Makalah Kasus Pelanggaran KUP. docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam Self assessment system, WP diberi kepercayaan serta
tanggung jawab secara langsung dan mandiri untuk menghitung,
menyetor, serta melapor sendiri besarnya pajak terutang. Artinya,
kesadaran wajib pajak merupakan hal penentu dalam jumlah pajak
yang diterima oleh negara. Dengan self assessment system, wajib
pajak diharapkan tidak hanya patuh terhadap kewajiban membayar
pajak, tapi harus dibekali dengan pengetahuan yang memadai
mengenai ketentuan, kebijakan, hukum, serta prosedur perpajakan
yang sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Kesadaran dan
pengetahuan tersebut harus dilandasi oleh kesadaran, kejujuran, dan
kedisiplinan yang memadai, maka kepercayaan yang diberikan
kepada WP tidak disalahgunakan.
Salah satu kasus yang banyak ditemukan adalah kurangnya
kesadaran para pengusaha wajib pajak untuk mendaftarkan dirinya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Hal ini tentu
tidak sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
telah diatur dalam undang-undang Akibatnya rentetatan pelanggaran
dibidang perpajakan kian terbuka lebar bagi mereka.
Melihat persolan di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya
dalam sebuah analisis masalah guna penyusunan makalah dengan
mengambil salah satu artikel terkait kasus pelanggaran KUP yang
1
berjudul: “Dua Pengemplang Pajak di Padang Rugikan Negara
Rp1,03M”.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang dapat
dirumuskan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
1) Tindakan apa yang dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen Padang
yang dinilai telah melanggar KUP dalam bidang perpajakan?
2) Sanksi apa yang dijerat terhadap pelanggaran tindak pidana pajak
yang dilakukan oleh PT. AKP supplier PT. Semen Padang?
1.2. Tujuan Penulisan
Mengacu
pada
rumusan
masalah,
maka
penulisan
ini
bertujuan:
1. Mengetahui tindakan yang dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen
Padang yang dinilai telah melanggar KUP dalam bidang
perpajakan.
2. Mengetahui sanksi yang dijerat terhadap pelanggaran tindak
pidana pajak yang dilakukan oleh PT. AKP supplier PT. Semen
Padang.
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
A. Pengertian Ketentuan Umum Perpajakan
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah
ketentuan yang hanya berisikan hukum pajak formal, yang sematamata memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara pelaksanaan
pemungutan pajak oleh negara. Tata cara yang diatur dalam undangundang No.28 Tahun 2007 tentang KUP merupakan ketentuan umum
yang berlaku bagi semua jenis pajak. Pemungutan pajak akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tersebut kecuali undangundang pajak yang lain secara khusus menentukan sendiri tata cara
pelaksanaan pemungutannya.
Pengertian dasar yang terdapat dalam Ketentuan Umum
Perapajakan (KUP) adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai
hak dan
kewajiban
perpajakan
sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
3
dengan
2. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa
pun,
firma,
kongsi,
koperasi,
dana
pensiun,
persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean;
4. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya;
5. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban
sesuai
dengan
ketentuan
undangan perpajakan;
4
peraturan
perundang-
6. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Masa Pajak;
7. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
8. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran
pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan;
9. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
10. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar;
11. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan;
12. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
13. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
5
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang;
14. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;
15. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
a. Pendaftaran Untuk Mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
1) Berdasarkan sistem self assessment setiap WP yang memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri utuk memiliki NPWP dengan cara:
a) Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konnsultasi Pajak
(KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kependudukan WP;
b) Melalui
internet
(www.pajak.go.id)
di
situs
pada
(ereg.pajak.go.id).
6
Direktorat
aplikasi
Jenderal
Pajak
e-Registration
2) Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin
yang ingin dikenakan pajak secara terpisah dengan suaminya;
3) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai
tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib
mendaftarkan diri ke KPP yang wilayahnya kerjanya meliputi
tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usah dilakukan;
4) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usahanya atau
pekerjaan bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh
penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling
lambat pada akhir bulan berikutnya;
5) WP orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.
b. Pelaporan Usaha Untuk Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1. Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya
pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP;
2. Pengusah orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat
kegiatan usaha berbeda dengan tempat tinggal, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga
7
wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha
dilakukan;
3. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP
wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai
PKP;
4. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai
PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun
buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batas yang
ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak
berikutnya.
c. Tempat Pendaftaran Wajib Pajak Tertentu dan Pelaporan Bagi
Pengusaha Tertentu
1. Seluruh WP BUMN (Badan Usah Milik Negara) dan WP BUMD
(Badan Usaha Milik Daerah) di wilayah DKI Jakarta, di KPP
BUMN Jakarta;
2. WP PMA (Penanaman Modal Asing) yang tidak go public, di KPP
PMA kecuali yang telah terdaftar di KPP lama dan WP PMA di
kawasan berikat dengan permohonan diberikan kemudahan
mendaftar di KPP setempat;
3. WP Badan dan Orang Asing (Badora), di KPP Badora;
4. WP go public, di KPP Perusahaan Masuk Bursa (Go Public),
kecuali WP BUMN/BUMD serta WP PMA yang berkedudukan di
kawasan berikat;
8
5. WP BUMN diluar Jakarta, di KPP setempat;
6. Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go Public di luar Jakarta,
khusus PPh pemotongan/pemungutan dan PPN/PPnBM di tempat
kegiatan usaha atau cabang.
d. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan PKP
1. Fungsi NPWP adalah sebagai berikut:
a. Sarana dalam administrasi perpajakan;
b. Tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya;
c. Menjaga ketertiban dakam pembayaran pajak dan pengawasan
admiinistrasi perpajakan;
d. Setiap WP hanya diberikan satu NPWP;
2. Fungsi Pengukuhan PKP adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di
bidang PPN dan PPnBM;
b. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
e. Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Secara Jabatan (Sifat
Retroaktif)
KPP dapat menerbitkan NPWP dan Pengukuhan PKP secara
jabatan, apabila WP tidak memenuhi kewajiban mendaftarkan diri
untuk memiliki NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP, bila berdasarkan data yang dimiliki
Direktorat Jenderal Pajak ternyata WP memenuhi syarat untuk
memperoleh NPWP atau PKP.
9
C. Keberatan dan Banding
1. Tata Cara Pengajuan Keberatan
Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa
kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan .
2. Hal-hal yang Dapat Diajukan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.
3. Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12
(dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus
memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila
dalam jangka waktu 12 (dua belas) telah lewat dan Direktorat
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan
yang diajukan tersebut dianggap diterima dan wajib diterbitkan
Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan keberatan WP.
Keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak
terhutang.
D. Pembukuan dan Pencatatan
1. Pengertian Pembukuan dan Pencatatan
a. Pembukuan
10
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
b. Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara
teratur
tentang
peredaran
atau
penerimaan
bruto
dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
2. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan
a. Wajib Pajak (WP) Badan;
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, kecuali wajib pajak orang pribadi yang
peredaran
brutonya
dalam
satu
tahun
kurang
dari
Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah).
3. Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan
a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta
rupiah),
dapat
menghitung
penghasilan
neto
dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan
11
syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak dalam jangka
waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan;
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.
4. Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan
Adalah untuk mempermudah:
a. Pengisian SPT;
b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;
c. Penghitungan PPN dan PPnBM;
d. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi
keuangan dan hasil.
E. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
1. Penyidikan
Penyidikan
tindak
pidana
di
bidang
perpajakan
adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
2. Penyidik
Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
12
3. Wewenang Penyidik
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih
lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan
sehubungan
dengan
tindak
pidana
di
bidang
perpajakan;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan
atau
tempat
pada
saat
pemeriksaan
sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan.
F. Sanksi Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan ada 4 yaitu
a. Setiap orang yang karena kealpaannya jika:
1.
Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
13
2.
Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara
dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan
yang pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, Â atau
dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
(satu) tahun.
b. Setiap orang yang dengan sengaja:
a)
Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP);
b)
Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c)
Tidak menyampaikan SPT;
d)
Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap;
e)
Menolak untuk dilakukan pemeriksaan;
14
f)
Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g)
Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya;
h)
Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi
on-line di Indonesia;
i)
Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Tindakan-tindakan diatas akan menimbulkan kerugian pada
pendapatan Negara, dan akan di pidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan
pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
sebagaimana butir b.
15
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan
tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam
rangka
mengajukan
permohonan
restitusi
atau
melakukan
kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, Â dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi
yang dimohonkan ddan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak  4 (empat) kali jumlah restitusi yang
dimohonkan
dan/atau
kompensasi
atau
pengkreditan
yang
dilakukan.
Setiap orang dengan sengaja:
a) Menerbitkan
dan/atau
menggunakan
faktur
pajak,
bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;
atau
b) Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
c) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling
16
banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau
pegawai dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
2.2 Analisis Masalah
A. Tindakan yang Dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen Padang
yang Melanggar KUP dalam Bidang Perpajakan
Kakanwil Sumatera Barat dan Jambi berserta Korwas PPNS,
Ditrekrimus Polda Sumbar dan Kejaksaan Tinggi Sumbar berhasil
mengungkap pengemplang pajak yang merugikan negara senilai
Rp1,03 miliar.
Kasus PT. AKP supplier PT. Semen Padang telah melanggar
P21 dan akan diserahkan ke kejaksaan tinggi Sumbar. Pelanggaran
yang dilakukan yaitu
tidak menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) sejak 2007 sampai 2010, dan sengaja tidak mendaftarkan diri
dan tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
17
Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun PT. AKP supplier PT. Semen
Padang menerbitkan faktur pajak, tapi tidak menyetor ke kas Negara.
Pelanggaran tersebut tentu sangat bertentangan dengan KUP
tentang pelaporan usaha untuk pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
dimana pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya
pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi PKP. Hal ini tidak dilakukan oleh PT. AKP supplier
PT. Semen.
Hal ini menyebabkan diterbitkan SPT kepada PT. AKP supplier
PT. Semen Padang dan dilanjutkan pada penyelidikan tindak pidana
pelanggaran
KUP
yang
akhirnya
dibawa
kepengadilan
dan
menetapkan bahwa PT. AKP supplier PT. Semen sebagai tersangka.
Dalam penyidikan yang telah dilakukan, penyidik telah meminta
keterangan saksi sebanyak 19 orang baik dari pajak, bank dan pihak
rekanan sendiri.
Pendalaman kasus ini, pelaku sendiri melakukannya tanpa ada
suruhan. Sementara pelaku juga membantah tidak ada pihak dari
kantor pajak yang ikut terlibat dalam kasus ini.
Dalam kasus ini ada dua orang terlibat dan satu orang yang
baru lengkap dan satu lagi masih melengkapi. Tersangka juga telah
kita siapkan dakwaannya.
B. Sanksi Pelanggaran Tindak Pidana Pajak yang Dilakukan oleh PT.
AKP supplier PT. Semen Padang
18
Tersangka dijerat Pasal 39 Ayat (1) huruf a jo Pasal 43 Ayat (1)
UU No 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No 16/2000 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, untuk ancaman
penggelapan pajak tahun 2007.
Sedangkan ancaman penggelapan pajak tahun 2008-2010
diatur dalam Pasal 39a huruf b jo Pasal 43 Ayat (1) UU No. 6/1983
sebagaimana diubah menjadi UU No. 16/2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu ancaman hukuman maksimal
enam tahun penjara.
Berdasarkan Undang-Undang di bidang perpajakan, sanksi
yang berhubungan dengan NPWP dan pengukuhan sebagai PKP yaitu
setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau
menyalahgunakan
atau
menggunakan
tanpa
hak
NPWP atau
Pengukuhan PKP, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling tinggi
4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Tindakan yang Dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen Padang
yang Melanggar KUP dalam Bidang Perpajakan adalah telah
melanggar P21 dengan
tidak menyetorkan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) sejak 2007 sampai 2010, dan sengaja tidak
mendaftarkan diri dan tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun PT. AKP
supplier PT. Semen Padang menerbitkan faktur pajak, tapi tidak
menyetor ke kas Negara.
b. Sanksi Pelanggaran Tindak Pidana Pajak yang Dilakukan oleh PT.
AKP supplier PT. Semen Padang yaitu ancaman
penggelapan
pajak tahun 2008-2010 diatur dalam Pasal 39a huruf b jo Pasal 43
Ayat (1) UU No. 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No.
16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu
ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara.
3.2 Saran
a. Dengan penerapan Self assessment system, WP hendaknya
memiliki kesadaran untuk segera melaksanakan kewajibannya
sebagai objek pajak yaitu membayar pajak tepat waktu karena
20
sekitar pendapatan Negara sekitar 75% berasal dari pemungutan
pajak.
b. Administrasi perpajakan harus berperan aktif dalam melaksanakan
pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugastugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi
perpajakan.
21
DAFTAR PUSTAKA
-------------, Dua Pengemplang Pajak Rugikan Negara Rp. 1.03 M.
[Internet]
22
April
2013,
Available
from:
http://economy.okezone.com, diakses, 12 Mei 2013.
-------------, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perajakan. [Internet] 2013,
Available from: http://www.akuntansiitumudah.com, diakses, 8 Mei
2013.
-------------, Materi KUP. [Internet] 7 Maret 2011, Available from:
http://www.scribd.com/, diakses, 20 Mei 2013.
-------------, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. [Internet] 13 Mei
2011, Available from: http://www.gudangpajak.web.id, diakses, 18
Mei 2013.
-------------, Modul KUP. [Internet] 5 September 2012, Available from:
http://www.docstoc.com/, diakses, 20 Mei 2013.
-------------, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perajakan. [Internet] 2013,
Available from: http://blogpajak.com/, diakses, 8 Mei 2013.
22
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam Self assessment system, WP diberi kepercayaan serta
tanggung jawab secara langsung dan mandiri untuk menghitung,
menyetor, serta melapor sendiri besarnya pajak terutang. Artinya,
kesadaran wajib pajak merupakan hal penentu dalam jumlah pajak
yang diterima oleh negara. Dengan self assessment system, wajib
pajak diharapkan tidak hanya patuh terhadap kewajiban membayar
pajak, tapi harus dibekali dengan pengetahuan yang memadai
mengenai ketentuan, kebijakan, hukum, serta prosedur perpajakan
yang sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Kesadaran dan
pengetahuan tersebut harus dilandasi oleh kesadaran, kejujuran, dan
kedisiplinan yang memadai, maka kepercayaan yang diberikan
kepada WP tidak disalahgunakan.
Salah satu kasus yang banyak ditemukan adalah kurangnya
kesadaran para pengusaha wajib pajak untuk mendaftarkan dirinya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Hal ini tentu
tidak sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
telah diatur dalam undang-undang Akibatnya rentetatan pelanggaran
dibidang perpajakan kian terbuka lebar bagi mereka.
Melihat persolan di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya
dalam sebuah analisis masalah guna penyusunan makalah dengan
mengambil salah satu artikel terkait kasus pelanggaran KUP yang
1
berjudul: “Dua Pengemplang Pajak di Padang Rugikan Negara
Rp1,03M”.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah yang dapat
dirumuskan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
1) Tindakan apa yang dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen Padang
yang dinilai telah melanggar KUP dalam bidang perpajakan?
2) Sanksi apa yang dijerat terhadap pelanggaran tindak pidana pajak
yang dilakukan oleh PT. AKP supplier PT. Semen Padang?
1.2. Tujuan Penulisan
Mengacu
pada
rumusan
masalah,
maka
penulisan
ini
bertujuan:
1. Mengetahui tindakan yang dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen
Padang yang dinilai telah melanggar KUP dalam bidang
perpajakan.
2. Mengetahui sanksi yang dijerat terhadap pelanggaran tindak
pidana pajak yang dilakukan oleh PT. AKP supplier PT. Semen
Padang.
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
A. Pengertian Ketentuan Umum Perpajakan
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah
ketentuan yang hanya berisikan hukum pajak formal, yang sematamata memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara pelaksanaan
pemungutan pajak oleh negara. Tata cara yang diatur dalam undangundang No.28 Tahun 2007 tentang KUP merupakan ketentuan umum
yang berlaku bagi semua jenis pajak. Pemungutan pajak akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tersebut kecuali undangundang pajak yang lain secara khusus menentukan sendiri tata cara
pelaksanaan pemungutannya.
Pengertian dasar yang terdapat dalam Ketentuan Umum
Perapajakan (KUP) adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai
hak dan
kewajiban
perpajakan
sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
3
dengan
2. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa
pun,
firma,
kongsi,
koperasi,
dana
pensiun,
persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean;
4. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya;
5. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban
sesuai
dengan
ketentuan
undangan perpajakan;
4
peraturan
perundang-
6. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Masa Pajak;
7. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
8. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran
pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan;
9. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
10. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar;
11. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan;
12. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
13. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
5
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang;
14. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;
15. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
a. Pendaftaran Untuk Mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
1) Berdasarkan sistem self assessment setiap WP yang memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri utuk memiliki NPWP dengan cara:
a) Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konnsultasi Pajak
(KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kependudukan WP;
b) Melalui
internet
(www.pajak.go.id)
di
situs
pada
(ereg.pajak.go.id).
6
Direktorat
aplikasi
Jenderal
Pajak
e-Registration
2) Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin
yang ingin dikenakan pajak secara terpisah dengan suaminya;
3) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai
tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib
mendaftarkan diri ke KPP yang wilayahnya kerjanya meliputi
tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usah dilakukan;
4) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usahanya atau
pekerjaan bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh
penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling
lambat pada akhir bulan berikutnya;
5) WP orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP.
b. Pelaporan Usaha Untuk Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1. Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya
pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP;
2. Pengusah orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat
kegiatan usaha berbeda dengan tempat tinggal, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga
7
wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha
dilakukan;
3. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP
wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai
PKP;
4. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai
PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun
buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batas yang
ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak
berikutnya.
c. Tempat Pendaftaran Wajib Pajak Tertentu dan Pelaporan Bagi
Pengusaha Tertentu
1. Seluruh WP BUMN (Badan Usah Milik Negara) dan WP BUMD
(Badan Usaha Milik Daerah) di wilayah DKI Jakarta, di KPP
BUMN Jakarta;
2. WP PMA (Penanaman Modal Asing) yang tidak go public, di KPP
PMA kecuali yang telah terdaftar di KPP lama dan WP PMA di
kawasan berikat dengan permohonan diberikan kemudahan
mendaftar di KPP setempat;
3. WP Badan dan Orang Asing (Badora), di KPP Badora;
4. WP go public, di KPP Perusahaan Masuk Bursa (Go Public),
kecuali WP BUMN/BUMD serta WP PMA yang berkedudukan di
kawasan berikat;
8
5. WP BUMN diluar Jakarta, di KPP setempat;
6. Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go Public di luar Jakarta,
khusus PPh pemotongan/pemungutan dan PPN/PPnBM di tempat
kegiatan usaha atau cabang.
d. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan PKP
1. Fungsi NPWP adalah sebagai berikut:
a. Sarana dalam administrasi perpajakan;
b. Tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya;
c. Menjaga ketertiban dakam pembayaran pajak dan pengawasan
admiinistrasi perpajakan;
d. Setiap WP hanya diberikan satu NPWP;
2. Fungsi Pengukuhan PKP adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di
bidang PPN dan PPnBM;
b. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
e. Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Secara Jabatan (Sifat
Retroaktif)
KPP dapat menerbitkan NPWP dan Pengukuhan PKP secara
jabatan, apabila WP tidak memenuhi kewajiban mendaftarkan diri
untuk memiliki NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP, bila berdasarkan data yang dimiliki
Direktorat Jenderal Pajak ternyata WP memenuhi syarat untuk
memperoleh NPWP atau PKP.
9
C. Keberatan dan Banding
1. Tata Cara Pengajuan Keberatan
Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa
kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan .
2. Hal-hal yang Dapat Diajukan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga.
3. Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12
(dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus
memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila
dalam jangka waktu 12 (dua belas) telah lewat dan Direktorat
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan
yang diajukan tersebut dianggap diterima dan wajib diterbitkan
Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan keberatan WP.
Keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak
terhutang.
D. Pembukuan dan Pencatatan
1. Pengertian Pembukuan dan Pencatatan
a. Pembukuan
10
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
b. Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara
teratur
tentang
peredaran
atau
penerimaan
bruto
dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
2. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan
a. Wajib Pajak (WP) Badan;
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, kecuali wajib pajak orang pribadi yang
peredaran
brutonya
dalam
satu
tahun
kurang
dari
Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah).
3. Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan
a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta
rupiah),
dapat
menghitung
penghasilan
neto
dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan
11
syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak dalam jangka
waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan;
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.
4. Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan
Adalah untuk mempermudah:
a. Pengisian SPT;
b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;
c. Penghitungan PPN dan PPnBM;
d. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi
keuangan dan hasil.
E. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
1. Penyidikan
Penyidikan
tindak
pidana
di
bidang
perpajakan
adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
2. Penyidik
Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
12
3. Wewenang Penyidik
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih
lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan
sehubungan
dengan
tindak
pidana
di
bidang
perpajakan;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan
atau
tempat
pada
saat
pemeriksaan
sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan.
F. Sanksi Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan ada 4 yaitu
a. Setiap orang yang karena kealpaannya jika:
1.
Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
13
2.
Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara
dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan
yang pertama kali, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, Â atau
dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
(satu) tahun.
b. Setiap orang yang dengan sengaja:
a)
Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP);
b)
Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c)
Tidak menyampaikan SPT;
d)
Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap;
e)
Menolak untuk dilakukan pemeriksaan;
14
f)
Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g)
Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya;
h)
Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi
on-line di Indonesia;
i)
Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Tindakan-tindakan diatas akan menimbulkan kerugian pada
pendapatan Negara, dan akan di pidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan
pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
sebagaimana butir b.
15
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan
tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam
rangka
mengajukan
permohonan
restitusi
atau
melakukan
kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, Â dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi
yang dimohonkan ddan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak  4 (empat) kali jumlah restitusi yang
dimohonkan
dan/atau
kompensasi
atau
pengkreditan
yang
dilakukan.
Setiap orang dengan sengaja:
a) Menerbitkan
dan/atau
menggunakan
faktur
pajak,
bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;
atau
b) Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
c) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling
16
banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau
pegawai dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
2.2 Analisis Masalah
A. Tindakan yang Dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen Padang
yang Melanggar KUP dalam Bidang Perpajakan
Kakanwil Sumatera Barat dan Jambi berserta Korwas PPNS,
Ditrekrimus Polda Sumbar dan Kejaksaan Tinggi Sumbar berhasil
mengungkap pengemplang pajak yang merugikan negara senilai
Rp1,03 miliar.
Kasus PT. AKP supplier PT. Semen Padang telah melanggar
P21 dan akan diserahkan ke kejaksaan tinggi Sumbar. Pelanggaran
yang dilakukan yaitu
tidak menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) sejak 2007 sampai 2010, dan sengaja tidak mendaftarkan diri
dan tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
17
Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun PT. AKP supplier PT. Semen
Padang menerbitkan faktur pajak, tapi tidak menyetor ke kas Negara.
Pelanggaran tersebut tentu sangat bertentangan dengan KUP
tentang pelaporan usaha untuk pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
dimana pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya
pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi PKP. Hal ini tidak dilakukan oleh PT. AKP supplier
PT. Semen.
Hal ini menyebabkan diterbitkan SPT kepada PT. AKP supplier
PT. Semen Padang dan dilanjutkan pada penyelidikan tindak pidana
pelanggaran
KUP
yang
akhirnya
dibawa
kepengadilan
dan
menetapkan bahwa PT. AKP supplier PT. Semen sebagai tersangka.
Dalam penyidikan yang telah dilakukan, penyidik telah meminta
keterangan saksi sebanyak 19 orang baik dari pajak, bank dan pihak
rekanan sendiri.
Pendalaman kasus ini, pelaku sendiri melakukannya tanpa ada
suruhan. Sementara pelaku juga membantah tidak ada pihak dari
kantor pajak yang ikut terlibat dalam kasus ini.
Dalam kasus ini ada dua orang terlibat dan satu orang yang
baru lengkap dan satu lagi masih melengkapi. Tersangka juga telah
kita siapkan dakwaannya.
B. Sanksi Pelanggaran Tindak Pidana Pajak yang Dilakukan oleh PT.
AKP supplier PT. Semen Padang
18
Tersangka dijerat Pasal 39 Ayat (1) huruf a jo Pasal 43 Ayat (1)
UU No 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No 16/2000 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, untuk ancaman
penggelapan pajak tahun 2007.
Sedangkan ancaman penggelapan pajak tahun 2008-2010
diatur dalam Pasal 39a huruf b jo Pasal 43 Ayat (1) UU No. 6/1983
sebagaimana diubah menjadi UU No. 16/2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu ancaman hukuman maksimal
enam tahun penjara.
Berdasarkan Undang-Undang di bidang perpajakan, sanksi
yang berhubungan dengan NPWP dan pengukuhan sebagai PKP yaitu
setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau
menyalahgunakan
atau
menggunakan
tanpa
hak
NPWP atau
Pengukuhan PKP, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling tinggi
4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Tindakan yang Dilakukan PT. AKP supplier PT. Semen Padang
yang Melanggar KUP dalam Bidang Perpajakan adalah telah
melanggar P21 dengan
tidak menyetorkan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) sejak 2007 sampai 2010, dan sengaja tidak
mendaftarkan diri dan tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun PT. AKP
supplier PT. Semen Padang menerbitkan faktur pajak, tapi tidak
menyetor ke kas Negara.
b. Sanksi Pelanggaran Tindak Pidana Pajak yang Dilakukan oleh PT.
AKP supplier PT. Semen Padang yaitu ancaman
penggelapan
pajak tahun 2008-2010 diatur dalam Pasal 39a huruf b jo Pasal 43
Ayat (1) UU No. 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No.
16/2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu
ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara.
3.2 Saran
a. Dengan penerapan Self assessment system, WP hendaknya
memiliki kesadaran untuk segera melaksanakan kewajibannya
sebagai objek pajak yaitu membayar pajak tepat waktu karena
20
sekitar pendapatan Negara sekitar 75% berasal dari pemungutan
pajak.
b. Administrasi perpajakan harus berperan aktif dalam melaksanakan
pengendalian administrasi pemungutan pajak yang meliputi tugastugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi
perpajakan.
21
DAFTAR PUSTAKA
-------------, Dua Pengemplang Pajak Rugikan Negara Rp. 1.03 M.
[Internet]
22
April
2013,
Available
from:
http://economy.okezone.com, diakses, 12 Mei 2013.
-------------, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perajakan. [Internet] 2013,
Available from: http://www.akuntansiitumudah.com, diakses, 8 Mei
2013.
-------------, Materi KUP. [Internet] 7 Maret 2011, Available from:
http://www.scribd.com/, diakses, 20 Mei 2013.
-------------, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. [Internet] 13 Mei
2011, Available from: http://www.gudangpajak.web.id, diakses, 18
Mei 2013.
-------------, Modul KUP. [Internet] 5 September 2012, Available from:
http://www.docstoc.com/, diakses, 20 Mei 2013.
-------------, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perajakan. [Internet] 2013,
Available from: http://blogpajak.com/, diakses, 8 Mei 2013.
22