Tabel I Nama-Nama Jorong yang ada di Nagari Sungai Aua Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat

BAB III
GAMBARAN UMUM SIKILANG NAGARI SUNGAI AUA KECAMATAN SUNGAI
AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT
3.1.

Geografis dan Kependudukan
Secara geografis Jorong Sikilang adalah wilayah Minangkabau
pada saat kerajaan pagaruyung. Hal ini dapat dilihat dari pandangan
Minangkabau yang menegaskan Jorong Sikilang merupakan adat
Minangkabau. Nama Sikilang berasal dari kilang (penggilingan) tanaman
tebu. Pada zaman dahulu daerah Sikilang merupakan daerah yang
mempunyai perkebunan tebu sehingga banyak bermunculan usahausahan penggilingan tebu tradisional untuk diolah menjadi gula merah.
Lambat laun penamaan daerah tersebut berubah menjadi Sikilang.
Penamaan Si pada awalnya menunjukan tempat atau orang(dalam
bahasa Minang).
Sebelum lahirnya UU No 38 Tahun 2003 tentang pemekaran
Kabupaten Pasaman dan menjadi tonggak awal berdirinya Kabupaten
Pasaman Barat. Pada awalnya Jorong Sikilang berada pada Kecamatan
Lembah Melintang dengan adanya pemekaran Nagari maka Jorong
Sikilang berada dalam teritorial Nagari Sungai Aua Kec. Sungai Aur
Kab.Pasaman Barat. Pemekaran ini terjadi pada tahun 2004, menjadi dua

Kabupaten yaitu Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.
Pada Pasaman Barat tersebut terdapat 12 Kecamatan, setiap Kecamatan
mempunyai beberapa Jorong. Salah satu Kecamatan yang terdapat di
Pasaman Barat itu, yaitu Kecamatan Sungai Aur. Kecamatan Sungai Aur
ini memiliki 21 Jorong dan satu Nagari, yaitu Nagari Sungai Aua. Adapun
Jorong-jorong yang ada di Lingkungan Nagari Sungai Aua Kec. Sungai Aur
seperti yang terdapat dalam tabel dibawah ini:

43

44

Tabel I
Nama-Nama Jorong yang ada di Nagari Sungai Aua
Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat
Nama-Nama Jorong yang Ada di Kec. Sungai Aur
Jorong Air Haji

Jorong Bayang Tengah


Jorong Koto Dalam

Jorong Sarasah Betung

Sub Jorong PT BPD

Jorong Sarasah Talang

Jorong Kumpulan

Jorong Simpang Gadang

Jorong Tobong Padang

Jorong Padang Timbalun

Hilir

Jorong Sungai Aur


Jorong Muara Tapus

Jorong UPT Bukit Melintang

Jorong Pematang Sontang

Jorong Kasik Putih

Jorong Lubuk Juangan

Jorong Sakato Jaya

Jorong Sungai Tanang

Jorong Bukit Harapan

Jorong Sikilang
Jorong Sopo Bawak
Sumber Data Dari Kantor Wali Nagari 2016


Dengan adanya pemekaran tersebut maka penulis lebih
mendiskripsikan pada sebuah Jorong, Jorong tersebut merupakan tempat
penelitian penulis . Adapun Jorong yang penulis teliti itu adalah Jorong
Sikilang Nagari Sungai Aua. Jorong Sikilang ini mempunyai luas 5 KM2
yang mempunyai iklim panas, kerena berada didaerah pantai. Meskipun
terdapat iklim panas, namun daerah ini juga cocok untuk lahan
pertanian, seperti padi, kelapa, jagung, cabe, kacang, sayur-sayuran,
semangka, mintimun, kelapa sawit, dan lain sebagainya.
Apabila dilihat secara geografis, letak Jorong Sikilang ini
berbatasan dengan:
3.1.1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jorong Sikabau Kec. Parit Koto
Balingka.
3.1.2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jorong Maligi Kec. Sasak.
3.1.3. Sebelah Barat berbatasan dengan Jorong Samudra Indonesia.

45

3.1.4. Sebelah Timur berbatasan dengan Air Haji Kec. Sungai Aur (
Rodipion 2016)


Adapun jarak antara Jorong Maligi dengan Sikilang memakan
waktu setengah jam dengan menggunakan sepeda motor dengan jarak 7
km. Jika menggunakan tenaga manusia (jalan kaki), bisa menghabiskan
waktu

sekitar

2

jam.

Jarak

antara

Sikilang

dengan

Sikabau


menghabiskan waktu 15 menit dengan menggunakan 2 alat transpor
yaitu sepeda motor dan kapal kecil (bot). Alat transpor ini digunakan
untuk mengantarkan ke seberang, karena antara Sikilang dengan Sikabau
ini mempunyai batas dengan muara dan sungai. Sedangkan waktu
tempuh yang 15 menit tersebut ditempuh dalam keadaan pasang surut,
karena perjalanan tersebut berada di pinggir-pinggir pantai. Namun jika
pasang naik maka akan memakai waktu 1 jam. Hal ini karena perjalanan
tersebut berada di darat atau di perkebunan. Sedangkan jarak antara
Sikilang dan Air Haji menempuh jarak lebih kurang 2 jam perjalanan
memakai sepeda motor dengan jarak 30 km. (Lismayeni 2016)
Bentuk permukaan Jorong Sikilang ini merupakan daerah dataran
tinggi yang mempunyai karekteristik tersendiri. Jenis tanah yang
terdapat di Jorong Sikilang dibagi sebagai berikut, untuk wilayah
perkampungan jenis tanahnya adalah pasir, untuk wilayah perkebunan
sebagian humus dan gambut.
3.2.

Ekonomi dan Sosial
Masyarakat Sikilang Nagari Sungai Aua sebagian besar bekerja

sebagai nelayan, petani dan pedagang. Hal ini disebabkan karena daerah
Sikilang tersebut berada di pinggiran pantai dan mempunyai lahan
pertanian yang subur. Lahan pertanian yang ada di Sikilang ini di
kelilingi oleh sungai, jika ingin pergi ke ladang tersebut maka ada yang
menggunakan alat transpor air, seperti sampan dan kapal kecil, ada juga
yang mempunyai lahan pertanian dekat dengan kampung. Adapun hasil
pertanian yang diperoleh oleh masyarakat Sikilang ini adalah padi,

46

jagung, cabe, ubi-ubian, kacang ijau, kacang tanah, semangka, sayursayuran, sawit dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan ekonomi masyarakat Sikilang maka
dibentuklah kelompok-kelompok kecil yang disebut dengan kelompok
tani.Melalui kelompok tani inilah para petani mengembangkkan
usahanya di bidang pertanian. Anggota kelompok tani ini mendapat
bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usahanya. Seperti
pemberian bibit, pupuk dan racun murah dari harga pasaran dengan
bantuan tersebut para petani dapat meningkatkan hasil panennya dari
waktu


kewaktu.

Dari

hasil

tani

tersebut

dapat

meningkatkan

perekonomian masyarakat.Dalam mengembangkan usaha nelayan maka
para nelayan juga membentuk kelompok nelayan. Melalui kelompok
nelayan ini maka para nelayan mampu mengembangkan usahanya.
Setiap anggota mendapat bantuan dari pemerintah, seperti masin robin,
sampan dan alat penangkap ikan. Bantuan-bantuan alat tersebut dapat
menpermudah nelayan dalam menangkap ikan.

Masyarakat Sikilang tidak hanya mempunyai bidang pencaharian
lewat nelayan, tani dan perdagangan saja, akan tetapi ada juga sebagian
kecil masyarakat yang bekerja sebagi pegawai negeri sipil dan swasta.
3.3.

Keagamaan, Pendidikan, dan Adat
3.3.1. Kehidupan Beragama
Mengenai kehidupan beragama, masyarakat Sikilang 100%
beragama Islam dan termasuk masyarakat yang taat menjalankan
Agamanya. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan
yang telah dilakukan oleh masyarakat Sikilang, yaitu:
3Wirid Yasin yang dilakukan sekali seminggu dari rumah
kerumah bagi remaja sedangkan bagi Ibuk-Ibuk diselenggarakan di
Mesjid
3.3.1.1. Wirid pengajian yang dilakukan sekali 2 minggu di Mesjid.
3.3.1.2. Ceramah Ramadhan dan tadarus Al-Qur’an.

47

3.3.1.3. Menyemarakan hari besar Islam seperti

1) Isra’ Mi’raj

2) Penyambutan Bulan Ramadhan
3) Maulid Nabi

3.3.1.4.

Mengajar TPA/TPSA

3.3.1.5.

Nuzul Qur’an, sebelum memperingati malam Nuzul
Qur’an masyarakat terlebih dahulu menyambutnya
dengan melakukan kegiatan:
1) MTQ
2) Pidato
3) Asmaul Husna
4) Hafiz Yasin
5) Hafalan Juz Amma, bagi anak-anak TK. ( Ida Rosni 2016)


Sarana dan prasarana ibadah yang terdapat di Sikilang ini
sebenarnya terdapat 6 buah tempat ibadah yang dapat digunakan
untuk melaksanakan sholat berjamaah, baik itu pada bulan
Ramadhan maupun pada bulan luar Ramadhan. Keenam sarana
ibadah ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat terutama untuk
melaksanakan sholat lima waktu sehari semalam dan termasuk juga
dengan kegiatan-kegiatan ke Islaman lainnya. Adapun jumlah
prasarana ibadah tersebut adalah seperti terlihat di tabel yang ada
dibawah ini:

Tabel II
Tempat Ibadah di Jorong Sikilang Nagari Sungai Aua
Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat
Sarana Tempat

Jumlah

Ibadah
1

Mesjid

1 buah

2

Musholla

5 buah

48

Dari tabel di atas akan penulis jelaskan letak Mesjid dan
Musholla yang ada di Sikilang tersebut. Mesjid berada di tengahtengah kampung yang mempunyai panjang 15 M, lebar 12 M,
sedangkan Musholla berada dipangkal kampung dengan panjang 7
M, lebar 5 M, sedangkan Musholla lainnya berada di pojok kampung
dengan luas 8 M persegi. (Rospudin 2016)
Dalam kesehari-harian masyarakat melakukan ibadah di
Mesjid dan Musholla tersebut selalu ramai dikunjungi oleh
masyarakat untuk melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam.
Begitu juga dengan kegiatan keagamaan yang lainnya, seperti yang
telah penulis paparkan diatas.

3.3.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk atau masyarakat di Kejorongan
Sikilang rata-rata hanya pada tingkat dasar, pendidikan pada tingkat
pertama dan menengah lebih didominasi oleh kaum muda. Hal ini
terjadi karena sarana pendidikan menengah berdiri pada tahun
2004. Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dianut
oleh setiap manusia, karena Allah sangat menjunjung tinggi derajat
orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Pendidikan di
Sikilang pada awalnya berkembang lambat karena kurangnya
perhatian dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
pendidikan. Salah satu yang menjadi penghalang bagi masyarakat
untuk menyekolahkan anak-anak mereka adalah dari segi keuangan
dan dari segi jauhnya menimba ilmu. Orang tua lebih cendrung
memikirkan untuk pertumbuhan dan kemajuan perekonomian, dari
pada pendidikan anak.
Namun pada tahun 2004 pendidikan di Sikilang berkembang
pesat. Salah satu pemicu masyarakat untuk memyekolahkan anaknya
yaitu dengan adanya sebuah MTS dan SMPN yang siap untuk

49

menerima muridnya bagi yang tidak mampu untuk menyekolahkan
anaknya ke daerah lain. Setelah tamat MTS/SMP para orang tua
mengantarkan anak-anaknya ke kampung lain guna untuk menimba
ilmu. Namun ada juga sebagian orang tua yang langsung
menghantarkan

anak-anaknya

keluar

kampung

untuk

lebih

mendalam dalam pendidikan sampai keperguruan tinggi. Adapun
sarana pendidikan yang ada di Sikilang pada saat sekarang ini boleh
dikatakan sudah sangat memadai karena meskipun pendidikan yang
ada di Sikilang terbatas namun semangat mereka tidak pernah
kendur. (Yenti Rosmita 2016) Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel III
Sarana Pendidikan di Jorong Sikilang Nagari Sungai Aua
Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat
No

Sarana Pendidikan

Jumlah

1

Taman Kanak-Kanak

1

2

Sekolah Dasar/SD

1

3

SMPN

1

4

MTSs

1

5

TPA/TPSA

2

Sumber data dari kantor Jorong Sikilang

Dari profil pendidikan yang ada di atas, sarana pendidikan
yang ada di Sikilang sebenarnya kurang memadai namun karena
semangat orang tua dan juga anak-anak, pendidikan tidak hanya
dilakukan di Sikilang saja melainkan dilanjutkan ke daerah lain.
Totalitas masyarakat Sikilang berjumlah sebanyak 828 KK dengan
jumlah jiwa 4.000 jiwa dengan perincian 1234 laki-laki dan 1242
perempuan. Dari jumlah 2476 jiwa ini, hanya sebagian yang dapat
berkesempatan mengecap Perguruan Tinggi (PT), Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). (
Rodipion 2016)

50

Dari data di atas didapatkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat Sikilang Nagari Sungai Aua, mengalami perkembangan
yang sangat pesat yang dibuktikan dengan adanya penduduk
Sikilang yang menamatkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi,
baik Perguruan Tinggi Agama maupun Perguruan Tinggi Umum.

3.3.3. Adat Istiadat
Masyarakat Minangkabau dikenal dengan masyarakat yang
unik karena memadukan nilai-nilai adat (tradisi) dengan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaan adat
masyarakat Minangkabau menganut sistem matriliniar di mana
masyarakat tersebut menganut sistem keturunan ibu, suku ibu
menentukan suku anak yang melekat sistem kekerabatan. Begitu
juga dengan masyarakat Sikilang Kec. Sungai Aur Nagari Sungai Aua
Kab. Pasaman Barat, kehidupan tradisi orang Minangkabau adalah
kehidupan bersama yang dipimpin oleh mamak (laki-laki) secara
demokratis (musyawarah) baik dalam keluarga suku maupun
kejorongan. Di Sikilang Nagari Sungai Aua Kec. Sungai Aur Kab.
Pasaman Barat hanya terdapat 4 suku, yaitu:
3.3.3.1. Caniago
3.3.3.2. Jambak
3.3.3.3. Melayu
3.3.3.4. Piliang ( Mintiro 2016)
Ke empat suku di atas dipimpin oleh ninik mamak suku
masing-masing dan dipimpin oleh satu orang Datuk yang bergelar
Datuk Lautan Api dan 21 orang mamak kaum serta satu orang Puti.
Adanya pimpinan suku tersebut maka terbentuklah adat yang
diadatkan yang masih berlaku sampai sekarang, sesuai dengan
falsafah adat Minangkabau, “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi
Kitabullah”. Maksudnya adalah ajaran Agama diterapkan secara

51

keseluruhan, tradisi adat yang tidak sesuai dengan ajaran Agama
ditinggalkan. (Repalita 2016) Pelaksanaan adat di Sikilang diwarisi
secara turun temurun, dari ninik turun kemamak, dari mamak turun
kekamanakan. Begitulah ungkapan adat yang ada di Sikilang, adapun
bentuk kebiasaan adat yang dilakukan di Sikilang yang telah diwarisi
secara turun temurun tersebut diantaranya:
1.

Adat kematian

2.

Pernikahan

3.

Balimau

4.

Tidak bolehnya kawin sesuku

5.

Tidak boleh menikahi janda famili ( Abdul Hadi 2016)
Pelaksanaan kegiatan adat diatas, telah dilakukan secara

keseluruhan walaupun kadang-kadang terdapat kendala dalam
pelaksanaanya. Namun adat tersebut tetap dijalankan sesuai dengan
kebiasaan dari dahulunya. Untuk melaksanakan adat ini, dipimpin
oleh ninik mamak dan datuk namun jika masyarakat tidak
mengetahui maka masyarakat mendatangi ninik mamak dan datuk
untuk mendiskusikan hal-hal yang tidak diketahuinya tersebut.
3.4.

Sejarah atau Latar Belakang PIR (Perkebunan Inti Rakyat)
Plasma yang ada di Sikilang ini berawal dari perjanjian
kerjasama antara PT. Agro Wiratama dengan ninik mamak suku.
Tujuan kerjasama ini dalam rangka pembangunan dan pengelolaan
perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan. Perjanjian
kerjasama ini berawal dari tanah ulayat yang dimiliki oleh masyarakat
2.000 ha. Tanah ulayat ini diserahkan kepada pihak PT (Perusahaan)
pada tahun 1999 dan perusahan tersebut akan mendirikan sebuah
perkebunan kelapa sawit yang berada di lingkungan Sikilang.
Perusahaan ini dapat berkembang atas bantuan dari masyarakat
setempat,

yaitu

melalui

partisipasi

masyarakat

setempat

menyerahkan tanahnya kepada perusahaan sedangkan sebagai

52

imbalannya perusahaan tersebut memberikan plasma kepada pihak
masyarakat sebanyak 500 ha. (Casmanedy 2016)
Sementara perusahaan tersebut memberikan bibit kepada
masyarakat sedangkan masyarakat memberikan lahan kepada
perusahaan. Lahan tersebut dikelola oleh perusahaan untuk ditanami
dan dijadikan sebuah perkebunan. Sedangkan biaya operasionalnya
dipinjam dari bank Indonesia melalui perantara perusahaan tersebut.
( Repelita 2016)
Jumlah kepala keluarga yang mendapatkan plasma tersebut
awalnya sebanyak 250 kepala keluarga yang sudah di -SK-kan oleh
Bupati Pasaman Barat nomor 188. 45/ 9059/ BUP. PAS. 2003. (SK
Bupati Pasaman Barat, Nomor 188. 45/9059/ Bup.Pas. 2003). Namun
dengan bertambahnya kepala keluarga yang baru maka KUD setempat
menambah anggota penerima plasma menjadi 706 kepala keluarga.
Jumlah kepala keluarga yang ada di Jorong Sikilang itu adalah ±828
kepala keluarga, namun tidak semua kepala keluarga yang
mendapatkan plasma ini karena mereka menikah tidak sebelum
pembagian plasma tersebut, kecuali bagi pihak pengurus mereka bisa
mengurangi dan menambah anggota plasma dari pihak keluarga
pengurus atau dari pihak ninik mamak. Ada juga yang menerima bagi
hasil plasma dari pihak pemuda khususnya suku Jambak setelah
mereka melakukan protes kepada pihak KUD.
KUD KASUDABOSI ini berdiri pada tahun 2003, mempunyai
struktur kepengurusan Pembina koperasi yaitu Datuk Bosa Sikilang,
ketua yang ditunjuk oleh masyarakat, wakil ketua, sekretaris,
bendahara dan anggota yaitu masyarakat yang namanya tercantum
didalam SK atau yang mendapatkan plasma. KUD ini didirikan karena
plasma tersebut sudah diserhkan kepada masyarakat oleh perusahaan
untuk dikelola sendiri tanpa campur tangan perusahaan. Salah satu
sayarat masyarakat tersebut harus mendirikan sebuah koperasi yang

53

bisa mengayomi perkebunan tersebut. Koperasi inilah yang akan
menjalankan perkebunan itu baik mengenai pembiayaan maupun
dalam bagi hasilnya. (Repelita 2016)
3.4.1. Koperasi Plasma di Sikilang
Koperasi yang ada di Sikilang, Kec Sungai Aur berfungsi
sebagai wadah bagi masyarakat untuk mengelola hasil perkebunan
plasma. Koperasiini dikelola oleh beberapa orang pengurus yang
ditunjuk oleh anggota koperasi, penunjukan ini dilakukan melalui
rapat anggota yang diadakan satu kali setahun. (Rospudin 2016)
Koperasi yang ada di Sikilang mempunyai nama Koperasi Sawit
Datuak Bosa Sikilang(KASUDABOSI). Koperasi ini didirikan pada
tahun 2003 yang berkedudukan di Sikilang Kecamatan Sungai Aur
Nagari Sungai Aua Kabupaten Pasaman Barat.Anggota dari Koperasi
KASUDABOSI ini adalah seluruh masyarakat yang ada namanya dalam
SK plasma Aggro tersebut, yaitu sebanyak 706 orang. Penghasilan
plasma KASUDABOSI ini tidak sama pendapatannya setiap bulan,
sesuai dengan pasaran harga sawit. Penghasilannya paling banyak
berjumlah Rp. 1.500.000 perbulan dan paling sedikit Rp. 500.000
perbulan. Hasil ini tidak menetap dikerenakan harga dari sawit itu
sendiri yang tidak pernah menetap dan hasil produksi sawit yang
berubah-ubah, kadang-kadang hasil produksinya meningkat sehingga
hasil plasma banyak, namun jika produksinya menurunmaka hasil
plasmapun sedikit. Namun yang paling sering terjadi hasil plasma ini
adalah Rp. 800.000 atau lebih dari Rp. 800.000 Ribu. Sedangkan
penghasilan yang Rp. 500.000 Ribu tersebut hanya sekali-kali.
Dalam proses pengambilan uang atau pengambilan hasil dari
plasma tersebut, ninik mamak dan anggota koperasi sepakat untuk
membuat rekening bank beserta ATM. Sebelum ada rekening maka
proses pembagian hasil plasma ini dibagikan oleh ninik mamak suku
masing-masing.

Melalui

ATM (Anjungan Tunai Mandiri) ini

54

masyarakat akan lebih mudah dalam pengambilan uangnya.
Penghasilan yang diterima tersebut dikirim oleh pengurus koperasi
kedalam rekening masing-masing anggota, pengiriman uang ini
dilaksanakan setiap satu kali satu bulan setiap tanggal 20. Pengiriman
ini tidak pernah lewat dari satu bulan berapapun hasil TBS plasma
itulah yang dikirimkan kepada anggota koperasi. Dengan adanya ATM
plasma ini sangat memudahkan bagi masyarakat untuk menggunakan
uangnya itu.
Pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dan karyawati itu
adalah seperti perawatan secara menyeluruh baik itu pemupukan,
penyemprotan memanen buah sawit membabat dan membentuk
piringan (membersihkan rumput-rumput yang ada dibawah rumput
sawit), serta penjualan hasil TBS (Tandan Buah Segar) dan menjaga
perkebunan tersebut. Karyawan atau karyawati ini berasal dari
kampung Sikilang itu sendiri atau dengan kata lain putra dan putri
daerah, sedangkan gaji dari karyawan itu dikeluarkan oleh koperasi
dari hasil penjualan TBS (Tandan Buah Segar). Penjualan TBS ini
dilakukan ke perusahaan inti sesuai dengan perjanjian awal sebelum
didirikan plasma tersebut. (Casmanedy 2016)
Karyawan dan karyawati tersebut adalah anggota dari plasma
itu sendiri, mereka yang bekerja mendapat gaji dari usahanya
tersebut, sedangkan pemilik lahan atau pemilik plasma tidak ada ikut
campur dalam perawatan lahan melainkan hanya menikmati hasilnya
saja. Hal ini karena pemilik plasma sudah menyerahkan semua urusan
tersebut ke koperasi maka koperasilah yang akan menindaklanjuti
semua yang berhubungan dengan plasma, sedangkan pemilik plasma
hanya mendapatkan hasilnya yang dikirimkan oleh pihak koperasi
kerekeningnya masing-masing setiap bulan. Pengurus koperasi ini
merupakan anggota dari plasma tersebut serta putra dan putri dari
masyarakat Sikilang.

55