View of PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRI

PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
TRI SUCI HARIYANTI
SMP Negeri 6 Bangkalan
Abstrak : Berdasarkan pengalaman di lapangan ternyata banyak siswa kelas IX-A
SMP Negeri 6 Bangkalan kurang mampu berbicara Bahasa inggris untuk
mengemukakan gagasan secara sistematis, pilihan dan penggunaan kata tidak
tepat, bahkan beberapa tidak berani berbicara Bahasa inggris. Upaya melatih
kemampuan berbicara Bahasa inggris siswa sudah dilakukan dengan berbagai
cara, tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pemanfaatan televisi dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
kemampuan berbicara Bahasa inggris siswa, serta menemukan cara yang tepat
untuk menerapkannya dalam pembelajaran melalui prosedur perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, sertar efleksi. Untuk
mengumpulkan data, pelaksanaan penelitian ini disertai dengan pengamatan,
diskusi, dan evaluasi. Data hasil pengamatan dan diskusi dianalisis dengan metode
análisis deskriptif, sedangkan hasil evaluasi dengan kriteria penskoran/penilaian
dan ketuntasan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemanfaatan
media televisi yang disertai cara penerapan yang tepat dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan kemampuan berbicara Bahasa inggris siswa kelas IX-A.
karena pada penelitian ini diterapkan beberapa cara yaitu: 1) melakukan persiapan

pembelajaran dengan menugaskan siswa menonton acara televisi yang disukainya,
kemudian berlatih mengungkapkan kembali secara lisan dengan bahasanya
sendiri. 2) memberi keleluasaan kepada siswa terkait teknik penyampaiannya. 3)
materi pembicaraan perlu beragam agar pembelajaran tetap menarik karena
informasi yang disimaknya baru dan bervariasi. 4) agar bisa berbicara Bahasa
inggris lancar, selain latihan berbicara Bahasa inggris perlu menyiapkan catatan
kecil yang berisi garis-garis besar yang akan dibicarakan. 5) agar siswa lebih
antusias, pembelajaran perlu diselingi dengan kegiatan resiprokal yaitu dengan
bertanya jawab atau memberi tanggapan. Hal ini selain dapat meningkatkan
aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa inggris juga dapat
meningkatkan kemampuan menyimaknya, mengingat dua kegiatan tersebut selalu
berkaitan.
Kata Kunci : Televisi, aktivitas, berbicara, Bahasa Inggris
Based on the experience in the field it turns out many students IX-A SMP Negeri
6 Bangkalan less able to speak English to put forward ideas systematically, the
choice and use of the word is not right, even some do not dare speak English.
Efforts to train students' speaking skills have been done in various ways, but have
not achieved the expected results. This study aims to determine whether the use of
television can improve learning activities and speaking ability of English students,
and find the right way to apply them in learning through planning procedures,

implementation of actions, monitoring and evaluation. To collect data, the
implementation of this research is accompanied by observations, discussions, and
evaluations. Observations and discussion data were analyzed by descriptive

185

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

analysis method, while the evaluation result with scoring criteria, Based on the
results of the study concluded that the use of television media along with the
proper application can increase the learning activities and the ability to speak
English class IX-A students. Because in this research applied several ways,
namely: 1) preparing for the lesson by assigning students to watch the television
program they like, then rehearsing verbally in their own language. 2) Give
flexibility to students related to delivery techniques. 3) the subject matter needs to
be diverse in order to make the lesson interesting because the information is new
and varied. 4) In order to speak English fluently, in addition to English speaking
practice needs to prepare a small note that contains the outlines to be discussed. 5)
Make students more enthusiastic, learning needs to be interspersed with reciprocal
activities that are by asking questions or responding. This in addition can increase

the activity and ability of students in speaking English can also improve the
ability to listen, considering the two activities are always related.
PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peranan
yang amat penting. Selain berfungsi
sebagai alat komunikasi juga sebagai
pemersatu bangsa Indonesia. Jadi,
wajar saja bahasa Inggris selama ini
selalu menjadi mata pelajaran utama
di setiap jenjang pendidikan. Saat ini
pembelajaran bahasa Inggris diarahkan pada keterampilan siswa menggunakan bahasa Inggris sesuai konteksnya. Artinya, pembelajaran bahasa
Inggris bersifat pragmatis-komunikatif yang lebih menekankan fungsinya sebagai alat komunikasi daripada pengetahuan kebahasaan (Depdinas, 2004).
Aswin (1999:12) mengungkapkan pada setiap jenjang pendidikan
ada delapan kompetensi dasar yang
perlu dimantapkan. Kedelapan kompetensi dasar tersebut sangat bermanfaat dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Dari kedelapan kompetensi dasar itu, tujuh di antaranya
dibelajarkan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Adapun delapan kompetensi dasar itu adalah

1. membaca, perlu dilatih untuk memantapkan kemampuan pemikiran
konsepsional;
2. menulis, guna melatih orang untuk

cermat dalam merancang jalan pemikiran yang teratur;
3. mendengar, perlu dilatih untuk mendengar dan memahami orang lain;
4. menghitung, melatih kemampuan
berpikir dan memanfaatkan nalar,
5. mengamati yaitu menggunakan indera secara terpadu;
6. menghayati yaitu melatih kemampuan menempatkan diri pada kedudukan orang lain;
7. menghayal yaitu melatih daya cipta dan visualisasi; dan
8. berbicara bahasa Inggris yaitu melatih kemampuan berkomunikasi
secara lisan.
Dari uraian tersebut, tampak
bahwa berbicara bahasa Inggris merupakan salah satu kompetensi dasar
yang perlu dimantapkan mengingat
akan fungsinya yang sangat penting
pada kehidupan sehari-hari. Wiyanto
(TT:10) berdasarkan hasil surveinya
Paul T. Rankin, menjelaskan berbi-

186

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti


4. Kurang tersedianya media pembelajaran di sekolah (selain bukubuku) sehingga pembelajaran lebih
sering bersifat verbal. Ini membuat
siswa bosan.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan usaha guru untuk
menemukan alternatif pembelajaran
yang diyakini dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbicara
bahasa Inggris. Beberapa alternatif
yang dapat dikemukakan antara lain
menyediakan topik pembelajaran
yang lebih variatif atau memanfaatkan media pendidikan. Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
proses dalam proses pembelajaran
(http:// www. ekofeum. or.id)
Media pendidikan menyangkut
media grafis, media tiga dimensi, media proyeksi, atau pun media lingkungan. Media grafis meliputi gambar,
foto, grafik, bagan, diagram, atau pun
poster. Media proyeksi meliputi slide,

film, televisi, dan OHP. Media lingkungan meliputi lingkungan alam, social, dan budaya. Media tiga dimensi
meliputi model / bangun yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi
Sudjana dan Rivai,1981: 3-4).
Semua media tersebut akan sangat baik digunakan dalam pembelajaran bila digunakan sesuai dengan
konteksnya dan disertai tindakantindakan yang tepat. Media televisi,
misalnya, akan dapat menjadi media
yang baik dalam pembelajaran, mengingat saat ini televisi menyajikan tayangan-tayangan sangat menarik dan

cara bahasa Inggris menyita waktu 30
% dari semua kegiatan berbahasa,
urutan kedua setelah menyimak 45 %,
membaca 16 % dan menulis 9 %.
Pada setiap pemberlakuan kurikulum pembelajaran bahasa Inggris
antara lain menekankan pada keterampilan berbicara bahasa Inggris
siswa. Berdasarkan pengalaman di
lapangan ternyata banyak siswa yang
kurang terampil berbicara bahasa
Inggris dalam arti tidak mampu mengemukakan gagasan secara sistematis, pilihan dan penggunaan kata
tidak tepat, bahkan ada di antara mereka tidak berani tampil untuk berbicara bahasa Inggris. Upaya melatih
keterampilan berbicara bahasa Inggris

siswa sudah dilakukan dengan berbagai cara misalnya,
1. memberi arahan dan motivasi,
2. memancing dengan masalah-masalah tertentu agar siswa memberi
tanggapan,
3. menugaskan siswa membaca wacana yang menarik baginya kemudian mengungkapkan secara lisan.
Namun upaya ini belum mencapai
hasil yang diharapkan.
Refleksi awal yang dilakukan
oleh guru/peneliti menghasilkan beberapa simpulan.
1. Siswa tidak berani berbicara bahasa Inggris karena tidak tahu harus
mulai dari mana dan bagaimana
memulai berbicara bahasa Inggris.
2. Topik pembelajaran kurang membuat siswa bergairah dalam belajar.
3. Guru belum menyesuaikan secara
optimal metode pembelajaran sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.

187

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207


bahasa Inggris dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tak terpisahkan yang disebut resiprokal.
Di sisi lain bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh melalui kegiatan membaca. Semakin sering
membaca semakin luas informasi
dan pengetahuan yang dimiliki. Ini
menjadi modal untuk menunjukkan keterampilan berbicara bahasa
Inggris. Sedangkan berbicara bahasa Inggris dan menulis merupakan
kegiatan yang bersifat produktif
ekspresif. Keduanya berfungsi sebagai penyampai informasi.
Konsep dasar berbicara bahasa
Inggris sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
a. Berbicara bahasa Inggris dan
Menyimak adalah Dua Kegiatan Resiprokal
Telah disinggung bahwa berbicara bahasa Inggris dan menyimak merupakan kegiatan
resiprokal. Kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan
tak terpisahkan, ibarat mata uang : satu sisi ditempati kegiatan berbicara bahasa Inggris
dan sisi lain ditempati kegiatan
menyimak. Kegiatan menyimak
sudah pasti didahului oleh kegiatan berbicara bahasa Inggris.
Kegiatan berbicara bahasa Inggris baru berarti bila diikuti kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara bahasa Inggris dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi

lisan, seperti dalam bercakapcakap, diskusi, bertelepon,

beragam. Hal ini kemungkinan besar
membuat siswa merasa senang, terkesan, atau mungkin bermakna bagi dirinya. Perasaan senang, terkesan, serta bermakna ini akan mendorong dan
memudahkan siswa belajar berbicara
bahasa Inggris. Di samping itu hampir
bisa dipastikan setiap keluarga siswa
memiliki televisi.
Acara-acara yang ditayangkan
di televisi membuat siswa lebih responsif karena apa yang dibahas di kelas bersinggungan dengan hiburan
yang dinikmatinya di rumah. Dengan
demikian, akan dapat meningkatkan
aktivitas belajarnya. Keaktifan dalam
belajar sangat diperlukan bahkan
menjadi tuntutan utama untuk bisa
medapatkan hasil yang diharapkan
yaitu kemampuan berbicara bahasa
Inggris.
Kajian Teori
Hakikat Berbicara bahasa Inggris

1. Konsep Dasar Berbicara bahasa
Inggris
Berbicara bahasa Inggris adalah
keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan kepada orang
lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : pelafalan, intonasi,
pilihan kata, struktur kata dan kalimat, sistematika pembicaraan, isi
pembicaraan, cara memulai dan
mengakhiri pembicaraan, dan penampilan saat berbicara bahasa
Inggris.
Berbicara bahasa Inggris berkaitan erat dengan tiga aspek berbahasa yang lain seperti menyimak,
membaca, dan menulis. Berbicara

188

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

kreativitas tertinggi dan ekspresi intelektual.
d. Berbicara bahasa Inggris adalah Tingkah Laku
Berbicara bahasa Inggris adalah ekspresi pembicara. Melalui berbicara bahasa Inggris,

pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara bahasa Inggris merupakan
simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara bahasa Inggris
juga merupakan dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian
di sekelilingnya kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu.
Dalam bahasa Inggris, kita
juga menemui peribahasa “
Bahasa menunjukkan bangsa”.
Makna peribahasa tersebut ialah
cara kita berbahasa, berbicara
bahasa Inggris, bertingkah laku
menggambarkan
kepribadian
kita. Dalam Kepribadian itu sudah terselip tingkah laku kita.
Karena itu tepatlah bila dikatakan berbicara bahasa Inggris
adalah tingkah laku.
e. Berbicara bahasa Inggris adalah Tingkah Laku yang Dipelajar
Berbicara bahasa Inggris sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh siswa di lingkungan
keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya di sekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk sekolah. Walaupun demikian secara formal mereka tetap
memerlukan bimbingan untuk

tanya jawab, interview, dan sebagainya.
Dalam komunikasi lisan,
pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang
resiprokal berganti peran spontan, mudah, dan lancar dari
pembicara menjadi penyimak,
dari penyimak menjadi pembicara.
b. Berbicara bahasa Inggris adalah Proses Individu Berkomunikasi
Berbicara bahasa Inggris adakalanya digunakan sebagai
alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka
berbicara bahasa Inggris digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya.
c. Berbicara bahasa Inggris adalah Ekspresi yang Kreatif
Melalui berbicara bahasa
Inggris kreatif, sesorang tidak
sekadar menyatakan ide, tetapi
juga memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya menggunakan pesona ucapan kata
dan dalam menyatakan apa
yang hendak dikatakannya, tetapi juga menyatakan idenya
secara murni, fasih, ceria, dan
spontan. Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi sesorang untuk mencapai taraf

189

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

Anak-anak adalah produk
lingkungannya, JIka dalam lingkungan hidupnya ia sering
diajak berbicara bahasa Inggris
dan segala pertanyaannya diperhatikan dan dijawab serta lingkungan itu sendiri menyediakan
kesempatan untuk belajar dan
berlatih berbicara bahasa Inggris maka dapat diharapkan anak tersebut terampil berbicara
bahasa Inggris. Ini berarti si
anak sudah memiliki kemampuan linguistic yang memadai
sebelum mereka memasuki sekolah.
Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan linguistik anak tergambar sebagai
berikut. Lingkungan itu miskin
kegiatan linguistik. Dialog antara anak dan orang tua serta
anggota keluarga lainnya sangat
kurang. Perhatian dan pertanyaan anak tidak digubris atau
jarang diperhatikan. Lingkungan sepi, buta bicara, tidak ada
kesempatan belajar berbahasa
sehingga membuat anak tidak
tidak berkembang. Bila anak
masuk sekolah ia akan kelihatan
kaku, kurang bicara, pemalu,
dan tidak dapat menyatakan
dirinya.
i. Berbicara bahasa Inggris adalah Pancaran Kepribadian
Berbicara bahasa Inggris pada hakikatnya melukiskan apa
yang ada di hati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya, dan lain-lain. Karena itu
sering dikatakan bahwa berbi-

mengembangkan keterampilan
berbicara bahasa Inggris mereka. Keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan, keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih berbicara
bahasa Inggris, semakin dikuasai keterampilan berbicara bahasa Inggris itu.
f. Berbicara bahasa Inggris Distimulasi oleh Pengalaman
Berbicara bahasa Inggris adalah ekspresi diri. Bila diri si
pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang
bersangkutan menguraikan pengetahuan atau pengalamannya
itu. Bila pembicara miskin pengetahuan dan pengalaman, maka yang bersangkutan akan mengalami kesukaran dalam berbicara bahasa Inggris.
g. Berbicara bahasa Inggris Alat
untuk Memperluas Cakrawala
Paling sedikit, berbicara bahasa Inggris dapat digunakan
untuk dua hal. Yang pertama
untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan imajinasi. Kedua,
berbicara bahasa Inggris dapat
juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
Lihatlah bagaimana anak-anak
bertanya gencar mengenai keadaan sekitarnya. Melalui kegiatan bertanya, anak mengarah
kepada berpikir keras dan penemuan.
h. Kemampuan Linguistik dan
Lingkungan

190

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

situasi seperti ini pembicara
harus menggunakan pengalamannya bagi penyusunan organisasi pembicaraannya.
b. Berbicara bahasa Inggris Berdasarkan Catatan Kecil
Sejumlah pembicara menggunakan catatan kecil dalam
kartu, biasanya berupa butirbutir penting sebagai pedoman
berbicara bahasa Inggris. Berlandaskan catatan itu pembicara
bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Cara seperti
ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan
dan menguasai isi pembicaraan
secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
c. Berbicara bahasa Inggris Berdasarkan Hafalan
Pembicara yang dalam taraf
belajar mempersiapkan bahan
pembicaraannya dengan cermat
dan dituliskan secara lengkap.
Bahan yang sudah ditulis itu
dihafalkan kata demi kata , lalu
tampil berbicara bahasa Inggris
berdasarkan hasil hafalannya.
Cara berbicara bahasa Inggris
seperti ini memang banyak kelemahannya. Pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian
dari isi pidatonya, perhatiannya
tidak bisa diberikan kepada
pendengar, kaku, dan kurang
penyesuaian pada situasi yang
ada.
d. Berbicara bahasa Inggris Berdasarkan Naskah.
Pembicara membacakan naskah yang sudah disusun rapi.

cara bahasa Inggris adalah indeks kepribadian.
Pihak yang paling berkompeten, efektif, berperan dalam
mengajari anak berbicara bahasa Inggris adalah guru. Guru
paling mengetahui, memahami,
dan menghayati betapa pentingnya keterampilan berbicara
bahasa Inggris bagi anak didiknya. Guru juga tahu bagaimana cara menciptakan lingkungan yang merangsang, waktu yang tepat menstimulasi,
membimbing, dan melatih siswa berbicara bahasa Inggris.
2. Metode Menyampaikan Pembicaraan
Berdasarkan cara penyampaiannya pembicaraan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis.
Keempat jenis berbicara bahasa
Inggris itu disesuaikan namanya
dengan metode penyampaiannya,
yaitu :
a. Berbicara bahasa Inggris Mendadak
Berbicara bahasa Inggris
mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara bahasa
Inggris di depan umum. Hal ini
dapat terjadi karena tuntutan
situasi. Misalnya karena pembicara yang telah direncanakan,
berhalangan tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam
suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya. Dalam

191

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

Berbicara bahasa Inggris berlandaskan naskah dilaksanakan
dalam situasi yang menuntut
kepastian, bersifat resmi, dan
menyangkut kepentingan umum. Kelemahan berbicara bahasa Inggris berdasarkan naskah, antara lain
a) perhatian pembicara lebih
tertuju pada naskah,
b) suasana terlalu resmi sehingga kaku,
c) pembicara kurang kontak dengan pendengar.

bantu perkembangan kemampuan
berbahasa siswa (Hamalik, 1994).
Sebagai sumber pembelajaran,
media pendidikan
diperlukan
untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Diversifikasi aplikasi media atau multi
media, sangat direkomendasikan
dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Inggris, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan masyarakat, dramatisasi,
pameran dan kumpulan bendabenda, televisi dan film, radio
recording, gambar dan foto dalam
berbagai ukuran yang sesuai bagi
pembelajaran bahasa Inggris, grafik, bagan, chart, skema, peta,
majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet dan karikatur, perpustakaan, laboratorium bahasa Inggris, serta ceramah, tanya jawab,
cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono,
1980 : 10-12, dalam Achmad,
Arief 2004)
Lebih lanjut diungkapkan selain
media-media itu, media massa juga
sangat berpengaruh di dalam -. Hal
ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan
bahwa: 1). Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat; 2). Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;
3). Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari
media massa daripada dari orang
lain; 4). Para guru perlu memberdayakan media massa sebagai

Televisi sebagai Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Media adalah setiap alat (baik
hardware, maupun software), metode, dan teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran sekolah
(Rumampuk,1998;Hamalik, 1994).
Dalam penggunaannya media diintegrasikan dengan tujuan dan isi
pengajaran serta metode mengajar,
mengingat media adalah bagian
integral dalam proses belajar
mengajar.
Penggunaan media dalam pengajaran harus diperhatikan fungsi
dan kriteria pemilihan media.
Fungsi media dalam pengajaran
adalah untuk mengurangi verbalisme, memperbesar perhatian
siswa, memberi pengalaman yang
nyata, dan membantu tumbuhnya
perhatian, dengan demikian mem-

192

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

sudah campur aduk sehingga sulit
dibedakan mana aspek pendidikan
dan mana aspek seninya.
Pendek kata, sebagai primadona
media, televisi telah memberikan
imbas yang luar biasa besar bagi
kehidupan masyatakat. Secara
langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada perilaku dan pola pikir masyarakat Indonesia. Dan
peranan ideal media televisi sebagai salah satu media yang berfungsi sebagai serana pembelajaran dan pendidikan agar masyarakat kian memiliki sikap kritis,
mandiri, dan kedalaman berfikir
tidak sepenuhnya bisa terwakili.
Tetapi malah membuat masyarakat
menjadi bodoh, tidak kritis, apatis,
eskapis, terlena, pemimpi, pelupa,
pemistik, dan skeptis. Perkembangan media televisi yang tanpa
kontrol semakin marak di Indonesia.
Oleh karena itu, para orang tua
dan pendidik, baik secara sendirisendiri maupun secara bersamasama, diharapkan dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan
dampak positifnya. Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan
media massa termasuk televisi sebagai sumber pembelajaran menurut Rakhmat (1985 : 216-258),
terdapat paling tidak empat buah
efek pemanfatan media massa tersebut, yaitu :
a. Efek kehadiran media massa,
yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara
fisik;

sumber pembelajarannya. (Adiwikarta, 1988; Nielsen Media, 1989;
Dominguez and Rincon, 1992;
Prisloo and Criticos, 1994)
2. Kaitan Pertelevisian Indonesia
dengan Pendidikan
Saat ini, stasiun televisi nasional maupun lokal sudah menjamur karena perkembangannya
jauh melampui media-media massa
lain. Di daerah-daerah terpencil
sekalipun, pada saat ini dengan
mudah dapat mengakses siaran
televisi. Untuk itu, televisi adalah
media yang paling luas dikonsumsi
oleh masyarakat. Media yang berkarakter audio-visual ini memang
sedikit mirip dengan budaya lisan
yang dimiliki masyarakat kita.
Berbeda dengan budaya baca-tulis.
Tak heran masyarakat masih banyak yang buta huruf. Keinginan
untuk memiliki televisi jauh lebih
tinggi daripada keinginan untuk
membeli buku bacaan. Bahkan
menjadi prasyarat yang harus ada
di
tengah-tengah
mereka
(http://www.ekofeum.or.id).
Siaran televisi di tanah air saat
ini didominasi oleh sinetron, musik, kuis, maupun infotaiment untuk menarik pemirsa. Sebaliknya,
program-program pendidikan mendapat porsi tayangan yang sangat
kecil. Jika dicermati lebih mendalam, pada hampir setiap program
aspek-aspek pendidikan sudah sangat kurang, bahkan tidak ditonjolkan sama sekali. Begitu pula,
dalam program-program tersebut
tidak jelas lagi batas-batas antara
pendidikan dan seni. Keduanya

193

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

belajaran. Di sini guru bertugas memberi kemudahan kepada siswa untuk
belajar. Kegiatan utama guru adalah
memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan belajar. Bentuk keaktifan siswa beraneka ragam.
Keaktifan itu meliputi dalam penginderaan (mendengar, melihat,
mencium, merasa, dan meraba), mengolah ide-ide, menyatakan ide, dan
melakukan latihan-latihan yang berkaitan dengan pembentukan keterampilan jasmaniah (Tabrani dan Hami-jaya, 1990:5).
Sriyono (1991) melihat terwujudnya CBSA dalam proses belajar
mengajar dengan indikator CBSA.
Melalui indicator ini dapat dilihat
tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar-mengajar
berdasarkan apa yang dirancang oleh
guru. Indikator itu, misalnya dalam
proses belajar-mengajar adanya aktivitas berupa keinginan, keberanian,
dan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses, dan
kelanjutan belajar. Maksudnya pada
saat kegiatan belajar-mengajar siswa
menunjukkan adanya :
1) Keinginan siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh tanpa adanya unsur paksaan;
2) Keberanian siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
maupun oleh siswa yang lain;
3) Keberanian siswa mengajukan
pendapatnya melalui pertanyaan
atau pernyataan gagasannya, baik
yang diajukan pada guru maupun
kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah pelajaran;

b. Efek kognitif, yaitu mengenai
terjadinya perubahan pada apa
yang diketahui, difahami, atau
dipersepsi siswa;
c. Efek afektif, yaitu berkenaan
dengan timbulnya perubahan
pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan
d. Efek behavioral, yaitu berkaitan
pada perilaku nyata yang dapat
diamati, yang mencakup polapola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.
Sekilas tentang Pendekatan CBSA
Pengertian CBSA secara harfiah
diungkapkan oleh Tabrani dan Hamijaya (1990:7) seperti berikut :CBSA
dapat diartikan sebagai suatu system
belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental,
intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara matra (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. CBSA
sangat penting dalam proses belajar
mengajar karena sangat menunjang
kreativitas dan aktivitas belajar siswa
serta menunjang pula kreativitas dan
aktivitas guru.Baik guru maupun siswa perlu meningkatkan kreativitasnya
dalam pembelajaran agar proses dan
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan
sehingga mutu pendidikan yang diharapkan dari tuntutan kurikulum
akan terpenuhi. Aktivitas guru tercermin dalam strategi pengajaran,
sedangkan siswa dalam memecahkan
masalah dan menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri. Guru perlu menyusun rencana mengenai berbagai
sumber yang digunakan dalam pem-

194

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, guru agar senantiasa
berusaha mendorong, membina gairah
belajar siswa dan tidak mendoninasi
kegiatan proses belajar. Guru hendaknya menghargai pendapat siswa
terlepas dari benar dan salah, dan
tidak diperkenankan membunuh atau
menekan pendapat siswa di depan
siswa lainnya. Guru bahkan harus
mendorong siswa agar selalu menggunakan pendapatnya secara bebas
tanpa rasa takut atau malu (Sriyono,
1991).

takan cukup, tetapi bila dis-bandingkan dengan kelas lainnya tergolong kurang.
4. Hubungan siswa di kelas IX-A cukup akrab.
Atas pertimbangan kondisi kelas yang demikian penelitian tindakan
ini dilaksanakan di kelas IX-A. Keaktifan dan suasana yang cukup akrab
di kelas ini mendorong siswa lain
memperhatikan siswa yang berbicara
bahasa Inggris. Ini membawa keuntungan kedua pihak. Siswa yang berbicara bahasa Inggris mempunyai peluang untuk meningkatkan kualitas
pembicaraannya. Siswa yang lainnya
dapat belajar dari siswa itu.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Ada dua siklus yang dilakukan
dalam penelitian ini untuk memperoleh data tentang pemanfaatan
media televisi dan cara menerapkannya dalam pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas belajar
dan kemampuan berbicara bahasa
Inggris siswa. Masing-masing siklus
memanfaatkan tayangan acara televisi. Pelaksanaan tindakan pada tiap
siklus disertai dengan pengamatan,
diskusi, dan evaluasi. Hasilnya disajikan pada uraian berikut.
A. Tindakan I
1. Pelaksanaan Tindakan
Hari Senin tanggal 25 Januari
2016, beberapa hari sebelum penelitian tindakan siklus I dilaksanakan, peneliti melakuakan persiapan
penelitian. Peneliti membagi siswa
kelas IX-A menjadi 6 kelompok.
Dasar pertimbangan pembagian
kelompok ini agar siswa berkesempatan berdiskusi dengan teman

Metode Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas IX-A SMP Negeri 6
Bangkalan. Pelaksanaannya pada semester II tahun pelajaran 2015-2016.
Subjeknya adalah siswa kelas IX-A
SMP Negeri 6 Bangkalan dan peneliti/guru mata pelajaran bahasa Inggris.
Keduanya perlu dijadikan subjek penelitian karena pada hakikatnya
ada keterkaitan yang sangat menentukan antara kedua subjek tersebut di
dalam belajar mengajar. Secara umum
kondisi siswa kelas IX-A adalah sebagai berikut
1. Jumlahnya 35 orang, laki-laki 18
orang dan perempuan 17 orang.
2. Kelas IX-A secara umum kurang
berani dan kurang mampu berbicara bahasa Inggris secara formal.
Satu dua orang yang berani berbicara bahasa Inggris, pembicaraannya kurang sistematis, kurang lancar, dan tidak lengkap.
3. Keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran secara umum bisa dika-

195

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

sekelompoknya terkait dengan tayangan acara televisi yang ditontonnya. Pada kesempatan itu penelititi juga mengadakan kesepakatan dengan siswa mengenai acara
televisi yang akan ditonton oleh
siswa untuk bahan pembicaraan
saat pembelajaran/ penelitian.
Kesepakatan ini dimaksudkan
agar guru juga menonton tayangan
acara yang dipilih siswa sehingga
saat penelitian dapat memberikan
penilaian yang tepat. Selain itu,
peneliti juga memberikan arahan
pada siswa mengenai metode/cara
berbicara bahasa Inggris yang dapat dilakukan siswa (dapat dilihat
pada dan aspek-aspek yang akan
dinilai dari kegiatan berbicara bahasa Inggris tersebut.
Tindakan siklus I dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 29 Januari
2016. Untuk mendapatkan data
yang lebih akurat pelaksanaan
tindakan siklus I disertai dengan
pengamatan, evaluasi, dan diskusi
antara peneliti dengan siswa dan
peneliti dengan pengamat. Pelaksanaan tindakan siklus I diamati
oleh dua orang pengamat dengan
menggunakan instrumen berupa
lembar pengamatan. Pengamat I
menggunakan lembar pengamatan
1 untuk mengamati perilaku /kegiatan guru, dan pengamat II menggunakan lembar pengamatan 2 untuk mengamati aktivitas siswa.
2. Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan Pengamat I
Pengamatan didasarkan lembar pengamatan 1 (lampiran 4
pada lampiran pelaksanaan tin-

dakan siklus I). Hasil pengamatan pengamat I terhadap aktivitas guru selama pembelajaran
siklus I sebagai berikut.
1. Apersepsi guru baik sekali.
2. Penguasaan guru terhadap
materi pembelajaran baik.
3. Sistematika penyajian baik.
4. Cara guru bertanya baik sekali.
5. Cara guru menjelaskan materi pembelajaran baik sekali.
6. Cara guru memotivasi siswa
baik sekali.
7. Cara guru menanggapi pertanyaan atau jawaban siswa
baik
8. Cara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran baik sekali.
9. Usaha guru mendapat respon
siswa baik.
10. Kesesuaian penyajian materi dengan tujuan pembelajran yang ingin dicapai
baik/sesuai sekali.
11. Kesesuian tugas yang diberikan dengan tingkat kemampuan siswa baik/ sesuai.
12. Ketepatan metode dengan
tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai baik/tepat sekali.
13. Manfaat sarana pembelajaran dalam menumbuhkan
motivasi dan memudahkan
siswa memahami materi
pelajaran baik.
14. Bahasa yang dipergunakan
guru (memperhatikan kai-

196

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

dah bahasa dan mudah dimengerti) baik sekali (komunikatif).

Setelah mengamati setiap
komponen pada tabel 4.1, untuk
komponen 3 (respon siswa terhadap uraian temannya) oleh
pengamat diberi nilai 75 kategori hampir cukup dan komponen 7 (perhatian siswa terhadap
kegiatan pembelajaran) diberi
nilai 80 berkategori cukup, tetapi komponen yang lain jauh
lebih baik. Untuk siklus I pengamat menyimpulkan aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran lebih dari cukup atau bila
nilainya dinyatakan secara kuantitatif hasilnya 83,6.
3. Hasil Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan
berpedoman pada kriteria penskoran/ penilaian (lampiran 3, pada
lampiran instrumen tindakan siklus
I). Berdasarkan hasil evaluasi terhadap keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut.
4. Hasil Diskusi
Hasil Diskusi Peneliti dengan
Siswa (N = 35 orang)
1) Sebagian besar siswa, 37 orang
(90,24 %) menyatakan senang
belajar berbicara bahasa Inggris
dengan memanfaatkan tayangan
acara di televisi karena hal yang
dibicarakan sesuai dengan selara
siswa sehingga penyampaian informasi menjadi lancar.
2) Hanya 5 orang siswa (9,76 %)
menyatakan biasa-biasa saja.

b. Hasil Pengamatan Pengamat II
Pengamatan menggunakan
lembar pengamatan 2 (lampiran
5 pada lampiran instrumen pelaksanaan tindakan siklus I).
Hasil pengamatan pengamat II
terhadap aktivitas belajar siswa
pada siklus I penilaiannya dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif dan bersifat klasikal.
Hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai Aktivitas Belajar
Siswa pada Siklus I
No.

Aktivitas

Nilai

Kategori

1.

Partisipasi
siswa
dalam mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Respon
siswa
terhadap
uraian
guru
Respon
siswa
terhadap
uraian
temannya
Aktivitas
siswa
dalam mengikuti
pelajaran
Aktivitas
siswa
dalam berdiskusi

85

lebih
dari
cukup

90

baik

75

hampir
cukup

85

6.

Ketekunan siswa
dalam belajar

85

7.

Perhatian
siswa
terhadap kegiatan
pembelajaran
Jumlah

80

lebih
dari
cukup
lebih
dari
cukup
lebih
dari
cukup
Cukup

585

-

Rata-Rata

83,6

lebih
dari
cukup

2.

3.

4.

5.

85

197

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

caraan dan teknik menyampaikan informasi.
b. Materi pembicaraan
bisa didapatkan secara
langsung tanpa harus
menganalisis dulu dari
bacaan sehingga lebih
mudah dan lebih cepat.
c. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau menanggapi
informasi yang disampaikan.
3. Hal-hal yang diharapkan
siswa dari guru untuk
pembelajaran berikutnya
adalah:
a. Hendaknya sistem penyampaian informasi
tidak harus berkelompok.
b. Siswa yang memilih
cara berkelompok perlu mengatur diri dengan sedemikian rupa
sehingga tidak setiap
orang membicarakan
hal yang sama.
c. Ciptakan situasi santai,
humor, dan tidak tegang.
4. Kendala yang dihadapi
oleh siswa saat berbicara
bahasa Inggris adalah:
a. Merasa grogi saat
berbicara bahasa Inggris di depan kelas.
b. Kesulitan memilih kata
/diksi yang tepat sehingga
pembicaraan
kurang lancar.

3) Hal-hal yang menarik dari pembelajaran berbicara bahasa Inggris ini adalah:
a. Hal yang disampaikan memberikan informasi baru sehingga dibutuhkan oleh siswa lainnya.
b. Bisa lancar menyampaikan
informasi karena pada dasarnya hanya bersifat mengulang atau menirukan informasi yang disimak dari siaran televisi.
c. Yang paling menarik adalah
kegiatan resiprokalnya yaitu
pada saat tanya jawab atau
pemberian tanggapan. Dari
setiap penyampaian informasi memancing siswa untuk
bertanya atau menanggapi.
1. Kekurangan dari pembelajaran berbicara bahasa
Inggris ini dibandingkan
pembelajaran sebelumnya
adalah setiap siswa dalam
kelompok bersangkutan
membicarakan hal yang
sama sehingga yang mendapat perhatian hanya
pembicara pertama. Ini
memberi dampak kurang
baik pada semangat belajar berbicara bahasa Inggris siswa selanjutnya.
2. Kelebihan dari pembelajaran berbicara bahasa
Inggris ini dibandingkan
pembelajaran sebelumnya
adalah:
a. Guru memberi keleluasaan pada siswa untuk
memilih materi pembi-

198

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

Sayangnya, itu rata-rata hanya
terjadi pada pembicara pertama
di kelompok bersangkutan. Hal
ini karena isi pembicaraan sama. Jadi, perlu dipikirkan cara
yang lain agar aktivitas siswa
tersebut dapat berkembang.
c. Perbanyaklah memberikan pujian terhadap keberhasilan siswa
karena akan dapat memberi motivasi belajar yang lebih baik
pada siswa bersangkutan maupun siswa lainnya.

Hasil Diskusi Peneliti dengan Pengamat
1. Pembelajaran berbicara bahasa
Inggris dengan memanfaatkan tayangan acara televisi secara umum
dapat menumbuhkan aktivitas dan
kemampuam berbicara bahasa
Inggris siswa, walaupun banyak di
antara mereka belum lancar berbicara bahasa Inggris. Ketidaklancaran tersebut tampaknya karena penguasaan kosakata siswa
kurang.
2. Saat evaluasi atau saat siswa berbicara bahasa Inggris di depan
kelas banyak siswa yang ribut dan
kurang memperhatikan uraian temannya. Beberapa orang siswa
tampak sibuk menghapal materi
pembicaraan.
3. Langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai dengan rencana, tidak
perlu diganti, tetapi perlu ditambah
dengan saran-saran dari diskusi
dengan pengamat.
4. Saran-saran pengamat:
a. Untuk mengatasi agar siswa
tidak ribut dan tetap respon
terhadap informasi yang disampaikan oleh temannya, mungkin
akan lebih baik kalau materi
pembicaraan lebih beragam.
Siswa tidak harus berkelompok.
Kalaupun berkelompok, tekniknya diatur dengan sedemikian
rupa. Misalnya, satu materi
pembicaraan dibagi-bagi dan
berikan variasi cara penyampaiannya.
b. Saat memberi tanggapan terhadap isi pembicaraan temannya,
siswa tampak sangat antusias.

5. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Aktivitas belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I tampak
lebih baik dibandingkan dengan
aktivitas pembelajaran berbicara
bahasa Inggris sebelumnya (perbandingan nilai aktivitas belajar
siswa dapat dilihat pada tabel 4.5).
Walaupun demikian, masih ada
beberapa kekurangan yaitu: 1)
respon siswa terhadap uraian temannya, 2) banyak siswa ribut saat
evaluasi sehingga berpengaruh
proses berbicara bahasa Inggris
siswa yang sedang menyampaikan
informasi di depan kelas, 3)
beberapa siswa tidak memperhatikan uraian temannya karena sibuk menghapal materi yang akan
disampaikannya, 4) kelancaran
berbicara bahasa Inggris siswa
karena kurangnya penguasaan kosakata.
Hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I juga tampak lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran berbicara

199

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

jadi pada pembicara pertama
saja.
b. Banyaknya nilai siswa yang
kosong pada komponen 9 (pertanyaan/tanggapan) antara lain
disebabkan kurang beragamnya
materi pembicaraan sehingga ,
kesempatan bertanya jawab atau
menanggapi juga kurang.
c. Siswa kurang menguasai perbendaharaan kata-kata sehingga
pembicaraan kurang lancar.
Dari hasil refleksi peneliti
membuat rancangan atau persiapan
pembelajaran untuk penyempurnaan terhadap langkah-langkah pelaksanaan tindakan yang akan
diterapkan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Adapun rancangan
tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut.
a. Menugaskan kepada siswa untuk menyiapkan materi pembicaraan dari tayangan acara di
televisi. Pada kesempatan ini
siswa diberikan kebebasan berkelompok atau individual.
b. Siswa yang memilih cara berkelompok disarankan agar
membagi materi pembicaraan
dan mendiskusikan cara penyampaiannya.
c. Menyarankan agar memilih
acara yang bervariasi untuk
menghidupkan suasana kelas,
misalnya ada tayangan berupa
cerita, berita, humor, olahraga,
entertaiment, dan sebagainya.
d. Menugaskan kepada siswa untuk berlatih berbicara bahasa
Inggris di rumah agar saat tampil dapat berbicara bahasa Ing-

bahasa Inggris sebelumnya (perbandingan nilai hasil belajar siswa
dapat dilihat pada tabel 4.6). Walaupun demikian, masih terdapat 6
orang siswa nilainya di bawah
KKM. Dari hasil analisis nilai
hasil belajar siswa (tabel 4.2) dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata
kelas 81,05 tergolong lebih dari
cukup, ketuntasan belajar 80,48
(KKm = 76), nilai tertinggi 95 dan
terendah 70.
Dari tabel tersebut juga dapat
dilihat bahwa persentase perolehan
nilai siswa pada komponen 2 (ketepatan memilih dan menggunakan
kata dan kalimat) 66,7% (hampir
cukup), komponen 3 (kelancaran
berbicara bahasa Inggris) 68,5%
(hampir cukup), dan komponen 9
(pertanyaan/tanggapan)
44,9%
(kurang sekali), hal itu karena pada
komponen 9 banyak nilai siswa
yang kosong.
Berdasarkan hasil evaluasi, hasil pengamatan, dan hasil diskusi
peneliti dengan siswa dan pengamat, selanjutnya dilakukan refleksi
terhadap pelaksanaan tindakan
siklus I. Dari hasil refleksi disimpulkan penyebab dari kekurangan-kekurangan tersebut sebagai berikut.
a. Karena siswa dalam satu kelompok membicarakan materi
yang sama, umumnya yang
men-dapat perhatian adalah
pembicara pertama saja. Siswa
kurang merespon pembicara
selanjutnya. Akibatnya, kesempatan bertanya jawab atau menanggapi umumnya hanya ter-

200

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

e.

f.

g.

h.

dakan siklus II ini pun disertai
dengan evaluasi, diskusi, dan pengamatan. Pengamatan masih dilakukan oleh dua orang pengamat
menggunakan lembar pengamatan
yang sama dengan siklus I.
2. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan pengamat I
Hasil pengamatan pengamat I
dapat disajikan sebagai berikut.
1. Apersepsi guru baik sekali.
2. Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran baik.
3. Sistematika penyajian baik.
4. Cara guru bertanya baik sekali.
5. Cara guru menjelaskan materi
pembelajaran baik sekali.
6. Cara guru memotivasi siswa
baik sekali.
7. Cara guru menanggapi pertanyaan atau jawaban siswa baik
sekali
8. Cara guru membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
baik sekali.
9. Usaha guru mendapat respon
siswa baik sekali.
10. Kesesuaian penyajian materi
dengan tujuan pembelajran
yang ingin dicapai baik/sesuai
sekali.
11. Kesesuian tugas yang diberikan dengan tingkat kemampuan siswa baik/sesuai sekali.
12. Ketepatan metode dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai baik/tepat sekali.
13. Manfaat sarana pembelajaran
dalam menumbuhkan motivasi
dan memudahkan siswa memahami materi pelajaran baik.

gris dengan lancar. Di samping
itu, agar siswa respon terhadap
uraian temannya dan tidak sibuk menghapal, disarankan juga
agar membuat catatan kecil
yang berisi garis-garis besar
materi yang akan dibicarakan
Memberikan motivasi dan penekanan lagi tentang cara-cara
berbicara bahasa Inggris yang
baik dengan contoh-contoh
yang kurang baik sebagaimana
dilakukan oleh beberapa siswa
saat evaluasi pada siklus I.
Memberikan arahan agar siswa
meningkatkan aktivitas belajarnya, juga menyimak uraian
temannya agar dapat mengajukan pertanyaan ataupun tanggapan.
Mengingatkan siswa akan halhal yang dinilai dari pembelajaran berbicara bahasa Inggris
tersebut. Pada siklus II aspek
penilaian nomor 1 (kelengkapan
informasi/isi pembicaraan) ditiadakan karena siswa menentukan sendiri acara yang dijadikan
materi pembicaraan. Jadi, dalam
hal ini guru kemungkinan tidak
menonton acara tersebut.
Menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan usulan siswa.

B. Tindakan II
1. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 4 Februari
2016 berpedoman pada rancangan
/ persiapan yang sudah dilakukan.
Seperti halnya pada siklus I, tin-

201

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

14. Bahasa yang dipergunakan guru (memperhatikan kaidah bahasa dan mudah dimengerti)
baik sekali (komunikatif).

3. Hasil Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan
berpedoman pada kriteria penskoran dan kriteria penilaian yang
telah mengalami perubahan dengan menghilangkan aspek ’kelengkapan informasi / isi pembicaraan’ (terlampir pada lampiran
instrumen tindakan siklus II ).
Hasil evaluasi terlihat pada tabel
berikut.

Hasil Pengamatan Pengamat II
Hasil pengamatan pengamat II
terhadap aktivitas belajar siswa
pada siklus II penilaiannya dilakukan secara kuantitatif kualitatif
dan bersifat klasikal . Hasilnya
dapat dilihat pada tabel 4.3.
No.
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Aktivitas
Partisipasi siswa dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
Respon siswa terhadap
uraian guru
Respon siswa terhadap
uraian temannya
Aktivitas siswa dalam
mengikuti pelajaran
Aktivitas siswa dalam
berdiskusi
Ketekunan siswa dalam
belajar
Perhatian
siswa
terhadap
kegiatan
pembelajaran
Jumlah
Rata-Rata

Nilai

4. Hasil Diskusi
Hasil Diskusi Peneliti dengan
Siswa (N = 35 orang)
a. Sebagian besar siswa, 35 orang
(95,12 %) menyatakan senang
belajar berbicara bahasa Inggris
dengan memanfaatkan tayangan
acara di televisi karena: 1) hal
yang dibicarakan sesuai dengan
selara siswa sehingga penyampaian informasi menjadi lancar,
2). hal yang disampaikan memberikan informasi baru sehingga
dibutuhkan oleh siswa lainnya,
3). lancar menyampaikan informasi karena pada dasarnya hanya bersifat mengulang informasi yang disimak dari siaran
televisi juga karena telah berlatih secara intensif di rumah, 4)
karena ada kesempatan tanya
jawab, 5) situasi belajar tidak
terlalu serius.
b. Hanya 2 orang siswa (4,87 %)
menyatakan biasa-biasa saja,
dengan alasan yang berbeda
yaitu: 1) siswa pertama, memang mengalami kesulitan dalam hal berbicara bahasa Inggris terutama dalam menggu-

Kateg
ori

91

Baik
sekali

90

baik

90

baik

90

baik

92
90

baik
sekali
baik

90

baik

633

-

90,4

baik

Berdasarkan data pada tabel
4.3, hampir semua komponen nilainya meningkat, bahkan untuk
komponen nomor 3 (respon siswa
terhadap uraian temannya) peningkatannya sangat tajam, yaitu 15
nilai, menjadi 90 kategori baik.
Untuk siklus II pengamat menyimpulkan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik sekali atau bila
nilainya dirata-ratakan secara kuantitatif hasilnya 90,4.

202

Pemanfaatan Media Televisi Untuk Meningkatkan Aktivitas, Tri Suci Hariyanti

nakan kata yang tepat, 2) tidak
bisa mengatakan alasannya
Hasil Diskusi Peneliti dengan Pengamat
a. Pelaksanaan tindakan siklus II
lebih baik dari siklus I
b. Pembelajaran berbicara bahasa
Inggris dengan memanfaatkan
tayangan acara televisi secara
umum dapat menumbuhkan aktivitas dan kemampuam berbicara bahasa Inggris siswa.
c. Saat evaluasi atau saat siswa
berbicara bahasa Inggris di depan kelas, siswa yang lain ratarata antusias mendengarkan.
d. Keberanian siswa dalam berbicara bahasa Inggris baik di depan maupun saat bertanya
jawab dan menanggapi meningkat.

4) kegiatan resiprokal yang dapat
mengasah kemampuan berbicara
bahasa Inggris dalam hal bertanya
jawab maupun menanggapi. Meskipun demikian, kekurangan masih
tetap ada yaitu dua orang siswa
mengalami kesulitan berbicara
bahasa Inggris karena kurang
mampu menggunakan kata-kata
secara tepat.
Walaupun masih ada kekuramgan yang dijumpai pada penelitian ini, permasalahan yang diajukan tentang dapat atau tidaknya
pemanfaatan media televisi meningkatkan aktivitas dan kemampuam berbicara bahasa Inggris siswa serta cara-cara yang harus dilakukan sudah terjawab. Dengan
demikian, melalui refleksi diputuskan mengakhiri penelitian ini
sampai siklus kedua.

5. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Aktivitas belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II lebih
baik dibandingkan dengan aktivitas pembelajaran berbicara bahasa
Inggris pada siklus I. Peningkatan
aktivitas ini menyebabkan meningkat pula hasil belajar siswa.
Peningkatan tersebut disebabkan: 1) memberi keleluasaan kepada siswa memilih acara televisi
yang disukainya sebagai bahan
pembicaraan juga keleluasaan terkait dengan teknik penyampaiannya, 2) memberi arahan dan penekanan cara-cara berbicara bahasa
Inggris yang baik, 3) siswa berlatih
berbicara bahasa Inggris di rumah,

C. Hasil Pelaksanaan Siklus I dan
II beserta Pembahasannya
Pada bagian ini akan dibahas
tentang temuan-temuan yang dapat
dirangkum melalui pengamatan,
diskusi, dan evaluasi pada pelaksanaan siklus I dan II. Berdasarkan
pengamatan dapat diuraikan bahwa
pemanfaatan media televisi ternyata dapat memotivasi semangat belajar (berbicara bahasa Inggris)
siswa kelas IX-A sehingga aktivitas belajarnya meningkat. Peningkatan itu dapat dilihat pada
tabel 4.5.
Meningkatnya aktivitas belajar
siswa membawa dampak pada hasilnya sehingga kemampuan berbicara bahasa Inggrisnyapun me-

203

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 185--207

ningkat pula. Pada awalnya, siswa
tidak mampu berbicara bahasa
Inggris secara sistematis, pilihan
kata tidak tepat, tidak lancar,
bahkan ada beberapa siswa tidak
berani berbicara bahasa Inggris
secara formal. Setelah memanfaatkan tayangan acara pada media
televisi sebagai sumber belajar,
kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa meningkat. Pada tabel
berikut disajikan perbandingan nilai yang diperoleh siswa dari pembelajaran pratindakan sampai tindakan siklus II.
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Hasil
Belajar Siswa dari Pratindakan
sampai dengan
Siklus II

18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.

Moh.
Sholeh
Moh.
Sidik
Nur Aini
Romlah
Rosi’in
Rudiyanto
Sahrul
Sosid
Samsul
Arifin
Sintiya
Siti
Amriyah
Siti
Habibah
Siti
Kholifahat
ur
Siti
Maimuna
Siti
Monirah
Siti
Sulimah
Sulaiman
Tarmidzi
Zubaidah

77

85

95

Meningkat

60

70

79

Meningkat

66
61
77
78

81
81
81
82

87
83
91
88

Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

71

90

94

Meningkat

71

79

83

Meningkat

77

79

88

Meningkat

71

85

93

Meningkat

65

79

83

Meningkat

77

84

91

Meningkat

64

79

85

Meningkat

60

70

77

Meningkat

69

85

90

Meningkat

64
70
71

82
86
70

85
85
77

Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

33
23
81,
05
80,
48

36
01
87,
83
10
0

Nilai
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Nama
Siswa

Abdul
Rizal
Ahmad
Hilmi A
Amsiyah
Andika
Fatahillah
Faisah
Faiseh M
Hendra
Anggi P
Hotimah
Jumina
Karmila
Linawati
M.
Khoirul
Anam
Mahrus D
Moh. Ali
Imron
Moh.Hafi
Sofyan
Moh.
Imron
Moh.
Rosidi

Keteranga
n

Pra
tind
akan

SI

SII

60

78

84

Meningkat

60

78

83

Meningkat

78

84

95

Meningkat

70

85

90

Meningkat

65
77

85
81

91
90

Meningkat
Meningkat

70

85

89

Meningkat

60
70
70
70

74
82
82
82

82
90
95
89

Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

77

90

98

Meningkat

60

70

77

Meningkat

61

82

95

Meningkat

63

81

85

Meningkat

80

95

10
0

Meningkat

77

85

98

Meningkat

Jml Nilai
siswa
Daya
Seraf (%)
Ketuntasa
n (%)

2822
68,8
3
29,2
7

Meningkat
Meningkat
Meningkat

Dari tabel 4.6 dapat diketahui
bahwa hasil belajar siswa pada
siklus II paling tinggi.