134670219 skenario 3 blok muskulo

LI.1. Memahami dan Menjelaskan makroskopis dan mikroskopis articulatio
Coxae
Makroskopis
Jenis sendi: Spheroidea (a ball and shcket) kepala sendi seperti bentuk bola masuk
kedalam lekuk sendi yang dalam
Tulang yang berperan : caput femoris, fossa acetabulum, dan os.Coxae
Permukaan Artikular. Caput femoris bersendi dengan acetabulum os coxae.
Kedalaman acetabulum diperluas oleh labrum acetabulare dari jaringan fibrokartilago
yang melekat pada tulang tepi acetabulum dan ligamentum tranversum acetabuli.
Simpan sendi. Simpan sendi jaringan ikat ( capsula articularis fibrosa) yang
kuat melekat proksimal dari acetabulum dan ligamentum transversum acetabuli. Di
sebelah distal simpai ini melekat pada collum femoris sebagai berikut :
 Anterior pada linea intertrochanterica dan akar trochanter major
 Posterior pada collum femoris, proksimal terhadap crista interochanterica
Serabut simpai yang terbanyak melintas secara berulir dari os coxae ke linea
interochanterica, tetapi beberapa serabut dalam melingkar sekeliling collum femoris,
membentuk zona orbicularis. Serabut-serabut ini membentuk sebuah kerah sekeliling
collum femoris yang mencerutkan simpai sendi dan membantu memegang collum
femoris dalam acetabulum. Beberapa serabut simpai longitudinal dalam membentuk
retinaculum yang terbalik kea rah proksimal paa collum femoris sebagai berkas
longitudinal yang membaur dengan periosteum. Dalam retinaculum terdapat

pembuluh darah yang mengantar darah pada caput femoris dan collumm femoris.
Membarana synovial melapisi permukaan dalam simpai sendi jaringan ikat dan
juga menutupi collum femoris antara perlekatan simpai sendi tadi dan tepi cartilage
articularis capitits femoris, daerah nonartikular acetabulum dan membentuk pelapis
untuk ligamentum capitits femoris
Ligamentum. Simpai sendi jaringan ikat di sebelah dengan diperkuat oleh
sebuah ligamentum yang kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum iliofemorale yang
melekat pada spina iliaca anterior inferior dan pinggiran acetabulum, serta pada linea
interochanterica di sebelah distal. Ligamentum iliofemorale mencegah hiperekstensi
articulation coxae sewaktu berdiri dengan menmutar caput femoris masuk ke dalam
acetabulum.
Simpai sendi jaringan ikat tadi disebelah bawah diperkuat oleh ligamentum
pubofemorale yang melekat pada baian pubik pinggiran acetabulum dan eminentia
iliopubica; ligamentum ini membaur dengan bagian medial ligamentum iliofemorale
dan mengetat sewaktu diadakan ekstensi dan abduksi pada articulation coxae, dan
mencegah terjadinya hiperabduksi ada articulation coxae.

Disebelah belakang, simpai sendi tersebut diperkuat oleh ligamentum
ischiofemorale yang berpangkal pada bagian iskial pinggiran acetabulum dan
mengulir dalam arah kraniolateral ke kollum femoris, medial dari alas traochanter

major; ligamentum ini cenderung memutar caput femoris kea rah medial ke dalam
acetabulum sewaktu diadakan ekstensi pada articulation coxae , dan dengan demikian
mencegah terjadinya hiperekstensi.

Ligamentum capitits femoris bersifat lemah dan agaknya tidak banyak berguna
dalam memperkuat articulation coxae. Ujungnya yang lebar melekat pada tepi-tepi
incissura acetabuli dan ligamentum transversum acetabuli;ujung yang sempit melekat
pada fovea ( cekungan ) yang terdapat di caput femoris. Biasanya dalam ligamentum
ini terdapat arteri kecil yang menuju ke caput femoris .
Gerak sendi
Fleksi
: M. iliopsoas, M. pectinus, M. rectus femoris, M.adductor
longus, M. adductor brevis, M. adductor magnus pars anterior
tensor fascia lata
Ekstensi
: M. gluteus maximus, M. gluteus semitendinosis,
M.semimembranosus, M. biceps femoris coput langum, M.
adductor magnus pars posterior
Abduksi
: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M.

Sartorius fasciae lata
Adduksi
: M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis,
M. gracilis, M. pectineus, M. obturator externus, M. quadrates
femoris
Rotasi medialis
: M. gluteus medius, M. gluteus minimus , M. tensor fasciae
latae, M. adductor magnus ( pars posterior)
Rotasi lateralis
: M. pisiformis, M.obturator internus, Mm. gamelli, M. obturator
externus, M. quadrates femoris, M. gluteus maximus dan Mm.
adductors.
Pada orang tua terutama perempuan sering terjadi fraktur collum femoris 10 kali
lebih bayak pada laki-laki. Selain daripada kondisi tulang itu sendiri( osteoporosis)
juga ditentukan oleh sudut inklinasi ( antar aksis collum femoris dan aksis corpus
femoris ) . sudut inklinasi yang normal kurang lebih 126 derajat. Bila sudut inklinasi
lebih kecil ( coxa vare ) lebih sering terjadi fraktur collum femoris dibandingkan pada
sudut yang lebih besar ( coxa valga )
Mikroskopis
Tulang femur dikategorikan tulang panjang, gambaran histologi nya dibagi

menjadi 2 bagian, tulang kompak dibagian luar dan tulang kanselosa di bagian dalam.
Pada tulang kompak unit struktural matriksnya adalah osteon (sistem havers),
setiap osteon terdiri dari lapisan-lapisam lamela yang tersusun mengelilingi suatu
kanalis sentralis. Pada lamela mengandung osteosit dalam rongga berbentuk kenari
yang disebut lakuna. Pada masing-masing lakuna terdapat kanal halus yang disebut
kanalikuli. Selain itu terdapat pula lamela interstisial, yaitu daerah kecil tidak teratur
tulang yang terdapat diantara osteon.

Pada bagian dalam (tulang kanselosa) terdiri dari trabekula tulang yang
bentuknya tipis dan bercabang. Trabekula sendiri dikelilingi oleh periosteum. Di luar
periosteum terdapat rongga sumsum dengan pembuluh darah
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO.1. Definisi dan Klasifikasi Fraktur
Fraktur
: Putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis,
maupun tulang rawan sendi
Fraktur Colum Femur : Fraktur yang terjadi di femur, biasanya sering
ditemukan pada orang tua terutama wanita umur 60
tahun ke atas
Klasifikasi Fraktur

a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka
dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1. Derajat I
o luka kurang dari 1 cm
o kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
o fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
o Kontaminasi ringan.
2. Derajat II
o Laserasi lebih dari 1 cm
o Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
o Fraktur komuniti sedang.
3. Derajat III
o Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur
kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat
tinggi.

c. Fraktur Complete : Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur incomplete : Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
e. Jenis khusus fraktur :
1. Bentuk garis patah & hubungannya dengan mekanisme trauma
 Garis patah melintang : trauma angulasi/langsung
 Garis patah oblique : trauma angulasi
 Garis patah spiral : trauma rotasi
 Fraktur kompresi : trauma aksial-fleksi tulang spongiosa
 Fraktur avulsi : trauma tarikan/traksi otot pada tulang,
misalnya patella
2. Jumlah garis patah
 Fraktur komunitif : garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
 Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi saling
berhubungan
 Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada
tulang yang berlainan.
3. Bergeser-tidak bergeser
 Fraktur tidak bergeser : garis patali kompli tetapi kedua

fragmen tidak bergeser.
 Fraktur bergeser : terjadi pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen. Dibagi lagi
menjadi 3 jenis :
o Dislokasi ad longitudinam cum contractionum
Tpergeseran searah sumbu dan overlapping)
o Dislokasi ad axim (pergeseran membentuk sudut)
o Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen
saling menjauhi
Klasifikasi Fraktur Colum femoris
a. Berdasarkan hubungan terhadap fraktur:
1. Ekstrakapsuler
2. Intrakapsuler
b. Berdasarkan lokasi anatomi :
1. Sub-kapital
2. Transservikal
3. Basal
c. Berdasarkan keadaan fraktur femur :
1. Fraktur leher
2. Fraktur trokanterik


3. Fraktur diafisis
4. Fraktur suprakondiler
5. Fraktur kondiler
d. Berdasarkan Garden :
1. Fraktur tidak lengkap atau tipe abduksi/impaksi
2. Fraktur lengkap, tanpa pergeseran
3. Fraktur lengkap, disertai sebagian pergeseran
4. Fraktur tidak lengkap, disertai pergeseran penu
5.
e. Berdasarkan Pauwel (berdasarkan sudut inklinasi leher femur) :
1. Tipe 1 : garis fraktur 30˚
2. Tipe 2 : garis fraktur 50˚
3. Tipe 3. : garis fraktur 70˚

LO.2. Etiologi Fraktur
Trauma : akibat jatuh dari ketinggian, kecelakaan pekerjaan, kecelakaan
lalu lintas, dsb.
Trauma dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
 Trauma Langsung : benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur

di tempat tersebut
 Trauma Tidak Langsung : bila titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan serta fraktur yang diakibatkan trauma yang minimal atau
tanpa trauma adalah fraktur patologis yaitu fraktur dari tulang yang patologik
misalnya akibat osteoporosis
Etiologi fraktur collum femur :
 Trauma Langsung : biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring
dimana daerah trochanter major terbentur dengan benda keras.

Trauma Tak Langsung : disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak
dari tungkai bawah. Karena kepala femur terlihat kuat dengan ligamen di
dalam acetabulum oleh ligament iliofemorale dan kapsul sendi,
mengakibatkan fraktur di daerah colum femur. Pada dewasa muda apabila
terjadi fraktur interkapsuler berarti traumanya cukup hebat. Kebanyakan
fraktur colum femur terjadi pada wanita tua dimana tulangnya sudah
mengalami osteoporotik
LO.3. Patofisiologi Fraktur
Kesalahan pelatihan adalah faktor-faktor risiko yang paling umum untuk
patah tulang leher femur, termasuk peningkatan mendadak dalam jumlah atau
intensitas pelatihan dan pengenalan aktivitas baru. Faktor lainnya yaitu

kepadatan tulang yang rendah, komposisi tubuh normal, kekurangan makanan,
kelainan biomekanik, dan ketidak teraturan menstruasi.
Faktor predisposisi, seperti variasi anatomi, osteopenia relatif, kondisi fisik
yang buruk, kondisi medis sistemik(demineralisasi tulang), atau tidak aktif
sementara, dapat membuat tulang lebih rentan terhadap patah tulang stres.
Perempuan cenderung untuk mengarahkan gaya aksial pada bantalan berat di
sepanjang sumbu yang berbeda dari tulang panjang dibandingkan dengan
pria.Perempuan juga memiliki massa otot 8 minggu)
Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada
pada tahun 1997
Tingkat kematian dari fraktur:
• Kematian : 11.696
• Insiden

: 1.499.999

0,78% rasio dari kematian per insiden

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim (Editor). 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.

Jakarta: EGC
Reksoprodjo S. Dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. FKUI. Jakarta
Buku Anatomi Klinis Dasar
Buku Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC