Determinan Kepatuhan Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Dalam Penerimaan Karet di PT. Sampit International Banjarmasin Tahun 2015

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

Determinan Kepatuhan Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Dalam Penerimaan Karet di PT. Sampit International Banjarmasin
Tahun 2015
Khairul Anam
khairulanam.fkmuniska@gmail.com
FKM - Universitas Islam Kalimantan (Uniska) MAB Banjarmasin
ABSTRACT
SOP is a simple instruction to complete a routine task which is the most effective
way to meet the operational requirements. According to the data from the ILO, every
year in the world happens 270 million accidents at work, workers suffer 160 million
diseases because of work, 2.2 million deaths and finance of 1.25 trillion USD. In
Indonesia, in the period of 2009, there were 22.338 cases of the total 96.314 cases in 2009
for accidents at work at the age of 26 -30 years.The purpose of this study is to investigate
the obedience determinants of the implementation of Standard Operating Procedures
(SOP) on rubber admission in Sampit International Company Banjarmasin in 2015.This
research is a type of analytical research which uses a Cross Sectional approach using
primary data. The total sample of this research is 100 respondents, which uses a sampling

technique that is saturated by making the entire population as a sample. Data were
analyzed in univariate way, bivariate way using Chi Square statistic test.The research
shows that 1 between 5 respondents are less adherent to the implementation of SOP. The
variables which are related are the level of education, work experience (the employment
period), knowledge, regulation, and supervision. in the other hand.

Keywords : The Compliance Determinants of The Implementation of (SOP), The Level of
Education , The Employment Period (work experience), Knowledge, Attitude, Supervision and
Regulation

132

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

PENDAHULUAN

kemungkinan risiko bahaya yang

Peningkatan jumlah tenaga
kerja dalam sektor industri tentu

saja membawa dampak terhadap
keadaan sosial masyarakat. Dampak
yang

ditimbulkan

perkembangan

dari

adanya

industri

berupa

dampak positif dan dampak negatif.
Salah satu contoh dampak negatif
yang ditimbulkan adalah penurunan
kondisi kesehatan dan keselamatan

para pekerja dikarenakan keadaan
pekerja di lapangan atau di dunia
industri belum dilindungi sistem
pencegahan dan penanggulangan
bahaya dunia industri terhadap
keselamatan

Vol.3 No.5 Januari 2016

jiwa

baik

secara

dapat mengancam keselamatan jiwa.
Tentu saja alat pelindung kerja harus
mempunyai
dan spesifikasi
fungsinya


sistem

penanggulangan

bahaya

yang disebut dengan kesehatan dan
keselamatan kerja, dan salah satu
indikator penting pelaksanaannya
adalah penerapan alat pelindung

Standar operasional prosedur
alat pelindung kerja bertujuan untuk
para

pekerja

untuk


dengan

menanggulangi

dalam tesis ini akan dibahas macammacam

alat

pelindung

diri,

perancangan, pembuatan, sertifikasi
dan penerapannya dalam industri
atau dunia kerja. Menurut data dari
ILO setiap tahun didunia ini terjadi
270 juta kecelakaan kerja, 160 juta
pekerja menderita penyakit akibat
kerja,


kematian

2,2

juta

serta

finansial sebesar 1,25 triliun USD.
Di Indonesia dalam periode
2009, terdapat 22.338 kasus dari total
96.314 kasus di tahun 2009, untuk
kecelakaan kerja pada usia 26 -30
Tahun. Persisnya sebanyak 65.568
kasus dari 96.314 kasus

selama

tahun 2009 terjadi di lingkungan
kerja / lokasi kerja atau sebesar


kerja (Akimoto, 1991).

melindungi

sesuai

jenis bahaya tertentu. Untuk itu

langsung maupun dalam jangka
waktu yang lama diperlukan suatu

standarisasi

dari

68,07% kecelakaan kerja akibat dari
kondisi berbahaya dan pengamanan
yang


tidak

sempurna

terjadi

sebanyak 57.626 kasus kecelakaan
133

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

atau sebesar 58,15% dari total kasus,

yang

selain itu sebanyak 31.776 kasus

kegiatan kerja, karena penyebab


kecelakaan kerja atau sebesar 32,06%

kecelakaan

dari total kasus disebabkan akibat

dominan yaitu adalah dikarenakan

tindakan berbahaya tenaga kerja

oleh faktor manusia, kurangnya

dalam posisi tidak aman, sedangkan

pengetahuan, kurangnya kesadaran

pada tahun 2010 tercatat 98.711

karyawan


kasus, dari angka tersebut 2.191

peraturan K3, salah satu diantaranya

tenaga kerja meninggal dunia dan

kepatuhan dalam penerapan SOP,

menimbulkan

ataupun

cacat

permanen

digunakan

kerja


dalam

yang

proses

paling

untuk melaksanakan

kurangnya

kesadaran

direksi/unsur

pimpinan

sejumlah 6.667 orang, sedangkan di

jajaran

daerah

Kalimantan Selatan data

dalam mengawas pelaksanaan K3,

kecelakaan kerja pada tahun 2010

serta masih adanya anggapan oleh

sebanyak

37

sebagian direksi yang berpendapat

diantaranya meninggal dunia, pada

atau menganggap upaya K3, sebagai

tahun 2011 kasus kecelakaan kerja

sesuatu pemborosan pengeluaran di

326 dan jumlah yang meninggal 29

perusahaan, begitu juga dengan

orang, dan pada tahun 2012 kasus

sikap karyawan yang menganggap

kecelakaan

sepele terhadap standar operasional

38

diantaranya

orang

kerja

dan

277

meninggal

dan

24

dunia

(Antara kalsel .com/berita/9913).
Program Occupational safety
(OSHE)

health and Enviroment
adalah

bertujuan

melindungi

prosedur

(SOP)

dalam

melaksanakan pekerjaannya salah
satu diantaranya adalah kepatuhan
penerapan

SOP,

melaksanakan

pada

waktu

pekerjaannya

karyawan,

pimpinan

dan

(Akimoto.T, 1991).

masyarakat

akibat

dari

Industri karet di Banjarmasin

kemungkinan terjadinya kecelakaan

adalah industri yang menampung

kerja dan penyakit akibat kerja

hasil bumi rakyat berupa karet, yang

(PAK), menjaga agar alat dan bahan

kemudian dijadikan crumb rubber
134

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

untuk bahan baku ban pekerja di

menimbulkan kerugian, baik secara

Perusahan PT. Sampit International

material

Banjarmasin

material.Sedangkan,

yang pekerjaannnya

sangatlah rentan dengan

bahaya,

maupun

merupakan
kemungkinan

bagian

tersebut terjadi.

penerimaan bahan baku

karet (BOKAR) sangatlah berisiko

risiko

besar

contoh pekerja yang bekerja di

non

kecilnya

potensi

bahaya

Risiko dominan yang terjadi

untuk terpajan terhadap berbagai

di

faktor yang dapat menimbulkan

International adalah bahaya mekanik,

dampak

negatif

bahaya

kesehatan

mereka,

atau

derajat

hal tersebut

perusahaan

kimia,

PT.

Sampit

bahaya mekanik

dimaksud adalah kepatuhan sikap

apabila tidak diantisipasi dengan

pekerja dalam mematuhi

baik akan menimbulkan dampak

operasional prosedur (SOP) yang

yang negatif terhadap keselamatan

ditetapkan

kerja yang pada akhirnya

akan

sedangkan bahan bahaya kimianya

dapat menimbulkan dampak pada

adalah mengakibatkan kaki gatal-

pelayanan kesehatan.

gatal,

oleh

akibat

standar

perusahaan,

campuran

yang

Kita seringkali mendengar

terkandung dalam bahan baku karet

istilah bahaya dan risiko di tempat

itu sendiri yaitu asam semut, atau

kerja. namun, terkadang kita sering

campuran yang tidak dianjurkan

mengabaikan hal tersebut lantaran

yang dilakukan oleh petani karet

itu hanya sebuah potensi yang

untuk

belum

(Sumbung, 2000).

tentu terjadi dalam diri

kita.Secara
bahaya

harfiah,

dapat

pengertian

Dari

hasil

karet

studi

sebuah

pendahuluan,terjadinya kecelakaan

potensi yang muncul dari aktivitas

kerja yang mengakibatkan 1 orang

atau

lengan pekerja patah dan remuk

kegiatan

diartikan

mengentalkan

manusia

yang

berinteraksi dengan mesin maupun

yang

lingkungan

sehingga harus di opname(operasi

yang

dapat

tergiling oleh,

conveyor

135

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

besar) di rumah sakit di Surabaya.

bagi pekerja yang memiliki risiko

Dan satu orang pekerja yang patah

kecelakaan kerja yang cukup tinggi.

lengannya akibat menghidupkan

umumnya

mesin

pengendalian

mangal/mesin penggiling

ada

lima

katagori

bahaya

karet, dan satu orang yang terstusuk

eliminasi,

pisau pada paha kanan karena

administratif dan alat pelindung

tergelincir pada saat mau naik ke

diri. Eliminasi yaitu dengan cara

tumpukan

menghilangkan

karet,

menurut

substitusi

yaitu

enginering,

bahaya

kerja,

pengamatan penulis hal tersebut

subsitusi dengan cara mengganti

terjadi

patuhan

bahan atau proses kerja dengan

melakukan

yang lebih aman, enginering dengan

akibat

pekerja

ketidak

dalam

pekerjaannya dengan prosedur kerja

cara

yang ditetapkan

bagian mesin yang membahayakan

di perusahaan,

membuat

pelindung

tahapan tahapan dalam prosedur

pekerja,

penerimaan karet dari peneriman,

dengan cara jobrotation dan terakhir

penimbangan,pemotongan

(mesin

yaituAPD.

serkel)hingga

bahan

Penggunaaan Alat Pelindung

olah karet (BOKAR) satu sebutan

Diri merupakan tahap akhir dari

yang sangat populer dikalangan

metode pengendalian kecelakaan

industri

maupun

pengiriman

karet

untuk

wilayah

administratif

pada

penyakit

adalah

akibat

kerja,

Kalimantan Selatan, Tengah dan

Meskipun demikian, penggunaan

Timur.

Alat Pelindung Diri akan menjadi
Menurut ILO (2001) upaya

yang

efektif

untuk

sangat penting apabila pengendalian

mencegah

secara teknis dan adminisratif telah

kecelakaan kerja yang tidak terduga

dilakukan secara maksimal namun

adalah dengan menutup sumber

potensi

risiko

kerja tersebut, tetapi jika tidak

tinggi,

besarnya

mungkin

penggunaan APD ini pada saat

maka alternatif

lain

adalah dengan menyediakan APD

bekerja

tidak

masih

tergolong

manfaat

menjamin

dari

semua
136

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

pekerja akan memakainya karena

Penelitianini bersifat Analitik

ternyata masih banyak juga pekerja

dengan

yang tidak menggunakannya.

menggunakan

Menurut Notoatmodjo (2003)

pendekatan

kuantitatif
metode

pengumpulan data cross sectional.

meskipun perilaku adalah bentuk

Yangdimaksud

respon

penelitian cross sectional adalah jenis

atau

reaksi

terhadap

dengan

desain

stimulus atau rangsangan dari luar

penelitian

organisme (orang), namun dalam

rangka

memberikan

korelasi antara faktor-faktorrisiko

resposn

sangat

noneksperimentaldalam
mempelajari

dinamika

tergantung pada karakteristik atau

dengan

faktor-faktor lain dari orang yang

penyakit

bersangkutan

meskipun

tertentu,dengan model point time

stimulusnya sama bagi beberapa

yang diobservasi sekaligus pada saat

orang, namun

yang sama (Praktinya, 2007).

respons tiap-tiap

orang berbeda. Faktor-faktor yang
membedakan
stimulus

respon

yang

terhadap

berbeda

disebut

determinan perilaku.
Bertitik
tesebut

tolak

diatas

maka

dariuraian
peneliti

mengenai Determinan kepatuhan
penerapan standard SOP dalam

International

Karet di PT.Sampit
Banjarmasin Tahun

2015.

atau

Populasi
karyawan

yang

status

berupa
kesehatan

yaitu
di

jumlah

PT.Sampit

International Banjarmasin tahun
2015sebanyak

bermaksud mengadakan penelitian

penerimaan

efeknya

100

pekerja

dibagian penerimaan karet di PT.
Sampit

International

Banjarmasin.Pada

penelitian ini

sampel yangdiambil adalah total
populasi
orang

yang
pekerja

berjumlah
di

100

bagian

penerimaan karet di PT. Sampit
International Banjarmasin tahun

METODE PENELITIAN

2015.

137

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

1. Masa kerja dengan kepatuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

penerapan SOP

Tabel 1
Hubungan masa kerja dengan kepatuhan penerapan SOP
Kepatuhan Penerapan SOP
Masa

Total
Patuh

Kerja

Kurang Patuh

n

%

n

%

n

%

Lama

73

81,1

17

18,9

90

100

Baru

7

70

3

30

10

100

Hasil

OR

95% CI

0,414

1,84

0,431-7,860

yang

hubungan antara masa kerja

dilakukan di peroleh bahwa

dengan kepatuhan penerapan

responden yang masa kerjanya

SOP, diperoleh nilai P value=

sudah lama dan patuh dalam

0,414

penerapan SOP sebanyak 73

menunjukkan

bahwa

tidak

responden (81,1%), sedangkan

adahubungan

yang

secara

responden yang masa kerjanya

statistik bermakna antara masa

masih baru dan patuh dalam

kerja

penerapan

penerapan SOP.

responden

penelitian

Nilai P

SOP sebanyak 7
(70%),

jadi

dengan

dengan

2. Tingkat

berdasarkan hasil uji statistik

demikian

kepatuhan

pendidikan

dengan

kepatuhan penerapan SOP

Tabel 2
Hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan penerapan
SOP
Kepatuhan Penerapan
SOP

Tingkat

Total
Pendidikan

Nilai P OR

95% CI

Kurang
Patuh
Patuh

138

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

n

%

n

%

n

%

Tinggi

20

62,5

12

37,5

32

100

Rendah

60

88,2

8

11,8

68

100

Hasil penelitian
dilakukan

yang

0,2

0,080-0,621

berdasarkan hasil uji statistik

maka diperoleh

bahwa responden

0,006

hubungan

antara

tingkat

yang yang

pendidikan dengan kepatuhan

berpendidikan tinggi dengan

penerapan SOP, diperoleh nilai

patuh terhadap penerapan SOP

P value = 0,006 dengan demikian

ada

berarti ada hubungan antara

20

orang

sedangkan

(62,5%),

responden

yang

tingkat

berpendidikan rendah dengan

pendidikan

dengan

kepatuhan penerapan SOP.

patuh terhadap penerapan SOP

3. Pengetahuan

ada 60 orang (88,2%), jadi

dan

kepatuhan

penerapan SOP

Tabel 3
Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penerapan SOP
Kepatuhan
Penerapan SOP
Total
Pengetahuan

Kurang
Patuh
%

n

%

n

%

Baik

74

84,1

14

15,9

88

100

Kurang Baik

6

50

6

50

12

100

dilakukan
bahwa

yang

maka diperoleh
Responden

OR

95% CI

0,013

5,286

1,488-18,776

Patuh

n

Hasil penelitian

Nilai P

sedangkan

responden

berpengetahuan

kurang

yang
dan

yang

patuh ada 6 orang (50%), jadi

berpengetahuan baik dan patuh

berdasarkan hasil uji statistik

ada

hubungan antara pengetahuan

74

orang

(84,1%),

139

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

dengan kepatuhan penerapan

di

SOP diperoleh nilai P value =

responden

0,013 dengan demikian

pengetahuan

hubungan

yang

secara

bermakna

statistik

kurang
ini

sejalan

dengan penelitian Arifien (2006)

dengan
penerapan

yang mempunyai

baik.Penelitian

antara

pengetahuan
kepatuhan

ada

bandingkandengan

yang

SOP.

menyatakan

hubungan

yang

ada

bermakna

Hasil analisis didapatkan nilai

antara

OR = 5,3artinya responden yang

kepatuhan tehadap SOP.

mempunyai pengetahuan baik

4. Sikap

kemungkinan 5,3 kali lebih

pengetahuan

dengan

dengan

kepatuhan

penerapan SOP

besar mematuhi penerapan SOP

Tabel 4
Hubungan sikap dengan kepatuhan penerapan SOP
Kepatuhan Penerapan
Total

SOP
Sikap
Patuh
n

%

n

%

n

%

Positif

75

80,6

18

19,4

93

100

Negatif

5

71,4

2

28,6

7

100

Hasil penelitian
dilakukan

Nilai P

OR

0,625

1,667

95% CI

Kurang Patuh

yang

maka diperoleh

dalam

0,299-9,295

kepatuhan

penerapan

SOP ada 5 orang (71,4%), oleh

yang

karenanya berdasarkan hasil uji

patuh

statistik hubungan antara sikap

penerapan

dengan kepatuhan penerapan

SOP ada 75 orang (80,6%)

SOP di peroleh nilai P value =

sedangkan

0,625 dengan demikian berarti

bahwa

Responden

bersikap

positif

dalam

bersikap

kepatuhan

dan

responden
negatif

dan

yang
patuh

tidak

ada

hubungan

yang

140

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

bermakna antara sikap dengan

bermakna antara sikap dengan

kepatuhan penerapan SOP.Hasil

kepatuhan terhadap SOP

penelitian ini sejalan dengan

5. Pengawasan

Arifien (2006) yang menyatakan

penggunaan

tidak

kepatuhan penerapan SOP

ada

hubungan

yang

tentang
APD

dengan

Tabel 5
Hubungan pengawasan tentang penggunaan APD dengan
kepatuhan penerapan SOP
Kepatuhan Penerapan
SOP

Total

Nilai

Pengawasan
Patuh
n

%

n

%

n

%

Baik

75

85,2

13

14,8

88

100

Kurang

5

41,7

7

58,3

12

100

Hasil
yangdilakukan
bahwa

di

OR

95% CI

8,077

2,224-29,338

P

Kurang Patuh

0,002

penelitian

SOP diperoleh nilai P value =

dapatkan

0,002 maka dengan demikian

yang

ada hubungan yang bermakna

responden

menyatakan adanya mengawasi

antara pengawasan

yang baik dan patuh dalam

APD

penerapan SOP ada 75 orang

penerapan

(85,2%) sedangkan responden

didapatkan

yang menyatakan pengawasan

artinya

kurang

dalam

mempunyai pengawasan yang

penerapan SOP ada 5 orang

baik kemungkinan 8,1 kali lebih

(41,7%).Berdasarkan

besar mematuhi penerapan SOP

statistik

dan

patuh

hasil uji

hubungan

pengawasan

tentang

antara
APD

dengan kepatuhan penerapan

dengan

di
responden

tentang
kepatuhan

SOP.Hasil analisis
nilai OR
responden

=

8,1
yang

bandingkandengan
yang mempunyai

pengawasan kurang baik.

141

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

6. Peraturan dengan kepatuhan penerapan SOP

Tabel 6
Hubungan peraturan SOP dengan kepatuhan penerapan SOP
Kepatuhan
Penerapan SOP
Kurang
Patuh
Patuh

Peraturan

n

%

Dilaksanakan

70

83,3

Tidak dilaksanakan

10

62,5

Hasil
yangdilakukan
bahwa

n

Total
Nilai P

%

n

%

14 16,7

84

100

16

100

6

37,5

0,084

OR

95% CI

3,000 0,937-9,603

penelitian

penerapan SOP, Penelitian ini

diperoleh

sejalan yang dilakukan.

respondenyang

KESIMPULAN

melaksanakan peraturan dan

Hasil

penelitian

yang

patuh dalam penerapan SOP

dilakukan di bagian penerimaan

ada 70 orang (83,3%) sedangkan

bahan olah karet (BOKAR)

responden

tidak

Sampit International Banjarmasin

dan

bahwa responden yang mematuhi

patuh ada 10 orang (62,5%), jadi

penerapan SOP ada 80 orang (80%)

berdasarkan hasil uji statistik

sedangkan responden yang kurang

hubungan antara peraturan SOP

patuh ada 20 orang (20%) artinya 1

dengan kepatuhan penerapan

diantara 5 responden kurang patuh

SOP diperoleh nilai P value =

terhadap penerapan SOP. Sehingga

0,084 dengan demikian berarti

dapat

tidak

Sampit International Banjarmasin

yang

melaksanakan peraturan

ada

bermakna
SOP

hubungan

yang

antara peraturan

dengan

kepatuhan

pada

disimpulkan

bagian

bahwa

penerimaan

belum

mencapai

accident

artinya

PT.

karet

predikat
belum

PT.

zero

optimal

142

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

dalam

melaksanakan

penerapan

SOP, untuk pernyataan nomor 3

Vol.3 No.5 Januari 2016

dibandingkan

pendidikan

rendah.Proporsi

pendidikan

yaitu memeriksa peralatan sebelum
bekerja (gancu. Mesin, conveyor,
dacing)

karena

masih

terdapat

sebanyak 8 responden yang kurang

rendah 68%, sedangkan peluang
untuk patuh = 88,2%, sehingga
kontribusi pendidikan rendah

mematuhi.
untuk patuh = 68x88,2%= 59,9%

1. Masa kerja
Masa kerja tidak berhubungan
dengan kepatuhan penerapan
SOP ( P= 0,414) Proporsi masa
kerja lama (≥3 tahun) = 90%,
sedangkan peluang masa kerja
lama

untuk

patuh

=81,1%.

Dengan

demikian kontribusi

masa

kerja

≥3

tahun

=90x81%=72% (sangat besar).

(cukup besar).
3. Pengetahuan
Pengetahuan

berhubungan

dengan kepatuhan penerapan
SOP (P=0,013) dan OR=5,3,
sehingga pengetahuan baik 5,3
kali lebih patuh dibandingkan
pengetahuan

kurang

baik.

Proporsi pengetahuan baik 88%,
sedangkan peluang untuk patuh

2. Pendidikan
Pendidikan

berhubungan

dengan kepatuhan penerapan
SOP (P=0,006) dan OR (1/5),
sehingga

tingkat

rendah

5x

pendidikan

lebih

patuh

= 84,1% akan tetapi pendidikan
rendah,

Sehingga

kontribusi

pengetahuan baik untuk patuh
= 88x84,1%= 74% (sangat besar).
4. Sikap

143

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Sikap

tidak

Vol.3 No.5 Januari 2016

berhubungan

Peraturan tidak berhubungan

dengan kepatuhan penerapan

dengan kepatuhan penerapan

SOP (P=0,625). Proporsi sikap

SOP

positif

peraturan yang dilaksanakan =

=

93%,

sedangkan

(

P=

0,084)Proporsi

peluang sikap positif untuk

84%,

patuh= 80,6%. Dengan demikian

peraturan

kontribusi

positif

untuk patuh =83,3%. Dengan

=93x80,6%=74,9% (sangat besar)

demikian kontribusi peraturan

sikap

5. Pengawasan
berhubungan

dengan kepatuhan penerapan
(P=0,002)

dan

OR=8,

peluang

yang dilaksanakan

yang

Pengawasan

SOP

sedangkan

dilaksanakan

=84x83,3%=69,9% (cukup besar).

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
maka peneliti ingin memberikan

sehingga pengawasan baik 8
kali lebih patuh dibandingkan
pengawasan

yang

kurang.

saran antara lain :
1. Bagi perusahaan/manajemen
a. Agar

melaksanakan

Proporsi pengawasan baik 88%,

prosedur kerja (bagian

sedangkan peluang untuk patuh

penerimaan

= 85,2%. Sehingga kontribusi

karena

pengawasan baik untuk patuh =

disebutkan bahwa agar

88x85,2%= 74% (sangat besar).

pekerja

6. Peraturan

peralatan

karet),

pada

poin

3

memeriksa
sebelum

bekerja (gancu, mesin,
144

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

coveyor, dacing) pada

2004 sampai sekarang

penelitian

belum ada revisi atau

terdapat

8

orang tidak mematuhi.
b. Pada poin 2 disebutkan

perubahan,
demikian

dengan
manajemen

bahwa pekerja memakai

seharusnya

masker waktu pekerja.

mengevaluasi SOP yang

Dalam

ada.

penelitian

terdapat 55 orang yang
tidak memakai masker.
c. Pada poin 14 disebutkan

e. Pada

PT.Sampit

International
Banjarmasin

sudah

bahwa pekerja memakai

adaperaturan

sarung

tangan

pada

menyangkutpenerapan

waktu

bekerja,

pada

SOP,

penelitian
orang

terdapat 41

tidak

memakai

sarung tangan.
d. Perlunya revisi terhadap
Standar
Prosedur

Operasional
(SOP),

tetapi peraturan

tersebut
belumdijalankan
denganbenar.

Agar

penerapan

pada

SOP

pekerja lebihmeningkat,
sebaiknya

peraturan

dikarenakan SOP yang

yang ada dipertegas lagi

ada

dengandiberlakukannya

diterapkan

tertanggal 11 Februari
145

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

sanksi dan penghargaan
DAFTAR PUSTAKA

terhadap pekerja.

Akimoto,T.1991.Personal Protevtive

2. Bagi Pekerja

by using Industrial Health

Perlunya
peningkatan

pengetahuan

Equipment

dalam

Pelindung

Alat

Diri(APD)

dan pemahaman tentang
pentingnya

protective

dan

Alat

pemadam Api Ringan (

mematuhi

APAR ), cara memilih dan
penerapanSOP,

pada

memakainya,Depatemen

penelitian terdapat 40 orang
yang

tidak

tahu

Tenaga

kerja

RI,BadanPerencanaan

akan

Pengembangan
pentingnya

memakai

sepatu bot,

sebanyak 37

orang

yang
apa

Keselamatan

bekerja

yang

operasional

http://arief .wor..12
januari 2015

dan
Aziz,

jenis

:

prosedur

Elfrida

sebanyak 37 orang tidak
memahami

Kerja

Jakarta.

tidak

dimaksud tindakan aman
dalam

Tenaga

Kerja, Pusat Hiperkes dan

Arief.2008.Standard
memahami

dan

.2011.Metodologi
penelitian
Kesehatan, Jakarta:

alat

Baduase Media

pelindung diri yang sesuai

Aziz Alimul Hidayat. 2008. Metode
dalam penerimaan karet.

Penelitian Keperaw atan
dan

Teknik

Analisis

146

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Data.

Jakarta:

Salemba

Vol.3 No.5 Januari 2016

Hastono

Priyo.

2007.

Analisis Data Kesehatan.

Medika
Budiono,Sugeng.2005.Bunga

Depok: FKM UI

Rampai Hyperkes dan

Ikhwan Kunto, 2008. Keselamatan

Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di Indonesia.

Kerj,Higiene

Jakarta

Perusahaan,Ergonomi,

Kusuma, Indra. 2004. Tesis : Faktor-

Kesehatan

faktor yang berhubungan

Kerja,Semarang.Badan

dengan

Penerbit

penggunaan

Universitas

perilaku

Pelindung

Diponegoro
Charles

Susanto

Lenvine,

1990.Public

Administration

:

Alat
Pendengaran

pada pekerja bagian di
casting PT. X tahun 2004,

Chllenges,Choice,

Program

Consequances.Gle

Kesehatan

nview Illionis: Scot

Universitas Indonesia

Foreman/little
Brown

Notoatmodjo,

Higer

Education.
Elfrida, Netty. 2006. Skripsi:Faktor-

Magister
Masyarakat

Soekidjo.

2012.

Metodologi

Penelitian

Kesehatan,

Jakarta

:RinekaCipta.

faktor yang berhubungan

-------------------.

dengan Penggunaan Alat

Penelitian ,Edisi Revisi,Jakarta ,

Pelindung

Reneka Cipta

Diri

pada

2005.

Metode

pekerja di bagian produksi

-------------------. 2003. Pendidikan

packing PT. KCI Jakarta

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

tahun

Rineka Cipta.

2006.

Sarjana
Masyarakat
Indonesia.

Program
Kesehatan

-------------------. 2003. Prinsip-Prinsip

Universitas

Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta :Rineka Cipta.
147

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

------------------.
Kesehatan

Promosi

Sumbung.2000 Studi tentang faktor

perilaku

faktor yang brhubungan

2007

dan

ilmu

Vol.3 No.5 Januari 2016

Jakarta: Rineka cipta,2007

dengan alat pelindung diri

------------------. 2010 Ilmu perilaku

di bagian dryer dan giling

kesehatan,Rineka Cipta. Jakarta

pabrik kayu lapis PT.Jati

Pratiknya.

darma indah Batu Gong

2007.Dasar-dasar

Metodelogi

penelitian

Kedokteran

dan

Kota Ambon tahun 2000,
tesis

program

Magister

Kesehatan, Jakarta: PT.Raja

Kesehatan

Grafindo Persada

Universitas Indonesia

Pratomo, Agus. 2003. Gambaran
tingkat

kepatuhan

Suma’mur. 2009.Higine Perusahaan
dan

kesehatan

Menggunakan

Alat

(Hiperkes)

Pelindung

Pada

Seto.Jakarta

diri

Dokter Gigi dan Peraw at
Gigi

Puskesmas

Masyarakat

---------------.

di

CV

kerja
Sagung

2005.Higine
Perusahaan

dan

Kabupaten Bandung tahun

Kesehatan

2003,

(Hiperkes)Jakarta:

dalam

Skripsi

FKM,UI.Depok

PT.Gunung Agung

(http://batavias.co.id tangal

Sutanto. 2000. Modul SPSS. Depok :

12 januari 2015)

FKM UI Jurusan

Rohani Panggabean. 2008. Tesis:

Biostatistik

Hubungan Pengetahuan

Kesehatan.

dan

Sikap

Petugas

Laboratorium

Terhadap

Kepatuhan

Kerja

Menerapkan

Supriyanto.

2007.

Risiko Penyebab
terjadinya

Pekanbaru.

kecelakaan

Universitas Sumatera Utara

Tesis:

“Penanganan

SOP di Puskesmas Kota
Medan:

dan

pada

proyek EPC (Studi
148

Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen

Vol.3 No.5 Januari 2016

Kasus pada PT.
X)”.

Depok:

Program
Pascasarjana
Fakultas Teknik UI
Tjipto Atmoko.

2009.“ Standard

operasional

Prosedur

(SOP) dan akuntabilitas
kinerja

instansi

pemerintah
Widiardi.
2008.flekssibelitas.http:w w
w .w idiardi.com2008’
Standard
proscedure

operation
Antara

kebutuhan baku Perusahaan
danFleksibelitas

149