Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA dengan Metode Mind Mapping dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Sekolah Dasar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan rasional dan objektif
mengenai dunia dan segala isinya (Samatowa, 2010: 2). Selain itu, Nash dalam
Samatowa (2010: 3) menyatakan bahwa IPA merupakan langkah atau metode
dalam melihat kejadian dilingkungan alam. Nash juga mengemukakan cara IPA
dalam melihat kejadian di dunia ini berupa menganalisis, lengkap, cermat, serta
saling menghubungkannya suatu kejadian dengan kejadian yang lain, oleh sebab
itu seluruhnya membentuk suatu pendapat yang baru dari objek yang diamati.
Gejala alam yang akan dipahami berupa hal-hal yang benar-benar ada di
alam. Gejala-gejala alam dipelajari dengan cara melakukan penyelidikan dan
penelitian yang berhubungan dengan alam semesta. Selain itu, memahami dan
mempelajari gejala-gejala alam ini berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam semesta beserta isinya.
Menurut Donosepoetro dalam Trianto (2014: 137) pada hakikatnya IPA
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Sebagai
proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk meyempurnakan pengetahuan
tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk
diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah

atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan.
Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu yang lazim disebut metode ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata dalam bahasa inggris
yaitu natural science artinya ilmu pengetahuan alam. Berhubungan dengan alam
atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan alam dilihat dari pengertiannya dapat disebut juga sebagai ilmu
tentang alam Samatowa (2010: 3).

5

6

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Selain itu, penelitian
IPA akan memberikan pengetahuan dan informasi tentang gejala alam yang ada di

alam semesta. Penelitian dalam IPA menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu
yang besar, berfikir kritis serta memiliki sikap yang jujur dan bertanggung jawab.
2.1.2 Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan
peserta didik yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
agar siswa dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien, Komalasari (2010:3).
Pembelajaran IPA merupakan hubungan antar komponen pembelajaran dalam
bentuk proses dalam mencapai suatu tujuan yang berbentuk kompetensi,
Wisudawati dan Sulistyowati (2014:26). Pembelajaran IPA di SD juga harus
mampu mendorong siswa untuk bisa memperoleh ketrampilan untuk memecahkan
masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2013:143) yang menyatakan
salah satu tujuan dari pembelajaran IPA dapat memberikan keterampilan dan
kemampuan untuk menangani peralatan, menyelesaikan masalah dan melakukan
observasi. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan
strategi/metode pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk memiliki
ketrampilan dalam memecahkan masalah dan dapat berpikir secara kritis. Sesuai
dengan pendapat Trianto (2013:143) yang menyatakan bahwa suatu metode
pembelajaran IPA perlu dikembangkan untuk mengajak siswa secara aktif dalam
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan idenya. Metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan siswa untuk berpikir kritis dan memberikan pengalaman

langsung merupakan metode pembelajaran yang disampaikan dengan cara
menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata. Hal ini sejalan dengan
pendapat Samatowa (2011:5) yang menyatakan bahwa pendekatan belajar
mengajar yang paling cocok dan paling efektif merupakan pendekatan yang

7

mencakup kesesuaian antara situasi nyata dan belajar anak dengan situasi
kehidupan nyata di masyarakat. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah
anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu
untuk

menggali

berbagai

pengetahuan

baru


dan

akhirnya

dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka Samatowa (2011:10).
Dari penjelasan tersebut, mata pelajaran IPA di SD memiliki tujuan seperti
yakin terhadap kebesaran Tuhan YME karena setelah mempelajari gejala alam
siswa dapat melihat kekhasan dan keindahan yang terdapat di alam. Dapat
mengembangkan pemahamannya mengenai alam sekitar yang berguna bagi
kehidupan sehingga secara tidak langsung dapat melatih siswa untuk berfikir kritis
dan bersikap positif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain itu,
juga memiliki kesadaran untuk menjaga dan menghargai alam sekitar sehingga
dapat memperoleh bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya.
Menurut Samatowa (2011:4) ada empat alasan yang menyebabkan IPA
dimasukkan ke dalam kurikulum satuan sekolah:
1.


Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu
dipersoalkan panjang lebar.

2.

Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan
suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis.

3.

Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hapalan belaka.

4.

Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yang
mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan.


Dari pendapat di atas terdapat beberapa alasan yang menyebabkan Ilmu
Pengetahuan Alam di masukkan ke dalam kurikulum satuan sekolah yang
pertama, IPA memberikan manfaat kepada bangsa karena IPA mengutamakan
kepada kemajuan teknologi. Teknologi merupakan tiang untuk pembangunan
suatu negara yang dipelajari dengan mengkaji gejala alam yang ada. Seseorang

8

akan sukses apabila memiliki pengetahuan tentang teknologi yang bagus.
Misalnya, seorang dokter tidak akan memiliki kemampuan yang baik tanpa
memiliki pengetahuan yang luas mengenai teknologi dan berbagai gejala alam.
Kedua, apabila diajarkan dengan cara yang tepat IPA akan melatih siswa untuk
berfikir kritis. Dalam pembelajarannya guru dituntut untuk mampu menerapkan
pembelajaran IPA dengan metode pembelajaran yang tepat. Misalnya dengan
menggunakan metode pembelajaran penemuan. Dengan metode pembelajaran
penemuan siswa diminta untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi
sehingga siswa akan dilatih untuk berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya. Ketiga, apabila IPA di ajarkan melalui percobaan maka IPA
tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Melalui
percobaan, pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa tidak hanya

mendengarkan dan menghafal materi saja melainkan mereka dituntut untuk
melakukan aktivitas. Selain itu, siswa juga tidak bosan dalam mengikuti
pembelajaran karena mereka tidak hanya duduk mendengarkan dan mencatat
materi melainkan mereka juga melakukan percobaan yang dilakukan secara
langsung. Keempat, mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang
dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Dengan mempelajari IPA
siswa akan dilatih untuk memiliki kepribadian yang baik seperti dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Selain bersosialisasi dengan temannya,
siswa juga bersosialisasi dengan alam sekitar.
2.1.3 Model Pembelajaran
Menurut Komalasari (2010:57)

model

pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran disesuaikan dengan materi
yang akan dipelajari. Model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan
kondisi kelas diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna dan

siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Apabila model
pembelajaran tidak disesuaikan dengan kondisi kelas, maka pembelajaran yang
berlangsung di kelas akan mengalami kendala seperti siswa akan lebih pasif
dalam mengikuti pembelajaran bahkan materi yang disampaikan guru tidak akan

9

terserap secara maksimal oleh siswa. Sedangkan, menurut Kurniasih dan Sani
(2015:18) model pembelajaran merupakan sebuah prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam
mengembangkan pembelajaran, maka guru harus pandai dalam menentukan
model pembelajaran yang disesuai dengan kondisi yang ada di dalam kelas.
Pemilihan model pembelajaran tidak hanya memperhatikan kondisi kelas tetapi
juga berdasarkan penyesuaian pada bahan pelajaran yang akan dipelajari agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
Sedangkan menurut Joyce dalam Wigar (2012:5), model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai acuan dalam
merencanakan suatu pembelajaran di kelas atau dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce juga menyatakan bahwa

setiap model pembelajaran menunjukkan kita dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu siswa sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa model pembelajaran adalah
rangka pembelajaran dari awal sampai akhir menggunakan prosedur yang
disesuaikan dengan kondisi siswa di kelas, bahan pelajaran dan sumber-sumber
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penyajian model pembelajaran
disajikan sesuai dengan karakteristik guru ketika mengajar di kelas. Pemilihan
model pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi kelas.
Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi kelas
selain dapat mencapai tujuan belajar juga dapat memberikan suasana kelas yang
kondusif serta siswa di dalam kelas akan cenderung aktif dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa juga tidak akan merasa bosan dalam
pembelajaran. Apabila pemilihan model pembelajaran tidak disesuaikan dengan
kondisi siswa dikelas akan berdampak pada kekurang aktifan dan kebosanan
siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga, materi pelajaran tidak dapat diserap
secara maksimal.

10

Metode pembelajaran Mind Mapping

Metode Mind Mapping dipelopori oleh Tony Buzana. Metode ini merupakan
kegiatan mencatat yang efektif untuk

memudahkan mengingat berbagai

informasi. Setelah, catatan yang dibuat membentuk sebuah pola ide yang
berkaitan, dengan topik utama berada di tengah, sedangkan subtopik menjadi
cabangnya. Cabang tersebut juga dapat diuraikan kembali sampai ke materi yang
lebih khusus. Sebagaimana struktur keturunan manusia yang berkembang terus
sampai hari akhir tiba, sehingga terbentuklah sebuah sistem keturunan manusia
hidup sampai hari akhir. Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk
berbagai tujuan, antara lain;
a) Mengidentifikasi pengetahuan siswa.
Guru dapat melakukan perlakuan sesuai apa yang dijelaskan diatas
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Siswa diminta
untuk membuat peta konsep sesuai dengan pikiran mereka masingmasing dikaitkan dengan gagasan pokok serta sub atau cabang dari
gagasan pokok tersebut.
b) Menemukan cara belajar.
Dari Peta konsep ini diharapkan siswa dapat merumuskan inti dari
materi yang disampaikan. Siswa diharuskan mengikuti pembelajaran

dengan membuat peta pikiran masing-masing sesuai dengan kreatifitas
siswa sehingga materi dapat diserap berdasarkan bayangan siswa.
c) Menjawab miskonsepsi.
Peta konsep yang disusun terkadang ditemukan kesalahan paham
mengenai hubungan anta ide sehingga menimbulkan pendapat yang
menyimpang dari materi.
d) Sebagai evaluasi.
Sejauh ini kebanyakan alat untuk menilai hasil belajar siswa
berbentuk tes pilihan ganda maupun uraian. Peta konsep ini dapat
dijadikan

sebagai

pembelajaran.

alat

evaluasi

bagi

siswa

selama

mengikuti

11

Karakteristik Metode Mind Mapping
Peta konsep dapat berguna secara maksimal apabila diberi warna dan
menggunakan banyak gambar serta simbol sehingga tampak seperti karya seni
sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Hal ini bertujuan agar metode mencatat ini
dapat membantu individu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman

terhadap

materi,

membantu

mengorganisasikan

materi

dan

memberikan wawasan baru. Peta pikiran menirukan proses berfikir ini,
memungkinkan individu berpindah-pindah topik. Individu merekam informasi
melalui simbol, gambar, arti emosional, dan warna. Mekanisme ini sama persis
dengan cara otak memperoses berbagai informasi yang masuk. Peta

pikiran

melibatkan kedua belah otak untuk mengingat informasi dengan lebih mudah.
Langkah-langkah Metode Mind Mapping (Peta Konsep)
Dalam menyusun peta pikiran, ada baiknya memakai bolpoint bewarna dan
dimulai dari bagian tengah kertas. Kalau bisa, guru menggunakan kertas secara
melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Lalu ikuti langkah-langkah
berikut:
a)

Menuliskan ide pokok di tengah kertas serta buatlah batas dalam bentuk
sesuai kreatifitas.

b) Hubungkan dengan cabang keluar dari inti dalam setiap sub atau
gagasan utama. Banyak cabang menyesuaikan dengan banyaknya sub
topik. Pakailah warna yang berbeda untuk setiap sub topik.
c)

Menuliskan kata kunci dari setiap sub topik. Pemilihan kata kunci yang
tepat untuk mewakili inti dari keseluruhan isi. Kata kunci tersebut dapat
memicu ingatan penulis.

d) Berikan simbol atau gambar untuk menguatkan ingatan dari materi
yang di buat kedalam peta konsep.
Beberapa yang perlu ditekankan guru kepada siswa agar peta konsep lebih
mudah diingat :
a)

Gunakan huruf kapital dengan rapi.

b) Tulis ide pokok dengan tulisan lebih besar agar terlihat berbeda dengan
sub bab.

12

c)

Buatlah gambar sesuai pikiran agar lebih mudah untuk mengingatnya.

d) Beri garis bawah dan tebali kata tersebut
e)

Buatlah semenarik mungkin sesuai dengan apa yang kita pikirkan
berhubungan dengan materi.

f)

Buat peta konsep secara horisontol untuk memperlebar tempat
penulisan yang kita lakukan

Cara Membuat Peta Konsep
Peta konsep memgang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena
itu, setiap siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan
bahwa pada siswa itu telah berlangsung. Untuk membuat peta konsep, siswa
dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik
dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta
konsep merupakan diagram hierarki, kadang-kadang peta konsep itu menfokus
pada hubungan sebab-akibat, Arends (1997: 258), memberikan langkah-langkah
dalam membuat peta konsep sebagai berikut :
Tabel 1
Langkah-Langkah Membuat Peta Konsep
Langkah 1

Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah
konsep.

Langkah 2

Mengidentifikasi ide-ide atau konsep sekunder yang menunjang ide
utama.

Langkah 3

Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.

Langkah 4

Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara
visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Kelebihan pembelajaran Mind Mapping
Menurut Buzana ada beberapa kelebihan dari metode Mind Mapping :
1.

Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.

2.

Merencana sebuah pembelajaran dengan seksama

3.

Dapat menghemat waktu dalam pencatatan

4.

Memusatkan perhatian dan menyusun serta menelaskan pikiran-pikiran.

13

5.

Belajar lelbih cepat dan efisien dengan melihat gambar keseluruhan
materi.

Dalam redaksi yang berbeda, menurut Inichaer Inichalko mengemukakan
bahwa Mind Mapping akan mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dan
kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan, membantu
menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informamsi yang saling terpisah,
memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian dan mensyaratkan
kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu
mengalihkan informasi tentangnya dan ingatan jangka pendek ke ingatan jangka
panjang.
Kelemahan metode Mind Mapping
Manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Mind Mapping

membantu

pemahaman materi, namun metde Mind Mapping memiliki kelemahan sebagai
berikut :
1.

Waktu terbuang untuk menulis kata-kata yang tidak memiliki hubungan
dengan ingatan.

2.

Waktu digunakan untuk membaca kembali kata-kata yang tidak perlu.

3.

Waktu terbuang untuk mencari kata kunci pengingat.

4.

Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang
memisahkan

5.

Kata kunci pengingat terpisah oleh jarak.

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model Mind Mapping adalah siswa lebih mudah
memahami dan mengingat materi yang disampaikan secara menyeluruh dari tema
pokok ke subtemanya. Dampak pengiring hanya mungkin terbentuk jika
kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang
benar-benar disediakan secara memadai.
Metode Cooperative Integrative Reading and Composition (CIRC)
Kurniasih dan Sani (2015:20) juga menyatakan guru harus melihat kondisi
siswa, bahan pelajaran serta sumber belajar yang tersedia agar penggunaan
metode pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dalam mendukung

14

keberhasilan belajar siswa. Apabila model pembelajaran tidak disesuaikan dengan
kondisi siswa dan materi pelajaran maka pembelajaran di kelas akan cenderung
pasif dan tidak kondusif. Pencapaian tujuan pembelajaran tidak akan terlaksana
dan bahkan siswa tidak akan mampu memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
Pembelajaran CIRC dipelopri pertama kali oleh Stevens. Pembelajaran CIRC,
menjelaskan bahwa setiap kelompok untuk ikut berperan aktif dengan tugas yang
diberikan. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide pikirannya untuk
mengkaji sebuah pokok bahasan dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
sehingga siswa memahami dan mendapatkan pengalaman belajar (Miftahul Huda
2015 : 221). Para peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok ini
dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi
tujuan-tujuan dalam bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata,
pembacaan pesan, dan ejaan. Diharapkan para peserta didik termotivasi untuk
saling bekerja sama dengan temannya dalam kegiatan membaca didasarkan pada
pembelajaran seluruh anggota kelompok
Karakteristik Metode Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC)
Tujuan utama dari metode ini adalah memanfaatkan kelompok untuk
membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan. Para siswa bekerja
berpasangan untuk mengidentifikasi materi yang diberikan . Metode CIRC
diterapkan dalam pelajaran IPA yaitu untuk merancang, mengimplementasi, dan
mengevaluasi serta memanfaatkan teman satu kelas dan berkelompok. Jika
menggunakan kelompok membaca, para siswa dibagi kedalam kelompokkelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang berdasarkan tingkat
kemampuan membaca mereka. Para siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar
maupun materi. Materi tersebut disampaikan dan didiskusikan dalam kelompok
membaca dengan pengarahan dari guru. Dalam membaca ini guru mengulas
keseluruhan materi yang dipelajari.

15

Langkah-langkah Cooperative Integrated Reading and Compositian (CIRC)
Model pembelajaran CIRC memiliki langkah-langkah penerapan sebagai
berikut (Stevans, dkk 1991)
a)

Membuat kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

b) Membagikan sebuah bacaan sesuai dengan topik pembelajaran.
c)

Siswa membacakan dan menemukan gagasan pokok setelah itu
memberi pendapat terhadap bacaan yang ditulis pada kertas.

d) Siswa memaparkan hasil diskusi kelompok yang telah dikerjakan.
e)

Guru memberikan penguatan kepada siswa dari pembelajaran yang
telah dilakukan (reinforcemen).

f)

Guru bersama siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari apa yang
telah dipelajari.

Dari uraian diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
a)

Pengenalan konsep
Guru mengenalkan sebuah konsep atau istilah baru yang mengacu
pada kegiatan yang akan dilakukan. Pengenalan materi ini dapat dari
keterangan guru, buku paket dan media lainnya.

b) Eksplorasi dan aplikasi
Tahapan selanjutnya adalah memberi kesempatan siswa untuk
menggali informasi untuk mendapatkan pengetahuan mengenai materi
yang akan dipelajari. Hal ini akan berakibat siswa berusaha menemukan
dan

berdiskusi

untuk

mendapatkan

informasi

yang

bertujuan

membangkitkan minat dan rasa ingi tahu siswa terhadap pembelajaran
dengan hal yang konkret.
c)

Publikasi
Setelah mendapatkan informasi siswa dapat mempresentasikan atau
menyampaikan hasil informasi yang didapat sedangkan teman yang lain
menanggapi hasil dari pembahasan yang dilakukan temannya serta
dapat menarikkesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan.

16

Kelebihan pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC)
Menurut saifulloh dalam Miftahul Huda (2015:221) tentang model-model
pembelajaran, mengungkapkan beberapa kelebihan dari metode CIRC sebagai
berikut.
a)

Pengetahuan siswa menjadi lebih sesuai dengan tingkat perkembangan
anak

b) Tindakan yang dikerjakan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
c)

Keseluruhan pembelajaran menjadi lebih efektif bagi siswa sehingga
hasil belajar lebih bertahan lama dalam ingatan siswa

d) Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan
berpikir siswa
e)

Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke
arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.

f)

Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan interaksi sosial, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang
lain.

g) Meningkatkan

motivasi

dalam

belajar

serta

memperbanyak

pengetahuan guru dalam melakukan pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC)
Dari kelebihan-kelebihan yang sudah disebutkan tentunya ada kelemahan dari
metode CIRC sebagai berikut :
a)

Pada saat presentasi terjadi kecenderungan hanya siswa yang pintar
yang secara aktif tampil menyampaikan gagasan

b) Siswa yang pasif akan merasa bosan sebagai tanggung jawab bersama.
Suprijono (2009 : 132)

17

2.1.5 Hasil Belajar
Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah
satunya adalah dengan melakukan pengukuran terhadap hasil belajar. Pengukuran
adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan
individu (Allen dan yen,1979). Skor yang diperoleh siswa dalam bentuk angka
merupakan hasil belajar yang dicapai. Untuk menetapkan angka dalam
pengukuran tersebut diperlukan alat ukur berupa instrumen tes. Semua cara yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja siswa tersebut dinamakan penilaian.
Penilaian adalah proses pengambilan dan pengahan informasi untuk pencapaian
hasil belajar siswa. Pengukuran yang telah dilakukan digunakan sebagai
pembanding dari proses dari hasil pembelajaran tersebut dengan kriteria tertentu
(evaluasi). Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa
evaluasi merupakan proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah
tercapai. Sedangkan menurut Siregar dan Nara (2010:144) Evaluasi

atau

penilaian hasil belajar merupakan segala macam prosedur yang digunakan dalam
mendapatkan informasi siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuantujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Pencapaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif tetapi dapat juga dalam
aspek afektif dan psikomotorik. Hasil belajar diawali dari input yang berupa
pengajaran dan berakhir pada out put berupa evaluasi. Dengan demikian, evaluasi
dijadikan kebutuhan oleh siswa, sebab dengan evaluasi, peserta didik dapat
mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran yang dilakukannya. Sanjaya
(2011:242). Kegiatan tersebut dilakukan secara berurutan dimulai dari
melaksanakan instrumen (tes), mengadakan pengukuran, kemudian melakukan
penilaian, dan terakhir evaluasi.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil/bukti keberhasilan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran berupa kemampuan-kemampuan yang
dimiliki dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagian besar guru
melakukan penilaian hasil belajar dari segi kognitif, yaitu melalui tes tertulis
maupun lisan.

18

Pengukuran Hasil Belajar
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan pengumpul
data untuk melaksanakan dalam pengumpulan data. Arikunto, S. (2007)
menyatakan bahwa instrumen adalah alat yang berfungsi untuk memudahkan
pelaksanaan sesuatu tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.
Terdapat dua teknik penilaian yang digunakan yaitu teknik tes dan non tes. Tes
adalah prsedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk
mengukur indikator, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian
angka yang jelas dan spesifik.
Pada penelitian ini, peneliti mengukur dan membandingkan hasil belajar
pada siswa kelas 5 SD Negeri polobogo 02 dan 01 dengan menggunakan teknik
tes. Hasil belajar di dalam penelitian ini adalah perolehan skor siswa dari skor tes.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
dilaksanakan saat ini. Selain tinjauan teoritik di atas peneliti juga melakukan
tinjauan dari hasil penelitian faktual yang dilakukan peneliti sebelumnya
mengenai hubungan Mind Mapping dengan pemahaman konsep.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad chomsi 2012 dengan tujuan
mengetahui efektifitas metode Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar
fisika. Penelitiannya dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan
rancangan Pretest dan Postest Control Group Design. Hasil Uji t kelompok
eksperimen diperoleh (t = -11,006 : p = 0,000) sedangkan untuk kelompok kontrol
diperoleh hasil (t = -1,941 : p = 0,070). Hasil analisis uji t kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol (t = 2,144 : p = 0,020). Hasil penelitian menunjukkan
metode Mind Mapping sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar fisika.
Kristaliya, Dian tahun 2013 yang berjudul “Efektifitas penggunaan Mind
Mapping dan Concept Map untuk pendalaman materi IPA Biologi siswa kelas IX
SMP Negeri 2 Banyudono tahun ajaran 2012/2013” Hasil pengujian hipotesis
menggunakan signifikansi 5% menunjukkan Fhitung (13,591) ebih besar dari

19

Ftabel (3,106) dengan (df=2,83) yaitu sebesar 3,106 maka Ho ditolak yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok pembelajaran
Tetapi disisi lain menyebutkan penelitian menerapkan metode CIRC seperti
yang dilakukan Ani Puji Lestari (2015) dalam jurnal Scholaria , dengan judul
“Keefektifan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)
Dalam Pembelajaran Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Ngaglik Sleman Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan
yang signifikan antara siswa yang mendapat perlakuan menggunakan metode
CIRC dan tidak menggunakan metode CIRC di tunjukkan dengan hasil uji t (t
hitung = 3,317 > t tabel = 1,990) pada taraf signifikan 5% (0,05) dan db 62.
Penelitian yang dilakukan Ni.L.P Yuni Suantini dkk (2013) dalam jurnal
Scholaria , dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Terhadap pemahaman Konsep IPA Kelas IV di Gugus II Kecamatan Gerokgak””.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus V
Kecamatan Gerokgak. Sampel penelitian di SD berjumlah 42 orang sebagai
kelompok eksperimen dan berjumlah 31 orang sebagai kelompok kontrol yang
dipilih dengan sistem Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan metode CIRC dan siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari ratarata kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kelompok kontrol yaitu 36 >
28,90. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan CIRC
berpengaruh terhadap hasil belajar.
Dari beberapa penelitian diatas telah membuktikan bahwa penerapan
pembelajaran model Mind Mapping dan CIRC dapat meningkatkan hasil belajar
siswa terlihat dari peningkatan dari setiap siklus. Hal tersebut yang menjadi
pendukung penelitian tentang Perbedaan hasil belajar IPA antara metode Mind
Mapping dan CIRC kelas V SD Negeri Polobogo 02 dan 01 Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017.

20

2.3 Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas V SD Negeri Polobogo 02
dan Polobogo 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah pembelajaran
yang masih didominasi guru kelas. Tidak diragukan lagi bahwa pengalaman
mengajar guru yang tinggi telah menyampaikan materi dengan sangat baik akan
tetapi masih kurang dalam menggunakan variasi model yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran di kelas. Pada permasalahan seperti ini diperlukan model
yang bervariatif agar mampu menumbuhkan keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran.
Pembelajaran dengan siswa terlibat aktif didalamnya akan menimbulkan
dampak yang baik, karena antusias dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelaaran dapat meningkat dan hal ini berperngaruh terhadap pemahaman dan
hasil belajar yang dicapai siswa. Jadi guru hanya berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator untuk mengarahkan kegiatan dalam pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dan CIRC merupakan pembelajaran
yang dapat merangsang siswa untuk ikut aktif berpartisipasi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kedua metode ini dirasa dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan menguatkan pemahaman mengenai mateeri yang disampaikan
lebih tahan lama. Mind Mapping

menekakan pada belajar mencatat kreati

menggunakan peta pikiran sedangkan CIRC menekankan pada membaca dan
menulis untuk meningkatkan pemahaman.
Penerapan pembelajaran tipe Mind Mapping pada SD Negeri polobogo 02
sebagai kelas eksperimen dan CIRC pada SD Negeri Polobogo 01 Sebagai kelas
kontrol dapat digunakan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan menggunakan
model Mind Mapping di SD Polobogo 02 dan CIRC di SD Negeri Polobogo 01
serta evaluasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. melalui kedua
metode tersebut diharapkan dapat membandingkan dan mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Polobogo 02 dan 01
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/2017.

21

Gagasan dari penulis dapat disajikan dalam bagan yaitu sebagai berikut.
Pembelajaran IPA

Mind Mapping

CIRC

Mengidentifikasi ide pokok

Membagi kelompok 4 orang

Mengidentifikasi ide
sekunder

Memberikan materi

Tempatkan ide utama di
tengah

Diskusi kelompok

Kelompokkan ide sekunder
di sekitar ide pokok

Membacakan dan
menemukan gagasan serta
memberikan pendapat

Tes

Tes

Perbedaan hasil belajar IPA dengan
metode Mind Mapping dan CIRC

22

2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara metode Mind Mapping dan
Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) siswa
kelas V SD Negeri Polobogo tahun ajaran 2016/2017.
Ha : ada perbedaan hasil belajar IPA antara metode Mind Mapping dan Metode
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) siswa kelas V
SD Negeri Polobogo tahun ajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24