TINJAUAN PUSTAKA PENANGANAN PASCA PANEN

2.1 Pengertian Panen, Pasca panen
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),
tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. pasca panen adalah tindakan yang dilakukan setelah
panen dilakukan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan
atau diolah lebih lanjut oleh industri. Sedangkan Pemasaran merupakan suatu
proses interaksi sosial antara individu dengan kelompoknya untuk mendapatkan
apa yang dibutuhkan dan diinginkan diperoleh dengan menciptakan, menawarkan,
serta melakukan pertukaran barang dan jasa kepada pihak lain.
2.2 Panen dan Pasca Panen Tanaman Hias
Tanaman hias dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yakni;
1) bunga potong,
3) tanaman hias pot
4) tanaman hias untuk pertamanan lansekap.
Panen dan pasca panen dari beberapa kelompok tanaman hias di atas akan
dijelaskan sebagai berikut :
2.3 Jenis Tanaman Hias
Tanaman hias dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok yakni; 1) bunga potong, 2) daun
potong, 3) tanaman hias pot, dan 4) tanaman hias untuk pertamanan lansekap. Kelompok
tanaman hias bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai ekonomis tinggi
dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang dapat mencapai jumlah yang

besar.
Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan
yakni; 1) berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat;
2) bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) tangkai bunga cukup panjang dan kuat;
4) bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan oleh tanaman
yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. beberapa jenis bunga potong
yang terkenal di indonesia adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering timbul
setelah panen pada tanaman hias seperti layu, patahnya batang dan daun, serta lepasnya
kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus pada penanganan pasca panennya agar
produk mempunyai fase hidup atau daya simpan yang lama. penanganan pasca panen
bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga,
setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen.
Umumnya penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan untuk kelompok
tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman hias yang lain, hal ini
karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong dengan warna yang menarik dan volume

bunga potong yang dapat mencapai jumlah besar saat dilakukan pengiriman atau
pemasarannya.
Penanganan pasca panen tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk: 1)

memperkecil respirasi, 2) memperkecil transpirasi, 3) mencegah infeksi atau luka, 4)
memelihara estetika, 5) memperoleh harga yang tinggi.

A. Panen dan Pasca panen Bunga Potong
a.) Panen Bunga potong
Kematangan tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan
kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran
tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga).
Sebagai contoh, pada mawar, keadaan kuncup merupakan stadia yang baik dan
pada stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis.
Sedangkan bila perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar
sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat.
Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air, yaitu
sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun demikian panenan juga dapat dilakukan pada
pukul 16.00 – 17.00. Pada saat tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh
tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Jika pemanenan
dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan
metabolisme aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Panen tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual.
Penggunaan alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan

dan alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan
panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang
baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin, dan
biaya murah. Alasan ini yang membuat panenan secara manual lebih cenderung
dipilih untuk tanaman hias terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan
panenan secara manual meliputi,
a) Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga memungkinkan
penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat secara berulang
b) Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah.
c) Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga
kerja.
d) panenan secara manual bermodal kecil.
Masalah utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja.
Penyediaan tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat

sangat mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian, kualitas
merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya pemasaran bungan potong.
Hal inilah yang menyebabkan sistim panen secara manual tetap sebagai pilihan
utama.
b.) Pasca panen bunga potong

Kelompok tanaman hias bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena
bernilai ekonomis tinggi dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga
yang dapat mencapai jumlah yang besar. Tanaman hias yang bernilai ekonomis
sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan yakni; 1) berwarna indah,
mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat; 2) bunga dapat
bertahan lama setelah dipotong; 3) tangkai bunga cukup panjang dan kuat; 4)
bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan; 5) bunga dihasilkan oleh
tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. beberapa jenis
bunga potong yang terkenal di indonesia adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir,
gladiol, gerbera dll. Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh
kerusakan yang sering timbul setelah panen pada tanaman hias seperti layu,
patahnya batang dan daun, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan
perhatian khusus pada penanganan pasca panennya agar produk mempunyai fase
hidup atau daya simpan yang lama. penanganan pasca panen bunga merupakan
suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga, setelah
bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Umumnya
penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan untuk kelompok
tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman hias yang lain,
hal ini karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong dengan warna yang
menarik dan volume bunga potong yang dapat mencapai jumlah besar saat

dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan pasca panen tanaman hias
khususnya bunga potong bertujuan untuk:
1) memperkecil respirasi
2) memperkecil transpirasi
3) mencegah infeksi atau luka
4) memelihara estetika
5) memperoleh harga yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen tanaman hias.
Untuk menerapkan penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara
baik dan benar, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca
panennya yakni :
1. Kematangan bunga (flower maturity)

2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur 4. Persediaan air
5. Pertumbuhan mikroorganisme
6. Kualitas air
7. Etilen
8. Kerusakan mekanis
9. Penyakit

Adapun tahapan dari pasca panen tanaman hias bunga potong adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan bunga yang telah dipotong Bunga-bunga yang telah dipotong
langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga) yang sesuai dengan
kebutuhan setiap jenis bunga. Tempat bunga tersebut hendaknya disimpan pada
suatu tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau kotoran
lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas
bunga.
2. Pengangkutan ke Tempat Sortasi Setelah selesai dikumpulkan, bunga diangkut ke
tempat sortasi untuk disortir dan diseleksi. Di tempat sortasi, bila waktu untuk
melakukan sortir bunga masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam
dulu di dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.
3. Sortasi dan Seleksi Kualitas Bunga hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan
menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa/diteliti satu persatu untuk melihat
kedaan bunganya, tingkat kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi
panjang-pendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya (vigor),
serta kebersihan daunnya.
4. Pengikatan/Pengelompokan Bunga (Bunching) Pada umumnya bunga dilakukan
pengikatan / pengelompokan, kecuali anthurium, anggrek, dan beberapa bunga
lainnya. Bunga dan daun-daunan yang telah diseleksi dan ditentukan kriteria

grading-nya, diikat dengan menggunakan tali atau karet menurut aturan jumlahnya.
5. Pembungkusan Setelah diikat menurut aturan jumlahnya, bunga harus segera
dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus sesuai dengan jenis bunga yang
akan dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar
dari kerusakan (lecet-lecet) sehingga kualitas bunga tetap terjaga.
6. Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet Pengawetan bertujuan untuk
memperpanjang kesegaran bunga potong. Zat pengawet digunakan pada empat
macam perlakuan yaitu : conditioning, pulsing, holding, dan pembukaan kuncup.

Conditioning. Merupakan perlakuan pemberian air pada bunga yang layu dengan
pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung obat pembasmi
kuman. Agen pembasah (0.01 – 0.1%) dapat ditambahkan, dan air harus diasamkan
dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau almunium sulfat pada pH
mendekati 3.5. Pulsing Merupakan perlakuan dalam jangka waktu yang pendek
setelah pemanenan, yaitu proses perendaman dalam larutan yang mengandung
nutrisi (glukosa atau sukrosa) dalam jumlah yang tinggi dan anti oksidan. Holding
solution Merupakan larutan tempat dicelupkannya bunga-bunga sampai terjual atau
larutan yang digunakan oleh konsumen untuk keragaan bunga. Pada umumnya
bahan penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH,
biosida, senyawa anti etilen dan zat pengatur tumbuh. Sumber energi yang

digunakan umumnya adalah sukrosa, tetapi glukosa dan fruktosa juga efektif.
7. Penyimpanan Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga dalam
jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa disimpan pada suhu ruang
dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih. Penyimpanan
untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak lama bunga harus
disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan
temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar 90%.
8. Pengepakan Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga harus dikemas dalam
kardus/karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan panjang
maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap terjaga kualitasnya. Di
Kebun Ciputri, dalam satu kardus berukuran 100 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 25
bungkus chrysant, dimana isi per bungkusnya 10 tangkai. Untuk carnation dapat
digunakan kardus berukuran 80 x 40 x 20 cm, yang dapat menampung 24-30
bungkus carnation, dengan isi 10 tangkai / bungkus. Pada bidang-bidang yang
berukuran 40 x 40 cm untuk kardus chrysant, dan 40 x 20 m untuk carnation diberi
lubang-lubang, sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi udara di
dalam kardus. 10. Fumigasi Fumigasi hanya dilakukan apabila bunga tersebut akan
di ekspor, dan negara tujuan ekspor mengharuskan perlakuan fumigasi ini. Kerugian
dari fumigasi adalah dapat menurunkan vase life dari bunga yang difumigasi.
9. Penanganan Eceran Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal batang ± 2

cm dan kemudian bunga ditempatkan segera pada ruang dingin. Sesudah bungkus
dibuka, bunga ditempatkan pada ruang pendingin untuk beberapa jam. Jika bunga
bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember yang bersih
atau jamban (vas) berisi bahan pengawet.
10.Pengiriman ke Tempat Penjualan Pengiriman bunga ke tempat penjualan dilakukan
dengan menggunakan mobil boks yang mempunyai pengatur udara ruangan (air
conditioner). Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil diusahakan rendah
dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga kesegaran bunga tetap terjaga
dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik. Untuk pengiriman jarak jauh
dapat dilakukan lewat kargo udara.

2.3. Panen dan Pasca Panen tanaman pot dan lansekap
Pada tanaman hias pada kelompok tanaman hias pot dan lanskep salah satu
contohnya
adalah
lida
mertua.
Kegiatan panen dan pascapanen untuk tanaman pot dan lansekap
tanaman
ini secara umum meliputi:

(a) Pemanenan, (b) Sortasi dan grading, (c) Pembersihan/pencucian, (d)
Penanaman/tranplantasi/repotting, (e) Pemeliharaan, (f) Pengendalian OPT, (g)
Pengemasan, dan (h) Pengangkutan.
a.) Pemanenan
Tujuan panen adalah memanen tanaman yang siap panen sesuai kualitas dan
spesifikasi Sansevieria yang diminta pasar atau konsumen Tanaman lidah
mertua, dapat dijual pada berbagai
umur dan ukuran, sesuai dengan permintaan pasar. Tanaman tersebut harus
diakarkan
dahulu
sebelum
dijual. Tanaman
yang
minim perakarannya akan tidak optimal pertumbuhannya dan
kurang tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan selama
transit. Adapun prosedur pemanenan adalah sebagai berikut:
a.

Fase panen; dilakukan dengan mengecek tanaman yang
cukup umur dan sesuai dengan spesifikasi tanaman yang diinginkan konsumen

seperti
tinggi
tanaman,
jumlah
bunga
yang mulai mekar, jumlah daun, kondisi ujung daun, tanaman dalam keadaan
sehat, mulus, tidak cacat dan lain-lain.

b. Umur : 4 s/d 9 bulan, tergantung spesifikasi tanaman yang diinginkan. Semakin tua,
tanaman memiliki ukuran semakin tinggi dan rumpun semakin banyak. Tanda-tanda
dapat dipanen : (1) Tinggi tanaman yang dinginkan biasanya 40 cm s/d 75 cm atau
sesuai spesifikasi yang diminta konsumen. (2) Jumlah daun tiap rumpun disesuaikan
dengan keinginan konsumen. (3) Rumpun dan helaian daun yang sehat, mulus serta
tidak patah ujung.
c. Waktu panen; dengan memperhatikan cuaca, seperti
diupayakan supaya tidak dalam kondisi hujan.
d. Peralatan panen; Menggunakan peralatan yang bersih dan tajam serta bebas dari
gangguan hama
penyakit
tanaman antara
lain cangkul, garpu, gunting
pangkas, pisau/golok, tali dan alat angkut.
e. Proses pemanenan; Panen dilakukan secara hati-hati dengan cara membongkar
tanah diatas bonggol yang dipanen, sehingga terlihat bonggol yang akan dipotong.
Pemotongan bonggol dekat dengan indukan, untuk menghindari busuk dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari memar/patah. Hindari luka bekas potong

terinfeksi dan usahakan mongering lukanya. Setelah bekas potongan bonggol
tanaman induk mengering, lakukan penimbunan bonggol dengan tanah.
f. Prosedur pencatatan pada saat pelaksanaan panen penting dilakukan.
b.) Pasca panen
a. Sortasi dan Grading
Penyortiran dilakukan dengan pemilahan tanaman sesuai
dengan mutu dan ukuran tanaman. Adapun prosedur penyortiran adalah sebagai
berikut:
 Mutu tanaman; pemisahan tanaman yang memenuhi standar sehat, kondisi akar,
batang, dan daun tidak cacat.
 Ukuran tanaman; pemilahan tanaman disesuaikan dengan
panjang, dan lebar daun.

tinggi

tanaman,

Grading dilakukan berdasarkan menurut tinggi tanaman. Adapun prosedur
grading
dilakukan dengan mengelompokkan
tanaman sesuai
grade atau standar yang berlaku atau
berdasarkan permintaan konsumen.
Bila diperlukan,
dikelompokkan sampai 3 grade, yaitu grade A, B dan
C.
Pengelompokkan juga dilakukan berdasarkan ukuran tinggi tanaman, bentuk,
kelurusan daun, mulus, tidak cacat, sehat serta warna tanaman. Tanaman lidah
mertua
dipilih berdasarkan
penampilan fisik secara umum, seperti, lukaluka/goresan/cacat pada daun.
Penampilan tanaman pot yang
akan dipasarkan perlu diperhatikan, karena standar untuk penilaian tanaman
lidah mertua fokus pada penampilan umum tanaman.
b. Pembersihan/Pencucian
Pembersihan
dilakukan
dengan
tujuan
agar
tanaman
bersih dari kotoran yang menempel seperti tanah dan organisme pengganggu
lainnya. Tahapan pembersihan/pencucian meliputi :
a. Bagian bonggol akar tanaman dipotong kemudian dibersihkan dari kotoran yang
menempel.
b. Metode yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan penyemprotan air bertekanan
halus, kemudian dapat juga dilakukan dengan
menggunakan larutan desinfektan seperti fungisida,
ditiriskan dan dikeringanginkan.

selanjutnya tanaman

c. Tanaman yang sudah bersih dan tiris dimasukkan ke dalam
penyimpanan dalam posisi berdiri dan bonggol pada posisi di bawah.

tempat

d. Untuk tanaman yang tidak segera dikemas, tidak segera
tidak langsung dikirim, tanaman disimpan
dalam ruangan yang bersih dengan memperhatikan
sirkulasi udara yang ada. Suhu penyimpanan juga perlu
diperhatikan sesuai standar ketentuan yang telah ditetapkan

diangkut dan

D. Penanaman/Tranplantasi/Repotting
Jika dalam jangka waktu yang lama dan pertumbuhannya terlalu rapat.
pot dapat diganti dua kali dalam
setahun. Sebelum dipindahkan, tanaman yang akan
dipindahkan harus disiram terlebih dahulu sehari sebelumnya.
Ketika tanaman dipindahkan, maka akar harus
dipangkas/dibersihkan terlebih
dahulu. Pot yang baru harus memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga dapat
mendorong pertumbuhan akar. Selanjutnya pot juga harus diisi dengan tanah atau
media tumbuh dan setiap akar harus benar-benar tertutup dengan media.
Langkah selanjutnya pot tanaman juga harus disiram
dengan baik dan ditempatkan di tempat yang teduh beberapa
hari untuk menghindari terjadinya transpirasi dan cahaya yang berlebihan
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pemupukan.
a.

Prosedur penyiraman dilakukan dengan menggunakan sarana/alat penyiraman
yang memadai antara
lain
dengan menyemburkan
air bertekanan halus
ke bagian tanaman dan menyiram bagian pot/ media tanam.

b.

Prosedur
pemupukan
dengan tingkat pertumbuhan tanaman dengan
menaburkan atau menyiram pupuk di sekitar pohon.

dilakukan sesuai

F. Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat
beberapa tindakan sanitasi yaitu:
a.

dilakukan

dengan

Menjaga pot tanaman selalu bersih dan bebas dari debu/kotoran. Debu pada
tanaman
dapat
dicegah
dengan
menggunakan senyawa pemberi kilap daun. Debu juga
dapat
dihilangkan
dengan
penyemprotan
menggunakan
air
atau membersihkan tanaman dengan tangan, kapas, sikat
lembut, atau
spons dengan frekuensi pembersihan sekali dalam seminggu.

b.

Hama dan penyakit pada tanaman juga dapat dikendalikan dengan membuang
daun
dan
batang
yang
terinfeksi.
Setiap
bagian tanaman yang
terinfeksi juga harus dibakar untuk mencegah penyebaran infeksi k tanaman
lainnya.

c. Beberapa jenis hama dapat dihilangkan dengan mencuci daun dengan larutan
deterjen.
d.

Teknik lain yang dapat dilakukan adalah dengan
membersihkan tanaman dari debu menggunakan aliran udara, seperti dari nozel
vacum cleaner.

e. Daun yang sudah tua, layu, atau kering juga harus segera dipisahkan dari
tanaman.
f. Pot juga harus terlindungi dari kontaminasi dengan dicuci
deterjen.
g.

menggunakan

Jika teknik sanitasi sederhana tidak efektif, tanaman
dapat disemprot dengan pestisida yang tepat sesuai dengan
petunjuk. Tanaman harus selalu disemprot di luar ruangan
untuk menghindari polusi udara di ruang tertutup. Setelah
penyemprotan dengan menggunakan bahan kimia,
tanaman
harus disimpan dalam ruangan berventilasi.

G. Pengemasan
a. Ketentuan Umum


Tanaman dikemas dengan bahan tertentu yang tidak
mengganggu fisiologis tanaman, namun memudahkan dalam hal pengiriman.



Kondisi tanaman tidak mengalami kerusakan akibat kegiatan penanganan.

b. Standar Prosedur Pengemasan
1) Kemasan untuk pengiriman melalui pesawat udara (untuk tanaman berukuran
kecil sampai sedang):




Bahan kemasan dipilih bahan yang cukup tahan
terhadap tekanan beban sedang sampai dengan ringan,
styrofoam.

seperti

kardus

Jenis kemasan yang dapat digunakan antara lain
adalah kardus dengan ukuran dan kapasitas
tertentu.
Diberi alas
menggunakan
koran.
Kemasan kardus dilubangi secukupnya pada
sisi agar tanaman masih dapat melangsungkan proses respirasi.

dan

dengan
kedua



Kardus/styrofoam harus ditutup serta dilakban
dengan
rapat
Pencatatan tentang identitas pengirim dan alamat
pengirim, nama isi kemasan, spesifikasi isi baik jumlah maupun
dicantumkan.

dan
grade

kuat.
juga

2) Kemasan untuk pengiriman melalui kapal laut :


Bahan peti kemas dipilih bahan yang cukup tahan
terhadap tekanan beban dan ringan, antara lain terbuat dari kaso dan papan
kayu yang ringan.



Ukuran lebar dan tinggi disesuaikan dengan ukuran kontainer.



Setiap lapisan/susun, pada bagian peti kemasan





bagian dasarnya dialasi plastik dan styrofoam yang dibasahi untuk menjaga
kelembaban. Dasar lapisan terbawah diberi jarak sekitar 10 cm, sehingga tidak
kontak langsung dengan dasar lantai.
Antar papan diberi jarak selebar papan, sehingga sirkulasi udara terjaga.



Penyemprotan peti kemas dengan desinfektan
disesuaikan dengan
negara tujuan. Tidak semua
negara mau menerima tanaman yang mengandung residu pestisida.



Cara/prosedur penyusunan tanaman harus
diperhatikan, jaga agar tanaman tidak mengalami kerusakan secara mekanis.



Temperatur dalam kontainer juga harus diatur sekitar 160C.



tap pada bagian dalam kontainer dilapisi kardus untuk menyerap air embun,
sehingga tidak menetes ke bagian tanaman.



Tanaman
yang
dikemas
harus
dalam
serta ditiriskan dan dikeringanginkan terlebih dahulu.



Setiap box dituliskan grade, isi serta dituliskan
alamat pengirim serta kepada siapa barang akan dikirim.



Box yang sudah selesai dikemas ditempatkan di
tempat yang teduh dan kering sebelum tanaman
siap untuk dikirim, Pencatatan dilakukan pada setiap box.



Untuk pengiriman barang, produsen dapat berkoordinasi dengan bagian cargo
atau
ekspedisi.
Jenis media yang digunakan pada saat pengiriman
juga diperhatikan. Untuk keperluan ekspor, media
yang
biasa
digunakan
adalah cocopeat.

keadaan

bersih

3) Kemasan untuk pengiriman dengan menggunakan mobil box:


Bahan kemasan dipilih yang cukup tahan tekanan
goncangan.



Jenis kemasan yang dapat digunakan antara lain
adalah styrofoam dan kardus dengan ukuran dan
kapasitas tertentu, styrofoam diberi alas dengan menggunakan koran.



Kemasan kardus dilubangi pada kedua sisi agar
tanaman masih dapat melangsungkan proses
respirasi. Pastikan tanaman tidak dalam keadaan rusak dan kering air.



Kardus/styrofoam harus ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat.





beban

sedang

dan

Cara/prosedur penyusunan tanaman juga harus
diperhatikan, jaga agar tanaman tidak mengalami kerusakan secara mekanis.
dalam kontainer diatur sekitar 160C.
Pencatatan tentang identitas pengirim dan alamat
pengirim, nama isi kemasan, spesifikasi isi baik jumlah
dicantumkan.

maupun

grade

juga

H. Pengangkutan
Prosedur
pengangkutan
meliputi
pengaturan
kelembaban
di kendaraan dan pengangkutan kemasan ke alat transportasi.
a.


ruang

Pengaturan kelembaban ruang di kendaraan dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Menempatkan pot dalam kardus secara benar.



Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan sarana
blower/alat pendingin.



Menata kardus/peti sesuai dengan kekuatan/ketahanan kardus agar diperoleh
sirkulasi udara yang memadai.

b.

angkutan

berupa

Pengangkutan kemasan ke alat transportasi

o Penyiapan sarana/alat angkut yang memadai.
o Kemasan diangkut ke alat transportasi dengan menggunakan troli atau alat bantu
lain yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim
I http://saktiagr.blogspot.com/2014/04/strategi-pemasaran-tanaman-hiassakti.html. Diakses tanggal 20 April 2015
Anonim II http://golan18.blogspot.com/2013/09/panen-dan-pasca-panen.html. 20 April
2015
Anonim
III http://bloggerlibra-library.blogspot.com/2011/10/pasca-panen-tamanhias.html. 20 April 2015
http://hortikulturtnamanhias.blogspot.co.id/

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

IDENTIFIKASI UPAYA KELUARGA DALAM PENANGANAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI Di Puskesmas Ciptomulyo Malang 2015

5 81 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU KERJA TERHADAP KOMPLIKASI PEMBENGKAKAN DAN TRISMUS PASCA ODONTEKTOMI GIGI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH DI RSGM UNIVERSITAS JEMBER

0 28 17

ANALISIS NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BANK INDONESIA, POLRI, DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 SEBAGAI MEKANISME PERCEPATAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERBANKAN KHUSUSNYA BANK INDONESIA SEBAGAI PIHAK PELAPOR

1 17 40

KINERJA KEUANGAN BUMN PASCA PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (PENGALAMAN PT. PLN (PERSERO) TAHUN 2003-2011)

0 20 83

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

3 73 70

TINJAUAN PENETAPAN BIAYA REKENING PASANG BARU PRABAYAR KATEGORI RUMAH TANGGA PT PLN (PERSERO) AREA TANJUNG KARANG

2 56 70

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47

KOORDINASI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DENGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DAN BANK INDONESIA (BI) DALAM UPAYA PENANGANAN BANK BERMASALAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

3 32 52

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

3 35 57