BIROKRASI DI INDONESIA sosial di kota
BIROKRASI DI INDONESIA
Birokrasi merupakan alat pemerintah untuk menyediakan pelayananan publik dan
perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan. Pelaksanaan birokrasi setiap negara berbedabeda tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut oleh setiap negara. Dengan begitu
birokrasi di Negara maju tentu akan berbeda dengan birokrasi di Negara berkembang.
Birokrasi yang diterapkan sudah bagus atau belum di Negara Indonesia dapat terlihat dari
penyediaan pelayanan publik oleh pemerintah kepada masyarakatnya.
Di Negara berkembang terutama Indonesia, pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat belum bisa dikatakan baik karena pelayanan publik yang disediakan oleh
pemerintah belum bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi geografis, sumber daya manusia, sumber
penerimaan, dan teknologi informasi.
Dan pastinya sangat diperlukan solusi yang baik untuk mengatasi bagaimana caranya
memperbaiki birokrasi yang ada di Indonesia, karena setiap negara yang baik juga memiliki
kondisi birokrasi yang baik dan stabil.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas bagaimana pelaksanaan birokrasi di
Indonesia. Dan sudah bisa dianggap efisien atau belum jika dibandingkan dengan
karakteristik birokrasi Weber.
Pengertian Birokrasi
Birokrasi terdiri dari biro yang artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan. Dari
pengertian dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa birokrasi adalah kekuasaan yang
didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu
organisasi. Birokrasi ini bersifat rigid atau kaku. Diartikan sebagai suatu organisasi yang
memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada
ditingkat bawah dari pada tingkat atas.
Pada rantai komando ini setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya dideskripsikan
dengan jelas dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur ketat
sehingga cenderung kurang fleksibel. Ciri lainnya adalah biasanya terdapat banyak formulir
yang harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang harus dilakukan sesuai dengan hirarki
kekuasaan.
Ada beberapa teori yang dapat kita jadikan acuan. Michael G. Roskin, et
al., menyebut pengertian birokrasi. Birokrasi adalah setiap organisasi yang berskala besar
yang terdiri atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk
melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil
keputusan (decision makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau
struktur yang terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya
pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
Taliziduhu Ndraha (2003) menyebutkan bahwa ada tiga macam pengertian birokrasi
yang berkembang saat ini :
1. Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat penguasa untuk menjalankan pemerintahan
(government by bureaus).
2. Birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan yang buruk (patologi).
3. Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
• Adalah suatu organisasi pemerintahan yang terdiri dari sub-sub struktur yang
memiliki hubungan satu dengan yang lain, yang memiliki fungsi, peran, dan kewenangan
dalam melaksanakan pemerintahan, dalam rangka mencapai suatu visi, misi, tujuan, dan
program yang telah ditetapkan.
.
Sementara itu Max Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana
pemimpin (superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem
birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi
sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat
disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan
sebab-akibatnya.
Selain itu, birokrasi juga disebut sebagai badan yang menyelenggarakan pelayanan
publik. Birokrasi terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh eksekutif, dan posisi mereka ini
bergantung terhadap prestasi dan produktivitas kerja mereka sendiri.
Karakteristik Birokrasi Weber
1.
2.
3.
4.
5.
Teori karakteristik birokrasi yang umum menjadi acuan adalah teori karakteristik
birokrasi Weber. Max Weber menjelaskan bahwa sebenarnya ada 8 karakteristik birokrasi,
tetapi yang akan kita bahas adalah 5 dari 8 karakteristik birokrasi yang disebut Weber. Yaitu
sebagai berikut :
Drajat spesialisasi tinggi artinya adalah setiap anggota birokrasi harus memiliki
profesionalisme dan kecakapan teknis yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Struktur kewenangan bersifat hierarkis dengan batas tanggung jawab yang jelas artinya
adalah setiap tingkatan dalam birokrasi memiliki dan wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda. dengan batas wewenang yang tidak kabur.
Hubungan anggota bersifat impersonal artinya adalah hubungan setiap anggota harus
berdasarkan fungsi agar terciptanya mekanisme kerja yang rapi.
Cara pengangkatan pegawai berdasarkan kecakapan teknisartinya adalah setiap anggota
ditempatkan dan diberi pekerjaan sesuai bidang keahliannya sehingga dapat menciptakan
produktivitas kerja yang baik.
Pemisahan antara urusan dinas dengan urusan pribadiartinya adalah setiap pekerjaan dalam
birokrasi tidak boleh tersentuh oleh masalah masalah yang sifatnya personal.
Dengan teori tersebut kita akan membandingkan apakah birokrasi di Indonesia sudah relevan
untuk disebut baik. Menurut Weber cara ini dapat menjamin efisien kerja apabila benar benar
dapat diterapkan dengan baik dalam birokrasi pemerintahan.
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal
yang ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang
seharusnya didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini
diakibatkan masih berlangsungnya pola pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan
pemerintah.
Teori Fungsi Birokrasi
Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi
birokrasi di dealam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah :
1. Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,
pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi dimaksudkan
bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah mengimplementasikan undang-undang yang telah
disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian,
administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum
itu sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompokkelompok khusus. Sehingga dapat di artikan bahwa birokrasi harus bisa melakukan fungsi
pulic sevice, agar dapat memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakatnya.
3. Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi mengamankan
kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya
dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat
banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini.
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan
mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang
akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu
menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data
sehubungan dengan dua hal tersebut.
Gambaran Umum Birokrasi yang Ideal.
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya telah ada
dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun demikian
kecenderungan mengenai konsep dan praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang
berarti sejak seratus tahun terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah
menjadi suatu organisasi atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran negara
pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-negara modern memiliki luas
wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta
penduduk.
Pada umumnya birokrasi di negara maju lebih baik dari pada birokrasi di negara
berkembang. Maka perlu kita meninjau birokrasi seperti di luar negri agar kita dapat
mencontohnya.
Sebagai contoh kecil kita bisa melihat dari negara tetangga yang merdeka sesudah
indonesia, yaitu Singapura. Di Singapura, pekerjaan sebagai pegawai negeri memiliki prestise
yang tinggi di Singapura, terdapat kompetisi yang cukup ketat untuk posisi untuk pegawai
negeri dan dewan perundang-undangan . PNS diangkat tanpa memperhatikan ras atau agama,
lebih mengutamakan kinerja mereka pada ujian tertulis kompetitif. Pegawai Negeri memiliki
empat divisi hierarkis dan beberapa yang berperingkat pejabat "supergrade". 1 Januari 1988,
terdapat 493 perwira supergrade, termasuk sekretaris tetap kementerian dan departemen
sekretaris dan persentasenya < 1 persen dari 69.700 pegawai negeri yang ada.
Divisi satu terdiri dari administrasi senior dan profesional posting , yaitu 14 persen
dari pegawai negeri. Tingkat tengah divisi dua dan tiga berisi pegawai-pegawai
berpendidikan dan pekerja khusus yang melakukan pekerjaan pemerintah yang paling rutin.
Divisi empat terdiri dari manual dan pekerja semi-skilled yang terdiri atas 20 persen dari
pegawai negeri.
Pelayanan publik di Singapura dianggap sebagai pelayanan yang hampir seluruhnya
bebas dari korupsi, karena dalam faktanya, hal ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kuat
terhadap kepemimpinan nasional yang menekankan pada kejujuran dan dedikasi kepada nilainilai nasional. Biro Investigasi Praktik Korupsi sangat menikmati kegiatan pemeriksaan
kekuasaan dan kegiatan penyelidikan mendapat dukungan kuat dari perdana menteri.
Pada intinya tidak setiap hal baik yang telah dicapai oleh negara maju dapat
dikembangkan oleh negara berkembang seperti Indonesia, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan yang berkenaan dengan bagaimana kondisi dari negara yang bersangkutan.
Sementara itu Max Weber sendiri juga menyatakan bahwa teori karakteristik birokrasi
yang diungkapkannya hanya bersifat ideal artinya bahwa tidak semua karakterstik telah dapat
dijalankan oleh birokrasi karena kadang masih diselewengkan oleh birokrasi.
a.
b.
c.
d.
e.
Sebagai mana yang diungkapkan oleh Michael G. Roskin, et al, dia mengungkapkan
bahwa sesungguhnya ada 4 fungsi dari birokrasi yaitu administrasi, pelayanan, pengaturan
dan pengumpulan informasi. Tentu bagi setiap birokrasi yang baik dapat menjalankan
rangkaian fungsi birokrasi.
Jika kita menarik gambaran secara umum maka kita bisa mengetahui bahwa birokrasi
yang baik adalah birokrasi yang menjalankan fungsi dan tujuannya dengan baik tanpa
penyelewengan. Secara jelas dapat disimpulkan bahwa ada 5 hal yang dapat menggambarkan
birokrasi yang ideal, yaitu sebagai berikut :
Mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada hal pengayoman dan pelayanan
masyarakat; dan menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan.
Organisasi yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif dan efesien yang mampu
membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani
(termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada masyarakat).
Sistem dan prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni :
pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas, efesiensi biaya
dan ketepatan waktu.
Sebagai fasilitator pelayan publik dari pada sebagai agen pembaharu pembangunan.
Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.
Kondisi Birokrasi di Indonesia
a.
b.
c.
d.
Umur Indonesia yang baru 63 tahun memang belum ada apa apanya dengan negara
negara yang maju dan telah memiliki birokrasi yang baik. Negara maju telah belajar lama
tentang sistem birokrasi yang baik bagi negaranya dengan, sehingga mereka sudah sangat
berpengalaman. Namun Indonesia juga perlu memperbaiki kondisi birokrasi yang sangat
buruk karena jika seperti ini dapat menyebabkan ketertinggalan terus menerus.
Pada pembahasan kali ini saya akan membahas tentang kondisi birokrasi di Indonesia.
Karena saat ini kita dapat melihat secara kasat mata bagaimana kebobrokan birokrasi di
Indonesia. Namun kita harus mengkajinya lebih dalam agar kita dapat menemukan
bagaimana caranya untuk memperbaiki keadaan birokrasi pemerintahan Indonesia. Untuk
kali ini saya menjadikan teori karakteristik birokrasi Weber sebagai acuan.
Apabila kita bandingkan dengan teori birokrasi ideal Weber maka kita akan
menemukan keadan birokrasi di Indonesia yang masih jauh belum ideal. Indonesia hanya
baru bisa menerapkan kulit dari birokrasi modern namun belum sampai ke tata nilainya. Max
Weber pernah mengungkapkan tentang dominasi birokrasi patrimonial individu-individu dan
golongan yang berkuasa mengontrol kekuasaan dan otoritas jabatan untuk kepentingan
ekonomi politik mereka. Hal ini sangat mirip dengan apa yang terjadi pada birokrasi di
Indonesia. Ciri-ciri dominasi birokrasi patrimonial ala Weber yang hampir secara
keseluruhan terjadi di Indonesia antara lain:
Pejabat-pejabat disaring atas kinerja pribadi
Jabatan di pandang sebagai sumber kekuasaan atau kekayaan
Pejabat-pejabat mengontrol, baik fungsi politik ataupun administratif
Setiap tindakan diarahkan oleh hubungan pribadi dan politik
a.
b.
c.
d.
e.
Dengan cara yang seperti ini tentu sangat berlawanan sengan teori birokrasi ideal Weber,
secara jelas maka Indonesia belum bisa menjalankan birokrasi dengan baik seperti yang
diungkapkan oleh Max Weber. Karena dalam realitanya, yang menggejala di Indonesia saat
ini adalah praktek buruk yang menyimpang dari teori idealismenya Weber. Dalam
prakteknya, muncul kesan yang menunjukkan seakan-akan para pejabat dibiarkan
menggunakan kedudukannya di birokrasi untuk kepentingan diri dan kelompok. Ini dapat
dibuktikan dengan hadirnya bentuk praktek birokrasi yang tidak efisien dan bertele-tele.
Secara jelas ada beberapa hal yang berlawanan dengan kerakteristik ideal birokrasi Weber di
Indonesia :
Drajat spesialisasi yang masih rendah, di Indonesia pada umumnya spesialisasi yang
diberikan masih terlalu luas sehingga wewenang akan pekerjaan yang diberikan kepada
pegawai tampak kabur dan tidak jelas.
Wewenang dan batas tanggung jawab yang tidak jelas, para pimpinan birokrasi biasanya
akan melebihi wewenang mereka, tetapi jika terjadi kesalahan pada birokrasi maka para
pejabat akan mengklaim bahwa itu bukan tanggung jawab mereka. Meskipun struktur
birokrasi pada pemerintah Indonesia sudah hirarkis, dalam praktek perincian wewenang
menurut jenjang sangat sulit dilaksanankan. Dalam kenyataanya, segala keputusan sangat
bergantung pada pimpinan tertinggi dalam birokrasi.
Hubungan anggota tidak berdasarkan fungsi, hubungan antar jenjang dalam birokrasi
diwarnai oleh pola hubungan pribadi. Dan akibatnya fungsi anggota dalam birokrasi tampak
diabaikan.
Cara pengangkatan pegawai didasarkah pada hubungan pribadi,para pimpinan birokrasi
sangat sering menggunakan wewenangnya untuk bertindak sesuai kepentingan pribadi.
Mereka tidak akan canggung untuk mengangkat anggota dari keluarganya sendiri untuk
bekerja di kantor dinasnya. Padahal seharusnya anggota diangkat berdasarkan
profesionalisme dan kecakapan teknis melewati prosedur yang kompetitif.
Mengutamakan urusan pribadi daripada urusan dinas, sebagai contoh kecil adalah anggota
sebenarnya bekerja hanya karena motif pribadi yaitu untuk mendapatkan gaji agar bisa
memenuhi kebutuhan pokok, sebenarnya ini adalah hal yang wajar akan tetapi tidak boleh
terlalu diutamakan dan ditonjolkan karena dapat menyebabkan anggota melupakan fungsi
utama dalam birokrasi. Bahkan anggota tidak akan segan melakukan korupsi hanya karena
urusan pribadi.
Sebagai contoh kecil adalah para anggota DPR yang masih kurang tegas dalam membuat
undang undang korupsi, mereka membuat undang undang yang lebih ringan hukumannya
dari pada kasus kasus yang lain. Bagaimana mau tegas dalam membuat undang undang
karena yang korupsi adalah mereka sendiri, sehingga mereka takut jika hukuman bagi mereka
sendiri terlalau berat. Hal ini sangat menjukan bahwa fungsi yang harusnya mereka jalankan
masih diselewengkan dengan urusan pribadi.
Dilain sisi juga ada birokrasi Indonesia yang anggotanya masih menyalahkan wewenang
yang dimilikinya. Sebagai contoh, masih banyak anggota Kepolisian Lalu-Lintas yang
melakukan razia di luar jam kerja atau diluar jadwal razia lalu-lintas. Hal ini dilakukan hanya
untuk mendapatkan keuntungan ekonomis dan secara jelas sudah menyalahi wewenang yang
dimilikinya. Dan juga banyak anggota Kepolisian RI dan TNI yang melakukan kekerasan
pada masyarakat sipil hanya karena masalah yang yang biasa, seharusnya hal ini tidak boleh
terjadi karena mereka bertugas mengayomi masyarakat sipil. Jika hal ini terjadi maka sudah
jelas bahwa mereka menyalahi fungsi mereka sebagai anggota birokrasi.
Pada dasarnya masih banyak yang perlu diperbaiki pada birokrasi Indonesia, apalagi
Indonesia adalah negara yang luas maka sangat diperlukan birokrasi pemerintah yang dapat
memperhatikan masyarakatnya sendiri. Selain itu perlu adanya kepercayaan rakyat akan
kinerja birokrasi bahwa para birokrat dapat memberikan yang terbaik bagi negara dimana
rakyat menaruh kepercayaan kepada birokrasi untuk dapat memberikan kehidupan terbaik
bagi rakyat-rakyatnya. Adanya suatu keyakinan bahwa negara mereka dipimpin oleh orangorang terbaik dan bisa memberikan hal terbaik untuk masyarakat. Jadi disini Indonesia perlu
menghilangkan stereotype negative tentang birokrasi Indonesia. Misalnya pandangan
bahwa pejabat negara hanya memikirkan kesejahteraannya. Padahal di sisi lain kita melihat
kehidupan rakyat banyak masih terimpit berbagai kesulitan.
Birokrasi merupakan alat pemerintah untuk menyediakan pelayananan publik dan
perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan. Pelaksanaan birokrasi setiap negara berbedabeda tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut oleh setiap negara. Dengan begitu
birokrasi di Negara maju tentu akan berbeda dengan birokrasi di Negara berkembang.
Birokrasi yang diterapkan sudah bagus atau belum di Negara Indonesia dapat terlihat dari
penyediaan pelayanan publik oleh pemerintah kepada masyarakatnya.
Di Negara berkembang terutama Indonesia, pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat belum bisa dikatakan baik karena pelayanan publik yang disediakan oleh
pemerintah belum bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi geografis, sumber daya manusia, sumber
penerimaan, dan teknologi informasi.
Dan pastinya sangat diperlukan solusi yang baik untuk mengatasi bagaimana caranya
memperbaiki birokrasi yang ada di Indonesia, karena setiap negara yang baik juga memiliki
kondisi birokrasi yang baik dan stabil.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas bagaimana pelaksanaan birokrasi di
Indonesia. Dan sudah bisa dianggap efisien atau belum jika dibandingkan dengan
karakteristik birokrasi Weber.
Pengertian Birokrasi
Birokrasi terdiri dari biro yang artinya meja dan krasi yang artinya kekuasaan. Dari
pengertian dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa birokrasi adalah kekuasaan yang
didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu
organisasi. Birokrasi ini bersifat rigid atau kaku. Diartikan sebagai suatu organisasi yang
memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada
ditingkat bawah dari pada tingkat atas.
Pada rantai komando ini setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya dideskripsikan
dengan jelas dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur ketat
sehingga cenderung kurang fleksibel. Ciri lainnya adalah biasanya terdapat banyak formulir
yang harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang harus dilakukan sesuai dengan hirarki
kekuasaan.
Ada beberapa teori yang dapat kita jadikan acuan. Michael G. Roskin, et
al., menyebut pengertian birokrasi. Birokrasi adalah setiap organisasi yang berskala besar
yang terdiri atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk
melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil
keputusan (decision makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau
struktur yang terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya
pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
Taliziduhu Ndraha (2003) menyebutkan bahwa ada tiga macam pengertian birokrasi
yang berkembang saat ini :
1. Birokrasi diartikan sebagai aparat yang diangkat penguasa untuk menjalankan pemerintahan
(government by bureaus).
2. Birokrasi diartikan sebagai sifat atau perilaku pemerintahan yang buruk (patologi).
3. Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
• Adalah suatu organisasi pemerintahan yang terdiri dari sub-sub struktur yang
memiliki hubungan satu dengan yang lain, yang memiliki fungsi, peran, dan kewenangan
dalam melaksanakan pemerintahan, dalam rangka mencapai suatu visi, misi, tujuan, dan
program yang telah ditetapkan.
.
Sementara itu Max Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana
pemimpin (superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem
birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi
sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat
disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan
sebab-akibatnya.
Selain itu, birokrasi juga disebut sebagai badan yang menyelenggarakan pelayanan
publik. Birokrasi terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh eksekutif, dan posisi mereka ini
bergantung terhadap prestasi dan produktivitas kerja mereka sendiri.
Karakteristik Birokrasi Weber
1.
2.
3.
4.
5.
Teori karakteristik birokrasi yang umum menjadi acuan adalah teori karakteristik
birokrasi Weber. Max Weber menjelaskan bahwa sebenarnya ada 8 karakteristik birokrasi,
tetapi yang akan kita bahas adalah 5 dari 8 karakteristik birokrasi yang disebut Weber. Yaitu
sebagai berikut :
Drajat spesialisasi tinggi artinya adalah setiap anggota birokrasi harus memiliki
profesionalisme dan kecakapan teknis yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Struktur kewenangan bersifat hierarkis dengan batas tanggung jawab yang jelas artinya
adalah setiap tingkatan dalam birokrasi memiliki dan wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda. dengan batas wewenang yang tidak kabur.
Hubungan anggota bersifat impersonal artinya adalah hubungan setiap anggota harus
berdasarkan fungsi agar terciptanya mekanisme kerja yang rapi.
Cara pengangkatan pegawai berdasarkan kecakapan teknisartinya adalah setiap anggota
ditempatkan dan diberi pekerjaan sesuai bidang keahliannya sehingga dapat menciptakan
produktivitas kerja yang baik.
Pemisahan antara urusan dinas dengan urusan pribadiartinya adalah setiap pekerjaan dalam
birokrasi tidak boleh tersentuh oleh masalah masalah yang sifatnya personal.
Dengan teori tersebut kita akan membandingkan apakah birokrasi di Indonesia sudah relevan
untuk disebut baik. Menurut Weber cara ini dapat menjamin efisien kerja apabila benar benar
dapat diterapkan dengan baik dalam birokrasi pemerintahan.
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal
yang ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang
seharusnya didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini
diakibatkan masih berlangsungnya pola pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan
pemerintah.
Teori Fungsi Birokrasi
Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi
birokrasi di dealam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah :
1. Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,
pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi dimaksudkan
bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah mengimplementasikan undang-undang yang telah
disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian,
administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum
itu sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompokkelompok khusus. Sehingga dapat di artikan bahwa birokrasi harus bisa melakukan fungsi
pulic sevice, agar dapat memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakatnya.
3. Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi mengamankan
kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya
dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat
banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini.
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan
mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang
akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu
menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data
sehubungan dengan dua hal tersebut.
Gambaran Umum Birokrasi yang Ideal.
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya telah ada
dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun demikian
kecenderungan mengenai konsep dan praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang
berarti sejak seratus tahun terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah
menjadi suatu organisasi atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran negara
pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-negara modern memiliki luas
wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta
penduduk.
Pada umumnya birokrasi di negara maju lebih baik dari pada birokrasi di negara
berkembang. Maka perlu kita meninjau birokrasi seperti di luar negri agar kita dapat
mencontohnya.
Sebagai contoh kecil kita bisa melihat dari negara tetangga yang merdeka sesudah
indonesia, yaitu Singapura. Di Singapura, pekerjaan sebagai pegawai negeri memiliki prestise
yang tinggi di Singapura, terdapat kompetisi yang cukup ketat untuk posisi untuk pegawai
negeri dan dewan perundang-undangan . PNS diangkat tanpa memperhatikan ras atau agama,
lebih mengutamakan kinerja mereka pada ujian tertulis kompetitif. Pegawai Negeri memiliki
empat divisi hierarkis dan beberapa yang berperingkat pejabat "supergrade". 1 Januari 1988,
terdapat 493 perwira supergrade, termasuk sekretaris tetap kementerian dan departemen
sekretaris dan persentasenya < 1 persen dari 69.700 pegawai negeri yang ada.
Divisi satu terdiri dari administrasi senior dan profesional posting , yaitu 14 persen
dari pegawai negeri. Tingkat tengah divisi dua dan tiga berisi pegawai-pegawai
berpendidikan dan pekerja khusus yang melakukan pekerjaan pemerintah yang paling rutin.
Divisi empat terdiri dari manual dan pekerja semi-skilled yang terdiri atas 20 persen dari
pegawai negeri.
Pelayanan publik di Singapura dianggap sebagai pelayanan yang hampir seluruhnya
bebas dari korupsi, karena dalam faktanya, hal ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kuat
terhadap kepemimpinan nasional yang menekankan pada kejujuran dan dedikasi kepada nilainilai nasional. Biro Investigasi Praktik Korupsi sangat menikmati kegiatan pemeriksaan
kekuasaan dan kegiatan penyelidikan mendapat dukungan kuat dari perdana menteri.
Pada intinya tidak setiap hal baik yang telah dicapai oleh negara maju dapat
dikembangkan oleh negara berkembang seperti Indonesia, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan yang berkenaan dengan bagaimana kondisi dari negara yang bersangkutan.
Sementara itu Max Weber sendiri juga menyatakan bahwa teori karakteristik birokrasi
yang diungkapkannya hanya bersifat ideal artinya bahwa tidak semua karakterstik telah dapat
dijalankan oleh birokrasi karena kadang masih diselewengkan oleh birokrasi.
a.
b.
c.
d.
e.
Sebagai mana yang diungkapkan oleh Michael G. Roskin, et al, dia mengungkapkan
bahwa sesungguhnya ada 4 fungsi dari birokrasi yaitu administrasi, pelayanan, pengaturan
dan pengumpulan informasi. Tentu bagi setiap birokrasi yang baik dapat menjalankan
rangkaian fungsi birokrasi.
Jika kita menarik gambaran secara umum maka kita bisa mengetahui bahwa birokrasi
yang baik adalah birokrasi yang menjalankan fungsi dan tujuannya dengan baik tanpa
penyelewengan. Secara jelas dapat disimpulkan bahwa ada 5 hal yang dapat menggambarkan
birokrasi yang ideal, yaitu sebagai berikut :
Mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada hal pengayoman dan pelayanan
masyarakat; dan menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan.
Organisasi yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif dan efesien yang mampu
membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani
(termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada masyarakat).
Sistem dan prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni :
pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas, efesiensi biaya
dan ketepatan waktu.
Sebagai fasilitator pelayan publik dari pada sebagai agen pembaharu pembangunan.
Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.
Kondisi Birokrasi di Indonesia
a.
b.
c.
d.
Umur Indonesia yang baru 63 tahun memang belum ada apa apanya dengan negara
negara yang maju dan telah memiliki birokrasi yang baik. Negara maju telah belajar lama
tentang sistem birokrasi yang baik bagi negaranya dengan, sehingga mereka sudah sangat
berpengalaman. Namun Indonesia juga perlu memperbaiki kondisi birokrasi yang sangat
buruk karena jika seperti ini dapat menyebabkan ketertinggalan terus menerus.
Pada pembahasan kali ini saya akan membahas tentang kondisi birokrasi di Indonesia.
Karena saat ini kita dapat melihat secara kasat mata bagaimana kebobrokan birokrasi di
Indonesia. Namun kita harus mengkajinya lebih dalam agar kita dapat menemukan
bagaimana caranya untuk memperbaiki keadaan birokrasi pemerintahan Indonesia. Untuk
kali ini saya menjadikan teori karakteristik birokrasi Weber sebagai acuan.
Apabila kita bandingkan dengan teori birokrasi ideal Weber maka kita akan
menemukan keadan birokrasi di Indonesia yang masih jauh belum ideal. Indonesia hanya
baru bisa menerapkan kulit dari birokrasi modern namun belum sampai ke tata nilainya. Max
Weber pernah mengungkapkan tentang dominasi birokrasi patrimonial individu-individu dan
golongan yang berkuasa mengontrol kekuasaan dan otoritas jabatan untuk kepentingan
ekonomi politik mereka. Hal ini sangat mirip dengan apa yang terjadi pada birokrasi di
Indonesia. Ciri-ciri dominasi birokrasi patrimonial ala Weber yang hampir secara
keseluruhan terjadi di Indonesia antara lain:
Pejabat-pejabat disaring atas kinerja pribadi
Jabatan di pandang sebagai sumber kekuasaan atau kekayaan
Pejabat-pejabat mengontrol, baik fungsi politik ataupun administratif
Setiap tindakan diarahkan oleh hubungan pribadi dan politik
a.
b.
c.
d.
e.
Dengan cara yang seperti ini tentu sangat berlawanan sengan teori birokrasi ideal Weber,
secara jelas maka Indonesia belum bisa menjalankan birokrasi dengan baik seperti yang
diungkapkan oleh Max Weber. Karena dalam realitanya, yang menggejala di Indonesia saat
ini adalah praktek buruk yang menyimpang dari teori idealismenya Weber. Dalam
prakteknya, muncul kesan yang menunjukkan seakan-akan para pejabat dibiarkan
menggunakan kedudukannya di birokrasi untuk kepentingan diri dan kelompok. Ini dapat
dibuktikan dengan hadirnya bentuk praktek birokrasi yang tidak efisien dan bertele-tele.
Secara jelas ada beberapa hal yang berlawanan dengan kerakteristik ideal birokrasi Weber di
Indonesia :
Drajat spesialisasi yang masih rendah, di Indonesia pada umumnya spesialisasi yang
diberikan masih terlalu luas sehingga wewenang akan pekerjaan yang diberikan kepada
pegawai tampak kabur dan tidak jelas.
Wewenang dan batas tanggung jawab yang tidak jelas, para pimpinan birokrasi biasanya
akan melebihi wewenang mereka, tetapi jika terjadi kesalahan pada birokrasi maka para
pejabat akan mengklaim bahwa itu bukan tanggung jawab mereka. Meskipun struktur
birokrasi pada pemerintah Indonesia sudah hirarkis, dalam praktek perincian wewenang
menurut jenjang sangat sulit dilaksanankan. Dalam kenyataanya, segala keputusan sangat
bergantung pada pimpinan tertinggi dalam birokrasi.
Hubungan anggota tidak berdasarkan fungsi, hubungan antar jenjang dalam birokrasi
diwarnai oleh pola hubungan pribadi. Dan akibatnya fungsi anggota dalam birokrasi tampak
diabaikan.
Cara pengangkatan pegawai didasarkah pada hubungan pribadi,para pimpinan birokrasi
sangat sering menggunakan wewenangnya untuk bertindak sesuai kepentingan pribadi.
Mereka tidak akan canggung untuk mengangkat anggota dari keluarganya sendiri untuk
bekerja di kantor dinasnya. Padahal seharusnya anggota diangkat berdasarkan
profesionalisme dan kecakapan teknis melewati prosedur yang kompetitif.
Mengutamakan urusan pribadi daripada urusan dinas, sebagai contoh kecil adalah anggota
sebenarnya bekerja hanya karena motif pribadi yaitu untuk mendapatkan gaji agar bisa
memenuhi kebutuhan pokok, sebenarnya ini adalah hal yang wajar akan tetapi tidak boleh
terlalu diutamakan dan ditonjolkan karena dapat menyebabkan anggota melupakan fungsi
utama dalam birokrasi. Bahkan anggota tidak akan segan melakukan korupsi hanya karena
urusan pribadi.
Sebagai contoh kecil adalah para anggota DPR yang masih kurang tegas dalam membuat
undang undang korupsi, mereka membuat undang undang yang lebih ringan hukumannya
dari pada kasus kasus yang lain. Bagaimana mau tegas dalam membuat undang undang
karena yang korupsi adalah mereka sendiri, sehingga mereka takut jika hukuman bagi mereka
sendiri terlalau berat. Hal ini sangat menjukan bahwa fungsi yang harusnya mereka jalankan
masih diselewengkan dengan urusan pribadi.
Dilain sisi juga ada birokrasi Indonesia yang anggotanya masih menyalahkan wewenang
yang dimilikinya. Sebagai contoh, masih banyak anggota Kepolisian Lalu-Lintas yang
melakukan razia di luar jam kerja atau diluar jadwal razia lalu-lintas. Hal ini dilakukan hanya
untuk mendapatkan keuntungan ekonomis dan secara jelas sudah menyalahi wewenang yang
dimilikinya. Dan juga banyak anggota Kepolisian RI dan TNI yang melakukan kekerasan
pada masyarakat sipil hanya karena masalah yang yang biasa, seharusnya hal ini tidak boleh
terjadi karena mereka bertugas mengayomi masyarakat sipil. Jika hal ini terjadi maka sudah
jelas bahwa mereka menyalahi fungsi mereka sebagai anggota birokrasi.
Pada dasarnya masih banyak yang perlu diperbaiki pada birokrasi Indonesia, apalagi
Indonesia adalah negara yang luas maka sangat diperlukan birokrasi pemerintah yang dapat
memperhatikan masyarakatnya sendiri. Selain itu perlu adanya kepercayaan rakyat akan
kinerja birokrasi bahwa para birokrat dapat memberikan yang terbaik bagi negara dimana
rakyat menaruh kepercayaan kepada birokrasi untuk dapat memberikan kehidupan terbaik
bagi rakyat-rakyatnya. Adanya suatu keyakinan bahwa negara mereka dipimpin oleh orangorang terbaik dan bisa memberikan hal terbaik untuk masyarakat. Jadi disini Indonesia perlu
menghilangkan stereotype negative tentang birokrasi Indonesia. Misalnya pandangan
bahwa pejabat negara hanya memikirkan kesejahteraannya. Padahal di sisi lain kita melihat
kehidupan rakyat banyak masih terimpit berbagai kesulitan.