ANALISIS KEDUDUKAN DAN FUNGSI HIKAYAT RAJA BUDAK
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
ANALISIS KEDUDUKAN DAN FUNGSI
HIKAYAT RAJA BUDAK
Ani Diana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
email: [email protected]
Abstract
Hikayat Raja Budak (HRB) is one of Malay literature in prose. Based on the content,
HRB contains relevant high moral teaching current life. Besides that HRB reflected
the custom which is existed of Malay kings of yore, especially the customs that
inherited from Sriwijaya era. This study aims to describe the position and function of
Hikayat Raja Budak. The methods of this research are using descriptive and
analytical methods. Descriptive method was used to describe the data in the form of
HRB manuscript. HRB manuscript that examined in this study was obtained from
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Based on its position in Malay
literature HRB can be classified in the Malay literary that influenced by Hindu-Islam
transition. This classification based on the story that contains blend elements of
Hinduism and Islam. The story function of HRB is for education, especially moral
education, events preservation or applicable customs of ancient Malay kings, and also
entertainment.
Key Words: Position, Function, Malay Tale, Hikayat Raja Budak.
1. PENDAHULUAN
lingkungan tempat ia tumbuh. Dalam
Sastra kuno merupakan salah satu
kaitan ini, Bascom William (1965:4)
wujud manifestasi budaya masa lalu yang
mengatakan bahwa naskah itu sendiri
mengandung nilai-nilai luhur. Fachruddin
memang sangat penting, tetapi tanpa
Ambo Enre (1992:17) dalam salah satu
lingkungannya (konteks) ia merupakan
tulisannya mengatakan bahwa kehadiran
barang mati. Kehadirannya mengundang
suatu naskah tidaklah tiba-tiba dan tidak
sikap,
pula jatuh di tempat hampa. la merupakan
penikmatnya sehingga hal tersebut perlu
hasil proses berpikir dan bercita-cita yang
diungkapkan dan dimaklumi.
ditimbulkan oleh keadaan lingkungan
pandangan,
Pentingnya
kuno
dan
penelitian
juga
perlakuan
terhadap
suatu masyarakat dan budaya, kemudian
naskah
balik berinteraksi dengan berbagai aspek
kenyataan bahwa dari segi isi naskah
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
dilandasi
oleh
82
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
merupakan dokumen yang mengandung
bagi
pikiran, perasaan, dan pengetahuan suatu
kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
bangsa (Edi Suhardi Ekadjati, 1988:1).
pembinaan
dan
Naskah-naskah
pengembangan
Melayu
menurut
Bahkan banyak di antara naskah lama
Fang (1991) merupakan Kesusasteraan
mengandung ide besar, buah pikiran yang
rakyat, yang meliputi: (1) cerita-cerita
luhur, pengalaman jiwa yang berharga,
(asal-usul, binatang, cerita jenaka, cerita
pertimbangan luhur tentang sifat baik dan
pelipur
buruk, rasa penyesalan terhadap dosa,
nyanyian, teka-teki, kepercayaan, dan
perasaan
pandangan
perayaan; (2) epos dari India; (3) cerita
(Edwar
panji dari Jawa; (4) sastra pengaruh
belas
kemanusiaan
kasihan,
yang
tinggi
lara),
ungkapan,
peribahasa,
peralihan Hindu-Islam; (5) kesusasteraan
Djamaris, 1983:19).
lama
pengaruh Islam, yang meliputi: cerita
sejumlah
tentang Alquran/Kitab Al-Anbiya, cerita
hikmah berupa nilai-nilai luhur warisan
Nabi Muhammad, cerita sahabat Nabi
nenek moyang bangsa yang hingga kini
Muhammad,
masih
sastra
Tidak
ternyata
hanya
juga
relevan
itu,
naskah
menyimpan
dengan
kehidupan
cerita
kitab;
pahlawan
(6)
cerita
Islam,
berbingkai,
masyarakatnya (Siti Chamamah Soeratno,
meliputi: cerita tentang ajaran agama,
1991:22). Pendapat ini didasari kenyataan
cerita tentang politik dan keduniawian,
bahwa cerita-cerita yang terkandung di
serta cerita hiburan; (7) sastra kitab,
dalam
mengandung
meliputi: kajian tentang Alquran, tafsir,
ajaran-ajaran hidup yang tinggi nilainya,
tajwid, fikih, ilmu sufi, ilmu tasawuf,
perbuatan baik dan buruk dengan segala
tarekat, zikir, doa, azimat, risalah, wasiat,
akibatnya sehingga pembaca khususnya
dan kitab Tib (obat-obatan dan jampi-
dan bangsa Indonesia pada umumnya
jampian); (8) sastra sejarah; (9) undang
dapat berguru dari cerita tersebut.
undang Melayu lama; (10) pantun dan
naskah
banyak
Naskah lama, terutama yang berupa
karya sastra pada hakikatnya merupakan
syair.
Adapun naskah-naskah Melayu yang
cagar budaya nasional kita. Kesemuanya
berbentuk
sastra
itu merpakan hasil tuangan jiwa bangsa
menjadi
tiga
yang dapat dijadikan sumber penelitian
penggolongan berdasarkan bentuk, yaitu
prosa
dan
dapat
jenis,
puisi;
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
(2)
digolongkan
yaitu:
(1)
penggolongan
83
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
berdasarkan
isi,
yaitu
sastra
berisi
2002). HRB merupakan karya sastra
sejarah, undang-undang, dan petunjuk
Melayu
bagi raja; (3) penggolongan berdasarkan
Palembang, tetapi naskah HRB sudah
pengaruh asing, yaitu sastra Melayu asli
tidak
(belum atau sedikit sekali mendapat
Palembang, bahkan cerita HRB ini sudah
pengaruh
asing),
tidak
peralihan
Hindu—Islam,
pengaruh
Hindu,
dan
sastra
yang
berasal
terdapat
dikenal
Palembang.
dari
pada
lagi
Sebagian
oleh
daerah
masyarakat
masyarakat
besar
naskah-
pengaruh Islam. Prosa Melayu klasik ini
naskah yang ada di daerah Palembang
umumnya disebut hikayat karena pada
telah dibawa oleh para penjajah Belanda
umumnya judulnya didahului dengan
yang menguasai daerah Palembang pada
kata
abad ke-18, terutama oleh Gramberg,
hikayat
ini
(Edwar
Djamaris,
1990:12-18). Menurut Edwar Djamaris
seorang
pengumpul
dkk. (1983:3) sebagian besar naskah
berkebangsaan Belanda pada tahun 1866.
cerita atau hikayat, terutama yang berasal
Naskah-naskah
dari pengaruh Islam tertulis dalam huruf
sebagian dibawa ke Museum Nasional,
Arab-Melayu, dan merupakan tulisan
dan sebagian lagi dibawa ke negeri
tangan.
Belanda (Ani Diana, 2002: 30).
2. METODE PENELITIAN
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Palembang
naskah
tersebut
dalam
Menurut Teuku Iskandar (1996:458)
penelitian ini, yaitu metode deskriptif dan
Hikayat Raja Budak (HRB) merupakan
analisis. Metode deskriptif digunakan
karya sastra Melayu yang berasal dari
untuk mendeskripsikan data yang berupa
Palembang. Dalam cerita HRB ini terlihat
naskah HRB. Naskah HRB yang dikaji
adanya perpaduan unsur cerita yang
dalam penelitian ini, diperoleh dari
berasal dari kepercayaan Hindu dan juga
Perpustakaan
Islam. Karya sastra prosa yang berasal
Metode
yang
digunakan
Nasional
Republik
Indonesia (PNRI).
Data penelitian ini adalah cerita
dari daerah Palembang pada umumnya
menampakkan
perpaduan
kedua
Hikayat Raja Budak yang ditransliterasi
kepercayaan tersebut, seperti Hikayat
dari naskah yang bemomor kode Ml. 6
Dewa Raja Agas Melila dan Hikayat
yang diperoleh dari PNRI (Ani Diana,
Raja Babi (Teuku Iskandar, 1996:457).
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
84
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
Pengaruh agama Islam dalam HRB
pada
terlihat
1996:433).
terutama
pada
penyebutan
Dewata mulia raya diganti dengan Allah
Tacala,
tahun
1866
(Teuku
Iskandar,
Adanya dewa, kayangan, sayembara
pemimpin
yang berupa teka-teki untuk memilih
disebut Khalifah, serta adanya doa yang
calon suami, kemala hikmat yang dapat
ditujukan
dengan
mendatangkan dewa dan mambang, serta
Adapun
Biku (Biksu) Brahmana dalam kutipan
Subahanahu
wa
kepada
menggunakan
pengaruh
Allah
bahasa
Arab.
kepercayaan
Hindu
yang
tersebut
merupakan
tampak di dalam cerita HRB, yakni
kepercayaan
adanya
sayembara
pengaruh kepercayaan Islam di dalam
berupa teka-teki sebagai syarat pinangan,
HRB dapat dilihat dari penggunaan
kemala
kalimat-kalimat
dewa,
kayangan,
hikmat,
pesta
berjaga-jaga
Hindu.
pengaruh
Adapun
yang
unsur
banyak
sebelum pelaksanaan upacara pernikahan,
persamaannya dengan ayat Quran, kata
penaburan
upacara
khalifatullah untuk menyebut pemimpin,
pernikahan, permandian kedua pengantin,
Allah Subahanahu wa Taala sebagai
dan makan nasi adap-adap. Naskah HRB,
pengganti Dewata Mulia Raya, Kadi,
khususnya yang bernomor kode Ml 6
akad nikah, doa yang ditujukan kepada
yang ada saat ini tersimpan di PNRI
Allah dalam bahasa Arab dalam kutipan
merupakan hadiah dari Gramberg kepada
di atas merupakan pengaruh agama Islam.
bunga
Bataviasch
pada
Genootschap
Kunsten
(BGKW)
sekarang
Wetenschappen
Demikian
perkawinan
pula
yang
dengan
tergambar
adat
dalam
disebut Perpustakaan Nasional, yang
perkawinan Raja Budak, seperti upacara
diserahkannya
di
pesta berjaga-jaga selama 40 hari 40
1972:86).
malam, persandingan kedua mempelai di
Naskah HRB tersebut dibawanya dari
atas pelaminan, lalu makan nasi adap-
Palembang
adap,
Batavia
(Amir
pada
tahun
Sutaarga,
bersama
dengan
1866
naskah
serta
mengadakan
upacara
pesta
permandian
Palembang yang lain, yaitu Hikayat
setelah
perkawinan
Martalaya, Syair Kumbang, Syair Nuri,
merupakan adat atau kebiasaan yang ada
Syair Patut Delapan, Syair Kembang Air
dalam kepercayaan Hindu (Haron Daud,
Mawar, Syair Perang Menteng, dan
1989:172).
Pantun Sultan Badaruddin ke Batavia
penggolongan yang dilakukan oleh Fang
Selanjutnya
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
dari
85
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
karya sastra yang memperlihatkan wajah
lampau, seperti penobatan, peminangan,
sinkretisme ini termasuk dalam Zaman
dan perkawinan seorang raja.
Pada saat Sifat Akal akan dinobatkan
Peralihan Hindu—Islam.
Dilihat dari segi isinya HRB banyak
menjadi Raja Budak terlebih dahulu
mengandung ajaran moral yang tinggi.
diadakan
Hal ini tergambar dalam tokoh-tokoh
menggunakan payung kebesaran kerajaan
utamanya, terutama melalui dialog-dialog
yang berwarna kuning keemasan dan
antartokoh dalam cerita tersebut. Tokoh
pengibaran tunggul panji-panji, serta
utama dalam HRB adalah Sifat Akal yang
pemukulan
dikenal dengan sebutan Raja Budak.
bunyian, lalu pemberian gelar. Begitu
Tokoh ini digambarkan sebagai seorang
pula pada saat Raja Budak dipinang oleh
raja (pemimpin) yang baik. Raja Budak
Raja Dewa Kacah dilakukan pengarakan
merupakan sosok raja yang didambakan
terhadap
oleh rakyatnya. Ia bukan hanya memiliki
berkeliling negeri. Kemudian pada saat
paras yang sangat cantik, tetapi juga
perkawman Raja Budak dengan Raja
memiliki
luhur.
Dewa Kacah dilakukan pesta berjaga-jaga
Sebagai seorang raja ia sangat arif-
selama 40 hari 40 malam, akad nikah,
bijaksana, adil, pemurah, dan penyayang,
serta persandingan kedua mempelai. Saat
memiliki pengetahuan yang luas, tidak
bersanding kedua mempelai diberi makan
sombong, dan tidak lupa kepada Allah
nasi adap-adap, dan kemudian kedua
Subhanahu wa Tacala. Begitu pula teka-
pengantin
teki yang diajukan Sifat Akal kepada
Setelah
keenam saudaranya, serta nasihat-nasihat
pengantin
yang diberikan oleh Biyaperi kepada
pemandian yang disebut dengan punca
Sifat Akal dan nasihat yang diberikan
persada.
budi-bahasa
yang
pengarakan
berbagai
surat
dengan
macam
pinangan
memasuki
upacara
bilik
bunyi-
dengan
peraduan.
perkawinan
kedua
menuju
tempat
diarak
burung sepah puteri kepada putra raja
Menurut Haron Daud (1989:145)
dari Langkahdura sarat dengan ajaran
adat kebiasaan seperti yang tergambar
moral. Di samping berisi ajaran moral,
dalam
HRB
khazanah
kebiasaan yang juga berlaku pada raja-
budaya masyarakat Melayu pada masa
raja Melayu pada zaman dulu yang
juga
mencerminkan
berasal
cerita
dari
HRB
merupakan
Palembang
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
adat
semasa
86
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
pemerintahan Sriwijaya. Adat kebiasaan
Sri Rama, seperti Astanapura yang
ini merupakan pengaruh dari kepercayaan
merupakan nama lain dari Hastinapura
Hindu.
(nama kerajaan yang didirikan oleh kakek
Di samping adanya pengaruh Hindu,
Rahwana), Langkapuri (nama negeri
dalam HRB juga terdapat pengaruh
yang
kepercayaan dari agama Islam, seperti
Serandib) (Teuku Iskandar, 1996:43—
penyebutan Allah Subhanahu wa Tacala
50).
untuk mengganti Dewata, penggunaan
dalam cerita HRB merupakan rekaan si
doa-doa
yang
penulis, seperti: burung yang dapat
ditujukan kepada Allah, kalimat-kalimat
berbicara, kuda yang dapat terbang,
yang
dalam
bahasa
bernafaskan
pelaksanaan
Arab
Peristiwa-peristiwa
di
bukit
yang terjadi
serta
pasukan mambang, kemala hikmat (batu
Raja
Budak
ajaib) yang dapat menurukan rakyat jin,
dengan Raja Dewa Kacah.
jika
Rahwana
Islam,
akad-nikah
Selanjutnya
didirikan
peri, dewa, dan mambang.
unsur
HRB mengandung ajaran moral yang
ceritanya yang dominan, HRB tergolong
tinggi, berupa keteladan atau contoh
cerita yang berbentuk rekaan karena di
perilaku seorang raja bijaksana, yang
dalamnya
didambakan
banyak
dilihat
terdapat
unsur
rakyat.
Raja
Budak
khayalan, seperti: nama-nama tokoh,
merupakan
nama-nama
peristiwa-
sebuah kerajaan besar yang memiliki
peristiwa yang terjadi di dalamnya tidak
budi-pekerti baik, berpengetahuan luas,
dapat dirunut dalam dunia nyata. Nama
adil dan arif-bijaksana sehingga ia sangat
Raja Budak sendiri jika ditelusuri di
dihormati bukan hanya oleh rakyatnya,
dalam silsilah raja-raja Melayu (Haron
tetapi juga oleh raja-raja dari negeri lain.
Daud, 1989:109) dan raja-raja Palembang
Selanjutnya dalam HRB juga tergambar
(Djohan Hanafiah, 1996:26) tidak ada.
mengenai adat-istiadat raja-raja Melayu
Begitu pula dengan nama tempat atau
pada zaman dahulu kala, seperti adat
nama kerajaan yang disebut dalam cerita
penobatan dan perkawinan raja. Hal ini
HRB (Lantapuri) tidak ada dalam sejarah
terlihat pada saat penobatan Raja Budak
kerajaan Melayu—Palembang. Nama ini
menjadi raja, terlebih dahulu dilakukan
hampir sama dengan nama-nama tempat
arak-arakan
atau kerajaan yang ada di dalam Hikayat
bunyian, lalu para petinggi kerajaan
tempat,
dan
seorang
dengan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
raja
(pemimpin)
segala
bunyi-
87
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
melakukan sembah dengan menundukkan
samping bertujuan untuk bersuka ria
kepala rapat ke tanah tujuh kali sambil
setelah penat bekerja sekian lama (Haron
berkata/Daulat Tuanku Sya Alam, patik
Daud, 1989:172).
junjunglah.
Adat
penobatan
raja
sebagaimana yang dilakukan terhadap
Raja Budak ini merupakan kebiasaan
4. SIMPULAN
Dilihat dari kedudukannya dalam
yang dilakukan pada penobatan raja-raja
kesusasteraan
Melayu
Melayu, seperti penobatan Raja Muda
digolongkan dalam kesusasteraan Melayu
menjadi Sultan Johor (Haron Daud,
pengaruh
1989:181). Kemudian pada saat Raja
Penggolongan
Budak
Peralihan
ini
HRB
dapat
Hindu-Islam.
berdasarkan
isi
terdapat
upacara
ceritanya yang mengandung perpaduan
pinangan
dengan
unsur kepercayaan Hindu dan Islam.
pesta
Adapun fungsi cerita HRB ini adalah
berjaga-jaga selama 40 hari 40 malam
sebagai pendidikan, terutama pendidikan
pada perkawinan Raja Budak dan Raja
moral, pengabadian peristiwa-peristiwa
dewa
kedua
atau adat kebiasaan yang berlaku pada
mempelai, penyuapan nasi adap-adapan,
raja-raja Melayu zaman dahulu, serta
serta pembuatan punca persada tujuh
sebagai hiburan.
dipinang
pengarakan
keliling
surat
negeri,
Kacah,
pelaksanaan
persandingan
pangkat sebagai tempat pemandian raja.
Menurut Haron Daud (1989:169) adat
perkawinan seperti tersebut di atas sudah
dilakukan sejak zaman Sriwijaya, yaitu
pada saat perkawinan Seri Teri Buana
dengan Wan Sendari, anak Demang
Lebar Daun di Palembang yang pada saat
itu
masih
beragama
Hindu-Budha.
Upacara permandian dalam perkawinan
tersebut
dimaksudkan
untuk
menunjukkan pasangan pengantin telah
selamat
sempurna
memasuki
alam
5. DAFTAR PUSTAKA
Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus
Koleksi Naskah Melayu. Jakarta:
Proyek
Inventarisasi
dan
Dokumentasi Kebudayaan Nasional
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Ani Diana. 2002.
Hikayat
Raja
Budak: Sebuah Kajian Filologis.
Tesis
Program
Pascasarjana
Universitas Padjadjaran Bandung.
Bascom, William R. 1965. Four
Fungtion of Foklor, Journal of
American Foklore, Volume 67 and
78.
perkawinan (alam rumah tangga) di
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
88
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
Djohan
Hanafiah.
1996.
Perang
Palembang
Melawan
VOC.
Palembang: Karyasari Kerja Sama
dengan Pemerintah Daerah Tingkat
II Kotamadya Palembang.
Edi Suhardi Ekadjati. 1988. Naskah
Sunda:
Inventarisasi
dan
Pencatatan. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran
dan The Toyota Foundation.
-----------------.1985. Antologi
Sastra
Indonesia Lama Pengaruh Islam.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
-----------------.1990. Menggali
Khazanah Sastra Melayu Klasik.
Jakarta: Balai Pustaka.
------------------.1993. Sejarah
Kesusasteraan Melayu Klasik Ji/id 2.
Jakarta: Erlangga.
Edwar Djamaris. 1983. .Hikayat Nabi
Mikraj, Hikayat Nur Muhammad,
dan Hikayat Darma Tasiya. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
dan
kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah.
Edwar Ddjamaris. 1990. Menggali
Khazanah Sastra Melayu Klasik.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fachruddin Ambo Enre. 1992. Beherapa
Nilai
Sosial
Budaya
dalam
Ungkapan dan Sastra Bugis. Pidato
Pengukuhan Guru Besar. FPBS IKIP
Ujung Pandang.
Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah
Kesusasteraan Melayu Klasik J Hid
F Jakarta: Erlangga.
Haron Daud. 1989. Sejarah Melayu:
Satu Kajian daripada Aspek
Pensejarahan
Budaya.
Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia.
Siti Chamamah Soeratno. 1991. Hikayat
Iskandar Zulkarnain. Jakarta: Balai
Pustaka.
Teuku Iskandar. 1996. Kesusasteraan
Klasik Melayu Sepanjang Abad.
Jakarta: Libra.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
89
ANALISIS KEDUDUKAN DAN FUNGSI
HIKAYAT RAJA BUDAK
Ani Diana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
email: [email protected]
Abstract
Hikayat Raja Budak (HRB) is one of Malay literature in prose. Based on the content,
HRB contains relevant high moral teaching current life. Besides that HRB reflected
the custom which is existed of Malay kings of yore, especially the customs that
inherited from Sriwijaya era. This study aims to describe the position and function of
Hikayat Raja Budak. The methods of this research are using descriptive and
analytical methods. Descriptive method was used to describe the data in the form of
HRB manuscript. HRB manuscript that examined in this study was obtained from
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Based on its position in Malay
literature HRB can be classified in the Malay literary that influenced by Hindu-Islam
transition. This classification based on the story that contains blend elements of
Hinduism and Islam. The story function of HRB is for education, especially moral
education, events preservation or applicable customs of ancient Malay kings, and also
entertainment.
Key Words: Position, Function, Malay Tale, Hikayat Raja Budak.
1. PENDAHULUAN
lingkungan tempat ia tumbuh. Dalam
Sastra kuno merupakan salah satu
kaitan ini, Bascom William (1965:4)
wujud manifestasi budaya masa lalu yang
mengatakan bahwa naskah itu sendiri
mengandung nilai-nilai luhur. Fachruddin
memang sangat penting, tetapi tanpa
Ambo Enre (1992:17) dalam salah satu
lingkungannya (konteks) ia merupakan
tulisannya mengatakan bahwa kehadiran
barang mati. Kehadirannya mengundang
suatu naskah tidaklah tiba-tiba dan tidak
sikap,
pula jatuh di tempat hampa. la merupakan
penikmatnya sehingga hal tersebut perlu
hasil proses berpikir dan bercita-cita yang
diungkapkan dan dimaklumi.
ditimbulkan oleh keadaan lingkungan
pandangan,
Pentingnya
kuno
dan
penelitian
juga
perlakuan
terhadap
suatu masyarakat dan budaya, kemudian
naskah
balik berinteraksi dengan berbagai aspek
kenyataan bahwa dari segi isi naskah
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
dilandasi
oleh
82
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
merupakan dokumen yang mengandung
bagi
pikiran, perasaan, dan pengetahuan suatu
kebudayaan dan ilmu di segala bidang.
bangsa (Edi Suhardi Ekadjati, 1988:1).
pembinaan
dan
Naskah-naskah
pengembangan
Melayu
menurut
Bahkan banyak di antara naskah lama
Fang (1991) merupakan Kesusasteraan
mengandung ide besar, buah pikiran yang
rakyat, yang meliputi: (1) cerita-cerita
luhur, pengalaman jiwa yang berharga,
(asal-usul, binatang, cerita jenaka, cerita
pertimbangan luhur tentang sifat baik dan
pelipur
buruk, rasa penyesalan terhadap dosa,
nyanyian, teka-teki, kepercayaan, dan
perasaan
pandangan
perayaan; (2) epos dari India; (3) cerita
(Edwar
panji dari Jawa; (4) sastra pengaruh
belas
kemanusiaan
kasihan,
yang
tinggi
lara),
ungkapan,
peribahasa,
peralihan Hindu-Islam; (5) kesusasteraan
Djamaris, 1983:19).
lama
pengaruh Islam, yang meliputi: cerita
sejumlah
tentang Alquran/Kitab Al-Anbiya, cerita
hikmah berupa nilai-nilai luhur warisan
Nabi Muhammad, cerita sahabat Nabi
nenek moyang bangsa yang hingga kini
Muhammad,
masih
sastra
Tidak
ternyata
hanya
juga
relevan
itu,
naskah
menyimpan
dengan
kehidupan
cerita
kitab;
pahlawan
(6)
cerita
Islam,
berbingkai,
masyarakatnya (Siti Chamamah Soeratno,
meliputi: cerita tentang ajaran agama,
1991:22). Pendapat ini didasari kenyataan
cerita tentang politik dan keduniawian,
bahwa cerita-cerita yang terkandung di
serta cerita hiburan; (7) sastra kitab,
dalam
mengandung
meliputi: kajian tentang Alquran, tafsir,
ajaran-ajaran hidup yang tinggi nilainya,
tajwid, fikih, ilmu sufi, ilmu tasawuf,
perbuatan baik dan buruk dengan segala
tarekat, zikir, doa, azimat, risalah, wasiat,
akibatnya sehingga pembaca khususnya
dan kitab Tib (obat-obatan dan jampi-
dan bangsa Indonesia pada umumnya
jampian); (8) sastra sejarah; (9) undang
dapat berguru dari cerita tersebut.
undang Melayu lama; (10) pantun dan
naskah
banyak
Naskah lama, terutama yang berupa
karya sastra pada hakikatnya merupakan
syair.
Adapun naskah-naskah Melayu yang
cagar budaya nasional kita. Kesemuanya
berbentuk
sastra
itu merpakan hasil tuangan jiwa bangsa
menjadi
tiga
yang dapat dijadikan sumber penelitian
penggolongan berdasarkan bentuk, yaitu
prosa
dan
dapat
jenis,
puisi;
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
(2)
digolongkan
yaitu:
(1)
penggolongan
83
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
berdasarkan
isi,
yaitu
sastra
berisi
2002). HRB merupakan karya sastra
sejarah, undang-undang, dan petunjuk
Melayu
bagi raja; (3) penggolongan berdasarkan
Palembang, tetapi naskah HRB sudah
pengaruh asing, yaitu sastra Melayu asli
tidak
(belum atau sedikit sekali mendapat
Palembang, bahkan cerita HRB ini sudah
pengaruh
asing),
tidak
peralihan
Hindu—Islam,
pengaruh
Hindu,
dan
sastra
yang
berasal
terdapat
dikenal
Palembang.
dari
pada
lagi
Sebagian
oleh
daerah
masyarakat
masyarakat
besar
naskah-
pengaruh Islam. Prosa Melayu klasik ini
naskah yang ada di daerah Palembang
umumnya disebut hikayat karena pada
telah dibawa oleh para penjajah Belanda
umumnya judulnya didahului dengan
yang menguasai daerah Palembang pada
kata
abad ke-18, terutama oleh Gramberg,
hikayat
ini
(Edwar
Djamaris,
1990:12-18). Menurut Edwar Djamaris
seorang
pengumpul
dkk. (1983:3) sebagian besar naskah
berkebangsaan Belanda pada tahun 1866.
cerita atau hikayat, terutama yang berasal
Naskah-naskah
dari pengaruh Islam tertulis dalam huruf
sebagian dibawa ke Museum Nasional,
Arab-Melayu, dan merupakan tulisan
dan sebagian lagi dibawa ke negeri
tangan.
Belanda (Ani Diana, 2002: 30).
2. METODE PENELITIAN
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Palembang
naskah
tersebut
dalam
Menurut Teuku Iskandar (1996:458)
penelitian ini, yaitu metode deskriptif dan
Hikayat Raja Budak (HRB) merupakan
analisis. Metode deskriptif digunakan
karya sastra Melayu yang berasal dari
untuk mendeskripsikan data yang berupa
Palembang. Dalam cerita HRB ini terlihat
naskah HRB. Naskah HRB yang dikaji
adanya perpaduan unsur cerita yang
dalam penelitian ini, diperoleh dari
berasal dari kepercayaan Hindu dan juga
Perpustakaan
Islam. Karya sastra prosa yang berasal
Metode
yang
digunakan
Nasional
Republik
Indonesia (PNRI).
Data penelitian ini adalah cerita
dari daerah Palembang pada umumnya
menampakkan
perpaduan
kedua
Hikayat Raja Budak yang ditransliterasi
kepercayaan tersebut, seperti Hikayat
dari naskah yang bemomor kode Ml. 6
Dewa Raja Agas Melila dan Hikayat
yang diperoleh dari PNRI (Ani Diana,
Raja Babi (Teuku Iskandar, 1996:457).
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
84
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
Pengaruh agama Islam dalam HRB
pada
terlihat
1996:433).
terutama
pada
penyebutan
Dewata mulia raya diganti dengan Allah
Tacala,
tahun
1866
(Teuku
Iskandar,
Adanya dewa, kayangan, sayembara
pemimpin
yang berupa teka-teki untuk memilih
disebut Khalifah, serta adanya doa yang
calon suami, kemala hikmat yang dapat
ditujukan
dengan
mendatangkan dewa dan mambang, serta
Adapun
Biku (Biksu) Brahmana dalam kutipan
Subahanahu
wa
kepada
menggunakan
pengaruh
Allah
bahasa
Arab.
kepercayaan
Hindu
yang
tersebut
merupakan
tampak di dalam cerita HRB, yakni
kepercayaan
adanya
sayembara
pengaruh kepercayaan Islam di dalam
berupa teka-teki sebagai syarat pinangan,
HRB dapat dilihat dari penggunaan
kemala
kalimat-kalimat
dewa,
kayangan,
hikmat,
pesta
berjaga-jaga
Hindu.
pengaruh
Adapun
yang
unsur
banyak
sebelum pelaksanaan upacara pernikahan,
persamaannya dengan ayat Quran, kata
penaburan
upacara
khalifatullah untuk menyebut pemimpin,
pernikahan, permandian kedua pengantin,
Allah Subahanahu wa Taala sebagai
dan makan nasi adap-adap. Naskah HRB,
pengganti Dewata Mulia Raya, Kadi,
khususnya yang bernomor kode Ml 6
akad nikah, doa yang ditujukan kepada
yang ada saat ini tersimpan di PNRI
Allah dalam bahasa Arab dalam kutipan
merupakan hadiah dari Gramberg kepada
di atas merupakan pengaruh agama Islam.
bunga
Bataviasch
pada
Genootschap
Kunsten
(BGKW)
sekarang
Wetenschappen
Demikian
perkawinan
pula
yang
dengan
tergambar
adat
dalam
disebut Perpustakaan Nasional, yang
perkawinan Raja Budak, seperti upacara
diserahkannya
di
pesta berjaga-jaga selama 40 hari 40
1972:86).
malam, persandingan kedua mempelai di
Naskah HRB tersebut dibawanya dari
atas pelaminan, lalu makan nasi adap-
Palembang
adap,
Batavia
(Amir
pada
tahun
Sutaarga,
bersama
dengan
1866
naskah
serta
mengadakan
upacara
pesta
permandian
Palembang yang lain, yaitu Hikayat
setelah
perkawinan
Martalaya, Syair Kumbang, Syair Nuri,
merupakan adat atau kebiasaan yang ada
Syair Patut Delapan, Syair Kembang Air
dalam kepercayaan Hindu (Haron Daud,
Mawar, Syair Perang Menteng, dan
1989:172).
Pantun Sultan Badaruddin ke Batavia
penggolongan yang dilakukan oleh Fang
Selanjutnya
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
dari
85
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
karya sastra yang memperlihatkan wajah
lampau, seperti penobatan, peminangan,
sinkretisme ini termasuk dalam Zaman
dan perkawinan seorang raja.
Pada saat Sifat Akal akan dinobatkan
Peralihan Hindu—Islam.
Dilihat dari segi isinya HRB banyak
menjadi Raja Budak terlebih dahulu
mengandung ajaran moral yang tinggi.
diadakan
Hal ini tergambar dalam tokoh-tokoh
menggunakan payung kebesaran kerajaan
utamanya, terutama melalui dialog-dialog
yang berwarna kuning keemasan dan
antartokoh dalam cerita tersebut. Tokoh
pengibaran tunggul panji-panji, serta
utama dalam HRB adalah Sifat Akal yang
pemukulan
dikenal dengan sebutan Raja Budak.
bunyian, lalu pemberian gelar. Begitu
Tokoh ini digambarkan sebagai seorang
pula pada saat Raja Budak dipinang oleh
raja (pemimpin) yang baik. Raja Budak
Raja Dewa Kacah dilakukan pengarakan
merupakan sosok raja yang didambakan
terhadap
oleh rakyatnya. Ia bukan hanya memiliki
berkeliling negeri. Kemudian pada saat
paras yang sangat cantik, tetapi juga
perkawman Raja Budak dengan Raja
memiliki
luhur.
Dewa Kacah dilakukan pesta berjaga-jaga
Sebagai seorang raja ia sangat arif-
selama 40 hari 40 malam, akad nikah,
bijaksana, adil, pemurah, dan penyayang,
serta persandingan kedua mempelai. Saat
memiliki pengetahuan yang luas, tidak
bersanding kedua mempelai diberi makan
sombong, dan tidak lupa kepada Allah
nasi adap-adap, dan kemudian kedua
Subhanahu wa Tacala. Begitu pula teka-
pengantin
teki yang diajukan Sifat Akal kepada
Setelah
keenam saudaranya, serta nasihat-nasihat
pengantin
yang diberikan oleh Biyaperi kepada
pemandian yang disebut dengan punca
Sifat Akal dan nasihat yang diberikan
persada.
budi-bahasa
yang
pengarakan
berbagai
surat
dengan
macam
pinangan
memasuki
upacara
bilik
bunyi-
dengan
peraduan.
perkawinan
kedua
menuju
tempat
diarak
burung sepah puteri kepada putra raja
Menurut Haron Daud (1989:145)
dari Langkahdura sarat dengan ajaran
adat kebiasaan seperti yang tergambar
moral. Di samping berisi ajaran moral,
dalam
HRB
khazanah
kebiasaan yang juga berlaku pada raja-
budaya masyarakat Melayu pada masa
raja Melayu pada zaman dulu yang
juga
mencerminkan
berasal
cerita
dari
HRB
merupakan
Palembang
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
adat
semasa
86
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
pemerintahan Sriwijaya. Adat kebiasaan
Sri Rama, seperti Astanapura yang
ini merupakan pengaruh dari kepercayaan
merupakan nama lain dari Hastinapura
Hindu.
(nama kerajaan yang didirikan oleh kakek
Di samping adanya pengaruh Hindu,
Rahwana), Langkapuri (nama negeri
dalam HRB juga terdapat pengaruh
yang
kepercayaan dari agama Islam, seperti
Serandib) (Teuku Iskandar, 1996:43—
penyebutan Allah Subhanahu wa Tacala
50).
untuk mengganti Dewata, penggunaan
dalam cerita HRB merupakan rekaan si
doa-doa
yang
penulis, seperti: burung yang dapat
ditujukan kepada Allah, kalimat-kalimat
berbicara, kuda yang dapat terbang,
yang
dalam
bahasa
bernafaskan
pelaksanaan
Arab
Peristiwa-peristiwa
di
bukit
yang terjadi
serta
pasukan mambang, kemala hikmat (batu
Raja
Budak
ajaib) yang dapat menurukan rakyat jin,
dengan Raja Dewa Kacah.
jika
Rahwana
Islam,
akad-nikah
Selanjutnya
didirikan
peri, dewa, dan mambang.
unsur
HRB mengandung ajaran moral yang
ceritanya yang dominan, HRB tergolong
tinggi, berupa keteladan atau contoh
cerita yang berbentuk rekaan karena di
perilaku seorang raja bijaksana, yang
dalamnya
didambakan
banyak
dilihat
terdapat
unsur
rakyat.
Raja
Budak
khayalan, seperti: nama-nama tokoh,
merupakan
nama-nama
peristiwa-
sebuah kerajaan besar yang memiliki
peristiwa yang terjadi di dalamnya tidak
budi-pekerti baik, berpengetahuan luas,
dapat dirunut dalam dunia nyata. Nama
adil dan arif-bijaksana sehingga ia sangat
Raja Budak sendiri jika ditelusuri di
dihormati bukan hanya oleh rakyatnya,
dalam silsilah raja-raja Melayu (Haron
tetapi juga oleh raja-raja dari negeri lain.
Daud, 1989:109) dan raja-raja Palembang
Selanjutnya dalam HRB juga tergambar
(Djohan Hanafiah, 1996:26) tidak ada.
mengenai adat-istiadat raja-raja Melayu
Begitu pula dengan nama tempat atau
pada zaman dahulu kala, seperti adat
nama kerajaan yang disebut dalam cerita
penobatan dan perkawinan raja. Hal ini
HRB (Lantapuri) tidak ada dalam sejarah
terlihat pada saat penobatan Raja Budak
kerajaan Melayu—Palembang. Nama ini
menjadi raja, terlebih dahulu dilakukan
hampir sama dengan nama-nama tempat
arak-arakan
atau kerajaan yang ada di dalam Hikayat
bunyian, lalu para petinggi kerajaan
tempat,
dan
seorang
dengan
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
raja
(pemimpin)
segala
bunyi-
87
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
melakukan sembah dengan menundukkan
samping bertujuan untuk bersuka ria
kepala rapat ke tanah tujuh kali sambil
setelah penat bekerja sekian lama (Haron
berkata/Daulat Tuanku Sya Alam, patik
Daud, 1989:172).
junjunglah.
Adat
penobatan
raja
sebagaimana yang dilakukan terhadap
Raja Budak ini merupakan kebiasaan
4. SIMPULAN
Dilihat dari kedudukannya dalam
yang dilakukan pada penobatan raja-raja
kesusasteraan
Melayu
Melayu, seperti penobatan Raja Muda
digolongkan dalam kesusasteraan Melayu
menjadi Sultan Johor (Haron Daud,
pengaruh
1989:181). Kemudian pada saat Raja
Penggolongan
Budak
Peralihan
ini
HRB
dapat
Hindu-Islam.
berdasarkan
isi
terdapat
upacara
ceritanya yang mengandung perpaduan
pinangan
dengan
unsur kepercayaan Hindu dan Islam.
pesta
Adapun fungsi cerita HRB ini adalah
berjaga-jaga selama 40 hari 40 malam
sebagai pendidikan, terutama pendidikan
pada perkawinan Raja Budak dan Raja
moral, pengabadian peristiwa-peristiwa
dewa
kedua
atau adat kebiasaan yang berlaku pada
mempelai, penyuapan nasi adap-adapan,
raja-raja Melayu zaman dahulu, serta
serta pembuatan punca persada tujuh
sebagai hiburan.
dipinang
pengarakan
keliling
surat
negeri,
Kacah,
pelaksanaan
persandingan
pangkat sebagai tempat pemandian raja.
Menurut Haron Daud (1989:169) adat
perkawinan seperti tersebut di atas sudah
dilakukan sejak zaman Sriwijaya, yaitu
pada saat perkawinan Seri Teri Buana
dengan Wan Sendari, anak Demang
Lebar Daun di Palembang yang pada saat
itu
masih
beragama
Hindu-Budha.
Upacara permandian dalam perkawinan
tersebut
dimaksudkan
untuk
menunjukkan pasangan pengantin telah
selamat
sempurna
memasuki
alam
5. DAFTAR PUSTAKA
Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus
Koleksi Naskah Melayu. Jakarta:
Proyek
Inventarisasi
dan
Dokumentasi Kebudayaan Nasional
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Ani Diana. 2002.
Hikayat
Raja
Budak: Sebuah Kajian Filologis.
Tesis
Program
Pascasarjana
Universitas Padjadjaran Bandung.
Bascom, William R. 1965. Four
Fungtion of Foklor, Journal of
American Foklore, Volume 67 and
78.
perkawinan (alam rumah tangga) di
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
88
Jurnal Pesona Volume 1 No. 2, Januari 2015 Hlm. 82-89
Djohan
Hanafiah.
1996.
Perang
Palembang
Melawan
VOC.
Palembang: Karyasari Kerja Sama
dengan Pemerintah Daerah Tingkat
II Kotamadya Palembang.
Edi Suhardi Ekadjati. 1988. Naskah
Sunda:
Inventarisasi
dan
Pencatatan. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran
dan The Toyota Foundation.
-----------------.1985. Antologi
Sastra
Indonesia Lama Pengaruh Islam.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
-----------------.1990. Menggali
Khazanah Sastra Melayu Klasik.
Jakarta: Balai Pustaka.
------------------.1993. Sejarah
Kesusasteraan Melayu Klasik Ji/id 2.
Jakarta: Erlangga.
Edwar Djamaris. 1983. .Hikayat Nabi
Mikraj, Hikayat Nur Muhammad,
dan Hikayat Darma Tasiya. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
dan
kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku
Sastra Indonesia dan Daerah.
Edwar Ddjamaris. 1990. Menggali
Khazanah Sastra Melayu Klasik.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fachruddin Ambo Enre. 1992. Beherapa
Nilai
Sosial
Budaya
dalam
Ungkapan dan Sastra Bugis. Pidato
Pengukuhan Guru Besar. FPBS IKIP
Ujung Pandang.
Fang, Liaw Yock. 1991. Sejarah
Kesusasteraan Melayu Klasik J Hid
F Jakarta: Erlangga.
Haron Daud. 1989. Sejarah Melayu:
Satu Kajian daripada Aspek
Pensejarahan
Budaya.
Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia.
Siti Chamamah Soeratno. 1991. Hikayat
Iskandar Zulkarnain. Jakarta: Balai
Pustaka.
Teuku Iskandar. 1996. Kesusasteraan
Klasik Melayu Sepanjang Abad.
Jakarta: Libra.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/pesona
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
89