Makalah nalar filsafat pendidikan islam

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir
tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai
alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya . Pendidikan dibutuhkan
untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa
datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki
hubungan yang signifkan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa
mendatang.
Dengan

demikian,

"pendidikan

merupakan

sarana

terbaik


untuk

menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan
kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak
menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan
mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan
disetiap cabang pengetahuan manusia"
Dalam konteks pendidikan kemajuan yang terjadi dinegara-negara barat
tidak terlepas dari pendidikan, maka pendidikan diindonesia harus sadar
akan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik sosial
maupun

cultural.

Untuk

itu

permasalahan


mendasar

ketika

ingin

menyetarakan kualitas pendidikan setra dengan pendidikan di negaranegara eropa, (Jerman, Belanda, Prancis, Inggris dll) dan beberapa negara
di Asia (Jepang, Timur Tengah, Cina) maka pendidikan di Indonesia adalah
bagaimana pendidikan mampu menghadirkan disain atau konstruksi
wacana

pendidikan

Kemudian

disain

yang


wacana

relevan

dengan

pendidikan

perubahan

tersebut

dapat

masyarakat.
dan

mampu

ditranspormasikan atau diproses secara sistematis dalam masyarakat .

Persoalan pertama yang harus direkonstruksi bersifat flosofs, yang kedua
lebih

bersifat

metodologis.

Pendidikan

perlu

menghadirkan

suatu

konstruksi wacana pada dataran flosofs, wacana metodologis, dan juga
cara menyampaikan atau mengkomunikasikannya. Akan tetapi ketika
pendidikan diarahkan pada peradaban modern, yang perlu diselesaikan
terdahulu adalah persoalan-persoalan teoritis internal pendidikan yaitu (1)
persoalan dikotomik, (2) tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam, (3)


persoalan

kurikulum

atau

materi.

Ketiga

persoalan

ini

saling

interdependensi antara satu dengan lainnya.
Ketika persoalan itu dimunculkan mungkin ada benarnya apa yang telah
dikatakan Francis Fukuyama dalam buku kontroversional, The End Of

HistorY and The Last man (1992), bahwa sejarah telah berakhir karena
demokrasi liberal barat telah mengunggguli komunisme yang ditandai
dengan

runtuhnya

uni

soviet.

Ini

merupakan

sejarah

panjang

pembentukan nalar flsafat moderen negara-negara eropa, yang saat ini
boleh menjadi corong dan guru.

Permasalahan pendidikan yang ditawarkan yang mana melalui perjalanan
panjang menuju nalar moderen yang digagas oleh dedengkot flosof barat
untuk memajukan pendidikannya dapat ditelusuri seperti dalam artikel
“Modernity versus postmodernity”, Jurgan Habermas menjelaskan istilah
“moderen” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut era
baru (New ege), yang berfungsi untuk membedakan dengan masa lalu
(the ancient).
Artinya mederen itu tidak semata-mata hanya ditandai dengan munculnya
renaissance atau enlightenment tetapi itu yang memulai, di negara barat
seperti

Prancis,

Inggris,

dan

Jerman,

AS


dll..

Bertrand

Russel

mengungkapkan ada dua hal yang terpenting yang menandai sejarah
pendidikan

modern

di

barat yakni

runtuhnya

otoritas


gereja

dan

menguatnya otoritas sains (rasional).
Ada beberapa tesis yang bisa diambil untuk memahami peristiwa
kemajuan revolusi ilmiah di Barat. Pertama, revolusi ilmiah selalu
dikaitkan dengan proses sekulerisasi atau tercabutnya kekuasaan agama
dalam

system

social

politik

yang

memungkinkan


sain

lepas

dari

kungkungan institusi kungkungan agama. Di barat telah tercatat dalam
sejarah pada Abad ke 16 dan 17, ketika itu era Renaissance, agamasebagai institusi yang sangat dominan dan hegemoni di eropa dikala itumengalami perubahan radikal dalam posisinya sebagai pemegang otoritas
penuh segala bentuk kebenaran. Tetapi lepasnya sains dari otoritas
agama tidak menjadikan indepindensi.
Disisi lain , dalam hal perkembangan pengetahuan sekuler dan skeptisme
sudah menjadi landasan tradisional ilmu pengetahuan, wancana ilmu
pengetahuan yang menjadi topic utama pada zaman kebangkitan

pendidikan dibarat. Pada abad ke-17 topik utama adalah persoalan
epistimologi .
. William melanjutkan dan menguraikan dari dasar flosofs epistimologis
pendidikan di Inggris (Eropa) , yaitu Empirisme, Bahaforisme (flosofs),
empirisme (flosofs), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme,
eksperimentalisme,


hidonisme

piskologis,

reinforcement,

Relativisme

Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme,
liberalisme pendidikan .
Kemudian Wiliam mengungkapkan juga dalil-dalail pokok pendikan
a. seluruh hasil kegiatan belajar adalah pengetahuan melalui pengamalan
personal
b. seluruh hasil kegiatan belajar bersifat subjektif dan selektif .
c. Seluruh hasil kegiatan belajar beraakar pada keterlibatan pengertian
indrawi .
d. Seluruh hasil –hasil belajar didaari oleh proses pemecahan masalah
secara aktif dalam pola” coba benar-salah” atau (trial and eror)
e. Cara belajar yang baik diatur oleh perintah-perintah eksperimantal yang
bercirikan metode ilmiah
f. Pengetahuan yang terbaik adalah yang paling selaras dengan (atau
mungkin

derdasarkan)

pembuktian

ilmiuah

yang

dianggap

benar

sebelumnya
g. Kegiatan belajar diarahkan dan dikendalikan oleh konsekuensi –
konsekuensi emosional dari perilaku
h. Sifat-sifat hakiki dan isi pengetahuan social mengarahkan dan
mengendalikan sifat-sifat haiki dan isi pengalaman personal
i. Penyelidikan kritis yang mempunyai arti penting hanya bisa berlangsung
dalam masyarakat yang demoratis dan memiliki komitmen terhadap
ungkapan umum pemikiran dan perasaan individual.
Itulah dalil dalail yang ditawarkan William kala berbicara pendidikan di
barat. Yang kemudian bisa direduksi ke dalam perubahan pendidikan di
Indonesia, baik dari aspek flsafatnya, epistimologinya yang kemudian
akan merubah manajemen pendidikan (dari subyek-subyek menjadi
partisipatoris intrasubjektif), hubungan sekolah dan masyarakat (dari
individualis menjadi phatnership), Kurikulum(dari penekanan vertical
menjadi sinergi vertical-horizontal), pola pembelajaran (dari intimidativ

menjadi partisipatoris dan kreaktif), tujuan pembelajaran(menjadi lebih
mandiri, merdeka, kritis, dan peka sosial), isi pembelajaran (lebih
komunikatif), metode pembelajaran (dari dokmatis menjadi dialogis intra
subjektif), pendekatan pembelajaran (dari pedagogis dokmatis menjadi
andragogis dialogis), evaluasi pembelajarannya (lebih partisipatoris dan
komperehensif), pengelolaan media pembelajaran (lebih tepat guna )dan
kehidupan sosialnya berkeadilan.
BAB II
PEMBAHASAN
MENG-EROPA-KAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid
dengan

cara

begitu

rupa

sehingga

dalam

sikap

hidup,

tindakan,

keputusan, danpendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan,
mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai
etis Islam [Syed Sajjad Husain dan Syed AliAshraf, 1986 : 2], atau
"Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan
manusia yang berpedoman pada syariat Allah [Abdurrahman an-Nahlawi,
1995 : 26]. Pendidikan Islam bukan sekedar "transfer of knowledge"
ataupun "transfer of training", ....tetapi lebih merupakan suatu sistem
yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan; suatu sistem yang
terkait secara langsung dengan Tuhan, Pendidikan Islam suatu kegiatan
yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau
sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Islam dalam kontek kekinian dan yang akan datang haus
menjadi

inisiator

peradaban

yang

mana

peradaban

itu

sendiri

sebagaimana pendapat Alvin Tofer dalam bukunya The Third Wave (1980)
yang bercerita tentang peradaban manusia, yaitu; (1) perdaban yang
dibawa oleh penemuan pertanian, (2) peradaban yang diciptakan dan
dikembangkan oleh revolusi industri, dan (3) peradaban baru yang tengah
digerakan oleh revolusi komunikasi dan informasi.
Perubahan tersebesar yang diakibatkan oleh gelombang ketiga adalah,
terjadinya pergeseran yang mendasar dalam sikap dan tingkah laku
masyarakat . Salah satu ciri utama kehidupan di masa sekarang dan masa
yang akan datang adalah cepatnya terjadi perubahan yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Banyak paradigma yang digunakan untuk menata
kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan organisasi yang
pada waktu yang lalu sudah mapan, kini menjadi ketinggalan zaman
(Djamaluddin Ancok, 1998: 5). Secara umum masyakarat modern adalah
masyarakat yang proaktif, individual, dan kompetitif.
Maka dari itu pendidikan Islam Perlu di eropakan yakni diselesaikan
persoalan-persoalan umum internal pendidikan Islam yaitu (1) persoalan
dikotomik, (2) tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam, (3) persoalan
kurikulum atau materi. Ketiga persoalan ini saling interdependensi antara
satu dengan lainnya.
Selain itu perlunya akselarasi konsep pendidikan modern (konsep baru),
yaitu ; pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik,
pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun
di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan
minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif
tidaknya cara mengajar (Dimyati Machmud, 1979 : 3). Pendidikan pada
masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah
modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada dasarnya
berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan social
kulturalnya yang terus berubah dengan cepat.
Shipman (1972 : 33-35) yang dikutip Azyumardi Azra bahwa, fungsi pokok
pendidikan dalam masyarakat saat ini dan yang akan datang perlu
dibangun atas tiga bagian : (1) sosialisasi, (2) pembelajaran (schooling),
dan (3) pendidikan (education). Pertama, sebagai lembaga sosialisasi,
pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai
kelompok atau nasional yang dominan. Kedua, pembelajaran (schooling)
mempersiapkan mereka untuk mencapai dan menduduki posisi social
ekonomi tertentu dan, karena itu, pembelajaran harus dapat membekalai
peserta didik dengan kualifkasi-kualifkasi pekerjaan dan profesi yang
akan membuat mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomis dalam
masyarakat.

Ketiga,

pendidikan

merupakan

"education"

untuk

menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan
sumbangan besar bagi kelanjutan program pembangunan"

Selain itu ini nampaknya pendidikan Islam harus menyiapkan sumber daya
manusia yang lebih handal yang memiliki kompotensi untuk hidup
bersama dalam era global. Menurut Djamaluddin Ancok "salah satu
pergeseran paradigma adalah paradigma di dalam melihat apakah kondisi
kehidupan di masa depan relatif stabil dan bisa diramalkan (predictability).
Dan saat ini semakin sulit untuk melihat adanya stabilitas yang normal
Apa yang terjadi di depan semakin sulit untuk diprediksi karena perubahan
menjadi tidak terpolakan dan tidak lagi bersifat linier". Maka, pendidikan
Islam sekarang ini disainnya tidak lagi bersifat linier tetapi harus didisan
bersifat lateral dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat
dan tidak terpolakan. Untuk itu, lebih lanjut Djamaluddin Ancok yang
mengutip Hartanto : 1997: Hartanto, Raka & Hendroyuwono, 1998,
mengatakan

bahwa

pendidikan

(termasuk

pendidikan

Islam)

harus

mempersiapkan empat kapital yang diperlukan yakni kapital intelektual,
kapital sosial, kapital lembut, dan kapital spritual.
Tantangan ini tidak muda untuk penyelesaiannya, tidak seperti membalik
telapak tangan. Untuk itu, pendidikan Islam sangat perlu mengadakan
perubahan atau mendesain ulang konsep, kurikulum dan materi, fungsi
dan tujuan lembaga-lembaga, proses, agar dapat meneuhi tuntatan
perubahan yang semakin cepat.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia harus belajar dari peradaban barat dalam hal ini
untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia, baik dari segi flsafatnya,
epistimologinya, ontologinya, aksiologinya. Dan khusus untuk pendidikan
Islamharus didisain untuk dapat membantu meningkatkan ketrampilan
dan

pengetahuan

untuk

bekerja

lebih

produktif

sehingga

dapat

meningkatan kerja lulusan pendidikan di masa datang. Selain itu perlu
disain pendidikan Islam yang tidak hanya bersifat linier saja, tetapi harus
bersifat lateral dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat.
Pendidikan Islam harus mengembangkan kualitas pendidikannya agar
memenuhi

kebutuhan-kebutuhan

masyarakat

yang

selalu

berubah-

berubah. Lembaga-lembaga pendidikan Islami harus dapat menyiapkan

sumber insani yang lebih handal dan memiliki kompotensi untuk hidup
bersama dalam ikatan masyarakat modern
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, 2000. Filsafat Pendidikan, Pustaka Setia:Bandung.
Titus, Smith, Nolan.1996. Persoalan-persoalan Filsafat, Bulan Bintang:
Jakarta.
Ali Saifullah .1998 Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional:
Surabaya
Zuhairini..1995. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Abuddin Nata, 1995 .Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu; Jakarta
Ahmad Tafsir,2008.Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai
Capra, RemajaRosdakarya ;Bandung.
________________,2006. Filsafat pendidikan Islam,Rosdakarya:Bandung
Suhartono suparlan.2006.Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media ; Yogyakarta.
O’neil Wiliam.intan Omi (terj).2001. Idologi-ideologi pendidikan, Pustaka
pelajar :Yogyakarta
Azra azumardi, 1998. esai-esai Intelektual Muslim pendidikan Islam, Logos;
Ciputat
Rahardja Mudjia,2006, Quo vadis pendidikan Islam,UINPress;Malang.
Ar-Razzidin, Nizar Samsul.2005. Filsafat pendidikan Islam,CiputatPress ;
Ciputan .
Ahmad Syafii Maiarif. 1991 Pemikiran tentang Pembaharuan Pendidikan
Islam di Indonesia, DalaPendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan
Fakta, Editor : Muslih Usa, Tiara Wacana:Yogyakarta.
M.Rusli Karim . 1991.Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,
editor, Muslih Usa, Tiara Wacana, Yogyakarta.
Paulo Freire,dkk..1999 Menggugat Pendidikan Fundamental Konservatif
Liberal Anarkis, Terj., Omi Intan Naom Pustka Pelajar: Bandung.