PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (MUSA ACCUMINATACOLLA) TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA HIPERTENSI KELOMPOKUMUR >45 TAHUN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON (MUSA ACCUMINATACOLLA) TERHADAP TEKANAN DARAH
SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA HIPERTENSI KELOMPOKUMUR >45 TAHUN DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

Risma Ulfianti1Lymbran Tina2 Irma Yunawati3
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123
Kharisma.ulfianti95@gmail.com1 Tinalymbran@yahoo.com2 Irmayunawati@gmail.com3
ABSTRAK
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang banyak menyerang lansia yang merupakan salah satu penyakit
pembuluhdarah yang dikenal sebagai silentkiller,karena seringtidakmenimbulkan gejala. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengaruh pemberian buah pisang ambon (musa accuminata colla) terhadap penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017. Jenis
penelitian ini adalah Quasi eksperiment dengan desain Pretest-Posttest With Control Group. Jumlah subjek
penelitian 30 penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.
Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan dosis ±280 g buah
pisang ambon selama 7 hari. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pemberian buah pisang ambon selama 7 hari pada kelompok
perlakuan dengan nilai signifikan p=0,000 (α=0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8,53

mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 7,06 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan ada
perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol
dengan nilai signifikan p=0,000 (α=0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,46 mmHg
dan tekanan darah diastolik 2,13 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian buah
pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi. konsumsi buah
pisang khususnya pada lansia menjadi alternatif untuk pencegahan penyakit hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi, Tekanan darah, Lansia, Pisang ambon.

1

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
EFFECTS OF AMBON BANANA (MUSA ACCUMINATA COLLA) TO DECREASE SISTOLIC AND DIASTOLIC BLOOD
PRESSURE ON HYPERTENSION PATIENTS ABOVE 45 YEARS IN THE WORKING AREA OF WAWOTOBI PUBLIC
HEALTH CENTRE OF KONAWE IN 2017

Risma Ulfianti1Lymbran Tina2 Irma Yunawati3
Public Health Faculity University Halu Oleo123
Kharisma.ulfianti95@gmail.com1 Tinalymbran@yahoo.com2 Irmayunawati@gmail.com3

RISMA ULFIANTI
J1A1 13 077
ABSTRACT
Hypertension is one of the many diseases that attack the elderly whom is one of the blood vessel disease known
as the silent killer, because it often does not cause symptoms. The purpose of this research was to describe the
effect of ambonbanana intake (musa accuminata colla) on decreasing systolic and diastolic blood pressure of
hypertension patient in the working area of Wawotobi Public Health Center in 2017. This research was a Quasi
experiment with Pretest-Posttest Control Group design. There were 30 patients with hypertension who have
systolic blood pressure ≥140 mmHg and diastolic ≥90 mmHg as research subjects. The subjects were divided into
2 groups: treatment group and control group with dosage of intake approximately 280 g of bananas for 7 days.
The result of statistical test showed that there was difference of systolic and diastolic blood pressure values
before and after the intake of bananas for 7 days in the treatment group on significant value of p = 0,000 (α =
0,05) with decreasing difference of systolic blood pressure was 8.53 mmHg and diastolic blood pressure was
7.06 mmHg. While in the control group showed that there was difference of systolic and diastolic blood pressure
values before and after treatment in control group on significant value of p = 0,000 (α = 0,05) with decreasing
difference of systolic blood pressure of5,46 mmHg and diastolic blood pressure of 2, 13 mmHg.So,it can be
concluded that there is the effect of bananas ambon intakeon decreasing systolic and diastolicblood pressure of
hypertensive patients. consumption of bananas, especially in elderly become an alternative for the prevention
of hypertension disease.
Keywords: Hypertension, Blood pressure, Elderly, Ambon Bananas.


2

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
PENDAHULUAN
Transisiepidemiologi
menyebabkan
peningkatan prevalensi dari penyakit menular
menjadi
penyakit
tidak
menular
(non
communicable disease)termasuk hipertensi, baik di
dunia maupun di Indonesia. Transisi epidemiologi
disebabkan oleh perubahan struktur penduduk,
sosial ekonomi dan lingkungan. Gaya hidup yang
tidak sehat, seperti merokok, kurang aktifitas fisik,

makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi
alkohol diduga merupakan faktor risiko penyakit
tidak menular (PTM) .1
Hipertensi merupakan salah satu penyakit
pembuluhdarah
yang
dikenal
sebagai
silentkiller,karena seringtidakmenimbulkan gejala.
Sebagian besar penderitahipertensidi Indonesia
tidak terdeteksi,sementara merekayang terdeteksi
umumnya tidak menyadari kondisipenyakitnyadan
hanya sebagian kecil yang berobatsecarateratur.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanandarah yang
tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
risiko
terhadappenyakit-penyakit
yang
berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke,

gagalginjal, serangan jantung, dan kerusakan
ginjal.2
Datadari World Health Organization (WHO)
tahun 2012, menyebutkan bahwa prevalensi
hipertensi mengalami penurunan secara global dari
32% pada tahun 1980 menjadi 27% di tahun 2008,
tetapitahun 2012 sampai 2015 mengalami
peningkatan
mencapai
31,7%.
Prevalensi
hipertensidiperkirakan akan terus meningkat dan
diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa di dunia menderita hipertensi. Di sisi lain,
terjadi peningkatan di negara berkembang seperti
di wilayah Afrika yang menempati posisi pertama
dengan jumlah penduduk penderita hipertensi
sebesar 46%. Di Asia Tenggara penduduk yang
mengalami hipertensi sebesar 36% dan Amerika
menempati urutan paling bawah dengan penduduk

yang mengalami hipertensi sebesar 35%. 3
Di
Indonesia,
prevalensi
hipertensi
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2013 bahwa, proporsi angka kematian akibat
penyakit tidak menular meningkat dari 41,7%
menjadi 60% dan terjadi peningkatan prevalensi
hipertensi dari 7,6% menjadi 9,5% tahun 2013.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT)Kementerian
Kesehatan
RI
2015,
menyebutkan bahwa sekitar 26-31% dari populasi
masyarakat
Indonesia
diberbagai

provinsi
menderita hipertensi.

Data Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis
Puskesmas (STP) dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2013 sampai 2016,
menunjukkan
bahwaprevalensi
hipertensi
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
ke tahun. Tahun 2014 prevalensi hipertensi
sebanyak 9,7%. Tahun 2015 hipertensi menjadi
14,1% dan pada tahun 2016 meningkat sebesar
17,2%.4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Konawe dari tahun 2013 sampai 2016,
hipertensi termasuk ke dalam 20 besar penyakit
dan angka kesakitan puskesmas di Kabupaten
Konawe. Pada tahun2013 prevalensi hipertensi
sebanyak 9,3% kasus dan tahun 2014 jumlah kasus

menjadi14%. Hipertensi semakin meningkat
menjadi 16% pada tahun 2015 dan Januari
sampaiJuni 2016 sudah mencapai 20%.5
Data hipertensi kelompok umur >45 tahun
yang diperoleh dari Puskesmas Wawotobi dari
tahun 2013 sampai 2016 termasuk salah satu dari
lima besar puskesmas dengan kunjungan hipertensi
terbanyak di Kabupaten Konawe. Selama tiga tahun
terakhir, hipertensi berada pada urutan ke-lima dari
sepuluh besar penyakit sehingga masih menjadi
masalah kesehatan di Puskesmas Wawotobi. Pada
tahun 2013, prevalensi hipertensi sebanyak 14.0%.
Tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 12,5%
dan meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi
13,5% sedangkan pada tahun 2016 dari bulan
Januari sampai Juni sudah mencapai 14,5%.6
Pengobatan hipertensi selain menggunakan
obat-obatan kimiawi, dapat juga menggunakan
pengobatan herbal. Saat ini, pengobatan herbal
lebih diminati oleh masyarakat karena praktis,

mudah didapat serta efek sampingnya yang sedikit.
Salah satu pengobatan herbal untuk hipertensi
yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung kalium tinggi seperti pisang. Pisang
merupakan buah yang tinggi kalium yang dapat
berfungsi untuk vasodilitasi, mengatur denyut
jantung serta mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh sehingga dapat membantu
menurunkan tekanan darah.7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian
dengan judul “ pengaruh pemberian pisang ambon
(Musa accuminata colla) terhadap tekanan darah
sistolik dan diastolik penderita hipertensi kelompok
umur >45 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawotobi tahun 2017.8
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian buah pisang ambon (musa
accuminata colla) terhadap penurunan tekanan

darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi di

3

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun 2017.
Masalahpenyakit tidak menular (PTM) khususnya
penyakit hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas
Wawotobi masih menjadi masalah perilaku berisiko
bagi kesehatan lansia di Wilayah kerja Puskesmas
Wawotobi. Dipilihnya wilayah kerja Puskesmas
Wawotobi karena Puskesmas Wawotobi sebagai
lokasi penelitian dengan pertimbangan karena
berdasarkan dari berbagai data informasi dan
penelitian
sebelumnya
Puskesmas
Wawotobimemiliki perilaku berisiko yaitu penyakit

tidak menular (PTM), dimana lansiakebanyakan
lebih memilih mengkonsumsi tumbuhan herbal
dibandingkan mengunjungi fasilitas kesehatan.
METODE
Metodelogi penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimen semu (quasi
eksperiment) dengan rancangan penelitian
menggunakan pre-test post-test with control group
design, dimana pada kelompok perlakuan diberikan
intervensi berupa pemberian pisang ambon (musa
accuminata colla) dan edukasi Kesehatan dengan
media leafleat dan pada kelompok kontrol hanya
diberikan edukasi Kesehatan menggunakan
Leafleat.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pengaruh pemberian pisang ambon
(musa accuminata colla) terhadap tekanan darah
sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi >45
tahun di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi tahun
2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita hipertensi pada kelompok umur >45
tahun yang tercatat dalam buku registrasi pasien
diPuskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe pada
bulan Januari sampai Juni sebanyak 145 orang pada
tahun 2016.Cara penentuan jumlah sampel
menggunakanrumus besar sampel untuk penelitian
analisis numerik berpasangan, sehingga didapatkan
total sampel sebanyak 30 orang.
Sampel diambil berdasarkan kriteria, yaitu:
(a) Penderita hipertensi yang bermukim di Wilayah
Kerja Puskesmas Wawotobi pada saat dilakukan
penelitian (b) Penderita hipertensi yang berusia >45
tahun (c) Penderita hipertensi yang memiliki
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik
≥90 mmHg (d) penderita hipertensi yang tidak
mengkonsumsi obat antihipertensi (e) Penderita
hipertensi yang bersedia ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Adapun teknik penarikan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
non probability sampling dengan cara purposive
sampling yaitu pengambilan sampel yang
berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu (1) Buah pisang ambon
ditimbang menggunakan timbangan makanan
sebelum diberikan pada kelompok intervensi
dengan berat/buah ±140 g dengan dosis 2 kali
sehari diberikan selama 7 hari (2) Leaflet yang berisi
gambar serta penjelasan penyakit hipertensi (3)
Sphymomanometeraneroid dan stetoscope yang
bersifat manual untuk mengetahui tekanan
darah(4) Timbangan badan digunakan untuk
mengukur berat badan, sedangkan untuk
mengukur
tinggi
badanmenggunakanmikrotoice(5)Kuisioneruntukm
engumpulkanidentitas/karakteristik
responden
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tekanan darah, berat badan dan
tinggi badan (6) Alat dokumentasi berupa kamera
atau handphone berkamera (7)Alat tulis dan
komputeruntuk mengolah data yang diperoleh
serta yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data primer yang diperoleh langsung dari
subjek
penelitian
dalam
bentuk
daftar
pertanyaanrecall 2x24 jam dan edukasi kesehatan
(Lefleat) kepada responden yang bersangkutan dan
data sekunder yang didapatkan dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe, dan data dari
Puskesmas Wawotobi Tahun 2016.

HASIL
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis
Kelamin Pada Penderita Hipertensi
diPuskesmas Wawotobi Tahun 2017
No

Jenis
kelamin

Jumlah
Intervensi
n
%

n

Kontrol
%

1

Laki-laki

3

20,0

5

40,3

2

Perempuan

12

80,0

10

60,7

Total
15 100
15
100
Sumber: Data Primer, Agustus 2017
Tabel 1.Menunjukan bahwa dari 15
responden Intervensi terdapat 3 responden laki-laki
dengan persentase (20,0%) dan yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 12 responden
dengan persentase (80,0%). Sedangkan dari 15
responden kontrol terdapat 5responden laki-laki
dengan jumlah persentase (33,3%) dan yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 10
responden dengan persentase (60,7%).

4

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
Tabel

2. Distribusi Responden Menurut
Umur
Pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas Wawotobi Tahun 2017.
Jumlah

No

Umur
n

Intervensi
%

n

Kontrol
%

persentase (6,7%) kemudian pasca sarjana
berjumlah 3 orang dengan persentase (20,0%).
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Pada Penderita Hipertensi di Wilayah
kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2017
Jumlah
No.

Pekerjaan

Intervensi
N
%

Kontrol
N
%

1

45-50

7

46,7

4

26,7

2

51-55

4

26,7

4

26,7

1.

Petani

2

13,3

1

3

6,7

56-60

4

26,7

7

46,7,3

2.

Wiraswasta

3

20,0

0

0

3.

PNS

2

13,3

5

33,3

4.

IRT

8

54,4

9

61,0

Total

15
100
15
100
Sumber: Data Primer, Agustus 2017
Tabel 2. Menunjukan bahwa dari 15
responden intervensi mayoritas umur responden
yang paling banyak berada pada kelompok umur
45-50 tahun berjumlah 7 orang dengan presentase
(46,7%). Umur 51-55 tahun berjumlah 4 orang
dengan presentase (26,7%). Sedangkan kelompok
umur 56-60 tahun berjumlah 4 orang dengan
presentase (26,7%). Sedangkan dari 15 responden
kontrol mayoritas umur responden yang paling
banyak berada pada kelompok umur 56-60 tahun
berjumlah 7 orang dengan presentase (46,7%).
Umur 51-55 tahun berjumlah 4 orang dengan
presentase (26,7%). Sedangkan kelompok umur 4550 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase
(26,7%).
Tabel
3.Distribusi
Responden
Menurut
Tingkat
Pendidikan Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawotobi Tahun 2017
Jumlah
No.

Pendidikan

Intervensi
N
%

N

Kontrol
%

1.

SMP

9

60,0

8

53,3

2.

SMA

4

26,7

3

20,0

3.

D2

0

0

1

6,7

4.

S1

2

13,3

3

20,0

Total

15
100
15
100
Sumber: Data Primer, Agustus 2017
Tabel 3.Menunjukan bahwa dari 15
responden intervensi pendidikan terendah tamat
SMP sebanyak 9 orang dengan persentase (60,0%),
tamat SMA berjumlah 4 orang dengan persentase
(26,7%) dan pendidikan tertinggi adalah pasca
sarjana berjumlah 2 orang dengan persentase
(13,3%). Sedangkan dari 15 responden kontrol
pendidikan terendah tamat SMP sebanyak 8 orang
dengan persentase (53,3%), tamat SMA berjumlah
3 orang dengan presentase (20,0%) dan pendidikan
tertinggi adalah D2 berjumlah 1 0rang dengan

Total

15
100
15 100
Sumber: Data Primer, Agustus 2017
Tabel 4. Menunjukkan bahwa dari 15
responden intervensi sebagian besar responden
merupakan kelompok ibu bukan pekerja (ibu rumah
tangga) yaitu sebanyak 8 orang dengan persentase
(54,4%) dan Wiraswasta berjumlah 3 orang dengan
persentase (20,0%). Sedangkan Petani dan pegawai
negri sipil (PNS) masing-masing berjumlah 2 orang
dengan presentase (13,3%). Sedangkan dari 15
responden kontrol sebagian besar responden
merupakan kelompok ibu bukan pekerja (ibu rumah
tangga) yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase
(61,0%). Petani berjumlah 1 orang dengan
persentase (6,7%) dan pegawai negri sipil (PNS)
berjumlah 5 orang dengan persentase (33,3%).
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Indeks
Massa Tubuh (IMT) penderita Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi
Tahun 2017
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)

Kelompok
Intervensi
n

Kurus(<
17,0- 4
18,4)
Normal(
5
≥18,525,0)
Gemuk(
6
≥25,127,0)
Total

15

%

Kelompok
Kontrol
n

%

Total
n

%

26,7

3

20,0

7

46,7

33,3

5

33,3

10

66,6

40,0

7

46,7

13

86,7

100

15

100

30

100

Sumber : Data Primer, September 2017
Tabel 5. Menunjukkan bahwa dari 15
responden pada kelompok intervensi, presentase
responden di dominasi oleh responden dengan IMT

5

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
kategori gemuk yakni berjumlah 6 orang dengan
persentase (40,0%) dan normal berjumlah 5 orang
dengan persentase (33,3%) dan kurus terdapat 4
orang dengan persentase (26,7%). Sedangkan pada
kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari 15
reponden di dominasi oleh responden IMT kategori
gemuk yakni berjumlah 7 orang dengan persentase
(46,7%), dan yang normal berjumlah 5 orang
dengan persentase (33,3%) dan kurus terdapat 3
orang dengan persentase (20,0%).
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Asupan
Natrium Perhari Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Wawotobi Tahun 2017
Jumlah

Asupan
natrium
/hari

Intervensi
n
%

Kontrol
n
%

1

Kurang

7

46,7

4

26,7

2

Cukup

8

53,3

11

73,3

No

Total

15
100
15
100
Sumber: Data Primer, September 2017
Tabel 6. Menunjukan bahwa dari 15
responden Intervensi terdapat 8 orang yang asupan
natrium perharinya cukup dengan persentase
(53,3%) dan 7 orang yang asupan natrium
perharinya kurang dengan persentase (46,7%).
Sedangkan dari 15 responden kontrol terdapat
11orang yang asupan natrium perharinya cukup
dengan jumlah persentase (73,3%) dan 4 orang
yang asupan natriun perharinya kurang dengan
persentase (26,7%).
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Asupan
Kalium Perhari Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Wawotobi Tahun 2017
Jumlah

Asupan
Kalium/
hari

Intervensi
n
%

n

1

Kurang

14

93,3

15

100,0

2

Cukup

1

6,7

0

0

No

Total

Kontrol
%

15
100
15
100
Sumber: Data Primer, September 2017
Tabel 7. Menunjukan bahwa dari 15
responden intervensi terdapat 14 orang yang
asupan kalium perharinya kurang dengan
persentase (93,3%) dan 1 orang yang asupan kalium
perharinya cukup dengan persentase (6,7%).
Sedangkan dari 15 responden kontrol terdapat
15orang yang asupan kalium perharinya kurang
dengan jumlah persentase (100,0%).
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Hasil
Pengukuran Nilai Tekanan Darah Sistolik

Sebelum dan Sesudah Intervensi pada
Kelompok Perlakuan dan KelompokKontrol
di Wilayah KerjaPuskesmas Wawotobi
Tahun 2017
Kelompok
Kelompok
Tekanan
Perlakuan
Kontrol
darah
Sistolik
Pre
Post
Pre
Post
Mean
(mmHg)
Standar
Deviasi
Mean (C1
95%)
T

158,93 150,40 159,73
5,03

3,79

4,55

154,27
4,07

8,53 (6,30-10,7)

5,46 (3,58-7,34)

8,19

6,22

P

0,000
0,000
Sumber: Data Primer, September 2017
Tabel 8. Menunjukkan bahwa rata-rata
tekanan darah sistolik responden pada kelompok
perlakuan sebelum intervensi adalah 158,93 mmHg
dengan standar deviasi 5,03 dan sesudah intervensi
adalah 150,40 mmHg dengan standar deviasi 3,79.
Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata
tekanan darah sistolik responden sebelum adalah
159,73 mmHg dengan standar deviasi 4,55 dan
sesudah intervensi adalah 154,27 dengan standar
deviasi 4,07.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan,
rata-rata nilai tekanan darah sistolik responden
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
perlakuan menunjukkan nilai signifikan p = 0,000.
Nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah
sistolik sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang
ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar
8,53 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol,
hasil uji t sampel berpasangan terhadap tekanan
darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan
menunjukkan nilai signifikan p = 0,000 yang lebih
kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada
perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang
ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar
5,46 mmHg.
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa intervensi berupa buah pisang
ambon(mussa accuminata colla) yang diberikan
pada kelompok perlakuan memberikan pengaruh
terhadap penurunan tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kontrol yang hanya diberikan edukasi
kesehatan juga terdapat pengaruh perbedaan

6

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah perlakuan.
Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Hasil
Pengukuran Nilai Tekanan Darah Diastolik
Sebelum dan Sesudah Intervensi pada
Kelompok Perlakuan dan KelompokKontrol
di Wilayah KerjaPuskesmas Wawotobi
Tahun 2017
Kelompok
Kelompok
Tekanan
Perlakuan
Kontrol
darah
Diastolik
Pre
Post
Pre
Post
Mean
(mmHg)
Standar
Deviasi
Mean (C1
95%)
T
P

99,47

92,47

97,20

95,07

2,92

1,12

1,90

1,04

7,06 (9,00-5,13)

2,13 (2,96-1,30)

7,83

5,48

0,000
0,000
Sumber: Data Primer, September 2017
Tabel 9. Menunjukkan bahwa rata-rata
tekanan darah sistolik responden pada kelompok
perlakuan sebelum intervensi adalah 99,47 mmHg
dengan standar deviasi 2,92 dan sesudah intervensi
adalah 92,47 mmHg dengan standar deviasi 1,12.
Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-rata
tekanan darah sistolik responden sebelum adalah
97,20 mmHg dengan standar deviasi 1,90 dan
sesudah intervensi adalah 95,07 dengan standar
deviasi 1,04.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan,
rata-rata nilai tekanan darah diastolik responden
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
perlakuan menunjukkan nilai signifikan p = 0,000.
Nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang
ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar
7,06 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol,
hasil uji t sampel berpasangan terhadap tekanan
darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan
menunjukkan nilai signifikan p = 0,000 yang lebih
kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada
perbedaan tekanan darah dastolik sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang
ditujukan dengan adanya selisih penurunan sebesar
2,13 mmHg.
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa intervensi berupa buah pisang

ambon(mussa accuminata colla) yang diberikan
pada kelompok perlakuan memberikan pengaruh
terhadap penurunan tekanan darah diastolik
sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kontrol yang hanya diberikan edukasi
kesehatan juga terdapat pengaruh perbedaan
penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah perlakuan.
Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Hasil
Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah
Sistolik Sebelum dan Sesudah Intervensi
pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawotobi Tahun 2017
Hasil
Pengukuran Kelompok Kelompok
Selisih Nilai Tekanan Perlakuan
Kontrol
Darah Sistolik
Rata-rata(mmHg)
186,67
98,00
Standar Deviasi

8,99

4,14

Minimum

83,4

83,3

Maksimum

93

94

Sumber: Data Primer, September 2017
Tabel 9. Menunjukkan bahwa rata-rata
penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok
perlakuan adalah 186,67 mmHg dengan nilai
minimum 83,3 dan nilai maksimum 93 dengan
standar deviasi 8,99. Sedangkan rata-rata
penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok
kontrol sekitar 98,00 mmHg dengan nilai minimum
83,4 dan nilai maksimum 94 dengan standar
deviasi 4,14.
Perubahan perbedaan nilai tekanan darah
sistolik dan diastolik antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji t
sampel bebas. Hasil uji t sampel bebas penurunan
tekanan darah sistolik antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol menunjukkan nilai signifikan
p = 0,00 dan 0,00. Dimana nilai p value antara
penurunan tekanan darah sistolik kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol merupakan nilai
yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan
bahwa ada perbedaan penurunan tekanan darah
sistolik antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol sebelum dan sesudah perlakuan sehingga
dapat dikatakan bahwa pemberian buah pisang
ambon (mussa accuminata colla) berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah sistolik
responden pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.

7

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Hasil
Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah
Diastolik Sebelum dan Sesudah Intervensi
pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas
Wawotobi Tahun 2017
Hasil
Pengukuran Kelompok Kelompok
Selisih Nilai Tekanan Perlakuan
Kontrol
Darah Diastolik
Rata-rata(mmHg)
104,67
102,00
Standar Deviasi

10,60

5,60

Minimum

3,6

3,7

Maksimum

9,0

9,1

Sumber: Data Primer, September 2017
Tabel 11. Menunjukkan bahwa rata-rata
penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok
perlakuan adalah 104,67 mmHg dengan nilai
minimum 3,6 dan nilai maksimum 9,0 dengan
standar deviasi 10,60. Sedangkan rata-rata
penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok
kontrol sekitar 102,00 dengan nilai minimum 3,7
dan nilaimaksimum 9,1 dengan standar deviasi
5,60.
Berdasarkan hasil uji t sampel bebas
penurunan tekanan darah diastolik antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
menunjukkan nilai signifikan p= 0,396 dan 0,399.
Dimana nilai p value antara penurunan tekanan
darah diastolik kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol merupakan nilai yang lebih besar dari nilai
α = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
penurunan tekanan darah diastolik antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian buah pisang ambon
(mussa accuminata colla) tidak berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah diastolik
responden pada kelompok perlakuan. Hal ini
berarti bahwa keadaan tekanan darah diastolik
responden sebelum dilakukan perlakuan baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol
sama atau homogen.
DISKUSI
Tekanan Darah
penelitian yang telah dilakukan bahwa lansia
diwilayah kerja Puskesmas Wawotobi merupakan
penderita hipertensi dengan kategori tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90.Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi pada saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan
darah terendah yang terjadi pada saat jantung

beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80.9
Penurunan tekanan darah juga terjadi
karena dalam pisang mengandung tinggi kalium
yang dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah. Penelitian yang dilakukan mengenai
kandungan kalium dapat menurunkan tekanan
darah antara lain penelitian klinis dengan
pemberian kalium membuktikan bahwa kalium
dapat menurunkan tekanan darah lebih besar pada
penderita hipertensi yaitu sebesar 4,4 mmHg pada
tekanan darah darah sistolik 2,5 mmHg dan
tekanan diastolik dibandingkan dengan kelompok
yang normotensive yaitu sebesar 1,8 mmHg pada
tekanan darah sistolik 1,0 mmHg pada tekanan
darah diastolik.10
Penelitian yang dilakukan pada lansia
penderita hipertensi yang berusia >45 tahun yang
mengkonsumsi 2 buah pisang ambon dalam sehari
selama seminggu dapat menurunkan tekanan
darah sistolik maupun diastolik. Hal ini sesuai
dengan riset di Amerika yang dilaporkan (Frank et
al. 2003 dalam Tryastuti, 2012) penderita hipertensi
yang berusia 35-50 tahun yang mengkonsumsi 2
buah pisang setiap hari mengalami penurunan
tekanan darah sampai 10% dalam 1 minggu. 11
Terjadinya penurunan tekanan darah
responden pada kelompok perlakuan setelah
diberikan buah pisang ambon (musa accuminata
colla) disebabkan kerena buah pisang ambon
memiliki kandungan kalium yang sangat tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Tangkilisan (2013) tentang pengaruh terapi diet
Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum
Linn) terhadap penurunan tekanan darah pada
klien hipertensi mengatakan bahwa diet terapi dan
mengkonsumsi buah pisang ambon dapat
menurunkan tekanan darah sistolik maupun
diastolik.12
Kalium dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik, hal ini didukung oleh
penelitian Donald dan Alesandro (2008) bahwa
pemberian suplemen potassium selama 6 minggu
didapatkan nilai tekanan darah sistolik rata-rata
setelah 6 minggu pemberian sebesar 7,60 mmHg
dan diastolik sebesar 6,46 mmHg. Kandungan
kalium dapat memicu kerja otot dan simpul saraf.
Didalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi
dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan
keseimbangan asam-basa. Selain itu, bersama
dengan kalsium dan natrium, kalium akan berperan

8

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
dalam tranmisi saraf, pengaturan enzim dan
kontraksi otot.13
Penelitian yang telah dilakukan bahwa
penderita hipertensi tingkat konsumsi tinggi
natrium lebih >80%. Hal ini sejalan dengan
penelitian Hull (1996) bahwa adanya kaitan antara
asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa
individu. Garam akan menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Konsumsi tinggi garam
dapat memompa lebih keras untuk mendorong
volume darah yang meningkat melalui ruang yang
makin sempit yang pada akhirnya akan
menyebabkan tekanan darah semakin meningkat.14
Penyebab lain terjadinya hipertensi adalah
konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak tinggi dalam
menu makanan sehari-hari akan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan
penelitian Castillon, et al (2007) pada penelitiannya
di Spanyol menunjukkan bahwa makanan berlemak
berhubungan dengan obesitas yang menjadi salah
satu pemicu terjadinya hipertensi. Nilai
kecenderungan mengalami hipertensi tersebut
adalah sebesar 1,049 kali bagi mereka yang sering
mengkonsumsi tinggi lemak. Penelitian ini sejalan
dengan Sugiharto (2007) di Kabupaten Karanganyar
yang mendapatkan nilai kecenderungan sebesar
2,01 kali bagi mereka yang mengkonsumsi lemak
untuk menderita hipertensi. 15
Berdasarkan penelitian ini yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa responden yang
Indeks massa tubuhnya yang paling banyak adalah
IMT (≥25,1-27,0) dengan kategori gemuk yang
memiliki risiko relatif menderita hipertensi dan
proporsi kejadian hipertensi lebih tinggi 86,7%
dibandingkan dengan mereka yang memiliki IMT
kurang dan normal.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Yundini (2006) diperoleh hasil bahwa mereka yang
memilik IMT lebih (≥25,0 kg/m²) memiliki proporsi
kejadian hipertensi yang lebih tinggi yaitu 65,2%
dibandingkan mereka yang memiliki IMT kurang
( 0.05).16
Kepercayaan
masyarakat
khususnya
penderita
hipertensibahwa
tidak
takut
mengkonsumsi makanan tinggi natrium karena
banyaknya tumbuhan herbal yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah jika diserang sewaktuwaktu. Selain itu, pengalaman masyarakat
penderita hipertensi selama bertahun-tahun pada

saat tekanan darah tinggi naik memilih
mengkonsumsi rebusan tumbuhan herbal seperti
rebusan daun sirsak, daun salam dan daun
belimbing menjadi pilihan utama karena lebih
efektif dan efisien dari pada mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan,
berobat atau mengontrol tekanan darah.
Kurangnya
pengetahuan
sangat
mempengaruhi akan pentingnya menjaga pola
hidup sehat khususnya mengkonsumsi makanan
atau buah-buahan yang mengandung tinggi kalium
yang cukup pada penderita hipertensi dapat
menurunkan tekanan darah dan mencegah
hipertensi. Sebaliknya jika, konsumsi natrium lebih
dapat berisiko memicu terjadinya hipertensi.
Hal ini, menjadi suatu tradisi dimana banyak
penderita hipertensi yang tidak memperhatikan
batas konsumsi natrium untuk mengurangi resiko
terjadinya hipertensi. Kurangnya pengetahuan
masyarakat penderita hipertensi di wilayah
Puskesmas Kecamatan Wawotobi Kabupaten
Konawe tentang bahaya penyakit hipertensi baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
membuat kurangnya kesadaran penderita
hipertensi dalam menggunakan dan memanfaatkan
pusat pelayan kesehatan. Untuk itu perlunya
sosialisasi tentang bahaya penyakit tidak menular
khususnya hipertensi untuk mengurangi dan
mencegah angka kesakitan setiap tahun.
Mengkonsumsi 2 buah pisang ambon dalam
sehari dengan dosis ±280 gram perhari untuk
mencukupi asupan kalium perharinya dan dapat
menurunkan tekanan darah sistolik maupun
diastolik sehingga dapat mencegah terjadinya
hipertensi serta dapat memperpanjang harapan
hidup. Selain itu, buah pisang ambon sangat baik
dikonsumsi sebagai alternatif pengganti obat anti
hipertensi karena cara kerjanya mirip dengan cara
kerja obat anti hipertensi dan bisa dimanfaatkan
untuk terapi nonfarmakologis yang berguna bukan
hanya sebagai pengobatan tapi juga bisa konsumsi
untuk membantu sistem pencernaan jika sembelit
dan lain sebagainya.

SIMPULAN
1.

Ada perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok
perlakuan,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa perlakuan berupa
pemberian buah pisang ambon (musa
accuminata colla) yang diberikan pada
kelompok perlakuan memberikan efek
terhadap perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

9

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
2.

Ada perbedaan penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan
sesudah perlakuan sehingga dapat dikatakan
bahwa pemberian buah pisang ambon (musa
accuminata colla) berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik dandiastolik
responden pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.

menangani
masalah
hipertensi
dan
mengontrol confounding variable yang turut
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan
natrium dan lemak maupun faktor lainnya,
sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

SARAN
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Bagi pemerintah khususnya pihak Puskesmas
hendaknya dapat melakukan promosi
kesehatan dan membuat program-program
kesehatan khususnya untuk lansia penderita
hipertensi dengan menggunakan media/alat
bantu untuk memberikan pengetahuan agar
dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat
akan bahaya penyakit tidak menular termasuk
penyakit hipertensi agar lebih mengontrol
tekanan darah dengan memeriksakan tekanan
darah secara rutin di Puskesmas.
perlu
adanya
peningkatan
kesadaran
masyarakat dengan melakukan penyulusahan
kesehatan mengenai pentingnya menjaga gaya
hidup sehat serta mengkonsumsi makanan
yang kaya akan kandungan kalium, magnesium
dan serat sebagai langkah pencegahan dan
pengobatan penyakit hipertensi sehingga
dapat
mengurangi
jumlah
penderita
hipertensi.
Konsumsi natrium, IMT serta Stres pada lansia
penderita hipertensi harus lebih dikontrol
karena merupakan salah satu pemicu
terjadinya penyakit hipertensi yang paling
dominan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
ditemukan, sebaiknya instansi kesehatan
terkait merekomendasikan pemberian buah
pisang ambon (musa accuminata colla) sebagai
salah satu alternatif pencegahan penyakit
hipertensi untuk mencegah atau menghindari
terjadinya komplikasi yang lebih buruk seperti
penyakit jantung dan stroke agar dapat
memperpanjang harapan hidup masyarakat.
Bagi penelitian ini diharapkan dapat
diaplikasikan oleh responden dan keluarga
dalam membantu menurunkan tekanan darah
secara efisien dan efektif serta menjadi
referensi tambahan masyarakat dalam
memilih tumbuhan herbal yang akan
digunakan sebagai terapi menurunkan tekanan
darah.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan penelitian ini dalam

2.
3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Rahajeng, K,. Tuminah, S,. 2010. Prevalensi
Hipertensi dan Determinannya Di indonesia.
Jurnal Maj Kedokt Indon, Volume: 59, Nomor:
12 Desember 2010. Jakarta.
Sutanto,.
2010
.
Cegah&Tangkal
PenyakitModern. Yogyakarya.
WHO,. 2012. A Global Brief on HypertensionSilent Killer, Global Public Crisis. Geneva: WHO
Press.
Riskesdas,. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013.
Kepmenkes,. 2013. Laporan Riset Kesehatan D
asar Tahun 2013.(http://www.litbang.Depkes.
go.id/sites/download/buku laporan riskesdas2
013/Laporan riskesdas 2013.pdf).
Widjaja, F,. Dkk,. (2013). Prehypertension and
hypertension among young Indonesianadults
at a primary health care
in arural
area.Faculty of Medicine, Universitas Indonesi
a, Jakarta. http://mji.ui.ac.id/journal/index.ph
p/mj/view/519.
Dinkes Prov. Sultra,. 2013. Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kendari.
Dinkes Prov. Sultra,. 2014. Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kendari.
Dinkes Prov. Sultra,. 2015. Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kendari.
Dinkes Prov. Sultra,. 2016. Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Kendari
Dinkes Kab. Konawe,. 2013. Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe.
Dinkes Kab. Konawe,. 2014. Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe.
Dinkes Kab. Konawe,. 2015. Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe
Dinkes Kab. Konawe,. 2016. Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe. Konawe.
Puskesmas Wawotobi,. 2013. Laporan Bulanan
Puskesmas Wawotobi. Konawe.
Puskesmas Wawotobi,. 2014. Laporan Bulanan
Puskesmas Wawotobi. Konawe.
Puskesmas Wawotobi,. 2015. Laporan Bulanan
Puskesmas Wawotobi. Konawe.

10

JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.1/ Januari 2018; ISSN 2502-731X
18. Puskesmas Wawotobi,. 2016. Laporan Bulanan
Puskesmas Wawotobi. Konawe.
19. Kaleka, N., (2013). Pisang-pisang Komersial.
Solo: Arcita.
20. Batin. S. O. W,. 2017. Pengaruh Pemberian Jus
Mentimun + Pepaya + Semangka Terhadap
Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Liya
Kabupaten Wakatobi Tahun 2017. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo.
Kendari.
21. Gunawan, D,. dkk,. 2014. Pengaruh Kombinasi
Pisang Ambon (Musa Paradisiaca, Linn) dan
Stroberi (Fragaria Vesca) Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Normal pada Perempuan
Dewasa.
Jurnal.
Fakultas
Kedokteran.Universitas Kristen Maranatha.
22. Smeltzer, C. S & Bare, G. B. 2011. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. EGC.
Jakarta.
23. Tryastuti, D,. 2012. Pengaruh Konsumsi Pisang
Ambon (Musa Paradisiaca S) Terhadap
Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi
Sedang Di panti Sosial Tresna Werdhasabai
Nan Aluih Sicincin. Padang: jurnal. Program
Study
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
24. Tangkilisan, R, L,. Dkk,. 2013. Pengaruh Terapi
Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var.
Sapientum Lin) Terhadap Penurunan Tekanan
darah Pada Klien Hipertensi Dikota Bitung.
Jurnal. Program studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
Universitas
sam
Ratulangi. Ejournal Keperawatan (e-Kep)
Volume 1. Nomor. Agustus 2013.
25. Donald, J., dkk,. 2003. The Effect of Low-Dose
Potassium Suplementation On Blood Pressure
In Apparently Healthy Volunteers, British
Journal Of Nutrition, 90, 53-60.
26. Irawan, A, M,. 2007. Cairan Tubuh Elektrolit
dan Mineral, Polton Sports Science and
Performance
lab
dalam
http://
www.Slideshare. net/Nexazen/cairan-tubuhelektrolit-dan-mineral
27. Saraswati,. 2009. Pemberdayaan Kesehatan
Anak dan Keluarga. Citra Aditya Bakti.
Bandung. h.44. diakses 1 Oktober 2017
28. Hull, Alison,. 1996. Penyakit Jantung,
Hipertensi dan Nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara.
29. Castillon, Guallar, et al. 2007. Intake of Fried
Foods is Associated With Obesity in The Cohort
of Spanish Adults From The European
Prospektive investigation into Cancer And
Nutrition. Am J Clin Nutr 86: 198-205

30. Sugiharto, Aris,. 2007. Faktor-faktor Risiko
Hipertensi Grade II Pada Masyarakat; Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro,
Semarang.
31. Yundini,. 2006. Faktor Risiko Hipertensi.
Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, 2006.

11

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25