Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak U

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Usia Dini
dengan Menggunakan Buku Cerita Bergambar
Sri Nurwinda
1407125
Terkadang tak pernah kita pikirkan bagaimana awalnya kita mampu berbicara
dan berkomunikasi dengan orang lain, dan bahkan mulai bersosialisasi. Sering
kali kita menganggap kejadian itu dapat berjalan dengan alami tanpa adanya usaha
maupun doronngan dari orang lain. Kemampuan berkomunkasi bukan hanya
sekedar kemampuan alami yang dimiliki setiap individu dan pasti akan
berkembang sejalan dengan proses perkembangan. Namun, komunikasi juga
merupakan alat penghubung kita dengan orang lain. Tanpa dapat berkomunikasi,
kita tidak akan dengan mudah bersosialisasi dengan orang lain. Komunikasi
diawali dari saat kita belajar mendengarkan, mulai mengucapkan perkataan,
mencoba membaca, dan kemudian menulis sebuah kalimat tersebut.
Beberapa anak tampak secara alami mampu membaca dan menulis ditandai
dengan memulai berinteraksi dan bermain-main dengan media cetak di
lingkungannya. Seolah sudah ada suatu “aturan” yang mengharuskan anak dapat
membaca dan menulis, sehingga kemudian orang tua mencoba mengajari anakanaknya untuk membaca dan menulis sejak usia dini tanpa memperhatikan
kemampuan anak yang lainnya.
Selain hanya memaksakan anak agar dapat menulis dan membaca, orang tua
seharusnya menyadari bahwa dengan mengajarkan berkomunikasi pun merupakan

salah satu proses yang holistik yang erat kaitannya dengan kemampuan membaca
dan menulis. Karena dalam proses berkomunikasi, anak-anak pun dituntut untuk
dapat mengasah kemampuan berbicara, membaca, dan menulis secara bersamaan,
tidak terpisah. Orang tua juga harus menyadari bahwa proses ini dimulai anakanak sejak lahir.
Untuk mendukung anak dalam memperoleh keterampilan ini, para orang tua
dan pendidik dapat menggunakan beberapa cara dan media seperti sastra anakanak yang meliputi buku dongeng, buku bergambar, majalah anak, permainan
Sri Nurwinda_1407125_PGPAUD 2B

alfabet, dan sebagainya. Orang tua dan pendidik dapat menggunakan media
tersebut sebagai alat bantu guna mengajarkan anak meningkatkan kemampuan
berkomunikasinya. Beberapa tips yang dapat dilakukan antara lain menggunakan
buku dongeng. Orang tua dan pendidik dapat menggunakan buku dongeng untuk
melatih sensori anak seperti memotivasi anak untuk mendengarkan, memotivasi
anak untuk berani berbicara, serta memotivasi anak untuk mulai membaca.
1. Buku untuk Memotivasi Mendengarkan
Untuk memperoleh keterampilan berbicara sebagai alat berkomunikasi, anakanak harus mampu mendengarkan. Salah satu cara terbaik untuk mempromosikan
keterampilan mendengarkan yang baik pada anak-anak adalah dengan
membacakan buku-buku yang menarik perhatian mereka, misalnya buku dongeng
anak dengan sampul buku yang bergambar ceria. Buku-buku tersebut dapat
membantu anak-anak untuk termotivasi mendengarkan yaitu ketika mereka

menemukan kata favorit mereka, mereka akan senang dan bahkan meminta buku
tersebut dibacakan secara berulang-ulang.
Bagi anak usia dini, buku-buku tersebut haruslah sederhana, serba cepat, dan
menyenangkan. Beberapa buku memiliki episode yang berulang. Buku lainnya
memiliki kata-kata beritme yang dapat diingat oleh anak-anak. Lalu ada juga buku
yang menyediakan gambar sebagai ilustrasi yang jelas bagi kata atau kalimatnya
(biasanya buku ini paling banyak digemari). Dan ketika anak mendengar cerita
yang diulang-ulang, mereka akan mengetahui jalan ceritanya dengan baik, mereka
bisa menebak apa yang akan terjadi.
Lalu pertanyaannya apakah kita harus mengajari anak membaca? Jawabannya
tidak. Kita bisa membacakan cerita yang bisa diprediksi oleh anak dan
menyediakan buku bacaan yang serupa (bisa diprediksi). Kita juga bisa memenuhi
ruang bermain atau ruang kelas dengan buku dongeng dan mengulang-ulang buku
tersebut.
2. Membacakan Buku untuk Anak
Setelah anak termotivasi untuk mendengarkan dan mulai menikmati
pembacaan buku yang kita bacakan, kita dapat mulai mengulang-ulang kegiatan
tersebut kepada anak. Sebagai pembaca buku yang baik, kita perlu mengetahui

Sri Nurwinda_1407125_PGPAUD 2B


gambaran abstraknya, tidak sama seperti pembaca berita yang hanya membacakan
sebuah laporan saja.
Sebagai seorang pembaca, kita seharusnya duduk bersama dengan anak dari
pada duduk di kursi yang lebih tinggi dari anak-anak yang duduk di lantai. Selain
dari itu, untuk dapat menjadi pembaca cerita yang sukses, orang tua atau pendidik
membutuhkan beberapa gambaran seperti tips berikut ini:
1. Kenali buku tersebut dengan baik.
Dengan kata lain, pahami dan baca buku tersebut untuk Anda sendiri
sebelum membacakannya untuk anak-anak.
2. Mulailah dengan alat perlengkapan yang menarik.
Cerita yang Anda bacakan tidak akan sukses kecuali jika Anda mampu
mendapatkan perhatian dari pendengar. Anda dapat membantu mereka menjadi
siap dengan memulainya menggunakan perlengkapan yang menarik.
Contoh alat perlengkapan yang paling sederhana dan sangat efektif adalah
dengan menggunakan sampul buku tersebut. Kesempatan Anda adalah
tanyakan kepada anak mengenai sesuatu hal tentang gambar dari sampul
tersebut. Contohnya :
a. Judul buku ini adalah Today I Am... A Cat. Bagaimana bisa gadis ini
menjadi seekor kucing? Apa yang kamu pikirkan mengenai perbuatan gadis

itu? Siapa pemeran lain dalam cerita ini?
b. Buku ini berjudul It Wasn’t My Fault. Kejadian apa yang dikemukakan pada
sampul ini? Siapa yang mengatakan itu bukan kesalahannya? Kesalahan
siapa itu, apa yang kamu pikirkan?
3. Buatlah suara Anda semenarik mungkin.
Suara Anda seringkali menggambarkan perasaan Anda. Jika Anda sangat
antusias membaca buku, anak-anak akan tahu melalui nada suara Anda.
Mereka sangat menyukai pembaca yang mendramatisir suaranya ketika
membacakan buku. Anda dapat melakukan beberapa hal seperti membuat suara
yang terdengar menakutkan atau mendalam, menirukan suara hewan, dan
menunjukkan ekspresi melalui nada suara.
4. Bantulah anak untuk dapat ikut serta dalam alur cerita.

Sri Nurwinda_1407125_PGPAUD 2B

Ketika membacakan buku, Anda tidak hanya membuat anak-anak tetap
duduk manis dan menjadi pendengar cerita, tapi bawalah mereka ikut serta ke
dalam alur cerita yang Anda bacakan. Anda dapat memasukan salah satu nama
anak sebagai tokoh utama dalam cerita, dan hal tersebut dapat dilakukan
bergiliran kepada setiap anak agar tak terjadi masalah atau gangguan saat

membacakan cerita. Anda pun harus memilih apakah rencana Anda tersebut
dapat mendukung tersampaikannya cerita yang Anda bacakan atau malah akan
menjadi kendala jika tanpa meminta persetujuan anak. Cara yang dapat Anda
lakukan untuk mwnghindari hal tersebut adalah dengan meminta persetujuan
anak untuk ikut serta dengan menawarkan terlebih dahulu peran/tokoh dalam
cerita tersebut guna melancarkan proses pembacaan buku yang akan Anda
lakukan.
3. Buku untuk Mendorong Berbicara
Setelah anak dapat menjadi pendengar yang baik, dapatkah buku bergambar
memotivasi anak untuk berbicara? Tentu saja bisa jika kita sendiri dapat
memotivasinya dan ada banyak buku yang dapat mendukung kita dalam
mendorong anak untuk berani berbicara. Salah satu contoh buku yang dapat
memotivasi anak untuk berani berbicara adalah buku fabel atau cerita tentang
hewan.
Suatu hal yang sangat menyenangkan untuk dapat mendorong anak berani
berbicara adalah anak bisa menirukan bahasa yang mereka dengar dari buku cerita
yang kita bacakan. Hal tersebut akan lebih efektif jika kita memberikan boneka
tangan atau hewan sesuai dengan tokoh cerita yang kita bacakan. Anak dapat
meniru suara-suara atau bahasa yang sering kali diucapkan berulang-ulang oleh
tokoh dalam cerita sesuai dengan boneka tangan atau boneka hewan yang mereka

dapatkan. Anak memerlukan pengulangan untuk berani mempraktekan bahasa
yang diucapkan “tokoh dalam buku”.
Jika anak mampu mengulangi perkataan suatu tokoh dalam cerita, misalnya
“Apakah kamu mau menjadi temanku?” (Carle, 1977) maka mintalah anak yang
memegang tokoh tersebut untuk mengikuti perkataan tokoh tersebut. Contohnya

Sri Nurwinda_1407125_PGPAUD 2B

dengan kalimat “Boneka tikus berkata, ‘Apakah kamu mau menjadi temanku?’”.
Dengan kemampuan mengulangi perkataan tokoh cerita tersebut, anak akan siap
untuk melanjutkan tahapan perkembangan dari kemampuan berkomunikasinya,
misalnya dengan meminta mereka memainkan peran mereka masing-masing ke
dalam permainan akting/pura-pura. Salah satu contohnya yaitu dari buku I’m
calling Molly (Kurtz, 1990) yang menceritakan seorang anak laki-laki bernama
Christhopher, anak berkulit hitam turunan Afrika-Amerika yang menelepon
seorang gadis cilik berkulit putih. Jika anak Anda menunjukkan rasa
ketertarikannnya

ketika


dibacakan

cerita

tersebut,

maka

Anda

dapat

menggunakannya sebagai salah satu buku yang dapat menjadi sarana melatih
kemampuan berbahasa anak, biasanya disebut “pengulangan cerita”.
Jika anak telah mampu menjadi pendengar yang baik, menyukai banyak
cerita, berani berbicara, dan bahkan mulai berani berkomunikasi dengan orang
lain menggunakan media dari buku cerita, maka kita telah berhasil mengajarkan
anak untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasinya.
Sekian beberapa tips meningkatkan kemampuan komunikasi anak yang
dikutip dari salah satu buku karya Janice Beaty (Skill for Preschool Teacher,

1994), semoga bermanfaat.

Sri Nurwinda_1407125_PGPAUD 2B