lembaga daerah dalam pembangunan daerah

BAB I
A. LATAR BELAKANG
Diera reformasi dan otonomi daerah sekarang ini telah berjalan di Negara
kita ini, diharapkan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakat di berbagai sektor kehidupan. Dengan adanya ekonomi dan
desentralisasi kekuasaan dari pusat kepada daerah untuk mengelola maupun
mengantur pemerintahan didaerahnya masing-masing, masyarakt setempat juga di
harapkan dapat berperan aktif dalam pengelolaan daerahnya itu sendiri. Peran
serta masyrakat setempat sangat berpengaruh sekali terhadap laju perkembangan
daerah dan juga jalannya pemerintahan di tersebut.
Lembaga daerah merupakan institusi yang sangat penting bagi demokrasi
dan pembangunan. Lembaga legislasi daerah adalah lembaga penyampai
kepentingan dan aspirasi masyarakat yang diubah ke dalam kebijakan. Fungsi
utama lembaga ini adalah mewakili kebutuhan, aspirasi, perhatian dan prioritas
masyarakat dengan mengartikulasikan masukan serta aspirasi masyarakat, lalu
mengubahnya menjadi kebijakan. Fungsi kedua, menyusun peraturan perundangundangan, peraturan yang mengatur jurisdiksi, termasuk anggaran pemerintah,
dijalankan anggota lembaga legislasi daerah dengan selalu memperhatikan
kebutuhan masyarakat. Sementara fungsi ketiga sebuah lembaga legislasi daerah
adalah pengawasan, untuk memastikan akuntabilitas politik dan keuangan
eksekutif.
Desentralisasi demokratis di Indonesia telah menciptakan sistim check and

balances dalam menjalankan tata pemerintahan daerah dengan memberikan

kewenangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggota DPRD
secara aktif terlibat dalam penyusunan peraturan daerah (tidak hanya menyetujui
draf yang dipersiapkan oleh pemerintah) dan memainkan peran penting dalam
proses penganggaran daerah.

B. PERMASALAHAN
Di dalam makalah ini, kami akan membahas tentang fungsi serta tugas
lembaga daerah yaitu DPRD dalam pembangunan daerah.

BAB II

A. LANDASAN TEORI
1. Pembagian kekuasaan menurut Undang-undang 1945.
Kekuasaan tertinggi negara, yang biasa juga disebut kedaulatan berada di
tangan Rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis permusyawaratan rakyat. Di
bawah kekuasaan tertinggi negara terdapat kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif dan kekuasaan yudikatif.
a.


kekuasaan legislatif
Kekuasaan

legislatif

atau

kekuasaan

membentuk

Undang-undang

dilaksanakan oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat (Pasal 4
jo. Pasal 20 (4) UUD 1945) dalam perubahan III UUD 1945 yang di tetapkan
pada tahun 2001 di adakan lembaga baru yang disebut dewan perwakilan daerah.
Dewan ini merupakan salah satu unsur pelaksana legislatif terbatas pada hal-hal :
a) Otonomi daerah
b) hubungan pusat dengan daerah

c) Pembentukan dan pemekaran serta pembangunan daerah
d) Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainya
e) perimbangan keuangan pusat daerah
f) memberikan pertimbangan kepada dewan perwakilan rakyat

b.

Kekuasan eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan penyelenggaraan pemerintah

Negara yang dilaksanakan oleh presiden. Dalam menyelenggranakan tugasnya
presiden di bantu oleh satu orang wakil presiden dan para menteri, presiden
bersama para pembantunya di sebut pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat.
c.

Kekuasaan judikatif
Kekuasaan judikatif tersebut juga kekuasaan kehakiman yang merdeka

untu menyelenggrakan keadilan guna menegakkan hukum dan keadilan
diselenggaran oleh mahkamah agung dan badan-badan peradilan yang berada

dibawahnya.
2. Pengertian Lembaga Legislatif
Ramdhlon Naning (1982:2-3) memberikan pengertian tentang lembaga
legeslatif sebagai berikut : lembaga legeslatif adalaha suatu badan yang
berdasarkan sistem ketatanegaraan yang di jamin oleh konstitusi, dengan tugas
pokok untuk membuat undang-undang. Dimana kemudian undang-undang yang
dibuat oleh legeslatif ini, dilaksanakan oleh eksekutif dan bila terjadi pelanggaran
dan penyalahgunaan dari undang-undang tersebut lalu di adili oleh yudikatif.
Dewan perwakilan rakyat (parlemen) yang merupakan hakekat dan eksistensi dari
lembaga legeslatif indonesia merupakan perncerminan dari rakyat, untuk rakyat
dan oleh rakyat dapat dijamin kesinambungan dan kesetabilan.

3. Kedudukan dan Fungsi DPRD dalam sistem pemerintahan Indonesia
Sudah seharusnya di dalam membahas masalah kedudukan dan fungsi
DPRD dalam sistem pemerintahan di Indonesia ini selalau menggunakan tolak
ukur ideologi nasional dan konstitusi nasional. Agar kesimpulan-kesimpulan yang
diperoleh serta didalam upaya meningkatkan kemampuan DPRD dalam
menjalankan fungsi-fungsi yang di emban tidak keluar dari relnya sistem
demokrasi yang kita anut dan tatanan penyelenggaraan pemerintahan Negara
Republik Indonesia yang merupakan Negara kesatuan ini.

Dalam pasal 40 UU no 32 tahun 2004 , disebutkan bahkwa DPRD
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah, yang di maskud dengan lembaga pemerintah
daerah adalah pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah yang
berada di tingkatan daerah. Sedangkan pemerintah daerah terdiri atas daerah
beserta perangkat daerah.
Disampaing itu dalam pasal 41 juga disebutkan dimana DPRD mempuyai
fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan. Adapun fungsi legislatif yang di
maksud adalah fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah bersama kepala
daerah, yang di maskudn fungsi legislatif dengan funfsi aggaran adalah fungsi
DPRD bersama – sama dengan pemerintah daerah menyusun dan menetapkan
APBD yang di dalamnya termasuk anggrana untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan

wewenang DPRD, sedangkan yang di maskudn dengan fungsi pengawasan adalah
fungsi DPRD untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undangundang peraturan daerah dan keputusan kepala daerah serta kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
4. Hubungan kemitraan antara badan legislatif dan eksekutif daerah.
Perkembangan dan perubahan lingkungan dalam kehidupan politik telah
mewarnai sikap hubungan antar badan legislatif dan eksekutif dimasa lalu
terhadap suatu asumsi bahwa keberadaan lembaga DPRD hanyalah sebatas

sebagai bagian dari pemerintah daerah. Hal ini menimbulkan wacana bahwa
eksistensi lembaga DPRD pada masa itu sebagai badan yang bersifat penunjang
terhadap eksistensi kepala daerah.
Pembatasan kekuasaan dan kemwenangan pemerintah baik di tingkat pusat
dan daerah, upaya memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap lembaga
DPR dan DPRD, sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan
pancasila. Hal ini di tunjukan untuk menghindari adanya pemusatan kekuasaan
dan kewenangan yang pada akhirnya menimbulkan dampak terjadinya sistem
pemerintahan yang korup, dan penuh dengan KKN. Pemerintah yang bersih,
transparan dan akutabel akan mendapatkan kepercayaan yang lebih sejahtera .
seperti yang dijelaskan dalam bukunya Miriam Budiarjo “ kepala daerah
mempuyai kedududkan yang sama tinggi dengan DPRD” (Mirian Budiarjo :
1993 : 106). Dengan kedudukan yang sama tinggi itu do harapkan akan lebih
mudah untuk menjalin kerjasama yang serasi dalam suasana kemitraan.

Dalam upaya menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan bertangung
jawab. Diberikan kebebasan kepada warga negara untuk berperan serta dalam
proses

pembangunan


nasional.

Keberadaan

lembaga-lembaga

swadaya

masyarakat, perlu di tumbuh kembangkan secara profesional yang etap menjaga
nilai-nilai budaya bangsa indonesia yang di hadapakna pada dinamika
perkembangan global yang sedang melanda negara dan bangsa dewasa ini.
Kondisi kemitraan badan legislatif daerah dan eksekutif daerah, dalam
setiap dekade pemerintah senantiasa diwarnai dengan adanya pertentangan antara
isu politik libral dan politik yang berdasarkan pada pemurnian pancasila dan UUD
1945. Lebih-lebih dewasa ini. Mencuat isu demokrasi HAM dan masalah
lingkungan hidup amat mempengaruhi dan pembangunan sistem pemerintahan
yang tepat representif yang mampu aspira demokrasi dan HAM dalam kontek
dengan hak-hak DPRD yang bertuang UUD No 32 tahun 2004 dalam hubungan
dengan eksekutif dapat ditangapi sebagi suatu proses belajar yang di harapkan

dapat menjadi perubahan terhadap kinerja eksekutif untuk lebih tranparan,
akutabel dan mendapat dukungan masyarakat melalui kinerja lembaga DPRD.
UU no 32 tahun 2004 memberikan amanah akan hak DPRD sebagai
lembaga pengawasan politik atas pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan
keputusan kepala daerah, pelaksanaan SPBD, pelaksanaan kebijakan pemerintah
daerah, disampign memilik fungsi pengawasan politik tersebut, DPRD juga
memiliki hak-hak sebagai suatu kelembagaan politik di daerah, antara lain :


Meminta pertangungjawaban kepala daerah



Meminta keterangan kepala pemerintah daerah, mengadakan penyidikan,
menentukan SPBD dan sebagainya
Adanya kedua hak atas diharapkan akan terjadi perubahan yang lebih

harmonis sehingga terbentuk kesejahteraan antara lembaga legislatif dan lembaga
eksekutif daerah dan dasar kemitraan. Perubahan ini tidak hanya menghasilakn
suatu sistem hubungan kerja atas dasar kemitraan saja, namun lebih dari itu

keberhasilan tugas pemerintah yang diemban oleh badan legelatif dan badan
daerah, selain juga menyerap menampung, menghimpun dan menindak lanjuti
aspirasi masyarakat.
Pengalaman yang kini berkembang memang menunjukan dengan sangat
jelas bahwa di kalangan birokrasi pemerintah lebih menunjukan wataknya yang
menganggap bahwa otonomi daerah adalah pemerintah yang tidak terkait dengan
posisi masyarakat daerah.
Konsep desntralisai , tidak hanya dapat di pandang sebagai suatu upaya
mengubah susunan kekuasaan melainkan harus dilihat sebagai bagian dari upaya
untuk mengubah pendekatan dan karakter dari sebuah kekuasaan. Desentralisasi
yang hendak menekankan pada tumbuhnya partisipasi masyarakat. Dengan
sendirinya menuntut upaya yang lebih dari sekedar perubahan susunan kekuasaan.
Dimana timbul suatu proses mentransformasikan susunan kekukasaan di daerah
paska desentralisasi, sehingga mencerminkan watak kekuasaan yang menggabdi
pada masyarakat, dan bukan model lama yang menjadi pengusas.

Dalam upaya membangun peran serta masyarakat dan DPRD sebagimana
yang di harapkan oleh UUD No 32 tahun 2004, maka diperlukan suatu proses
pertukaran (tranformer) sosial yang benar. Upaya ini diharapkan dapat
mempercepat proses demokrasi sehingga tercapai otonomi daerah yang

mengandung makna kewenangan daerah otonomi untuk mengantur dan mengurus
kepentingan masyrakat setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi dan
partisipasi masyarakat.
Funsgi dan peran lembaga/badan legislatif daerahg yang paling esensial
adalah fungsi legislatif fungsi anggran dan fungsi pengawasan. Sesuai dengan
praktek dalam kehidupan demokrasi, keberadaan lembaga legislatif meiliki posisi
sentral

yang mewakili rakyat dan mewakili berada kewenangan yang

menyearakan aspirasi rakyat. Sehingga memberikan kontrobusi dalam penetapan
kebijakan politik pemerintah, dan pihak eksekutif hanya menjalankan terhadap
kebijakan politik yang telah di tetapkan tersebut.
Sistem cheeks and balances antara kekuasaan badan eksekutif daerah
dengan kekuasaan legislative daerah sangat di perlukan untuk menghindari
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan dimana sebuah korupsi
hanya bias dihindari bilamana fungsi dan peran DPRD itu sendiri dapat berjalan
secara efektif.
Kedudukan DPRD dalam system desentralisasi sangat begitu menonjol
dan


menunjukkan

karakter

yang

betul-betul

dapat

mengawasi

jalanya

pemerintahan dalam melakukan pembahasan tentang fungsi-fungsi, peran dan

kedudukan DPRD ini harus dipahami apakah peran dan kedudukan itu bersifat
sebagai anggota ataukah sebagai lembaga.
5. Pembangunan Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya – sumberdaya yang ada dan
bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu
pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan
sumberdaya – sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya –
sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
daerah.
Pembangunan daerah adalah seluruh pembangunan yang dilaksanakan di
daerah dan meliputi aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu
dengan mengembangkan swadaya gotong royong serta partisipasi masyarakat
secara aktif.
Dalam hubungan ini pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan
secara maksimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya
manusia dengan meningkatkan kualitas hidup, keterampilan, prakarsa dengan
bimbingan dan bantuan dari pemerintah. Dengan demikian ciri pokok
pembangunan daerah adalah:
1. Meliputi seluruh aspek kehidupan
2. Dilaksanakan secara terpadu

3. Meningkatkan swadaya masyarakat

6. Tujuan Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan pembangunan
jangka pendek adalah menunjang atau mendukung keberhasilan pembangunan
proyek – proyek penunjang daerah.
Tujuan pembangunan jangka panjang adalah mengembangkan seluruh
desa di Indonesia menjadi desa swasembada melalui tahap – tahap desa swadaya
dan swakarya dan memperhatikan keserasian pembangunan daerah pedesaan dan
daerah perkotaan, imbangan kewajiban antara pemerintah dan masyarakat serta
keterpaduan yang harmonis antara program sektoral atau regional dengan
partisipasi masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat
dalam rangka pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia (Sudirwo, 1981 :
64).

B. PEMBAHASAN
DPRD adalah Lembaga Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
dibentuk di setiap propinsi dan kabupaten/ kota pada umumnya dipahami sebagai
lembaga yang menjalankan kekuasaan legilsatif, dan karena itu biasa disebut
dengan lembaga legilsatif di daerah.
1. Fungsi DPRD menurut UU No 32 /2004


Fungsi Legislasi.

Kewenangan DPRD membuat Perda yaitu menginisiasi Ranperda dan juga
membahas menyetujui /menolak Ranperda yang diusulkan Eksekutif.


Fungsi Anggaran
Kewenangan menyetujui /menolak dan menetapkan RAPBD menjadi
APBD melalui proses pembahasan arah Kebijakan Umum, Pembahasan
Rancangan APBD yang diajukan Kepala Daerah dan menetapkan Perda
tentang APBD.



Fungsi Pengawasan
Kewenangan dewan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
Perda dan peraturan lainnya, Pengawasan pelaksanaan APBD, mengawasi
kebijakan dan kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Pembangunan
Daerah serta kerjasama lainnya yang melibatkan Pemerintah daerah.

Pembangunan
Pembangunan adalah proses perubahan kearah kondisi yang lebih baik
melalui upaya secara terencana. Tujuan dari pembangunan yaitu:
a. Peningkatan standar hidup setiap orang baik pendapatanya, tingkat konsumsi
pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan dan lainnya.
b. Penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya
diri setiap orang.
c. Peningkatan kebebasan ( freedom /democracy) setiap orang.

2. Tugas dan Agenda Politik Nyata yang dilakukan DPRD



Penanggulangan kemiskinan



Peningkatan aksebilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan



Pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi

3. Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Pembangunan Daerah dilaksanakan melalui penguatan otonomi daerah,
pengelolaan sumber daya dan Good Governance. Oleh karena itu dibutuhkan
keseimbangan pilar pembangunan yang terdiri dari pemerintahan ( menjalankan
dan menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur
lain), dunia usaha (menuwujudkan penciptaan lapangan kerja dan pendapatan)
dan masyarakat (penciptaan interaksi politik, sosial dan ekonomi).
Manajemen pembangunan yang berprinsip Good Governance adalah
sebagai berikut :


Solid & bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi & pasar yang
efisien



Menghindari salah alokasi & investasi yang terbatas



Pencegahan korupsi balk secara politik maupun administratif



Menjalankan disiplin anggaran



Penciptaan kerangka politik & hukum bagi tubuhnya aktivitaskewiraswastaan
Fungsi pengawasan/ control yang diemban oleh DPRD adalah dalam

tataran pengendalian kebijakan intinya guna menciptakan check and balance.
Dengan demikian fungsi pengawasan/control yang dilakukan oleh DPRD sebagai
lembaga legislatif kepada Bupati (Eksekutif ) substansinya adalah mengarah

kepada

pengawasan

politik

(

kebijakan

)

mengingat

dalam

proses

pengawasan/control terdapat evaluasi maka apabila sampai menyentuh pada
tataran implementasi kebijakan parameter untuk menilai seyogyanya tetap
merujuk pada kontek kebijakan yang telah ditetapkan dalam formulasi kebijakan.
Sementara itu pengawasan/control administrasi dilakukan oleh lembaga yang
dibentuk oleh negara/pemerintah yakni BPK, dan Lembaga Pengawasan
Fungsional lainnya ( BPKP, Irjen Departemen/ NonDepartemen (SPI), Inpektorat
Propinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan fungsi pengawasan/control dalam kaitan tugas teknis baik
fisik, keuangan maupun administratif yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan
Fungsional ( APFP ) selain bersifat pengendalian juga mengarah pada kegiatan
pemeriksaan. Sehingga bila di satuan unit kerja pemerintah daerah (SKPD)
ditengarai/diduga ada indikasi penyimpangan dari mata anggaran yang telah di
setujua oleh DPRD melalui Perda APBD , maka lembaga tersebut yang
berwenang melakukan pemeriksaan. Sedangkan DPRD dalam melakukan fungsi
pengawasan/control dapat berupa kunjungan kerja,peninjaun lapangan, rapatrapat/dengar pendapat, guna memberikan pandangan, saran-saran/rekomendasi
kepada eksekutif/Bupati sesuai tata tertip DPRD. Apabila DPRD menemukan
masalah/penyimpangan dapat memberikan rekomendasi kepada Bupati. Kalau
permasalahnya berat, menyangkut pidana permasalahan tersebut dapat diserahkan
kepada pihak yang berwenang (Kepolisian,Kejaksaan).
Partisipasi

publik

dan

stakeholder

dalam

memberikan

informasi

pembangunan dan kinerja pemerintah sangat relevan saat sekarang ini, karena hal

tersebut membantu DPRD dalam kerangka pengawasan juga. Dengan demikian
nampak jelas bahwa DPRD adalah lembaga Legislatif yang membunyai fungsi
antara lain melakukan fungsi pengawasan politik.