa, Chryster, Ford, Toyota, Honda, General
Motors, BMW, dan Nissan.
III.
Signifikansi4
Ketiga, penting juga untuk mengetahui alasan pengajuan sengketa ke dispute settlement body
WTO, karena pastinya ada signifikansi yang dirasakan terutama oleh negara complainant. Kasus ini
menjadi penting untuk diselesaikan, terkait dengan begitu banyaknya kerugian AS atas penerapan
kebijakan AC/CVD oleh China ini. Banyak pekerja yang terancam terdampak, di mana pada tahun
2013, sektor autoparts dan manufaktur di AS tercatat mempekerjakan setidaknya 849.400 pekerja.
Dari sisi perhitungan ekonomi, AS pun banyak merugi atas adanya kebijakan tersebut, di mana pada
2 Office of the United States Trade Representative, “Fact Sheet: WTO Case Challenging Chinese Anti-Dumping and
Countervailing Duties on Certain American-Mase Automobiles”, diakses dari
http://www.ustr.gov/sites/default/files/05232014-China%20Auto-Fact-sheet.pdf, pada 19 Desember 2014 (23 Mei
2014)
3 Office of the United States Trade Representative
4 Office of the United States Trade Representative
2
tahun 2013, upah per tahun pada sektor manufaktur kendaraan bermotor dan mobil juga diperkirakan
sudah mencapai 37 milyar US $. Bukan hanya itu, total ekspor AS dalam produk mobil adalah 64,9
milyar US $, yang sekitar 8,5 milyar US $ diekspor ke China. Secara kuantitas ekspor, 11% tujuan
ekspor mobil AS adalah China, sementara dilihat dari total nilai ekspor, China juga berkontribusi
sebesar 13% kepada AS. Selain itu, China juga merupakan pasar ekspor kedua terbesar bagi AS,
setelah Kanada.
Diperkirakan sebesar 5,1 milyar US $ ekspor mobil ditutup oleh China atas adanya kebijakan
AD/CVD ini, yang mencapai sekitar 21,5%. Padahal, Presiden Obama dan pemerintahannya sedang
berusaha mendukung dan menumbuhkan perekonomian kelas menengah di AS, dengan mendorong
ekspor atau menjual lebih banyak produk dalam negerinya ke luar. AS juga memiliki concern
sistemik, di mana mereka percaya bahwa China harus mematuhi segala peraturan di WTO, karena
China sudah memutuskan untuk menjadi anggota WTO. China harus berkomitmen dalam
mempertahankan keterbukaan pasar secara non-diskriminatif.
IV. Peran DSB WTO sebagai Institusi Perdagangan
Keempat, setelah mengetahui beberapa latar belakang kasus, penulis akan menjelaskan
mengenai peran DSB WTO sebagai institusi yang mengatur dan menyelesaikan sengketa dagang di
antara negara anggotanya.
A. Konsultasi5
Pada 5 Juli 2012, melalui permohonan konsultasinya, Amerika Serikat mengadukan adanya
Pemberitahuan Nomor 20 Tahun 2011 dan Pemberitahuan Nomor 84 Tahun 2011 dari
Kementrian Perdagangan Republik Rakyat China yang memberlakukan kebijakan antidumping dan countervailing pada produk mobil tertentu dari AS. Hal tersebut dinilai AS
bertentangan dengan:
1. Artikel 1, 3.1, 3.2, 3.4, 3.5, 4.1, 5.3, 5.4, 6.2, 6.5.1, 6.8 (termasuk di dalamnya Lampiran II,
Ayat 1), 6.9, 12.2, dan 12.2.2 dalam Anti-Dumping Agreement.
2. Pasal 10, 11.3, 11.4, 12.4.1, 12.7, 12.8, 15.1, 15.2, 15.4, 15.5, 16.1, 22.3, dan 22.5
Subsidies and Countervailing Measures Agreement.
3. Pasal VI GATT 1994.
5WTO, “China: Anti-Dumping and Countervailing Duties on Certain Automobiles from the United States”, diakses dari
http://wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds440_e.htm, pada 19 Desember 2014.
3
B. Panel dan Proses dalam Appellate Body6
Pada 17 September 2012, AS meminta pembentukan panel oleh DSB WTO. Meskipun sempat
ditunda pada 28 September 2012, panel akhirnya terbentuk pada pertemuan tanggal 23 Oktober
2012. Dalam panel tersebut, terdapat pihak ketiga yang terlibat, yaitu Kolombia, Uni Eropa, India,
Jepang, Korea Selatan, Oman, Arab Saudi, dan Turki. Pada 1 Februari 2013, Amerika Serikat
meminta Direktur Jenderal untuk menentukan komposisi panel tersebut, yang kemudian terbentuk
pada 11 Februari 2013.
Pada tanggal 23 Mei 2014, setelah melalui beberapa pengajuan agrumen dan bukti, panel
mengedarkan laporannya kepada anggota DSB. Dalam laporannya, Panel menjelaskan bahwa
sengketa ini didorong oleh klaim AS mengenai adanya aspek kesalahan substantif dan prosedural
dari proses investigasi produk mobil AS oleh Kementrian Perdagangan China, yang kemudian
mengarah pada pembentukan ketentuan AC/CVD. Mengenai ketentuan substantif tersebut, AS
menilai bahwa China telah melanggar beberapa peraturan perdagangan internasional yang telah
diajukannya dalam tahap konsultasi.
Sementara itu, panel DSB WTO sendiri, menemukan bahwa kesalahan substantif yang
dilakukan oleh Kementrian Perdagangan China terletak pada dasar pertimbangan pemberlakuan tarif
bagi produk mobil impor dari AS. Panel menyimpulkan bahwa pertimbangan tarif tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6.8 dan Lampiran II Anti-Dumping Agreement, dan Pasal 12.7
SCM Agreement. Panel juga menemukan ketidaksesuaian ketentuan dari Kementrian Perdagangan
China dengan peraturan WTO, terkait dengan efek harga dan pertimbangan, yang bertentangan
dengan Pasal 3.1, 3.2, dan 3.5 Anti-Dumping Agreement, serta Pasal 15.1, 15.2, dan 15.5 SCM
Agreement.
Panel juga menilai China salah, karena telah gagal memberikan informasi mengenai
pemberlakukan kebijakan AC/CVD, yang seharusnya memadai bagi pihak yang berkepentingan. Hal
ini bertentangan dengan Pasal 6.5.1 Anti-Dumping Agreement dan 12.4.1 SCM Agreement. Panel
juga menemukan bahwa Kementrian Perdagangan China telah gagal dalam memberitahukan kepada
responden AS mengenai fakta-fakta penting yang mendasari keputusan pemberlakukan AC/CVD,
seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.9 dalam Anti-Dumping Agreement.
Dengan demikian, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa:7
China dinilai telah melanggar peraturan WTO secara substantif, karena:
a) Salah mengira bahwa produk impor dari AS akan membahayakan industri dalam
negerinya.
6 WTO
7 Office of the United States Trade Representative
4
b) Salah menganalisis bahwa produk impor dari AS akan berdampak pada kestabilan harga
di China.
c) Menghitung dumping margin dan subsidy rates bagi eksportir AS tanpa basis fakta yang
kuat.
Terkait dengan kesalahan prosedural China, Panel menilai bahwa:
a) China gagal dalam memperlihatkan fakta dan bukti bagi perusahaan mobil di AS,
termasuk dalam menunjukkan bagaimana cara mereka menentukan dumping margin.
b) China gagal dalam menyediakan non-confidential summaries dari pengajuan yang ada
yang berisi mengenai informasi rahasia bagi pihak terkait.
Sebagai konsekuensinya, Panel memutuskan China bersalah, karena dinilai tidak konsisten
dengan kewajiban umum yang diatur dalam Pasal 1 Anti-Dumping Agreement dan Pasal 10 SCM
Agreement. Atas dasar hal tersebut, sesuai dengan Pasal 19.1 dari Dispute Settlement Understanding,
Panel merekomendasikan DSB untuk meminta China melaksanakan langkah-langkah yang relevan
dengan kewajibannya berdasarkan Anti-Dumping dan SCM Agreement yang berlaku.8
C. Respon terhadap Proses Penyelesaian Sengketa9
Kelima, setelah menjelaskan proses penyelesaian sengketa, penulis akan menjelaskan mengenai
respon atas dorongan untuk mematuhi institusi perdagangan dalam WTO tersebut. Menjelang akhir
keputusan DSB, pada bulan Desember 2013, setelah kedua pihak saling mengutarakan argumen
masing-masing, bahkan sebelum Panel DSB melaporkan hasil temuannya, China mengumumkan
bahwa mereka sudah menghentikan kebijakan AC/CVD pada mobil dan SUV buatan AS. Sejak saat
itu, AS melakukan monitoring atas situasi di China, dan praktik kebijakan tersebut memang sudah
tidak ditemukan lagi. Kemenangan AS ini menegaskan bahwa China memang tidak memiliki dasar
dalam mengenakan kebijakan AC/CVD terhadap produk mobil dan SUV AS, karena mereka tidak
memiliki bukti yang kuat bahwa produk AS tersebut dapat membahayakan industri mobil China dan
kestabilan harga.
D. Kesimpulan
Adanya kasus ini menunjukkan peran WTO sebagai institusi perdagangan internasional,
khususnya dalam penyelesaian sengketa perdagangan. Dari kasus ini, terlihat bahwa ketidakadilan
perdagangan yang diterima melalui praktik-praktik dagang yang curang dapat diselesaikan dengan
berpedoman pada ketentuan dan aturan yang telah dibuat oleh WTO. WTO dalam kasus ini terlihat
8 WTO
9 Office of the United States Trade Representative
5
efektivitasnya sebagai sebuah institusi, mengingat kebijakan AC/CVD kemudian dicabut oleh China,
bahkan sebelum DSB WTO mengeluarkan sanksi baginya. Pencabutan kebijakan AC/CVD tersebut
memperlihatkan bahwa WTO juga memiliki power dalam menuntut kepatuhan setiap anggotanya.
Meskipun, kasus ini tidak terlepas dari adanya kepentingan ekonomi AS, namun keputusan bersalah
untuk China memang sesuai, terkait dengan tidak kuatnya dasar justifikasi pemberlakukan kebijakan
AC/CVD. Sementara, AS melalui data-datanya, memiliki justifikasi yang sangat kuat atas kerugian
yang dideritanya dengan kebijakan AC/CVD tersebut.
Hal yang dapat dipelajari dalam kasus ini adalah bahwa dalam institusi perdagangan, komitmen
atas peraturan sangat penting untuk menjamin keberlangsungan proses perdagangan yang saling
menguntungkan satu sama lain. Bukan hanya itu, dari kasus ini dapat dipelajari bahwa justifikasi
pemberlakuan kebijakan ekonomi harus kuat, terlebih untuk kebijakan yang berpotensi dianggap
sebagai pelanggaran prinsip keterbukaan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Office of the United States Trade Representative. “Fact Sheet: WTO Case Challenging Chinese
Anti-Dumping and Countervailing Duties on Certain American-Mase Automobiles”, diakses dari
http://www.ustr.gov/sites/default/files/05232014-China%20Auto-Fact-sheet.pdf, pada 19 Desember
2014 (23 Mei 2014)
Wingfield, Brian. “US said to Win WTO Dispute with China over Auto Parts”, diakses dari
http://www.bloomberg.com/news/2014-05-23/u-s-said-to-win-wto-dispute-with-China-over-autosparts.html, pada 12 Desember 2014 (23 Mei 2014)
WTO. “Agreement on Implementation of Article VI of the General Agreement on Tarrifs and
Trade 1994”, diakses dari http://wto.org/english/docs_e/legal_e/19-adp_01_e.htm#art6_8, pada 19
Desember 2014.
WTO.
“Agreement
on
Subsidies
and
Countervailing
Measures”,
diakses
dari
http://wto.org/english/docs_e/legal_e/24-scm_02_e.htm#articleX, pada 19 Desember 2014.
WTO. “China: Anti-Dumping and Countervailing Duties on Certain Automobiles from the
United States”, diakses dari http://wto.org/english/tratop_e/dispu_e/cases_e/ds440_e.htm, pada 19
Desember 2014.
6
Lampiran
Peraturan WTO yang Dilanggar oleh China
Anti-Dumping Agreement10
1. An anti-dumping measure shall be applied only under the circumstances provided for in Article VI
of GATT 1994 and pursuant to investigations initiated (1) and conducted in accordance with the
provisions of this Agreement. The following provisions govern the application of Article VI of
GATT 1994 in so far as action is taken under anti-dumping legislation or regulations.
3.1 A determination of injury for purposes of Article VI of GATT 1994 shall be based on positive
evidence and involve an objective examination of both (a) the volume of the dumped imports and the
effect of the dumped imports on prices in the domestic market for like products, and (b) the
consequent impact of these imports on domestic producers of such products.
3.2 With regard to the volume of the dumped imports, the investigating authorities shall consider
whether there has been a significant increase in dumped imports, either in absolute terms or relative
to production or consumption in the importing Member. With regard to the effect of the dumped
imports on prices, the investigating authorities shall consider whether there has been a significant
price undercutting by the dumped imports as compared with the price of a like product of the
importing Member, or whether the effect of such imports is otherwise to depress prices to a
significant degree or prevent price increases, which otherwise would have occurred, to a significant
degree. No one or several of these factors can necessarily give decisive guidance.
3.5 It must be demonstrated that the dumped imports are, through the effects of dumping, as set
forth in paragraphs 2 and 4, causing injury within the meaning of this Agreement. The
demonstration of a causal relationship between the dumped imports and the injury to the domestic
industry shall be based on an examination of all relevant evidence before the authorities. The
authorities shall also examine any known factors other than the dumped imports which at the same
time are injuring the domestic industry, and the injuries caused by these other factors must not be
attributed to the dumped imports. Factors which may be relevant in this respect include, inter alia,
the volume and prices of imports not sold at dumping prices, contraction in demand or changes in
the patterns of consumption, trade restrictive practices of and competition between the foreign and
domestic producers, developments in technology and the export performance and productivity of the
domestic industry.
6.5.1 The authorities shall require interested parties providing confidential information to furnish
non-confidential summaries thereof. These summaries shall be in sufficient detail to permit a
reasonable understanding of the substance of the information submitted in confidence. In
exceptional circumstances, such parties may indicate that such information is not susceptible of
summary. In such exceptional circumstances, a statement of the reasons why summarization is not
possible must be provided.
6.8 In cases in which any interested party refuses access to, or otherwise does not provide, necessary
information within a reasonable period or significantly impedes the investigation, preliminary and
final determinations, affirmative or negative, may be made on the basis of the facts available. The
provisions of Annex II shall be observed in the application of this paragraph.
6.9The authorities shall, before a final determination is made, inform all interested parties of the
essential facts under consideration which form the basis for the decision whether to apply definitive
measures. Such disclosure should take place in sufficient time for the parties to defend their
interests.
10 WTO, “Agreement on Implementation of Article VI of the General Agreement on Tarrifs and Trade 1994”, diakses dari
http://wto.org/english/docs_e/legal_e/19-adp_01_e.htm#art6_8, pada 19 Desember 2014.
7
Subsidies and Countervailing Measures11
1. Members shall take all necessary steps to ensure that the imposition of a countervailing duty(36)
on any product of the territory of any Member imported into the territory of another Member is in
accordance with the provisions of Article VI of GATT 1994 and the terms of this Agreement.
Countervailing duties may only be imposed pursuant to investigations initiated(37)and conducted in
accordance with the provisions of this Agreement and the Agreement on Agriculture.
12.4.1
The authorities shall require interested Members or interested parties providing
confidential information to furnish non-confidential summaries thereof. These summaries shall be in
sufficient detail to permit a reasonable understanding of the substance of the information submitted
in confidence. In exceptional circumstances, such Members or parties may indicate that such
information is not susceptible of summary. In such exceptional circumstances, a statement of the
reasons why summarization is not possible must be provided.
12.7
In cases in which any interested Member or interested party refuses access to, or otherwise
does not provide, necessary information within a reasonable period or significantly impedes the
investigation, preliminary and final determinations, affirmative or negative, may be made on the
basis of the facts available.
15.1
A determination of injury for purposes of Article VI of GATT 1994 shall be based on
positive evidence and involve an objective examination of both (a) the volume of the subsidized
imports and the effect of the subsidized imports on prices in the domestic market for like
products(46) and (b) the consequent impact of these imports on the domestic producers of such
products.
15.2
With regard to the volume of the subsidized imports, the investigating authorities shall
consider whether there has been a significant increase in subsidized imports, either in absolute terms
or relative to production or consumption in the importing Member. With regard to the effect of the
subsidized imports on prices, the investigating authorities shall consider whether there has been a
significant price undercutting by the subsidized imports as compared with the price of a like product
of the importing Member, or whether the effect of such imports is otherwise to depress prices to a
significant degree or to prevent price increases, which otherwise would have occurred, to a
significant degree. No one or several of these factors can necessarily give decisive guidance.
15.5
It must be demonstrated that the subsidized imports are, through the effects(47) of
subsidies, causing injury within the meaning of this Agreement. The demonstration of a causal
relationship between the subsidized imports and the injury to the domestic industry shall be based on
an examination of all relevant evidence before the authorities. The authorities shall also examine
any known factors other than the subsidized imports which at the same time are injuring the
domestic industry, and the injuries caused by these other factors must not be attributed to the
subsidized imports. Factors which may be relevant in this respect include, inter alia, the volumes
and prices of non-subsidized imports of the product in question, contraction in demand or changes in
the patterns of consumption, trade restrictive practices of and competition between the foreign and
domestic producers, developments in technology and the export performance and productivity of the
domestic industry.
11 WTO, “Agreement on Subsidies and Countervailing Measures”, diakses dari
http://wto.org/english/docs_e/legal_e/24-scm_02_e.htm#articleX, pada 19 Desember 2014.
8