PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA ME

1

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,
EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA SISWA
KELAS 4 SD NEGERI CABAWAN 1 KECAMATAN
MARGADANA KOTA TEGAL
Susi Purwanti
susipur@yahoo.co.id

Abstrak : rendahnya kualitas pembelajan IPA di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri
Cabawan 1 adalah pola dan metode pembelajaran yang bersifat monoton. Hal ini
berdampak pada menurunya motivasi belajar dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Pemecahannya adalah penerapan model pembelajaran yang
menyenangkan, dan mencerdaskan yaitu model pembelajaran PAKEM. Hasil
menunjukkan pembelajaran Pakem mampu meningkatkan minat membaca dari
15,58% menjadi 29.87%, yang sering membaca meningkat dari 29,87% menjadi
61,04%, dan yang kadang-kadang membaca menurun dari 51,95% menjadi ]
[[]22,08%, siswa merasa senang 58,44%, merasa lebih mudah memahami 77,02%
dan meningkatkan pemahaman konsep ekosisitem 80,52%.


Kata kunci: Model Pembelajaran PAKEM, Kualitas pembelajaran

PENDAHULUAN
Proses pembelajaran di sekolah sering membuat kita kecewa, karena
sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari
dengan keadaan yang sebenarnya pada kehidupan sehari-hari. Hal itu terjadi
karena kurang menariknya model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Umumnya banyak guru yang mengajar hanya dengan sistem ceramah di depan
kelas, akibatnya suasana pembelajaran terkesan membosankan. Keadaan itu
berakibat pada menurunnya motivasi siswa dalam belajar, yang berdampak

2

langsung pada rendahnya ketercapaian kompetensi kognitif, psikomotor, dan
afektif siswa.
Kondisi serupa terjadi pada siswa kelas 4 SD Negeri Cabawan 1
Kecamatan Margadana Kota Tegal. Pembelajaran pada mata pelajaran IPA di
kelas tersebut kurang mendapatkan perhatian yang baik dari siswa. Mata pelajaran
IPA bagi siswa kelas 4 SD termasuk materi yang sulit dan memerlukan cara
pemahaman yang lebih spesifik, karena sebagian besar isi materi IPA banyak

sekali konsep-konsep alam yang terjadi di sekitar kehidupan nyata. Motivasi
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA tampaknya sangat rendah. Hal
ini terbukti dari hasil pembelajaran bidang IPA masih jauh dari harapan. Banyak
siswa tidak mampu memahami dan menghubungkan antara isi materi IPA dengan
kejadian sehari-hari. Kondisi ini terjadi karena kurang adanya variasi model
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Selain itu juga karena kondisi dan
alam pemikiran siswa kelas 4 SD Negeri Cabawan 1 Kecamatan Margadana Kota
Tegal yang belum mampu menangkap secara komprehensif materi IPA yang
diberikan oleh guru.
Akar permasalah utama yang menyebabkan rendahnya kualitas
pembelajaran IPA ialah bahwa selama ini sistem pembelajaran bidang IPA masih
banyak bertumpu pada pengembangan aspek kognitif siswa saja, di mana guru
menggunakan cara pembelajaran yang masih konvensional, sehingga aspek
psikomotor dan aspek afektif kurang dapat berkembang secara optimal. Sementara
itu sebagian besar siswa merasa kurang senang mengikuti pelajaran IPA karena
tidak menarik, materinya sulit dan guru yang menyajikan proses pembelajaran
kurang menarik. Kondisi ini berdampak negatif terhadap kualitas pembelajaran
siswa kelas 4 SD. Oleh karena itu diperlukan upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran pada mata pelajaran IPA melalui desain pembelajaran yang
menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan.

Tuntutan pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum sekolah memerlukan
adanya persiapan guru sebagai pasukan terdepan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan sesuai dengan tuntutan masa depan. Orientasi pelaksanaan sebuah
kurikulum adalah dengan menghasilkan kompetensi kecakapan hidup (Life Skill)

3

bagi siswa (Diknas, 2004). Hal terpenting yang dapat dilakukan oleh guru adalah
memperbaiki proses pembelajaran sebagai upaya tindakan terhadap penyelesaian
permasalahan-permasalahan

yang

ditemukan

dan

dialami

dalam


proses

pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru harus mampu
menciptakan

suasana

belajar

yang

kondusif

dan

menyenangkan

serta


mencerdaskan siswa. Dengan demikian diharapkan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan di tingkat sekolah dasar dapat ditingkatkan dengan cara
memperbaiki dan menyusun desain pembelajaran yang lebih sesuai, dimana siswa
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan.
Salah satu desain model pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran Aktif
menuntut guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang mendorong siswa
aktif dalam proses pembelajaran. Kreatif dimaksudkan agar guru dalam proses
pembelajaran menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan dimaksudkan agar
suasana belajar mengajar di kelas cukup menyenangkan sehingga siswa mampu
memusatkan perhatiannya secara penuh pada kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
pembelajaran belum cukup jika hanya aktif dan menyenangkan, namun juga harus
efektif, yaitu mencapai hasil belajar dan tujuan pembelajaran yang diharapkan
(Puspowati dan Astuti, 2004).
Rumusan permasalah dalam penelitian ini adalah apakah kualitas
pembelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan desain pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada siswa kelas 4 SD Negeri
Cabawan 1 Kecamatan Margadana Kota Tegal.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA

dengan

menggunakan

desain

pembelajaran

aktif,

kreatif,

efektif

dan

menyenangkan (PAKEM) pada siswa kelas 4 SD Negeri Cabawan 1 Kecamatan
Margadana Kota Tegal. Sedangkan manfaat penelitian ini antara lain:
1. Bagi siswa, memberikan penyegaran bagi siswa untuk dapat menikmati sistem
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan;


4

2. Bagi guru, memberikan masukan yang positif pada para guru untuk dapat
diadopsi dan adaptasi tentang desain pembelajaran PAKEM sesuai kondisi
lingkungan sekolah;
3. Bagi Sekolah, memberikan masukan kepada lembaga pendidikan untuk dapat
memprogramkan dan memfasilitasi peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) menggunakan desain pembelajaran yang lebih baik dan sesuai.
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Cabawan 1 Kecamatan
Margadana Kota Tegal.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan pada semester genap, mulai
bulan Januari 2013 sampai Maret 2013.
B. Subyek Penelitian.
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Cabawan
1 Kecamatan Margadana Kota Tegal.
C. Prosedur Penelitian.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

desain PTK model John Elliot, yaitu pada setiap siklus menggunakan satu
tindakan (acting) yang terdiri dari beberapa tahap (NcNiff, 1992). Hal ini
disebabkan dalam PTK ini menggunakan lebih dari satu pokok bahasan, yaitu
empat pokok bahasan. Siklus yang direncanakan dalam PTK ini adalah 3
siklus, sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II

: Diberikan materi bahan ajar IPA, LKS, integrasi Imtaq;
: Diberikan materi bahan ajar IPA, LKS, integrasi Imtaq,
metode permainan dan pemutaran VCD tentang ilmu alam

Siklus III

(Sains);
: diberikan materi bahan ajar, LKS, integrasi Imtaq, survei dan
praktek di lapangan (lingkungan), yaitu di ekosistem sawah,
ekosistem kolam dilingkungan sekolah.

5


Setiap terminal dan masing-masing siklus diadakan refleksi atau
evaluasi untuk menentukan skenario tindakan berikutnya.
Secara rinci, prosedur penelitian dalam setiap siklus adalah:
Tahap Persiapan.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama antara peneliti dan guru dalam
menentukan langkah-langkah penelitian yang meliputi:
a. Peneliti dan guru berkolaborasi menetapkan model pembelajaran PAKEM
untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran mata pelajaran IPA
b. Membuat perencanaan pengajaran,
c. Membuat dan melengkapi alat media pembelajaran.
d. Membuat lembar observasi.
e. Mendesain alat evaluasi.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
kegiatan

pembelajaran


melaksanakan

kegiatan

sebagaimana
pembelajaran

yang

telah

dengan

direncanakan.
menggunakan

Guru
model

pembelajaran yang telah ditetapkan bersama peneliti.

Tahap Observasi
Dalam tahap ini dilakukan observasi oleh peneliti/observer terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan.
Tahap Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan
dianalisis. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, guru dapat melakukan
refleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada
tahap ini, peneliti dan guru dapat mengetahui besarnya tingkat keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Berdasarkan hasil
refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan
kelas pada siklus berikutnya.

6

Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) siklus, sehingga pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini benar-benar akan bermanfaat dan meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran mata pelajaran biologi.
Penelitian ini membutuhkan data kualitatif dan kuantitatif, sehingga
digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a.

Metode Observasi, digunakan untuk mengumpulkan data
kualitatif

yang

berkaitan

dengan

perilaku

siswa

selama

proses

pembelajaran berlangsung. Proses pengumpulan data ini dilakukan oleh
pengamat/observer, dengan mengisi lembar observasi yang telah
disiapkan.
b.

Metode Tes, digunakan untuk memperoleh data prestasi siswa,
untuk mengukur tingkat penguasaan materi sesudah diberi tindakan.

c.

Metode Wawancara, metode ini dilakukan jika ada siswa yang
bermasalah sesudah pelaksanaan tindakan berakhir.

d.

Metode Angket, metode ini untuk mengumpulkan data tentang
peningkatan minat siswa dalam mengikuti model pembelajaran PAKEM

HASIL PENELITIAN TINDAKAN
Siklus I.
Pelaksanaan kegiatan pada siklus I dilakukan dengan membuat persiapan
dan rencana tindakan berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru dan
observer. Berdasarkan pengamatan awal terhadap permasalahan di kelas 4,
diperoleh hipotesis tindakan sebagai berikut:
-

penggunaan lembar kegiatan siswa secara terstruktur dapat meningkatkan
kesadaran siswa untuk membaca dan mempersiapkan diri mengikuti proses
pembelajaran

-

pengintegrasian konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari dan
penanaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (Imtaq).
Implementasi tindakan pada siklus ini adalah dengan melaksanakan proses

pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan Rencana Pembelajaran

7

(RP) 1 dan 2 dengan materi Bentuk-bentuk perlindungan diri hewan terhadap
musuhnya. Hal-hal penting yang dilakukan pembelajaran ini adalah:
-

membentuk kelas menjadi beberapa kelompok belajar dengan anggota 5
(lima) siswa setiap kelompok,

-

memberikan apersepsi dan ringkasan materi,

-

memberikan petunjuk pelaksanaan lembar kegiatan siswa (LKS),

-

melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan berupa lomba/permainan,

-

memberikan waktu untuk mendiskusikan hasil lomba/permainan,

-

mengarahkan dan menghubungkan materi permaian kedalam pemahaman
konsep IPA dan penanaman nilai Imtaq. Diskusi dipandu oleh guru dengan
mengembangkan

materi

lomba/permainan

tentang

konsep

bentuk

perlindungan diri hewan yang ada di sekitarnya. Menanamkan konsep
pentingnya perlindungan diri pada siswa untuk dapat mengembangkan
kompetensi dalam belajar dan hidup di masyarakat.
Hasil monitoring (observasi) dan evaluasi pelaksanaan siklus I
diperoleh beberapa temuan, sebagai berikut:
1. Jalannya proses pembelajaran yang berupa lomba/permainan secara umum
berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, tetapi masih terkesan kaku
dan siswa tampak ”larut” dalam permainan sehingga kurang dapat
dikendalikan aktivitasnya.
2. Substansi materi pembelajaran dapat diterima siswa bahkan dapat
dikembangkan

karena

pendekatan

pembelajarannya

menggunakan

pendekatan kontekstual.
3. Diskusi masih belum berkembang, karena siswa tidak tahu makna dibalik
lomba/permainan yang dilakukan. Pertanyaan dapat dijawab dengan
jawaban yang bersifat spekulatif, tanpa ada keterkaitan dengan materi
pembelajaran.
4. Keterlibatan siswa dalam permainan dan diskusi belum merata, masih
banyak siswa yang bersifat pasif.

8

5. Atmosfer pembelajaran cukup kondusif, aktivitas siswa dapat digali dan
siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan siklus 1,
maka dirumuskan refleksi sebagai berikut:
-

Guru dalam memandu proses pembelajaran masih ”terbelenggu” dengan
metode pembelajaran konvensional, sehingga beberapa aktivitas dalam
skenario pembelajaran tidak dilaksanakan.

-

Persiapan siswa pembelajaran siklus 1 masih kurang, siswa enggan
membaca buku dan sumber belajar lain yang relevan.

-

Siswa masih terikat pada pola pembelajaran konvensional, di mana siswa
lebih banyak menerima informasi, sehingga tampak canggung dalam
proses pembelajaran.

-

Siswa belum terbiasa berdiskusi dan menyampaikan pendapat dan belum
memahami tentang kedudukan dan fungsinya dalam kelompok belajar.
Hasil refleksi siklus I merekomendaskan aktivitas kegiatan yang
dapat dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Persiapan guru dalam proses pembelajaran harus lebih diselaraskan
dengan ”tuntutan skenario” yang ditetapkan dalam RP dan LKS.
b. Siswa lebih disiapkan dengan skenario pembelajaran yang sudah
disiapkan.
c. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan memberikan tanggung jawab
yang bersifat individual, sehingga diharapkan semua siswa aktif dalam
proses pembelajaran.
d. Integrasi nilai-nilai Imtaq masih perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran.
Siklus II.
Hasil diskusi pada tahap perencanaan, ditetapkan langkah-langkah
pembelajaran dengan mengacu hasil refleksi siklus I. Rencana pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada siklus II lebih menekankan pada aktvitas yang
biasa terjadi dan nyata di sekitar siswa. Materi pembelajaran pada siklus II ini
adalah bentuk-bentuk perlindungan diri tumbuhan dan bentuk adaptasi

9

tumbuhan dengan lingkungannya. Pembelajaran yang akan dilaksanakan
adalah pembelajaran di luar kelas (out door), dengan memanfatkan sumber
belajar di sekitar sekolah, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. membagi kelas menjadi 2 (dua) kelompok, dengan memperhatikan
karakter anggota kelompok,
b. memberikan pengarahan pada siswa tentang aktivitas yang harus
dilaksanakan,
c. memandu diskusi langsung pada saat siswa beraktivitas, dan merangsang
siswa untuk mengembangkan konsep-konsep IPA terhadap hasil
temuannya.
d. Menanamkan nilai Imtaq tentang konsep perlunya perlindungan diri yang
dilakukan oleh tumbuhan.
e. Melibatkan semua guru dan observer dalam proses penggalian kompetensi
belajar siswa pada saat siswa beraktivitas.
Kegiatan monitoring dilakukan oleh guru/observer pada masingmasing aktivitas kelompok siswa yang dibina. Monitoring proses dilakukan
dengan pendekatan pengamatan sejawat (observasi peer) dan supervisi klinis
pada implementasi tindakan pada siklus II. Hasil monitoring diperoleh data
hasil sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran sudah lebih santai dan siswa lebih menikmati
mekanisme pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
b. Aktivitas siswa dalam bertanya hasil pengamatannya semakin meningkat,
rata-rata 65% siswa setiap kelompok mengajukan pertanyaan.
c. Proses diskusi berjalan semakin baik dengan tingkat pemerataan aktivitas
setiap kelompok mencapai 72%.
d. Bobot pertanyaan siswa lebih berkembang dan relevansi pertanyaan
dengan materi pembelajaran semakin ”mengerucut” pada pemahaman
suatu konsep perlindungan diri.
e. Terjadi peningkatan daya serap kognisi pada hasil diskusi berdasarkan
jawaban pertanyaan lisan yang diajukan guru sebesar 61% dari seluruh
siswa.

10

f. Tumbuhnya aspek afektif siswa terhadap lingkungan dengan sikap tidak
merusak tanaman.
Berdasarkan hasil monitoring, dapat ditetapkan hasil refleksi kegiatan
sebagai berikut:
a. Siswa belum memiliki kemampuan eksperimen dalam mengamati gejala
dan fakta alam,
b. Kemampuan menghubungkan data / fakta belum sepenuhnya tergali, siswa
hanya tahu sebatas kejadian / fakta yang ada di sekitarnya.
c. Pembelajaran masih menitikberatkan pada kajian teori, pembelajaran
aspek kontekstual belum optimal.
d. Aspek afektif siswa sudah tercermin dari perilaku siswa yang berwawasan
lingkungan.
Dampak positif hasil implementasi tindakan pada siklus II meningkat secara
signifikan terhadap proses instruksional maupun terhadap siswa, namun masih
membutuhkan optimalisasi tindakan pada siklus berikutnya.
Siklus III.
Pelaksanaan siklus III mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang
terangkum pada Rencana Pembelajaran siklus III. Materi pada siklus 3 adalah
konsep tentang penyesuaian mahluk hidup sebagai bentuk pertahanan diri
untuk tetap hidup. Pembelajaran dilkukan dengan menggunakan penayangan
VCD tentang bentuk-bentuk penyesuaian diri dan bentuk penyamaran mahluk
hidup. Urutan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
a. membentuk kelompok diskusi dengan anggota berkisar 4-5 siswa dengan
memperhatikan karakter setiap anggota kelompok.
b. Memberikan ulasan dan persepsi tentang kegiatan yang harus dilaksanakan
oleh siswa.
c. Memberikan lembar kegiatan siswa, yang harus dilaksanakan setelah
melihat tayangan VCD pembelajaran.
Monitoring dilaksanakan dengan mengamati aktivitas diskusi kelompok
dengan menekankan aspek kognisi dan afektif siswa. Mekanisme monitoring

11

dilakukan dengan pendekatan

observasi kelompok

oleh masing-masing

observer dan pendekatan triangulasi hasil observasi masing-masing observer.
Hasil monitoring memperoleh data sebagai berikut:
a. atmosfer akademik siswa dalam mendiskusikan masalah-masalah yang
diajukan berdasarkan tayangan VCD terbangun, Kompetensi siswa pada
aspek kognisi terlihat optimal dengan peningkatan aktivitas bertanya dan
berpendapat mencapai 68%.
b. Rekonstruksi daya imajinasi siswa dalam memahami suatu konsep
penyesuaian dan perlindungan diri mahluk hidup dapat tergali, terbukti
dengan beragamnya jawaban dan pendapat pada lembar kegiatan siswa
yang dibahas secara berkelompok.
c. Motivasi siswa dalam belajar IPA tergali, keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran 94% terbangun.
d. Siswa lebih memahami secara komprehensif tentang konsep-konsep IPA
yang dipelajari.
e. Terjadi peningkatan daya serap terhadap materi, dimana jawaban atas
pertanyaan dalam lembar kegiatan siswa diselesaikan dengan benar.
Perkembangan hasil proses pembelajaran pada siklus I terlihat ada
perkembangan yang cukup menggembirakan, dimana atmosfer akademik dan
keterlibatan siswa sudah mulai tampak, walaupun aktivitas belum merata pada
semua siswa. Dalam mengikuti proses pembelajaran siswa merasa senang dengan
pendekatan permainan dan lomba, sehingga secara tidak sadar siswa sudah merasa
senang belajar IPA. Rasa senang siswa dapat dilihat dari rasa ”ingin tahu” mereka
dengan bentuk permainan yang berikutnya.
Guru dalam memandu proses pembelajaran terlihat agak canggung, hal ini
dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan pola pembelajaran yang cukup
drastis. Selama ini pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih berorientasi
pada penyampaian materi/informasi satu arah dan siswa hanya menerima. Dengan
pelaksanaan pembelajaran PAKEM ini memberi inspirasi dan motivasi guru untuk
mengembangkan kualitas pembelajaran yang selanjutnya.

12

Pada siklus II terjadi peningkatan yang lebih baik dibandingkan pada
siklus I. Daya serap siswa dalam belajar IPA meningkat, dimana siswa lebih
mudah memahami materi pembelajaran dengan melakukan pembelajaran dengan
pendekatan permainan/lomba yang menyenangkan.
Peningkatan aktivitas yang terjadi pada siklus II antara lain seperti proses
pembelajaran sudah lebih santai dan siswa lebih menikmati mekanisme
pembelajaran yang sedang dilaksanakan, bobot pertanyaan siswa lebih
berkembang dan relevansi pertanyaan dengan materi pembelajaran semakin
”mengerucut” pada pemahaman suatu konsep perlindungan diri, tumbuhnya aspek
afektif siswa terhadap lingkungan dengan sikap tidak merusak tanaman. Hal itu
terjadi karena kondisi mental siswa sudah mampu ”menangkap” pesan
pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa menikmati jalannya aktivitas
pembelajaran. Selain itu, guru mampu menfasilitasi ”pesan pembelajaran” yang
dilaksanakan. Dengan demikian terjadi sinkronisasi antara pola pembelajaran
PAKEM yang diterapkan dengan motivasi belajar siswa.
Pada pelaksanaan siklus III peningkatan aktivitas yang berupa atmosfer
akademik siswa dalam mendiskusikan masalah-masalah yang diajukan dalam
lembar kegiatan siswa berdasarkan tayangan VCD, rekonstruksi daya imajinasi
siswa dalam memahami suatu konsep penyesuaian dan perlindungan diri mahluk
hidup dapat tergali, terbukti dengan beragamnya jawaban dan pendapat pada
lembar kegiatan siswa yang dibahas secara berkelompok, siswa lebih memahami
secara komprehensif tentang konsep-konsep IPA yang dipelajari dan terjadinya
peningkatan daya serap terhadap materi, dimana jawaban atas pertanyaan dalam
lembar kegiatan siswa diselesaikan dengan benar. Hal itu terjadi karena pola
pembelajaran

yang dilaksanakan

disusun dengan memperhatikan

faktor

perkembangan emosi siswa, dimana emosi siswa kelas 4 (empat) SD didominasi
oleh masa bermain dan rasa ingin tahu yang sebenarnya cukup tinggi. Dengan
pola pembelajaran yang menunjukan adanya peristiwa penyamaran dan adaptasi
dalam rangka melindungi diri dari musuh secara nyata dan umum, maka siswa
menjadi terbuka lama berfikirnya dan menerima ”pesan” tersebut dengan baik.

13

Berdasarkan hasil analisis angket yang berikan kepada siswa tentang
pmbelajaran IPA menggunakan PAKEM dari siklus I sampai dengan III, dapat
dirangkum sebagai berikut : Pembelajaran Pakem mampu meningkatkan minat
membaca siswa dari 15,58% menjadi 29.87%, yang sering membaca meningkat
dari 29,87% menjadi 61,04%, dan yang kadang-kadang membaca menurun dari
51,95% menjadi 22,08%. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa implementasi
pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan minat baca siswa asal diberi lembar
keja secara testruktur seperti tergambar pada grafik 1.
80
70
60
50

Siklus 1

40

Siklus 2

30

Siklus 3

20
10
0
senang

sering baca kurang baca

kadang

Grafik 1. Perbandingan minat baca siswa pada pembelajaran PAKEM
a. Tanggapan siswa dalam mempelajari IPA merasa senang belajar IPA
meningkat dari 38,98% mejadi 58,44%, merasa lebih mudah belajar IPA
meningkat dari 76,53% menjadi 77,02%, siswa memahami konsep
ekosistem meningkat dari 49,53% menjadi 80,52%. Hal ini dapat dimaknai
bahwa pelajaran IPA terutama materi biologi bukan materi yang ditakuti
siswa, seperti tergambar pada grafik 2 berikut.

100
80
60

Siklus 1

40

Siklus 2

20

Siklus 3

0
Senang
biologi

Paham
ekosistem

14

Grafik 2. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA (biologi)
b. Siswa

lebih

menyukai

pembelajaran

secara

kontekstual,

yaitu

pembelajaran yang berkaitan dengan dunia nyata, sehingga pembelajaran
lebih bermakna, dimana siswa yang menyatakan sangat setuju meningkat
dari 44,16% menjadi 61,04% seperti tergambar pada grafik 3. Hal ini
dapat dimaknai bahwa dalam proses pembelajaran harus senantiasa
menggunakan model dan metode serta pendekatan yang lebih bervariasi
70
60
50
40

Sebelum PTK
Sesudah PTK

30
20
10
0
Sangat
setuju

Setuju

tidak
setuju

dan dapat dilihat dikehidupan sehari-hari.
Grafik 3. Tanggapan siswa tentang pembelajaran kontekstual

15

c. Terjadi peningkatan daya serap kognitif, nilai rata-rata post test 77.82 pada
siklus 1 menjadi 79,64 pada siklus 2 dan meningkat menjadi 82,36 pada
siklus 3. Hal ini menunjukan bahwa hal utama dalam proses pembelajaran
harus dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran PAKEM selain
mendesain pembelajaran yang menyenangkan juga berorientasi pada
peningkatan prestasi belajar siswa seperti tergambar pada grafik 4.

83
82
81
80
79
78
77

East

76
75
Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Grafik 4. Nilai rata-rata post test

16

SIMPULAN DAN SARAN
A.

Simpulan

Simpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Pakem mampu meningkatkan minat membaca siswa dari
15,58% menjadi 29.87%, yang sering membaca meningkat dari 29,87%
menjadi 61,04%d, dan yang kadang-kadang membaca menurun dari
51,95% menjadi 22,08%.
2. Tanggapan siswa dalam mempelajari IPA merasa senang belajar IPA
meningkat dari 38,98% mejadi 58,44%, merasa lebih mudah belajar IPA
meningkat dari 76,53% menjadi 77,02%, siswa memahami konsep
ekosistem meningkat dari 49,53% menjadi 80,52%.
3. Siswa

lebih

menyukai

pembelajaran

secara

kontekstual,

yaitu

pembelajaran yang berkaitan dengan dunia nyata, sehingga pembelajaran
lebih bermakna, dimana siswa yang menyatakan sangat setuju meningkat
dari 44,16% menjadi 61,04%.
4. Terjadi peningkatan daya serap kognitif, nilai rata-rata post test 77.82 pada
siklus 1 menjadi 79,64 pada siklus 2 dan meningkat menjadi 82,36 pada
siklus 3.
5. Penggunaaan LKS secara terstruktur mampu meningkatkan minat baca
dan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep IPA.
B.

Saran.

1. Desain

pembelajaran

yang

menyenangkan,

mengasyikan

dan

mencerdaskan pada semua konsep dan materi pembelajaran dapat
dilaksanakan

pada

setiap

proses

pembelajaran

dengan

tetap

memperhatikan karakteristik setiap materi.
2. Model pembelajaran PAKEM dapat dikembangkan dengan setting tempat,
waktu dan karakter siswa dan karakter materi pembelajaran pada semua
proses pembelajaran.

17

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,
Rineka Cipta
Diknas, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Actions Research). Jakarta. Proyek
Peningkatan Mutu SMU-ADB LOAN.
Diknas, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi
SMU.Jakarta. Litbang Diknas.
NcNiff, J. 1992. Actions Research for Education Change: Principle and
Practice. London: Routledge.
Puspitowati dan Astuti. 2004. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) dan Tematik, Bimbingan Teknis Guru
SD/MI Mata Pelajaran IPA Tingkat Propinsi Jawa Tengah, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi jateng. Semarang. 8-13
Agustus 2004.
Sarwono, W., Sarlito. 2002. Psikologi lingkungan. Psikologi UI Program Pasca
Sarjana. Jakarta: PT. Gramedia.
Sopyan, A. 2002. Desain dan Model Pengembangan Pembelajaran. Makalah
disampaikan dalam pelatihan Penyusunan Desain Pembelajaran.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan propinsi Jawa tengah. Semarang:
8-21 September 2002.
Suparman, A. 1995. Desain Instruksional. Jakarta: PAU untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivitas Instruksional. Ditjen Dikti. Depdikbud.
Tillar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 2001. Indonesia Tera. Magelang.

oooOooo