PENGARUH EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP ENZIM GLUTATION S-TRANSFERASE (GST) PADA SEL KANKER 4T1
EKSTRAK ETANOLIK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.)
MENUNJUKKAN EFEK SITOTOKSIK PADA SEL KANKER PAYUDARA 4T1
TETAPI TIDAK MELALUI JALUR REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS)
Secang (Caesalpinia sappan L.) Heartwood Ethanolic Extract Shows
Cytotoxic Effect on 4T1 Breast Cancer Cell But Not Through ROS
Pathways
1
1
1
1 Naufa Hanif , Amila Dina , Yuni Fajar Esti , Muhammad Arif Taufik , 1,2 Ratna Asmah Susidarti
1 Cancer Chemoprevention Research Center, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
2 Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia
Email: ratna_asmah@ugm.ac.id
ABSTRACT
The inhibition of Glutathione-S-Transferase (GST) enzyme activity is one of the mechanisms to
suppress the metabolic activity of cancer, especially breast cancer. GST is a superfamily of
multifunctional enzymes groups involved in xenobiotic detoxification. One of potentia; cytotoxic
plants in some cancer cells is secang (Caesalpinia sappan L.) heartwood. The aim of this research is
to explore the potency of secang (Caesalpinia sappan L.) heartwood ethanolic extract (SHEE) in
decreasing GST expression and activity on 4T1 breast cancer cells. Phytochemical profile of SHEE
was seen through thin layer chromatography (TLC) test. In vitro cytotoxic test with MTT assay was
performed to obtain IC50 value. The inhibition of cancer metabolism was showed through reactive
oxygen species (ROS) expression using flow cytometry. The GST activity was detected by
spectrophotometry. In silico test by molecular docking was also conducted to see the interaction of
brazilein and brazillin compounds in SHEE toward GST enzymes. The extract of SHEE was 2.6
grams (52%). The TLC test resulted a spot equivalent with the phitochemical profile of brazilein.
The MTT assay revealed cytotoxic activity with the IC
50 22 μg/ml. The SHEE 5 μg/ml decreased ROS
expression and increased GST levels in 4T1 cells. The molecular docking showed that brazillin and
brazilein have the ability to substitute native ligands to bind toward GST enzymes with docking
scores -73,6627 (brazilin) and -73.9479 (brazilein). The results of this study showed that SHEE
showed cytotoxic effect on 4T1 breast cancer cells thus could be developed more for
chemoprevention agents, but not through the ROS pathways.
Keywords: Sappanwood (Caesalpinia sappan L.), breast cancer, Glutathione-S-Transferase (GST),
Reactive Oxygen Species (ROS)
ABSTRAK
Salah satu mekanisme untuk menekan aktivitas metabolisme sel kanker terutama kanker payudara yaitu dengan penghambatan aktivitas enzim Glutathione-S-Transferase (GST). GST merupakan superfamili dari kelompok enzim multifungsi yang terlibat dalam detoksifikasi xenobiotik. Salah satu tanaman potensial yang bersifat sitotoksik pada beberapa sel kanker adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi ekstrak etanolik kayu secang (EEKS) dalam menurunkan ekspresi dan aktivitas GST pada sel kanker payudara 4T1. Profil fitokimia EEKS dilihat melalui uji KLT. Pada uji in vitro dilakukan uji sitotoksik dengan metode MTT untuk mendapatkan nilai IC 50 . Kemudian untuk melihat penghambatan metabolisme kanker, dilakukan uji ekspresi senyawa reactive oxygen
species (ROS) menggunakan flow cytometry dan uji aktivitas GST secara spektrofotometri.
Selanjutnya, uji in silico dengan molecular docking dilakukan untuk melihat interaksi senyawa brazilein dan brazilin dalam EEKS terhadap enzim GST. Didapatkan EEKS sebanyak 2,6 gram
Volume 10, No.2 Desember 2017
| 55 Naufa Hanif, Amila Dina, Yuni Fajar Esti, Muhammad Arif Taufik, Ratna Asmah Susidarti
56 |
Volume 10, No.2 Desember 2017
dengan rendemen sebesar 52%. Dari uji KLT diperoleh bercak yang memiliki profil fitokimia yang setara antara sampel EEKS dan senyawa pembanding brazilein. Pada uji MTT diperoleh nilai IC 50 sebesar 22 µg/ml. Sedangkan pada uji ROS menunjukkan bahwa EEKS 5 µg/ml menurunkan ekspresi ROS pada sel kanker 4T1 dan pada pengujian aktivitas GST dengan kadar yang sama mampu meningkatkan kadar GST pada sel kanker 4T1. Sementara uji molecular
docking menunjukkan bahwa brazilin dan brazilein memiliki kemampuan untuk mensubstitusi
native ligand untuk berikatan dengan enzim GST dengan score docking -73,6627 (brazilin) dan -
73.9479 (brazilein). Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa EEKS menunjukkan efek sitotoksik pada sel kanker payudara 4T1 sehingga berpotensi sebagai agen kemoprevensi, namun bukan melalui jalur ROS.
Kata kunci: Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.), kanker payudara, Glutathione-S-Transferase
(GST), Reactive Oxygen Species (ROS)
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Berdasarkan data laporan yang dirilis tahun 2017 dalam laman resmi WHO, pada tahun 2015, terdapat 8,8 juta kematian karena kanker di seluruh dunia, dan 571.000 diantaranya jenis kanker payudara. Di Indonesia, penderita kanker payudara pada wanita usia dibawah 65 tahun sebesar 15.709 orang, lebih banyak dibandingkan usia diatas 65 tahun sejumlah 8.127 orang
( Globocan (IARC), 2017).
Salah satu karakteristik sel kanker adalah terus menerus membelah sehingga tumbuh dan berkembang tanpa batas. Aktivitas tersebut akan menyebabkan kadar reactive oxygen species (ROS) meningkat. ROS termasuk senyawa oksidan yang secara terus menerus diproduksi pada sel melalui proses metabolisme normal tubuh (Halliwell, 2001). Stress oksidatif terjadi ketika jumlah oksidan yang dikeluarkan tubuh lebih banyak dari jumlah antioksidan yang tersedia (Sies, 1997). Akibat adanya stress oksidatif, akan diproduksi suatu karbonil reaktif melalui proses oksidasi atau peroksidasi lipid serta glikoksidasi (Ellis, 2007). Efek toksik dari karbonil reaktif ini dapat dinetralkan oleh suatu enzim (Siems & Grune, 2003). Reaksinya bisa melalui oksidasi-reduksi (fase I) maupun konjugasi (fase II). Salah satu enzim yang berperan dalam detoksifikasi karbonil reaktif ini yaitu enzim Glutathione s-transferase (GST).
GST adalah suatu enzim detoksifikasi yang mengkatalisis konjugasi GSH terhadap berbagai senyawa elektrofil endogen maupun eksogen (Townsend et al., 2003; Sharma et al., 2004). Konjugasi dengan GSH merupakan jalur detoksifikasi utama pada beberapa karbonil reaktif (Esterbauer et al., 1975). Enzim GST dalam sel mengakibatkan reaksi netralisasi dari senyawa radikal, yaitu ROS, sehingga kadar ROS di dalam sel menjadi berkurang dan sel kanker dapat terus bertahan hidup dan melanjutkan aktivitas pembelahan sel (Townsend, 2003; Sharma, 2004). Dengan demikian, penghambatan aktivitas enzim GST oleh suatu agen kemoprevensi merupakan salah satu mekanisme potensial untuk dikembangkan dalam menghentikan pertumbuhan dan metabolisme sel kanker.
Agen kemoprevensi yang cukup potensial untuk dikembangkan berasal dari tanaman. Salah satu tanaman yang yang potensial sebagai agen kemoprevensi dan kemoterapi adalah kayu secang (Caesalpinia
sappan L.). Kayu secang mengandung
senyawa seperti homoisoflavonoid brazilin, brazilein, 4-O-metilsapanol, dan protosappanin A (Lim et al., 1997), yang memiliki aktivitas sitotoksik in vitro pada beberapa sel kanker yaitu payudara (MCF- 7), hepar (Hep G2), dan paru-paru (A549) (Yen et al., 2010). Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmi
EKSTRAK ETANOLIK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) MENUNJUKKAN EFEK SITOTOKSIK PADA SEL KANKER
PAYUDARA 4T1 TETAPI TIDAK MELALUI JALUR REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS)
plate diinkubasi selama semalam pada suhu
ekstrak etanolik kayu secang memiliki aktivitas antikanker dengan menurunkan viabilitas sel kanker payudara MCF-7, T47D, dan sel kanker serviks HeLa namun tetap selektif terhadap sel normal Vero.
Berdasarkan uraian di atas, penelitan ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai agen kemopreventif yang dapat digunakan sebagai terapi kanker. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi terkait potensi kayu secang untuk menghambat kanker payudara.
Secang (Caesalpinia sappan L.) Heartwood Ethanolic Extract Shows Cytotoxic Effect on 4T1 Breast Cancer Cell But Not
Through ROS Pathways Volume 10, No.2 Desember 2017 | 57 et al., (2010) yang menyebutkan bahwa,ruang. Plate digoyang di atas shaker selama 10 menit kemudian absorbasi dibaca menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm. Data absorbansi perlakuan tunggal dikonversi ke dalam persen viabilitas dan digunakan untuk menghitung IC 50 .
METODE PENELITIAN
dilakukan dengan mengekstraksi 100 g kayu secang dengan metode maserasi menggunakan etanol pro analysis 99% selama 7x24 jam dan diremaserasi selama 2x24 jam dalam gelas Erlenmeyer tertutup rapat. Filtrat yang terkumpul diuapkan dalam lemari asam. Ekstrak kental yang didapat kemudian diidentifikasi kandungan brazilin dan brazilein menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam silika gel 60 F 254 dan dielusi menggunakan fase gerak toluena : etil asetat
37 o
Bahan Penelitian. Bahan uji berupa
sitosol sel 4T1 yang mengandung GST dengan sonikasi untuk membantu lisis sel
Uji Aktivitas GST. Penyiapan fraksi
C. Kemudian ditambahkan sampel uji (IC 50 dan ½ IC 50 ) dan dianalisis flow cytometry pada Ex485 nm/Em535 nm.
μM DCFDA dengan menambahkan 6 µL 2 mM DCFDA lalu diinkubasi selama 30 menit di inkubator 37 o
microtube baru, sel diwarnai dengan 25
C. Pada akhir masa inkubasi, media dibuang, lalu cuci PBS 1 kali. Tripsin 300 µL ditambahkan dan diratakan di lapisan sel selama 30 detik. Tripsin diambil dan dibuang lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 3-5 menit. Selanjutnya ditambahkan 500 µL 1X supplemented buffer untuk inaktivasi tripsin. Sel ditampung ke dalam
well plate, diinkubasi 24 jam pada suhu
: metanol : asam format (4 : 6 : 1 : 0,5 v/v) dan selanjutnya dideteksi pada sinar tampak, UV 254 nm, dan UV 366 nm.
menggunakan reagen 2’,7’– dichlorofluorescin diacetate (DCFDA) (Anonim, 2016). Sebanyak 5 x 10 4 sel ditumbuhkan dalam media kultur pada 24
Oxygen Species) intrasel adalah
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur ekspresi ROS (Reactive
kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang diperoleh dan diidentifikasi di Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Tawangmangu, Jawa Tengah, Indonesia. Sel uji yang digunakan yaitu sel kanker payudara 4T1 yang merupakan koleksi
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Ekstraksi dan Identifikasi Ekstrak Etanolik Kayu Secang. Pembuatan ekstrak
Sebanyak 1x10 4 sel didistribusikan ke dalam tiap sumuran 96-well plate dan diinkubasi selama 24 jam. Larutan uji dan media ditambahkan sebanyak 100 μl per sumuran, diinkubasi selama 24 jam, kemudian diberi perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak etanolik kayu secang. Inkubasi selama 24 jam, kemudian ditambahkan 100 μl media kultur yang mengandung MTT 5 mg/ml ke dalam masing-masing sumuran, inkubasi lagi selama 4 jam pada suhu 37°C. Setelah 4 jam, media yang mengandung MTT dibuang, kemudian ditambahkan larutan stopper dan
Uji Sitotoksik terhadap Sel 4T1.
Uji Reactive Oxygen Species (ROS). Naufa Hanif, Amila Dina, Yuni Fajar Esti, Muhammad Arif Taufik, Ratna Asmah Susidarti
HASIL DAN PEMBAHASAN
menghasilkan intensitas fluoresens sebanding dengan kadar ROS dalam sel. Sementara pada uji GST diperoleh data absorbansi yang kemudian dikonversikan menjadi konsentrasi ekspresi GST.
IC 50 yang diperoleh dari persamaan regresi linier. Nilai IC 50 adalah konsentrasi senyawa yang menghambat viabilitas sel sebesar 50% dari total populasi sel. dari hasil penelitian ini diperoleh persamaan regresi y = -3,3888x + 125,45 dengan r² = 0,9915 dan nilai IC 50 EEKS sebesar 22 µg/ml. Nilai IC 50 < 100 µg/ml menunjukkan aktivitas sitotoksik poten (Prayong et al., 2008). Nilai IC 50 digunakan sebagai dasar penentuan konsentrasi untuk melakukan uji ROS dan uji aktivitas GST.
Uji MTT assay untuk mengevaluasi aktivitas sitotoksik EEKS menghasilkan nilai
IC 50 yang diperoleh dari persamaan regresi linier. Nilai IC 50 adalah konsentrasi senyawa yang menghambat viabilitas sel sebesar 50% dari total populasi sel. dari hasil penelitian ini diperoleh persamaan regresi y = -3,3888x + 125,45 dengan r² = 0,9915 dan nilai IC 50 EEKS sebesar 22 µg/ml. Nilai IC 50 < 100 µg/ml menunjukkan aktivitas sitotoksik poten (Prayong et al., 2008). Nilai IC 50 digunakan sebagai dasar penentuan konsentrasi untuk melakukan uji ROS dan uji aktivitas GST.
Uji MTT assay untuk mengevaluasi aktivitas sitotoksik EEKS menghasilkan nilai
diuapkan sehingga diperoleh ekstrak etabolik kayu secang (EEKS) sebanyak 2,6 gram. Rendemen yang diperoleh sebesar 52%. Hasil uji KLT ditunjukkan pada Gambar 1. Ekstrak etanolik kayu secang yang diperoleh dapat terelusi dengan baik dan memiliki profil bercak yang setara dengan senyawa pembanding brazilein dengan nilai hRf 83. Hal ini menunjukkan kemungkinan besar terdapat senyawa brazilein pada sampel EEKS yang digunakan dalam penelitian ini.
analysis 99% selama 7x24 jam, dan
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol pro
stabil. Jika semakin kuat ikatan antara brazilin dan brazilein dengan GST enzim maka semakin tinggi potensi senyawa uji untuk menghambat aktivitas GST.
docking score. Semakin rendah nilai docking score, maka ikatannya semakin kuat dan
Dalam Molecular docking diperoleh
58 |
Volume 10, No.2 Desember 2017 sehingga mempermudah isolasi GST.
Uji ROS secara
Persen viabilitas digunakan untuk menghitung nilai IC 50 , menggunakan metode log probit untuk mendapatkan linearitas antara log konsentrasi dengan sel hidup.
sitotoksik/MTT assay, data yang diperoleh dari tiap sumuran berupa absorbansi (Abs) yang kemudian dikonversikan ke dalam persentase viabilitas sel dengan rumus:
Analisis Data. Untuk uji
3CSH serta dibandingkan docking score yang diperoleh antara kompleks protein target dan ligan natifnya dengan kompleks protein dengan brazilin dan brazilein.
lingkungan sesuai dengan kondisi fisiologi manusia. Struktur brazilin dan brazilein dibuat menggunakan software Marvin Sketch. Kemudian dilakukan docking antara ligan dengan protein
software YASARA untuk mengatur kondisi
dilakukan dengan software PLANTS. File protein target (3CSH) diolah menggunakan
Uji in Silico. Molecular docking
0.1 M pH 6, 20 µl GSH, dan 20 µl CDNB sebagai substrat lalu diamati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm dari menit ke-0 hingga menit ke-3 sejak penambahan CDNB.
Sejumlah 250 mL homogenant ditambahkan 300 mL loading buffer (10 mM HCl pH 7,9; 10mM NaCl; 1mM DTT). Selanjutnya untuk mengendapkan runtuhan sel dilakukan sentrifugasi (Wynanda, 2007). Sejumlah 40 µl lisat sel ditambahkan 920 µl buffer fosfat
flow cytometry
EKSTRAK ETANOLIK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) MENUNJUKKAN EFEK SITOTOKSIK PADA SEL KANKER
PAYUDARA 4T1 TETAPI TIDAK MELALUI JALUR REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS)
Secang (Caesalpinia sappan L.) Heartwood Ethanolic Extract Shows Cytotoxic Effect on 4T1 Breast Cancer Cell But Not
Through ROS Pathways S P S P S P(A) Brazilein (B) Sinar tampak (C) UV 254 (D) UV
Gambar 1. Hasil deteksi senyawa brazilein dalam EEKS dengan metode KLT. (A) Struktur brazilein.
Identifikasi kandungan brazilein dalam EEKS dalam 5% etanol P menggunakan kromatogafi lapis tipis
(KLT) dengan fase diam silika gel 60 F 254 dan dielusi menggunakan fase gerak toluena : etil asetat :
metanol : asam format (4 : 6 : 1 : 0,5 v/v) diamati dibawah (B) sinar tampak, (C) sinar UV 254 nm, dan (D)
sinar UV 366 nm. Keterangan S adalah sampel EEKS dan P adalah pembanding brazilein.Vi abi lit KS 5 µg/ml as sel (% )
50 µg/ml 15 µg/ml (B) (A)
Gambar 2. Aktivitas sitotoksik ekstrak etanolik kayu secang (EEKS) terhadap sel 4T1. Pengamatan
morfologi sel pada jam ke-24 menggunakan inverted microscope perbesaran 100x. (A) Pengaruh perlakuan
EEKS dengan rentang konsentrasi terhadap viabilitas sel. (B) Morfologi sel 4T1 dengan perlakuan kontrol
sel (KS), dan EEKS 5, 15 dan 50 µg/mL.Hasil uji ROS dapat dilihat pada Gambar 3, terjadi penurunan ekspresi jumlah ROS pada sel 4T1 yang diberi perlakuan EEKS di setiap konsentrasi (5, 15, maupun 50 µg/ml), jika dibandingkan dengan kontrol sel. Hal ini menunjukkan bahwa EEKS berpotensi untuk dikembangkan sebagai senyawa antioksidan.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Wetwitayaklung et al., tahun 2005, dengan menggunakan metode TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Capacity) assay, kayu secang memiliki aktivitas antioksidan. Semakin tua usia kayu secang semakin tinggi aktivitas antioksidan. Sementara itu, penelitian Badami et al., pada tahun 2003 dengan menggunakan metode 1,1-difenil-pycryl hydrazyl (DPPH) dan nitric oxide (NO) menunjukkan bahwa ekstrak kayu secang dengan pelarut etil asetat, metanol 50%, dan air menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang poten.
Uji Aktivitas GST dapat diketahui setelah penambahan substrat GSH dan CDNB yang membentuk kompleks GS-DNB. Produk kompleks inilah yang akan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 340 nm secara spektrofotometri pada menit ke-0 dan menit ke-3.
Volume 10, No.2 Desember 2017 Naufa Hanif, Amila Dina, Yuni Fajar Esti, Muhammad Arif Taufik, Ratna Asmah Susidarti
Hasilnya, seperti terlihat pada Gambar
Molecular docking dilakukan dengan
4, EEKS pada konsentrasi 5 µg/mL memiliki
software PLANTS. Senyawa uji yang
konsentrasi GST paling tinggi jika digunakan adalah brazilin dan brazilein. dibandingkan dengan kontrol sel dan
Berdasarkan hasil molecular docking
perlakuan EEKS konsentrasi 10 µg/mL dan
(Tabel 1), senyawa brazilin dan brazilein
25 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa
memiliki docking score -73.6627 dan -
EEKS pada konsentrasi 5 µg/mL mampu
73.9479 yang berpotensi untuk dapat meningkatkan aktivitas enzim GST. berkompetisi dengan ligan natif yang
Sehingga hasil uji ini mengkonfirmasi hasil
memiliki docking score -80.6188. Nilai
uji sebelumnya (uji ROS), bahwa jalur
RMSD (Root Mean Square Distances) < 2
antikanker EEKS bukan melalui penghambatan GST maupun peningkatan menunjukkan validitas metode senyawa reaktif ROS. Untuk melihat potensi
percobaan. Hasil yang didapatkan
lain dari EEKS dari sudut pandang menunjukkan RMSD senilai 1,2052. molekular, dilakukan uji molecular docking.
Artinya, metode percobaan ini valid
4 Gambar 3. EEKS menurunkan ekspresi ROS pada sel 4T1 (N=1). Sebanyak 5,0 x 10 sel 4T1 dalam 24-
well plate diberi perlakuan EEKS 5, 10 dan 25 µg/ml sesuai dengan metode. Penambahan reagen DCFDA
akan bereaksi dengan ROS membentuk senyawa fluoresen setelah diinkubasi selama 4 jam kemudian
diamati dengan flow cytometry.
5 Gambar 4. Aktivitas GST pada sel 4T1 (N=1). Sejumlah 1,5 x 10 sel 4T1 ditanam pada tissue culture disk
(TCD) 6 cm dan diinkubasi selama 24 jam untuk sel beradaptasi. Masing-masing TCD diberi perlakuan
EEKS 5 µg/ml, 10 µg/ml, 25 µg/ml dan kontrol sel (KS) selama 24 jam berikutnya. Aktivitas GST diperoleh
dari penambahan substrat GSH dan CDNB yang membentuk GS-DNB dan diukur secara spektrofotometri
pada menit ke 0 sampai ke 3 .Volume 10, No.2 Desember 2017
60|
EKSTRAK ETANOLIK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) MENUNJUKKAN EFEK SITOTOKSIK PADA SEL KANKER
PAYUDARA 4T1 TETAPI TIDAK MELALUI JALUR REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS)
Secang (Caesalpinia sappan L.) Heartwood Ethanolic Extract Shows Cytotoxic Effect on 4T1 Breast Cancer Cell But Not Through ROS Pathways
Tabel 1. Docking score Ligan Docking score RMSD
Native -80.6188 1.2052
Brazilein -73.9479 Brazilin -73.6627
Gambar 5. Visualisasi docking dengan software MOE. Baris (A) adalah gambaran 3D sedangkan (B)
merupakan gambaran 2D. (a) adalah hasil molecular docking enzim GST (3csh) dengan native ligand; (b)
enzim GST (3csh) dengan brazilein; (c) enzim GST (3csh) dengan brazilin Kemudian divisualisasikan
dengan software MOE untuk melihat asam amino-asam amino yang berperan dalam ikatan. Tanda segi
empat menunjukkan adanya residu asam amino yang sama pada interaksi docking dengan ligan yang
berbeda .Selain itu, dengan visualisasi interaksi sitotoksik terhadap sel kanker payudara menggunakan software MOE dapat dilihat
4T1. Namun, efek sitotoksik yang asam amino-asam amino yang berperan ditimbulkan tidak melalui jalur ROS. dalam ikatan tersebut. Hasil visualisasi pada Gambar 5 menunjukkan adanya ikatan asam UCAPAN TERIMA KASIH amino yang sama antara asam amino yang Ucapan terima kasih disampaikan oleh diikat oleh native ligand dan asam amino penulis kepada Kementerian Riset dan yang diikat oleh brazilein, yaitu Arg 100, Arg Teknologi Dirjen Pendidikan Tinggi 13, Asp 157, Gly 12, Cys 14, Ala 15, Ala 16. (Kemristekdikti) Republik Indonesia, yang Sedangkan asam amino yang diikat oleh telah mendanai penelitian ini pada tahun brazilin hanya berbeda satu asam amino 2017 melalui yaitu tidak mengikat Cys 14. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, dapat
DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa ekstrak etanolik kayu Anonim, 2016. ab113851 DCFDA Cellular secang (EEKS) berpotensi menjadi agen
ROS Detection Assay Kit. kemopreventif dilihat dari hasil uji
Volume 10, No.2 Desember 2017
- – 1537.
Awasthi YC. 2004. Antioxidant Role of Glutathione S-Transferases: Protection Against Oxidant Toxicity and Regulation of Stressmediated
Hwang, Pei-Chi Wu, Susan L, Morris- Natschke, Wan-Chun Lai, Kenneth F, Bastow, Fang-Rong Changb, Yang- Chung Wu, dan Kuo-Hsiung Lee, 2010, Antitumor Agents. 271. Total Synthesis and Evaluation of Brazilein and Analogs as Antiinflamatory and Cytotoxicity Agents, Bioorg Med Chem
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Yen, C., Kyoko Nakagawa-Goto, Tsong-Long
Wynanda. 2007. Pengaturan Ekspresi Glutathione S-Transferase Akibat Pemberian Ekstrak Etanolik Biji Jintan Putih (Cuminum cyminum L.) : Studi In Vivo Pada Ratus norvegicus Galur Sprague-Dawley Terinduksi 7,12- Dimetilbenz[a]antrasena. Skripsi.
, ‘WHO Cancer’. URL: http://www.who.int/mediacentre/fac tsheets/fs297/en/ diakses tanggal 29 November 2017
Keokitichai S. The antioxidant activity of Caesalpinia sappan L. heartwood in various ages. Naresuan Uni J 2005; 13(2): 43-52. WHO, 2017
Glutathione S-Transferase in Anti- cancer Drug Resistance. Oncogene, (2003)22: 7369-7375. Wetwitayaklung P, Phaechamud T,
291−295. Townsend, D. M, Tew, K.D. 2003. The Role of
Aspects Med 24(4- 5), 167−175. Sies, H. 1997. Oxidative stress: oxidants and antioxidants. Exp Physiol 82(2),
Apoptosis. Antioxidants and Redox Signaling, 6(2): 289-300. Siems, W., & Grune, T. 2003. Intracellular metabolism of 4-hydroxynonenal. Mol
77−82 Rahmi K, Erlina Rivanti, Ika Nurzijah. 2010. Kajian Komprehensif Ekstrak Etanolik Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) sebagai Agen Kemopreventif Tertarget. Naskah Tidak Terpublikasi. Sharma, R, Yang Y, Sharma A, Awasthi S,
Naufa Hanif, Amila Dina, Yuni Fajar Esti, Muhammad Arif Taufik, Ratna Asmah Susidarti Volume 10, No.2 Desember 2017
Korean J. Food Sci. Technol, 28(1):
Antioxidative activity of some solvent extract from Caesalpinia sappan Linn.,
Halliwell, B. 2001. Role of free radicals in the neurodegenerative diseases: therapeutic implications for antioxidant treatment. Drugs Aging 18(9), 685−716. Lim, D.K., U. Choi, dan D.H. Shin, 1997,
URL: http://globocan.iarc.fr/old/burden.as p?selection_pop=90360&Text- p=Indonesia&selection_cancer=3152 &Text- c=Breast&pYear=8&type=1&window =1&submit=%C2%A0Execute%C2%A 0 diakses tanggal 6 Desember 2017
Reaction of glutathione with conjugated carbonyls. Z Naturforsch C 30(4), 466−473. Globocan, 2012, Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2020.
13 –24. Esterbauer, H., Zollner, H., & Scholz, N. 1975.
Ellis, Elizabeth M. 2007. Reactive carbonyls and oxidative stress: Potential for therapeutic intervention. Pharmacology & Therapeutics 115,
E., Bhojraj, S., 2003. Antioxidant activity of Caesalpinia sappan heartwood. Biological and Pharmaceutical Bulletin 26, 1534
Badami, S., Moorkoth, S., Rai, S.R., Kannan,
Lett, 20(3): 1037-1039