contoh proposal kualitatif di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Demonstrasi di negara demokrasi seperti Indonesia bukanlah hal yang baru.
Aksi
tersebut
sudah
sangat
lazim
digunakan
sebagai
instrumen
untuk
mengomunikasikan sesuatu atau menyampaikan aspirasi. Di berbagai belahan dunia
pun, demonstrasi seakan menjadi cara yang paling ampuh bagi masyarakat bawah
yang terbungkam untuk menyuarakan aspirasi kepada penguasa. Khusus di Indonesia,
semenjak demonstrasi besar-besaran yang digelar mahasiswa saat menggulingkan
pemerintahan Orde Baru, semenjak itu pula demonstrasi selalu menjadi peristiwa
rutin yang menghiasi halaman pemberitaan di Indonesia.
Beberapa hari terakhir ini, tampaknya demonstrasi menjadi opsi yang
dianggap paling tepat dalam menyampaikan aspirasi dan kritik bagi sebagian
masyarakat Indonesia. seperti, mencuatnya isu rencana kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi yang memicu gejolak sosial dan menyita perhatian hampir
seluruh rakyat Indonesia, khusunya para aktivis pergerakan mahasiswa yang
memprotes keras kebijakan pemerintah tersebut yang dianggap merugikan rakyat
Sebagai kaum yang terpelajar mahasiswa mempunyai peran sebagai agen
perubahan, yaitu agen yang diharapkan kelak, mampu mengubah negeri ini menuju yang lebih
baik. Selain itu mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang notabene mengetahui seluk
beluk pemerintahan ataupun dunia politik diharapkan mampu mengawal kebijakan
pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan pemerintah benar-benar dapat mense
jahterakan rakyatnya. Hal tersebut disebabkan ketika seseorang menjadi mahasiswa,
mereka
berfikir
idealis
dan
tidak
dipengaruhi
oleh
kepentingan
politik tertentu. Selain itu mahasiswa dianggap ssebagai pemikir cerdas dalam penga
wasan suatu kebijakan
Dalam upaya mengawasi jalanya pemerintahan, mahasiswa selalu melakukan
aksi demo dalam menanggapi kebijakan pemerintah, Demonstrasi ("demo") adalah se
buah gerakan protesyang di lakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa b
iasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang
kebijakan yangdilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah
upayapenekanan secarapolitik olehkepentingan kelompok. Unjuk rasa atau demonstrasi
umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan
pemerintah,atau paraburuhyangtidak puas dengan perlakuanmajikannya.Namun unjuk
rasa jugadilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya.Unjuk
rasa atau demonstrasi yang dianjurkan adalah bentuk demonstrasi yang damai, yaitu bentuk
demontrasi tanpa adanya tingkahanarkisme
dari
pelaku
demonstrasi.
Seperti
halnya menyampaikan pedapataspirasi ataupun pendapat, dalam demontrasi biasa
dilakukan denganmelakukan teatrikal maupun orasi. Selain itu dalam demonstrasi
biasa
parademonstran
membawa
ikon-ikon
mereka,
baik
dalam
bentuk
benderamaupun simbol yang lain seperti patung yang dimaksudkan kepada
objek yang mereka demo. Demonstrasi
yang
seharusnya
tetap
pada
tujuan
mereka berdemonstrasi. Tetapi, sering kali demonstrasi yang dilakukan baik
olehaliansi mahasiswa, buruh atau yang lainnya di tunggangi oleh kepentinganpolitik
tertentu.Hal inilah yang biasanya membuat suatu demonstrasi sering kali tidak sesuai
dengan hakikat demontrasi sesungguhnya. Sebagai bentuk menyampaikan aspirasi
seharusnya demonstrasi berjalan aman dan damai tanpa adanya aksi anarkisme
ataupun perusakan fasilitas publik. Inilahyang menjadikan demonstrasi adalah aksi
yang dipandang jelek oleh sebagian orang awam, karena sebuah aksi demonstrasi
seringkali identik dengan anarkisme.
Seorang mahasiswa, dengan kata lain dalam demonstrasi dan aksi idealnya
harus mampu merumuskan strategi dan metode aksi yang lebih kreatif dan solutif.
Namun harapan tinggi terhadap kaum intelektual itu ternyata tak sesuai kenyataan.
Fakta di lapangan justru sangat berseberangan dengan wujud identitas yang mereka
sandang, realitas di tataran empiris justru menyuguhkan kemirisan, dimana aksi turun
jalan dan demonstrasi yang dilakukan mahasiswa jauh dari merepresentasikan sebagai
kaum intelektual. Masyarakat justru disuguhi aksi-aksi yang menjurus pada tindakan
anarkis disertai kekerasan. Kericuhan dan kerusuhan dalam demonstrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa justru malah mengundang cemoohan dan menjauhkan
simpati rakyat yang mereka wakili. kenyataan ini sesungguhnya sangat menarik,
disatu sisi mereka mengikrarkan diri demonstrasi mereka merupakan wujud dari
pembelaan dan aspirasi terhadap rakyat dan kaum lemah, namun disisi lain
masyarakat justru merasa risih dan terhadap tindakan mereka, bahkan tak jarang
demonstrasi justru merugikan mereka.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti tertarik mengangkat
judul yang hendak di teliti yaitu “demonstrasi mahasiswa dan problematikanya” studi
pada mahasiswa universetas halu oleo kendari Sulawesi tenggara
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
a. Bagaimana problematika demonstrasi mahasiswa..?
b. Apa yang menyebapkan anarkisme yang terjadi di setiap demonstrasi
beelangsung..?
c. Apa motif-motif mahasiswa melakukan gerakan demonstrasi dalam
menentang kebijakan yang di anggap merugikan masyarakat..?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui apa problematika yang di hadapi ole demonstran
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebap terjadinya anarkisme dalam
setiap aksi demo.
c. Untuk mengetahui apa notaben mahasiswa dalam melakukan gerakan
demonstrasi
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut
a. Manfaat praktis.
Yaitu hasil dari penelitian ini di harapkan mampu member pemahaman
kepada masyarakat mengenai aksi demonstrasi yang di lakukan oleh mahasiswa.
b. Manfaat Teoritis
Yaitu hasil dari penelitian ini di harapkan sebagai acuan bagi para sarjanawan
dalam menambah wawasan maupun dalam memperluas hasanak keilmuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Defenisi dan Konsep
a. Peran Mahasiswa
mahasiswa memiliki beberapa peran yaitu sebagai berikut :
Peran mahasiswa sebagai Agent of Change :
Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan
yang datang ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya mengusir penjahat-penjahat
dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk
tangan penduduk setempat. Dalam artian kita tidak hanya menjadi penggagas
perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Sikap
kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para
pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Sadar atau tidak, telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang
dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa seharusnya berpikir
untuk mengembalikan dan mengubah semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu
perubahan kearah yang positif dan tidak menghilangkan jati diri kita sebagai
mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah sebuah negara, hal
utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri.
Peran mahasiswa sebagai Social Control :
Hari ini korupsi semakin memprihatinkan, hukum bisa dibeli, biaya
pendidikan yang mahal, serta berbagai persoalan lainnya. Tentu hal ini tidak
dirasakan bagi mereka yang berkantong tebal, akan tetapi golongan menengah
kebawah sangat merasaknnya. Inilah mengapa kita sebagai mahasiswa harus
bertindak serta berperan aktif dengan ilmu dan kemampuan yang kita miliki.
Peran mahasiswa sebagai social control terjadi ketika ada hal yang tidak
beres atau ganjil dalam masyrakat. Mahasiswa sudah selayaknya memberontak
terhadap kebusukan-kebusukan dalam birokrasi yang selama ini dianggap lasim.
Lalu jika mahasiswa acuh dan tidak peduli dengan lingkungan, maka harapan
seperti apa yang pantas disematkan pada pundak mahasiswa?
Kita sebagai mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian social
yang peduli terhadap masyrakat karena kita adalah bagian dari mereka.
Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan dengan demo atau turun kejalan saja.
Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang mahasiswa, diskusi-diskusi, atau
memberikan bantuan moril dan materil kepada masyarakat dan bangsa kita.
Peran mahasiswa sebagai Iron Stock :
Para Pemimpin republic ini hanya berhasil membangun kekesalan
rakyatnya dan menanam bibit pesimisme. Mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan akhlak mulia untuk
menjadi calon pemimpin siap pakai. Intinya mahasiswa itu merupakan asset,
cadangan, dan harapan bangsa untuk masa depan.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahanperubahan besar terjadi, mahasiswa telah berhasil melumpuhkan resim orde baru
dan membawa Indonesia ke dalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni
era reformasi.Bukan tidak mungkin sosok pemimpin dan negarawan yang selama
ini didambakan, akan lahir dari kampus. Cuma sistem demokrasi Indonesia saat
ini lebih banyak menciptakan elit yang ingin tampil dan membanggakan diri.
Mereka mendapatkan tempat karena politick uang, sehingga memunculkan para
politisi instant. Lantas sekarang apa yang bisa kita lakukan dalam memenuhi
peran iron stock tersebut? Mahasiswa tidak cukup jika hanya sebagai akademisi
intelektual yg hanya duduk mendengarkan dosen dalam ruangan perkuliahan. Kita
harus memperkaya diri kita dengan pengetahuan baik itu dari segi keprofesian
maupun kemasyarakatan.
Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seoarang calon
pemimpin bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi yang telah ada,
sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk ilmu spesifik saja. Perlu adanya
soft skill seperti leadership, kemampuan memposisikan diri, dan sensitivitas yang
tinggi. Pertanyaannya, sebagai seorang mahasiswa, Apakah kita sudah memiliki
itu semua??
Maka lengkaplah peran mahasiwwa itu sebagai pembelajar sekaligus
pemberdaya yang didukung dalam tiga peran: agent of change, social control, dan
iron stock. Hingga suatu saat nanti, bangsa ini akan menyadari bahwa mahasiswa
adalah generasi yang di tunggu-tunggu bangsa ini..
b. Konsep demonstrasi
Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan
suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik
oleh kepentingan kelompok.Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok
mahasiswa dan orang-orang yang tidak setuju dengan pemeritah dan yang menentang
kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya.
Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan
lainnya.
Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan pengrusakan terhadap benda-benda.
Hal ini dapat terjadi akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa
yang berlebihan
Demonstrasi merupakan suatu cara yang diambil oleh para pendemo untuk
menyampaikan aspirasi mereka, entah itu aspirasi tentang penolakan, kritik, saran,
ketidaksetujuan atau usulan kepada pemimpin tentang sesuatu hal kebijakan.
Demonstrasi ini dilakukan oleh massa dalam jumlah yang cukup banyak. Massa ini
merupakan perwakilan dari aspirasi yang disatukan oleh rakyat, kemudian
disampaikan oleh para pendemo, atas dasar kepentingan bersama dan bukan atas
kepentingan suatu golongan tertentu maupun kepentingan pribadi. Kegiatan
demonstrasi ini harus dilaporkan pada Polri sebelum dilakukan. Tujuannya untuk
melaporkan apa yang akan dilakukan ketika demo, apa tujuannya, dan apa
manfaatnya. Kegiatan demo juga harus sesuai dengan aturan yang ada, tidak boleh
melanggar dan semaunya sendiri. Artinya, demo memang disahkan sebagai salah satu
cara bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi asalkan dengan tata cara yang benar
dan sesuai hukum.
Lebih parahnya, mahsiswa yang sejak dulu dijadikan ikon sebagai agen sosial
pun saat ini sudah mulai luntur citranya. Hal ini juga karena demonstrasi anarkis yang
sering dilakukan mahasiswa. Padahal seharusnya, mereka lebih arif dan bijak dalam
hal ini. Nyatanya, saat ini kegiatan demo yang dilakukan mahasiswa justru dianggap
negatif dan meresahkan masyarakat. Padahal dulu, mahasiswalah yang menjadi
pelindung dan pengayom masyarakat ketika ada kebijakan yang dinilai kurang tepat.
2.2. Kerangka Pikir
Demonstrasi Mahasiswa
Aksi protes
Menyampaikan
aspirasi
Mengawasi
jalannya
pemerintahan
Problematikanya
1. Demo sering anarkis
2. Bukan suara rakyan yang di perjuangkan
melainkan kepentingan kelompok
3. Rakyat dan meahasiswa lain merasa
enggan mendukung karna tidak sehat
dan jauh dari idealnya demonstrasi
sebagai aksi protes
BAB III
METODE PENELITAN
3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan atau fiel reseach di mana di
lapangan di lakukan pengumpulan data-data. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di kendari sulawesi tenggara dengan
pertimbangan bahwa mahasiswa universitas halu oleo setiap kali melakukan aksi
demonstrasi seringkali terjadi aksi anarkisme dan perusakan instrumen-instrumen
jalan raya dan sarana prasarana publik.
3.3. Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006:47), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data
salah satunya adalah manusia yang dijadikan informan. Dikarenakan penelitian ini
akan di lakukan di universutas halu oleo kendari kareana mahasiswanya sering
melakukan aksi demonstrasi.
3.3. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini yaitu mahasiswa yang sering melakukan aksi
demonstrasi dan di pili secara acak namun tetap memperhatikan apakan informan
yang di pilih paham atau tidak tentang topik penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi,
(Sugiyono, 2008: 225). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dari dokumentasi dalam rangka
mengumpulkan data-data untuk keperluan penelitian. Observasi dilakukan oleh
peneliti untuk mengamati kegiatan informan dalam
berdemontrasi. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data informasi dari informan yang telah ditentukan
melalui proses tanya jawab seputar masalah yang dijadikan fokus penelitian, dalam
hal ini peneliti akan membuat panduan pertanyaan sederhana yang akan diajukan
kepada informan. Kemudian langkah lainnya yang digunakan adalah mencari data
dari data tertulis, berupa: arsip, buku-buku, surat kabar, majalah dll. Hal ini dilakukan
untuk menunjang data yang diperoleh di lapangan.
3.5. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesia, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan. selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2008: 245), analisis telah mulai sejak
merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung
terus sampai penulisan hasil penelitian.
Kegiatan dalam analisis data dalam penelitaian ini, yakni: pertama, kegiatan
reduksi data (data reduction), pada tahap ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dari
data yang di dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang
penting dan dicari tema dan polanya. Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap,
selama dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Penulis memilah-milah
data yang penting yang berkaitan dengan fokus penelitan dan membuat kerangka
penyajiannya. Kedua, penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka
langkah selanjunya adalah mendisplay data. Di dalam kegiatan ini, penulis menyusun
kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik kemudian dipisahkan,
kemduian topik yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat dan
diberi tanda, hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi
kekeliruan. Ketiga, data yang dikelompokan pada kegiatan kedua kemduian diteliti
kembali dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum
lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini dilakuakan pada
saat kegiatan berlangsung. Keempat, setelah data dianggap cukup dan telah sampai
pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan yang selanjutnya
yaitu menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.
3.6. Tehnik Pengabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Menurut Bachri (2010:55) ada 4 (empat), yaitu:
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Fungsinya
untuk melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai dan mempertunujukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan (transferability)
3. Kebergantungan (dependabiliy)
Merupakan substitusi istilah realibilitas dalam penelitian non kualitatif, yaitu bila
ditiadakan dua atau bebrapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya
secara esensial sama. Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari
kondisi yang benar-benar sama. Selain itu karena faktor manusia sebagai instrumen,
faktor kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh.
4. Kepastian (confirmability)
Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas hendaknya harus
menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyak orang.
Selain itu, dalam keabsahan data ini juga dilakukan proses triangulasi.
Menurut William Wiersma dalam Sugiyono (2007:372):
“Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses to a sufficiency of the data
according to the convergence of multiple data collection procedurs”. Diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu,
sehingga triangulasi dapat kelompokkan dalam 3 jenis yakni; triangulasi sumber,
triangulasi pengumpulan data dan triangulasi waktu.
Dari tiga jenis triangulasi tersebut, penulis memilih keabsahan data dengan
pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah
yang dijadikan obyek penelitian. Dengan demikian analisis data menggunakan
metode triangulation observers. Selanjutnya pendekatan triangulasi dilakukan
menurut :
1. Sudut pandang Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sebagai pihak
pengarah dan pengawasan pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
2. Menurut sudut pandang Kepala Sekolah dan Guru SD/SMP sebagai pihak
pengelola Bantuan Operasional Sekolah;
3. Sudut pandang Komite Sekolah sebagai pihak yang mewakili kepentingan
peserta didik dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah; dan.
4. Sudut pandang orang tua peserta didik sebagai pihak yang memetik manfaat
dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Koran:
“Demo di Yogyakarta kembali rusuh”, Solopos, 4 April 1998. Hal 1.
“Aparat diminta hindari bentrokan”, Solopos, 4 April 1998. Hal 1.
“Komnas HAM usut insiden UGM”, solopos, 4 April 1998. Hal 1.
“Ada indikasi langgar HAM kasus Yogyakarta”, Solopos, 4 April
1998. Hal 1.
Internet:
http://ww.oocities.org/capitolhill/3925/sd8/mundurnya_8.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
http://www.semanggipeduli.com/Sejarah/frame/yogya.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
http://sebelasipadualabsky.blogspot.com/2011/05/saya-dan-saksisejarah-kerusuhan-mei.html diakses pada 23 april 2016 Pukul
15.00 WIB
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/04/08/0035.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
http://pipmi.tripod.com/berita_geliat_baru_pers_mahasiswa.htm
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIBhttp://www.library.ohio
u.edu/indopubs/1998/04/21/0019.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
febasfi.blogspot.com/2012/11/gerakan-mahasiswa-1998-dan
runtuhnya_14.html diakses pada 01 Desember 2014 Pukul 19.00
WIB
AECT. 1977. ” Media Pembelajaran”. Internet.
Moleong,
Lexy
ROSDAKARYA.
J.
2006.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Sugiyono.
2008.
MetodePenelitianKuantitatifKualitatif
dan
R&D.
Bandung:
ALFABETA.
Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik.
Jakarta: Erlangga.
Sugiaono. 2008. MetodePenelitianKuantitatifKulaitatif
ALFABETA.
Dan R&D. Bandung.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Demonstrasi di negara demokrasi seperti Indonesia bukanlah hal yang baru.
Aksi
tersebut
sudah
sangat
lazim
digunakan
sebagai
instrumen
untuk
mengomunikasikan sesuatu atau menyampaikan aspirasi. Di berbagai belahan dunia
pun, demonstrasi seakan menjadi cara yang paling ampuh bagi masyarakat bawah
yang terbungkam untuk menyuarakan aspirasi kepada penguasa. Khusus di Indonesia,
semenjak demonstrasi besar-besaran yang digelar mahasiswa saat menggulingkan
pemerintahan Orde Baru, semenjak itu pula demonstrasi selalu menjadi peristiwa
rutin yang menghiasi halaman pemberitaan di Indonesia.
Beberapa hari terakhir ini, tampaknya demonstrasi menjadi opsi yang
dianggap paling tepat dalam menyampaikan aspirasi dan kritik bagi sebagian
masyarakat Indonesia. seperti, mencuatnya isu rencana kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi yang memicu gejolak sosial dan menyita perhatian hampir
seluruh rakyat Indonesia, khusunya para aktivis pergerakan mahasiswa yang
memprotes keras kebijakan pemerintah tersebut yang dianggap merugikan rakyat
Sebagai kaum yang terpelajar mahasiswa mempunyai peran sebagai agen
perubahan, yaitu agen yang diharapkan kelak, mampu mengubah negeri ini menuju yang lebih
baik. Selain itu mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang notabene mengetahui seluk
beluk pemerintahan ataupun dunia politik diharapkan mampu mengawal kebijakan
pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan pemerintah benar-benar dapat mense
jahterakan rakyatnya. Hal tersebut disebabkan ketika seseorang menjadi mahasiswa,
mereka
berfikir
idealis
dan
tidak
dipengaruhi
oleh
kepentingan
politik tertentu. Selain itu mahasiswa dianggap ssebagai pemikir cerdas dalam penga
wasan suatu kebijakan
Dalam upaya mengawasi jalanya pemerintahan, mahasiswa selalu melakukan
aksi demo dalam menanggapi kebijakan pemerintah, Demonstrasi ("demo") adalah se
buah gerakan protesyang di lakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa b
iasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang
kebijakan yangdilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah
upayapenekanan secarapolitik olehkepentingan kelompok. Unjuk rasa atau demonstrasi
umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan
pemerintah,atau paraburuhyangtidak puas dengan perlakuanmajikannya.Namun unjuk
rasa jugadilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya.Unjuk
rasa atau demonstrasi yang dianjurkan adalah bentuk demonstrasi yang damai, yaitu bentuk
demontrasi tanpa adanya tingkahanarkisme
dari
pelaku
demonstrasi.
Seperti
halnya menyampaikan pedapataspirasi ataupun pendapat, dalam demontrasi biasa
dilakukan denganmelakukan teatrikal maupun orasi. Selain itu dalam demonstrasi
biasa
parademonstran
membawa
ikon-ikon
mereka,
baik
dalam
bentuk
benderamaupun simbol yang lain seperti patung yang dimaksudkan kepada
objek yang mereka demo. Demonstrasi
yang
seharusnya
tetap
pada
tujuan
mereka berdemonstrasi. Tetapi, sering kali demonstrasi yang dilakukan baik
olehaliansi mahasiswa, buruh atau yang lainnya di tunggangi oleh kepentinganpolitik
tertentu.Hal inilah yang biasanya membuat suatu demonstrasi sering kali tidak sesuai
dengan hakikat demontrasi sesungguhnya. Sebagai bentuk menyampaikan aspirasi
seharusnya demonstrasi berjalan aman dan damai tanpa adanya aksi anarkisme
ataupun perusakan fasilitas publik. Inilahyang menjadikan demonstrasi adalah aksi
yang dipandang jelek oleh sebagian orang awam, karena sebuah aksi demonstrasi
seringkali identik dengan anarkisme.
Seorang mahasiswa, dengan kata lain dalam demonstrasi dan aksi idealnya
harus mampu merumuskan strategi dan metode aksi yang lebih kreatif dan solutif.
Namun harapan tinggi terhadap kaum intelektual itu ternyata tak sesuai kenyataan.
Fakta di lapangan justru sangat berseberangan dengan wujud identitas yang mereka
sandang, realitas di tataran empiris justru menyuguhkan kemirisan, dimana aksi turun
jalan dan demonstrasi yang dilakukan mahasiswa jauh dari merepresentasikan sebagai
kaum intelektual. Masyarakat justru disuguhi aksi-aksi yang menjurus pada tindakan
anarkis disertai kekerasan. Kericuhan dan kerusuhan dalam demonstrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa justru malah mengundang cemoohan dan menjauhkan
simpati rakyat yang mereka wakili. kenyataan ini sesungguhnya sangat menarik,
disatu sisi mereka mengikrarkan diri demonstrasi mereka merupakan wujud dari
pembelaan dan aspirasi terhadap rakyat dan kaum lemah, namun disisi lain
masyarakat justru merasa risih dan terhadap tindakan mereka, bahkan tak jarang
demonstrasi justru merugikan mereka.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti tertarik mengangkat
judul yang hendak di teliti yaitu “demonstrasi mahasiswa dan problematikanya” studi
pada mahasiswa universetas halu oleo kendari Sulawesi tenggara
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
a. Bagaimana problematika demonstrasi mahasiswa..?
b. Apa yang menyebapkan anarkisme yang terjadi di setiap demonstrasi
beelangsung..?
c. Apa motif-motif mahasiswa melakukan gerakan demonstrasi dalam
menentang kebijakan yang di anggap merugikan masyarakat..?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui apa problematika yang di hadapi ole demonstran
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebap terjadinya anarkisme dalam
setiap aksi demo.
c. Untuk mengetahui apa notaben mahasiswa dalam melakukan gerakan
demonstrasi
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut
a. Manfaat praktis.
Yaitu hasil dari penelitian ini di harapkan mampu member pemahaman
kepada masyarakat mengenai aksi demonstrasi yang di lakukan oleh mahasiswa.
b. Manfaat Teoritis
Yaitu hasil dari penelitian ini di harapkan sebagai acuan bagi para sarjanawan
dalam menambah wawasan maupun dalam memperluas hasanak keilmuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Defenisi dan Konsep
a. Peran Mahasiswa
mahasiswa memiliki beberapa peran yaitu sebagai berikut :
Peran mahasiswa sebagai Agent of Change :
Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan
yang datang ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya mengusir penjahat-penjahat
dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk
tangan penduduk setempat. Dalam artian kita tidak hanya menjadi penggagas
perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Sikap
kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para
pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Sadar atau tidak, telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang
dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa seharusnya berpikir
untuk mengembalikan dan mengubah semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu
perubahan kearah yang positif dan tidak menghilangkan jati diri kita sebagai
mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah sebuah negara, hal
utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri.
Peran mahasiswa sebagai Social Control :
Hari ini korupsi semakin memprihatinkan, hukum bisa dibeli, biaya
pendidikan yang mahal, serta berbagai persoalan lainnya. Tentu hal ini tidak
dirasakan bagi mereka yang berkantong tebal, akan tetapi golongan menengah
kebawah sangat merasaknnya. Inilah mengapa kita sebagai mahasiswa harus
bertindak serta berperan aktif dengan ilmu dan kemampuan yang kita miliki.
Peran mahasiswa sebagai social control terjadi ketika ada hal yang tidak
beres atau ganjil dalam masyrakat. Mahasiswa sudah selayaknya memberontak
terhadap kebusukan-kebusukan dalam birokrasi yang selama ini dianggap lasim.
Lalu jika mahasiswa acuh dan tidak peduli dengan lingkungan, maka harapan
seperti apa yang pantas disematkan pada pundak mahasiswa?
Kita sebagai mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian social
yang peduli terhadap masyrakat karena kita adalah bagian dari mereka.
Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan dengan demo atau turun kejalan saja.
Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang mahasiswa, diskusi-diskusi, atau
memberikan bantuan moril dan materil kepada masyarakat dan bangsa kita.
Peran mahasiswa sebagai Iron Stock :
Para Pemimpin republic ini hanya berhasil membangun kekesalan
rakyatnya dan menanam bibit pesimisme. Mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan akhlak mulia untuk
menjadi calon pemimpin siap pakai. Intinya mahasiswa itu merupakan asset,
cadangan, dan harapan bangsa untuk masa depan.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahanperubahan besar terjadi, mahasiswa telah berhasil melumpuhkan resim orde baru
dan membawa Indonesia ke dalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni
era reformasi.Bukan tidak mungkin sosok pemimpin dan negarawan yang selama
ini didambakan, akan lahir dari kampus. Cuma sistem demokrasi Indonesia saat
ini lebih banyak menciptakan elit yang ingin tampil dan membanggakan diri.
Mereka mendapatkan tempat karena politick uang, sehingga memunculkan para
politisi instant. Lantas sekarang apa yang bisa kita lakukan dalam memenuhi
peran iron stock tersebut? Mahasiswa tidak cukup jika hanya sebagai akademisi
intelektual yg hanya duduk mendengarkan dosen dalam ruangan perkuliahan. Kita
harus memperkaya diri kita dengan pengetahuan baik itu dari segi keprofesian
maupun kemasyarakatan.
Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seoarang calon
pemimpin bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi yang telah ada,
sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk ilmu spesifik saja. Perlu adanya
soft skill seperti leadership, kemampuan memposisikan diri, dan sensitivitas yang
tinggi. Pertanyaannya, sebagai seorang mahasiswa, Apakah kita sudah memiliki
itu semua??
Maka lengkaplah peran mahasiwwa itu sebagai pembelajar sekaligus
pemberdaya yang didukung dalam tiga peran: agent of change, social control, dan
iron stock. Hingga suatu saat nanti, bangsa ini akan menyadari bahwa mahasiswa
adalah generasi yang di tunggu-tunggu bangsa ini..
b. Konsep demonstrasi
Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan
suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik
oleh kepentingan kelompok.Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok
mahasiswa dan orang-orang yang tidak setuju dengan pemeritah dan yang menentang
kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya.
Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan
lainnya.
Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan pengrusakan terhadap benda-benda.
Hal ini dapat terjadi akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa
yang berlebihan
Demonstrasi merupakan suatu cara yang diambil oleh para pendemo untuk
menyampaikan aspirasi mereka, entah itu aspirasi tentang penolakan, kritik, saran,
ketidaksetujuan atau usulan kepada pemimpin tentang sesuatu hal kebijakan.
Demonstrasi ini dilakukan oleh massa dalam jumlah yang cukup banyak. Massa ini
merupakan perwakilan dari aspirasi yang disatukan oleh rakyat, kemudian
disampaikan oleh para pendemo, atas dasar kepentingan bersama dan bukan atas
kepentingan suatu golongan tertentu maupun kepentingan pribadi. Kegiatan
demonstrasi ini harus dilaporkan pada Polri sebelum dilakukan. Tujuannya untuk
melaporkan apa yang akan dilakukan ketika demo, apa tujuannya, dan apa
manfaatnya. Kegiatan demo juga harus sesuai dengan aturan yang ada, tidak boleh
melanggar dan semaunya sendiri. Artinya, demo memang disahkan sebagai salah satu
cara bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi asalkan dengan tata cara yang benar
dan sesuai hukum.
Lebih parahnya, mahsiswa yang sejak dulu dijadikan ikon sebagai agen sosial
pun saat ini sudah mulai luntur citranya. Hal ini juga karena demonstrasi anarkis yang
sering dilakukan mahasiswa. Padahal seharusnya, mereka lebih arif dan bijak dalam
hal ini. Nyatanya, saat ini kegiatan demo yang dilakukan mahasiswa justru dianggap
negatif dan meresahkan masyarakat. Padahal dulu, mahasiswalah yang menjadi
pelindung dan pengayom masyarakat ketika ada kebijakan yang dinilai kurang tepat.
2.2. Kerangka Pikir
Demonstrasi Mahasiswa
Aksi protes
Menyampaikan
aspirasi
Mengawasi
jalannya
pemerintahan
Problematikanya
1. Demo sering anarkis
2. Bukan suara rakyan yang di perjuangkan
melainkan kepentingan kelompok
3. Rakyat dan meahasiswa lain merasa
enggan mendukung karna tidak sehat
dan jauh dari idealnya demonstrasi
sebagai aksi protes
BAB III
METODE PENELITAN
3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan atau fiel reseach di mana di
lapangan di lakukan pengumpulan data-data. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di kendari sulawesi tenggara dengan
pertimbangan bahwa mahasiswa universitas halu oleo setiap kali melakukan aksi
demonstrasi seringkali terjadi aksi anarkisme dan perusakan instrumen-instrumen
jalan raya dan sarana prasarana publik.
3.3. Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006:47), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data
salah satunya adalah manusia yang dijadikan informan. Dikarenakan penelitian ini
akan di lakukan di universutas halu oleo kendari kareana mahasiswanya sering
melakukan aksi demonstrasi.
3.3. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini yaitu mahasiswa yang sering melakukan aksi
demonstrasi dan di pili secara acak namun tetap memperhatikan apakan informan
yang di pilih paham atau tidak tentang topik penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi,
(Sugiyono, 2008: 225). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dari dokumentasi dalam rangka
mengumpulkan data-data untuk keperluan penelitian. Observasi dilakukan oleh
peneliti untuk mengamati kegiatan informan dalam
berdemontrasi. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data informasi dari informan yang telah ditentukan
melalui proses tanya jawab seputar masalah yang dijadikan fokus penelitian, dalam
hal ini peneliti akan membuat panduan pertanyaan sederhana yang akan diajukan
kepada informan. Kemudian langkah lainnya yang digunakan adalah mencari data
dari data tertulis, berupa: arsip, buku-buku, surat kabar, majalah dll. Hal ini dilakukan
untuk menunjang data yang diperoleh di lapangan.
3.5. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesia, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan. selama di lapangan, dan setelah selesai di
lapangan. Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2008: 245), analisis telah mulai sejak
merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung
terus sampai penulisan hasil penelitian.
Kegiatan dalam analisis data dalam penelitaian ini, yakni: pertama, kegiatan
reduksi data (data reduction), pada tahap ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dari
data yang di dapat dari lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang
penting dan dicari tema dan polanya. Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap,
selama dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Penulis memilah-milah
data yang penting yang berkaitan dengan fokus penelitan dan membuat kerangka
penyajiannya. Kedua, penyajian data (data display), setelah mereduksi data, maka
langkah selanjunya adalah mendisplay data. Di dalam kegiatan ini, penulis menyusun
kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik kemudian dipisahkan,
kemduian topik yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat dan
diberi tanda, hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi
kekeliruan. Ketiga, data yang dikelompokan pada kegiatan kedua kemduian diteliti
kembali dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum
lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini dilakuakan pada
saat kegiatan berlangsung. Keempat, setelah data dianggap cukup dan telah sampai
pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan yang selanjutnya
yaitu menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan simpulan.
3.6. Tehnik Pengabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaaan data didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Menurut Bachri (2010:55) ada 4 (empat), yaitu:
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Fungsinya
untuk melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai dan mempertunujukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan (transferability)
3. Kebergantungan (dependabiliy)
Merupakan substitusi istilah realibilitas dalam penelitian non kualitatif, yaitu bila
ditiadakan dua atau bebrapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya
secara esensial sama. Sedangkan dalam penelitian kualitatif sangat sulit mencari
kondisi yang benar-benar sama. Selain itu karena faktor manusia sebagai instrumen,
faktor kelelahan dan kejenuhan akan berpengaruh.
4. Kepastian (confirmability)
Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas hendaknya harus
menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyak orang.
Selain itu, dalam keabsahan data ini juga dilakukan proses triangulasi.
Menurut William Wiersma dalam Sugiyono (2007:372):
“Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses to a sufficiency of the data
according to the convergence of multiple data collection procedurs”. Diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu,
sehingga triangulasi dapat kelompokkan dalam 3 jenis yakni; triangulasi sumber,
triangulasi pengumpulan data dan triangulasi waktu.
Dari tiga jenis triangulasi tersebut, penulis memilih keabsahan data dengan
pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah
yang dijadikan obyek penelitian. Dengan demikian analisis data menggunakan
metode triangulation observers. Selanjutnya pendekatan triangulasi dilakukan
menurut :
1. Sudut pandang Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor sebagai pihak
pengarah dan pengawasan pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah;
2. Menurut sudut pandang Kepala Sekolah dan Guru SD/SMP sebagai pihak
pengelola Bantuan Operasional Sekolah;
3. Sudut pandang Komite Sekolah sebagai pihak yang mewakili kepentingan
peserta didik dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah; dan.
4. Sudut pandang orang tua peserta didik sebagai pihak yang memetik manfaat
dalam pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Koran:
“Demo di Yogyakarta kembali rusuh”, Solopos, 4 April 1998. Hal 1.
“Aparat diminta hindari bentrokan”, Solopos, 4 April 1998. Hal 1.
“Komnas HAM usut insiden UGM”, solopos, 4 April 1998. Hal 1.
“Ada indikasi langgar HAM kasus Yogyakarta”, Solopos, 4 April
1998. Hal 1.
Internet:
http://ww.oocities.org/capitolhill/3925/sd8/mundurnya_8.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
http://www.semanggipeduli.com/Sejarah/frame/yogya.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
http://sebelasipadualabsky.blogspot.com/2011/05/saya-dan-saksisejarah-kerusuhan-mei.html diakses pada 23 april 2016 Pukul
15.00 WIB
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/04/08/0035.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
http://pipmi.tripod.com/berita_geliat_baru_pers_mahasiswa.htm
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIBhttp://www.library.ohio
u.edu/indopubs/1998/04/21/0019.html
diakses pada 23 april 2016 Pukul 15.00 WIB
febasfi.blogspot.com/2012/11/gerakan-mahasiswa-1998-dan
runtuhnya_14.html diakses pada 01 Desember 2014 Pukul 19.00
WIB
AECT. 1977. ” Media Pembelajaran”. Internet.
Moleong,
Lexy
ROSDAKARYA.
J.
2006.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Sugiyono.
2008.
MetodePenelitianKuantitatifKualitatif
dan
R&D.
Bandung:
ALFABETA.
Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik.
Jakarta: Erlangga.
Sugiaono. 2008. MetodePenelitianKuantitatifKulaitatif
ALFABETA.
Dan R&D. Bandung.