BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM_2f3beb20ff_BAB IV004. Bab 4 Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan.pdf

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

4.1 Analisis Sosial

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya kepada

masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada

taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial

yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta

pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena

dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,

maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu

diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau

peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

4.1.1 Pengarusutamaan Gender

  Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk

mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan

manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan

pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang

kehidupan dan pembangunan.

  Kegiatan responsif gender Bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),

Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural

Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat

Bidang Cipta Karya.

  Kegiatan responsif gender dalam Bidang Cipta Karya hendaknya dimulai dari tahapan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: pertama,

mengenali masalah mendasar yang menyebabkan terjadinya kesenjangan infrastruktur bidang cipta

  

karya. Kedua, mengidentfikasi alternatif untuk memecahkan masalah, dan ketiga, menetapkan

beberapa alternatif yang dipilih dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas, memperhitungkan

sumber daya yang tersedia dan dapat dimanfaatkan, serta posisi yang dikembangkan. Kemudian

dalam pelaksanaan bidang cipta karya ada beberapa persyaratan pokok yang perlu diperhatikan :

pertama, kegiatan yang dilakukan harus terarah atau menguntungkan masyarakat miskin, terbelakang

dan tertinggal. Kedua, pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dimulai dari pengenalan apa

yang akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ketiga, mengembangkan kegiatan bersama

(kooperatif) dalam kelompok yang dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal, jenis usaha atau

kesamaan latar belakang. Keempat, menggerakkan partisipasi dari masyarakat untuk turut serta

membantu dalam rangka kesetiakawanan nasional. Disini termaksud keikutsertaan orang-orang

setempat yang telah maju.

  Dalam pengurustamaan gender di Kabupaten Kediri ternyata kaum hawa yang identik dengan

kelembutan sosialnya tidak mendominasi dalam hal pekerja sosial ini. Terbukti, jumlah kader

perempuan selalu lebih sedikit daripada kader laki-laki. Berdasarkan data Dinas Sosial pada

Kabupaten Kediri dalam angka tahun 2016 diketahui bahwa dari sebanyak 2.169 kader pada tahun

1999, kemudian turun menjadi 1.038 kader pada tahun 2001. Pada tahun 2007 jumlahnya hanya

tinggal 462 kader. Tahun 2008 meningkat menjadi 732 kader. Dan pada tahun 2010 ini sedikit

meningkat menjadi 737. Tapi tahun 2011 menurun lagi menjadi hanya 515 kader. Tahun 2012

meningkat lagi menjadi 522 kader. Tahun 2013 meningkat tajam menjadi 1024 kader. Dan 2014-2015

stag menjadi 344 kader, dimana kader perempuan sebesar 138 orang dan kader laki-laki sebesar 206

orang. Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kerja Sosial Masyarakat Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2015

  No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

  1 Mojo

  12

  8

  20

  2 Semen

  7

  5

  12

  3 Ngadiluwih

  10

  6

  16

  4 Kras

  10

  6

  16

  5 Ringinrejo

  7

  4

  11

  6 Kandat

  7

  5

  12

  7 Wates

  11

  7

  18

  8 Ngancar

  6

  4

  10

  9 Plosoklaten

  9

  6

  15

  10 Gurah

  13

  8

  21

  11 Puncu

  5

  3

  8

  12 Kepung

  6

  4

  10

  13 Kandangan

  7

  5

  12

  14 Pare

  6

  4

  10

  No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

  26 Tarokan

  23 Ngasem

  7

  5

  12

  24 Banyakan

  5

  4

  9

  25 Grogol

  5

  4

  9

  6

  4

  4

  10 Jumlah 206 138 344

  Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka, 2016 Berikut ini merupakan tabel kajian pengaruh pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya bagi

pengarusutamaan gender di Kabupaten Kediri sesuai program/kegiatan, tahun pelaksanaan, bentuk

keterlibatan kaum perempuan dan tingkat pastisipasi di dalamnya.

Tabel 4.2 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya

  

bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Kediri

No. Program/Kegiatan Lokasi Tahun Bentuk Keterlibatan/ Akses Tingkat Partisipasi Perempuan (Jumlah)

  1 Pemberdayaan Masyarakat

  a PNPM Perkotaan Kab. Kediri b PAMSIMAS Kab. Kediri 2014 Keterlibatan dalam PAKEM dan PMU

  30 % c PPIP Kab. Kediri 2013 Omas 40%

  2 Non Pemberdayaan Masyarakat

  a Penyusunan BPS&SSK Kab. Kediri 2013 Anggota Pokja 30% b Penyusunan RPIJM Kab. Kediri 2013 Pembahasan 40%

  Sumber: Bappeda, 2016 Akses dan kontrol perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu: a.

  

Akses, yaitu pengakuan, peluang, dan jaminan kebebasan bagi perempuan untuk menentukan

pilihan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya b.

  

Partisipasi ide dan keterampilan, yaitu keterlibatan perempuan secara penuh dalam semua

tingkatan pengambilan keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya c.

  11

  7

  15 Badas

  14

  5

  3

  8

  16 Kunjang

  7

  5

  12

  17 Plemahan

  10

  7

  10

  18 Purwoasri

  9

  22 Gampengrejo

  8

  19 Papar

  10

  7

  17

  20 Pagu

  8

  5

  13

  21 Kayenkidul

  7

  5

  12

  

Kontrol, yaitu kewenangan atau hak setiap perempuan untuk menggunakan dan mengawasi pelaksanaan setiap keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya d.

  

Kesejahteraan, yaitu hak yang sama bagi setiap perempuan untuk mendapatkan manfaat dari

setiap keputusan untuk menggunakan infrastruktur bidang cipta karya.

  Manfaat partisipasi perempuan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu: a.

Ikut serta dalam memanfaatkan infrastruktur seperti TPA, Sanimas, penyediaan infrastruktur

permukiman, RTH, IPLT, SPAM, dan bentuk pembangunan fisik lainnya b.

  

Ikut serta dalam menikmati manfaat secara pribadi seperti merasa puas terhadap hasil

pembangunan yang telah tercapai, merasa aman di dalam hidup bemasyarakat, serta memperoleh kehidupan masa depan yang lebih baik.

  Permasalahan yang perlu diantisipasi di masa datang terkait pengurustamaan gender dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu: a.

  Masih rendahnya manfaat pembangunan infrastruktur cipta karya bagi kaum perempuan b.

Masih rendahnya terlibat di dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat c.

  

Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan

d.

Perlunya pendekatan pada masyarakat terutama kaum perempuan dalam meningkatkan

partisipasi, sehingga masyarakat merasa dibutuhkan dan berperan dalam proses pembangunan di wilayahnya sehingga secara spontan dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab mereka berusaha merealisasikan apa yang mereka telah dihasilkan bersama

4.1.2 Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara

sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh

yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk

mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Tabel 4.3 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Perkiraan Jumlah Pelaksana Kegiatan

  

No Sektor Program/Kegiatan Penduduk yang Penanganan Sosial Pemberdayaan

Memanfaatkan Masyarakat

  

2

  1 BANGKIM Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kumuh 2.200 jiwa/km Pembentukan kader lingkungan untuk monitoring kegiatan  Tim KOTAKU agar berkelanjutan  Pokja

  

2

Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan 1.157 jiwa/km Pembentukan kelompok tani di kawasan Agropolitan untuk

   Kelompok Tani Perdesaan Agropolitan/Minapolitan ikut serta dalam kontrol penyediaan infrastruktur permukiman  Pokja

  

2

  2 PBL Pengembangan Sarana dan Prasarana Revitalisasi 1.157 jiwa/km Pembentukan kelompok pecinta wisata heritage di kawasan  Kelompok pecinta Kawasan wisata untuk ikut terlibat dalam pengembangan PSD dan wisata heritage keberlanjutan program

   Pokja

  3 PLP Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota Pembangunan IPLT 50.000 jiwa/unit Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD di tiap

   Kader lingkungan Kecamatan dalam pembangunan IPLT terpusat agar  Pokja pemanfaatannya berkelanjutan

  Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan Komunal Pembangunan IPAL Komunal 1.000 jiwa/unit Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD di

   Kader lingkungan perkotaan Pare dalam pembangunan IPAL komunal agar  Pokja pemanfaatannya berkelanjutan

  Pembangunan MCK++ 1.000 jiwa/unit Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan  Kader lingkungan jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah  Pokja dengan offsite system agar pemanfaatannya berkelanjutan

  Pembangunan Biofilter 100 jiwa/unit Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan  Kader lingkungan jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah  Pokja dengan sistem biofilter agar pemanfaatannya berkelanjutan

  Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Drainase Perkotaan

  

2

Pembangunan PS Drainase Perkotaan 1.157 jiwa/km Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan serta

   Kader lingkungan jajaran SKPD dalam pembangunan PS drainase perkotaan  Pokja agar pemanfaatannya berkelanjutan

  Pembangunan Lubang Resapan Biopori 50 jiwa/unit Melibatkan Kader lingkungan, Ibu-ibu PKK dan komunitas  Kader lingkungan pecinta lingkungan dalam pembangunan lubang resapan  PKK

  IV-5

  Perkiraan Jumlah Pelaksana Kegiatan

  

No Sektor Program/Kegiatan Penduduk yang Penanganan Sosial Pemberdayaan

Memanfaatkan Masyarakat

  biopori agar turut melestarikan serta terlibat aktif dalam  Pokja penggunaannya

  Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Persampahan Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan TPA Sampah 50.000 jiwa/unit DLH bekerjasama dengan kader lingkungan dan SKPD

   Kader lingkungan Kabupaten/Kota Kecamatan Badas dalam

   Pokja rehabilitasi/peningkatan/pembangunan TPA agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan Pembangunan TPS 3R 1.000 jiwa/unit DLH bekerjasama dengan kader lingkungan untuk

   Kader lingkungan memonitoring kegiatan pembangunan TPST/3R agar  Pokja pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.

  Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas/SLBM) Pembangunan Sanimas 100 jiwa/unit DLH bekerjasama dengan kader lingkungan, SKPD di setiap

   Kader lingkungan kecamatan dan Ibu-ibu PKK di seluruh Kabupaten Kediri untuk  PKK memonitoring kegiatan pembangunan Sanimas agar  Pokja pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.

  4 Air Minum Pembangunan sarana air bersih di Ibu Kota Kecamatan (IKK) Pengembangan SPAM IKK 5 jiwa/SR Melibatkan kader lingkungan dan SKPD di masing-masing IKK

   Kader lingkungan untuk memonitoring kegiatan pembangunan SPAM IKK agar  Pokja pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

  Optimalisasi sarana air minum di Ibu Kota Kecamatan (IKK) Optimalisasi sarana air minum di IKK 100 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, masyarakat setempat dan

   Kader lingkungan SKPD di masing-masing IKK untuk memonitoring kegiatan  Pokja optimalisasi sarana air minum agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

  Pembangunan SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil Pembangunan SPAM Pedesaan 60 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat

   Kader lingkungan setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan  PKK pembangunan SPAM Pedesaan agar pemanfaatannya  Pokja optimal dan berkelanjutan

  IV-6

  Perkiraan Jumlah Pelaksana Kegiatan

  

No Sektor Program/Kegiatan Penduduk yang Penanganan Sosial Pemberdayaan

Memanfaatkan Masyarakat

  Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih Perdesaan (HIPAM) Pembangunan HIPAM 60 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat

   Kader lingkungan setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan  PKK pembangunan HIPAM agar pemanfaatannya optimal dan  Pokja berkelanjutan.

  Sumber : Hasil Analisa, 2017

  IV-7

Tabel 4.4 Rekapitulasi Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan

  

Infratsruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kediri

Jumlah Penduduk yang

No. Sektor Tahun Keterangan

  

Memanfaatkan (jiwa)

  1 BANGKIM 2018 13.070 Jumlah penduduk penerima 2019 6.756 manfaat pembangunan permukiman kumuh dan 2020 149.611 permukiman pedesaan 2021 156.799

  2022 99.022

  • 2 PBL 2018
  • 2019 2020 262.244 2021 1.582.532 2022 78.926

  3 PLP 2018 1.707.921 2019 5.811.416 2020 343.702 2021 226.383 2022 171.456

  4 AIR MINUM 2018 58.043 2019 31.360 2020 22.924 2021 10.684

  • 2022

  Sumber : Hasil Analisa, 2017

4.2 Analisis Ekonomi

  Analisis ekonomi dalam penyusunan dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan

analisis yang membahas dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi

lokal masyarakat.

4.2.1 Kemiskinan

  Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,

serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

  Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Kediri tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup

signifikan, namun permasalahan kemiskinan di Kabupaten Kediri sejak tahun 2012 kembali mengalami

peningkatan. Dan permasalahan kemiskinan ini selalu menjadi yang menonjol di antara permasalahan

  

kesejahteraan sosial lainnya. Jumlah keluarga miskin yang dicatat Dinas Kesos pada tahun 2011

adalah 18.364 KK. Di tahun 2012 meningkat menjadi 25.672 KK. Dan 2015 meningkat menjadi 52.955

KK.

  Selain kemiskinan, permasalahan sosial yang perlu mendapat perhatian adalah wanita rawan

sosial-ekonomi. Permasalahan sosial ini sempat turun di tahun 2011, tapi kembali meningkat sejak

tahun 2012. Permasalahan sosial ini memiliki hubungan langsung dengan permasalahan kemiskinan.

Jumlah penduduk miskin menjadi indikator keseriusan suatu daerah dalam pembangunan daerah.

Jumlah penduduk miskin yang terus meningkat menjadi preseden buruk bagi kemajuan suatu daerah

sekaligus “raport merah” para penyelenggara Pemerintahan Daerah. Berikut ini merupakan jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Kediri tahun 2011-2015.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Kediri

  Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

  2011 18.364 2012 25.672 2013 42.733 2014 47.861 2015 52.955

  Sumber : Kabupaten Kediri Dalam Angka Tahun 2016 Korelasi kemiskinan dengan perusakan lingkungan ditandai dengan aktivitas dan kehidupan

manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup melampaui daya dukung

  

(carrying capacity) sumber daya alam dengan tidak adanya ketidaksamaan pola pemikiran yang

menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya

dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi

lingkungan yang buruk dikarenakan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedianya

infrastruktur sistem pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan

untuk pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas

pendidikan dan kesehatan yang memadai. Beberapa hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Kediri

apalagi tingkat kemiskinan yang terjadi semakin meningkat setiap tahunnya.

  Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu pendapatan yang tidak merata, miskinnya straregi

kebijakan pembangunan, kurangnya lapangan pekerjaan, keterbatasan kualitas SDM professional,

rendahnya mobilitas sosial, ketidaksempurnaan pasar, perbedaan akses dalam modal, perbedaan

tingkat pendidikan dan kesehatan dan perbedaan akses terhadap infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan hubungan yang

  

sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan

dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu:

  1. Kesehatan lingkungan (environmental health)  masyarakat miskin sangat menderita jika air, udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi

  2. Sumber penghidupan (livelihoods)  masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air terdegradasi maka masyarakat miskinakan merasakan dampak yang cukup signifikan 3. Kerentanan (vulnerability)  masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut

  Bentuk dan upaya penanganan penanggulangan kemiskinan agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan adalah dengan cara:

  1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya aliran sungai 2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,

serta pembangunan sanimas, dan TPS 3R yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk

  3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan lingkungan

  4. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala pembangunan cipta karya yang baik dan layak

  5. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup pembangunan cipta karya itu sendiri 6. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga sesuai dengan rencana dan tujuannya

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat

  Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran

pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi

merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga

  

berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi

yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang

negatif menunjukkan adanya penurunan.

  Pada hakekatnya pembangunan proyek-proyek (infrastruktur) yang dilaksanakan pemerintah

dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila dapat membantu meningkatkan

produktivitas dan menurunkan biaya dalam kegiatan langsung produktif ekonomi serta dapat

memperluas atau meningkatkan pertumbuhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di

bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro dapat dilihat dari

pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas

dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

  Salah satu bentuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah bidang Penyediaan Air

Minum (PAM) dimana kebutuhan air merupakan kebutuhan dasar dan pokok bagi manusia. Air yang

layak konsumsi banyak dibutuhkan bagi sektor rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu jika

kebutuhan air bersih tidak tercukupi maka secara otomatis akan menurunkan produktivitas sektor

rumah tangga dan industri yang pada akhirnya akan menurunkan output dan berdampak pada

perekonomian melalui penurunan PDRB per kapita.

  Selain itu, jika terdapat penambahan pemakaian produksi air bersih oleh rumah tangga maupun

industri akan membawa pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja ataupun

munculnya usaha-usaha baru di bidang air bersih dan atau industri makanan dan minuman. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa bertambahnya kapasitas air bersih yang selanjutnya akan

memudahkan akses rumah tangga dan industri terhadap layanan air bersih tersebut akan memicu

penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya perekonomian, yang pada akhirnya akan mampu

meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.

  Sebaliknya dampak langsung dari penggunaan air bersih oleh masyarakat akan meningkatkan

kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat maka kualitas kesehatan

masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tentunya akan

berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan

berdampak secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan.

  Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat meningkatkan ekonomi lokal masyarakat melalui kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain:

  1. Kebijakan dan Program pada bidang pengembangan permukiman kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Contoh programnya antara lain adalah pengembangan permukiman, penyediaan sarana prasarana sehat perumahan dan pembangunan infrastruktur perdesaan untuk mendukung Kawasan Agropolitan Ngawasondat, Pakancupung, dan Segobatam.

  2. Kebijakan dan Program penataan bangunan dan lingkungan yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat melalui pembangunan sarana-prasarana pembangunan bangunan dan lingkungan secara teratur dilaksanakan dan berkelanjutan. Contoh programnya antara lain pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) Kawasan Simpang Lima Gumul, peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakarandi Kabupaten Kediri, dan revitalisasi Kawasan Candi Surowono, Kawasan Petilasan Sri Aji Joyoboyo, serta Kawasan Situs Tondowongso.

  3. Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat maka Pemerintah Kabupaten Kediri perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya melalui kebijakan penyehatan lingkungan permukiman dengan infrastruktur yang memadai. Karena melalui penyediaan layanan infrastruktur yang memadai maka akan menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap kesejahteraan rakyat .Contoh programnya antara lain peningkatan infrastruktur air limbah, peningkatan infrastruktur drainase, peningkatan infrastruktur persampahan, dan peningkatan infrastruktur sanitasi terutama di kawasan perkotaan di Kabupaten Kediri.

  4. Sistem penyediaan air minum (SPAM) juga termasuk kebijakan dan program yang berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten Kediri memperhatikan skala prioritas pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) yang akan mampu memberikan dampak multiplier effect yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Kediri.

  Analisis Lingkungan

4.3 Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang

  

Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Kediri telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah

sebagai berikut: 1.

   UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  3. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten

Kediri dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat

  a. Menetapkan kebijakan nasional

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten Kediri dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat a.

  Menetapkan kebijakan nasional b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon g.

  Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah h.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat j. Menetapkan standar pelayanan minimal

  2 Pemerintah Provinsi Jawa Timur a.

  Menetapkan kebijakan tingkat provinsi b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota e.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup f.

  Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada Kabupaten/Kota di bidang program dan kegiatan g.

  Melaksanakan standar pelayanan minimal

3. Pemerintah Kabupaten Kediri a.

  Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL d.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup e. Melaksanakan standar pelayanan minimal

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,

dan/atau program.

  Dengan kata lain, KLHS merupakan sebuah bentuk tindakan strategis dalam menuntun,

mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan

dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada

tataran pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk

pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi

masing-masing hirarki rencana tata ruang.

  KLHS memuat kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa

ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi

terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaramaan hayati. Agar KLHS dapat

terintegrasi secara baik dalam penyusunan tata ruang, perlu diperhatikan kaidah asas-asas hasil

penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang, yaitu keterkaitan

(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice). KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena: 1.

  RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJMadalah karena RPIJM Bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-

  

prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam

menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup

Tabel 4.6 Matrik ’Uji Cepat’ KLHS Kabupaten Kediri

  Pengaruh Alternatif No Isu Strategis RTRW Kabupaten Rekomendasi Mitigasi Positif Negatif

  1 a Kecukupan air baku Strategi Peningkatan kualitas dan Tumbuhnya Aktivitas kegiatan

  1. Perbaikan irigasi untuk pemenuhan jangkauan pelayanan jaringan pemahaman masyarakat sehari - nonteknis dan semi teknis kebutuhan air minum prasarana telekomunikasi, energi, masyarakat tentang hari terhambat jika menjadi sistem irigasi teknis dan sumber daya air yang dapat pentingnya terjadi kekurangan

  2. Pemisahan yang jelas mendukung peningkatan dan penggunaan dan sumber air baku antara fungsi sungai dan pemerataan pelayanan penghematan sehingga akan irigasi masyarakat, serta pelestarian pemanfaatan air berdampak pada

  3. Pengoptimalan lingkungan, meliputi: minum. pemenuhan pemanfaatan Sungai pelayanan kebutuhan Bengawan Solo sebagai air minum. sumber untuk irigasi

  1. meningkatkan ketersediaan

  1. Meningkatkan pelayanan energi listrik dan pemerataan air minum sesuai SPM pelayanan sesuai standar pelayanan minimal;

  2. Menjaga keseimbangan

  1. Menjaga kelestarian ketersediaan air dengan optimasi ketersediaan sumber- penggunaan air baku irigasi, air sumber mata air yang ada minum, serta memelihara daerah air sungai; 3. meningkatkan cakupan wilayah

  1. Memperluas jaringan pelayanan Sistem Penyediaan Air pelayanan PDAM

  Minum (SPAM) dan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan di perkotaan dan perdesaan; b Pencemaran lingkungan Strategi Peningkatan kualitas dan Timbulnya kesadaran Timbulnya

  1. Penanganan oleh infrastruktur yang jangkauan pelayanan jaringan masyarakat akan permasalahan dalam pencemaran lingkungan tidak berfungsi maksimal prasarana telekomunikasi, energi, pentingnya kebersihan pencemaran yang dapat dilakukan secara dan sumber daya air yang dapat dan menjaga lingkungan terkait air, mandiri dan komunal dalam mendukung peningkatan dan lingkungan tanah dan udara mendukung pelestarian

  IV-17

  IV-18

  No Isu Strategis RTRW Kabupaten Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif

  pemerataan pelayanan masyarakat, serta pelestarian lingkungan, meliputi: yang dapat berdampak pada pelestarian lingkungan lingkungan

  1. mengendalikan pencemaran terkait dengan perlindungan mutu air tanah dan udara;

  1. melakukan perlindungan terhadap sumber air baku . 2. mengembangkan, meningkatkan dan menangani sistem pengolahan limbah khususnya industri kecil dan rumah tangga

  2. membangun dan mengendaliakn sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan di industri dan rumah tangga. c Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan

  Strategi Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang dapat mendukung peningkatan dan pemerataan pelayanan masyarakat, serta pelestarian lingkungan, meliputi:

  Meningkatnya kualitas jangkauan pelayanan terhadap lingkungan guna meminimalisir dampak kumuh yang mungkin dihasilkan

  Munculnya permasalahan lingkungan kumuh yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan

  1. Peningkatan akses sanitasi, drainase dan sarana prasarana pengelolaan persampahan.

  1. mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan

  1. Penanganan sampah terutama di kawasan perdesaan dapat dilakukan secara mandiri dan diolah menjadi bahan kompos;

  2. Melalui peningkatan kesadaran lingkungan dan pemanfaatan daur ulang sampah, maka volume sampah dapat direduksi sejak lebih awal; IV-19

  No Isu Strategis RTRW Kabupaten Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif

  3. Terdapat peluang mengelola sampah secara modern dengan skala besar melalui industri kompos dan pupuk organik. 2. mengembangkan, meningkatkan dan menangani sanitasi lingkungan untuk permukiman dengan sanitasi individual dan/atau sistem komunal di wilayah perkotaan dan perdesaan

  1. Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi individual dan sanitasi komunal di perkotaan dan perdesaan

  3. melakukan pembangunan sistem drainase yang terpadu dengan pembangunan prasarana lainnya.

  1.pelaksanaan pembangunan dan monitoring sistem drainase yang terpadu d Dampak perubahan iklim terhadap kawasan permukiman dan upaya mitigasi dan adaptasi yang telah dilakukan

  Strategi Pengembangan manajemen risiko pada kawasan rawan bencana, meliputi:

  Adanya pengembangan manajemen risiko pada kawasan rawan bencana sebagai upaya mitigasi dan adaptasi lingkungan dari perubahan iklim yang akan terjadi

  Dapat menimbulkan bencana seperti banjir jika tidak segera ditangani dengan tepat terutama pada zona resiko bencana dan sarana prasarana pencegah rawan bencana

  1. Disediakan teknologi pendeteksi bencana yang akan terjadi sehingga masyarakat dapat mencegahnya

  1. menetapkan zona bahaya dan zona aman pada kawasan rawan bencana letusan gunung berapi, tanah longsor, gerakan tanah, dan banjir

  1. Diperlukan kajian kawasan rawan bencana untuk menhindari bencana yang akan terjadi

  2. manajemen risiko bencana

  1. Perlunya perencanaan, IV-20

  No Isu Strategis RTRW Kabupaten Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi Positif Negatif

  (perencanaan, pengendalian, mitigasi, penanganan pasca bencana) pengendalian, mitigasi, penanganan pasca bencana pada kawasan rawan bencana

  3. mengembangkan perencanaan sesuai zona kerawanan bencana

  1. Kajian perencanaan dan pelaksanaan pada zona rawan bencana

  4. mengembangkan sistem pencegahan sesuai sifat dan jenis bencana, serta karakteristik wilayah

  1. Perencanaan sistem pencegahan bencana sesuai topografi wilayah di Kabupaten Kediri

  5. mengembangkan sistem mitigasi bencana

  1. Pengembangan sistem mitigasi bencana 6. mengembangkan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

  1. Pemberitahuan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada masyarakat di wilayah rawan bencana

  7. mengembangkan sistem penanganan pasca bencana 1. pengembangan sistem penanganan pasca bencana pada wilayah yang sering/pernah terjadi bencana

  Sumber : Hasil Analisa, 2017

4.3.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPL

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPL