Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Think Pair and Share dengan Menggunakan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Mata Pelajaran IPS

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah,geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

  Geografi, sejarah, dan anthropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Anthropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan degan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya- budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.

  Ilmu Pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya

  Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari Pendidikan IPS tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan, agar pembelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. (Trianto, 2012:171).

  Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut : a.

  Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

  b.

  Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

  c.

  Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

  d.

  Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

  e.

  Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. f.

  Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

  g.

  Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare student to be well-functioning citizens in a

  democratic society

  ” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambi keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

  h.

  Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

  Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran pada mata

  pelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya menjadi warga negara yang baik dan mampu mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari segi akademik sampai pada keterampilan sosial sehingga nantinya mampu menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat.

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Think Pair and Share

  Model pembelajaran think pair and share dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila tidak sesuai. Bagi siswa agar siswa benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

  Menurut teori konstruktivisme, siswa sebagai pemain dan guru sebagai fasilitator. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan potensi secara optimal. Siswa belajar bukanlah hanya menerima paket-paket konsep yang sudah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Bagian terpenting dari teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa lah yang harus aktif mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain.

  Tipe Think Pair and share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali metode ini diperkenalkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997) (didalam buku Hamdayana), menyatakan bahwa Think Pair and Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Iru dan Arihi, 2012:60).

  TPS merupakan teknik suatu sederhana dengan keuntungan besar. TPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. TPS sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 3 tahapan yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran, tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru.

  Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu mlalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi), siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi, melalui model think pair and share penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.1.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair and Share

  Hamdayana (2014:202) menyimpulkan bahawa model tipe TPS ini terdiri atas 5 langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu : a.

  Tahap pendahuluan Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

  b.

  Tahap Think (berpikir secara individual) Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.

  Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

  c.

  Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.

  Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah tempat mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

  d.

  Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

  e.

  Tahap Penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada and share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

2.1.3 Hasil Belajar

  Belajar atau learning merupakan fokus utama dalam psikologi pendidikan. Suryabrata (1984) dan Masrun dan Martianah (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012:4) mengemukakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan sebuah proses untuk melakukan perubahan perilaku seseorang, baik lahiriah maupun batiniah. Perubahan menuju kebaikan, dari yang jelek menjadi baik. Proses perubahan tersebut sifatnya relatif permanen dalam artian bahwa kebaikan yang diperoleh berlangsung lama dan proses perubahan tersebut dilakukan secara adaptif, tidak mengabaikan kondisi lingkungannya. Perubahan tersebut terjadi karena adanya akumulasi pengalaman seseorang ketika melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

  Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar/model pembelajaran terhadap keberhasilan belajar siswa. Menurut Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Jadi dapat ditarik kesimpulan hasil belajar adalah suatu perubahan yang dialami oleh siswa yang belajar yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  2.1.5 Media Gambar dalam Pembelajaran 1. Media Grafis

  Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.

  Simbol-simbol tersebut perlu di pahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Media grafis yang peneliti gunakan yaitu media gambar.

  a.

  Gambar/Foto Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak darpada seribu kata. Beberapa kelebihan media gambar foto yang lain dijelaskan di bawah ini:

  1) Sifatnya konkret; Gambar/Foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

  2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut.

  Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadang- kadang tak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amat bermanfaat dalam hal ini.

  3) Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

  4) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

  5) Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

  Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar/foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu: 1) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata. 2)

  Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

  Bagaimana gambar/foto yang baik sebagai media pendidikan? Tentu saja adalah gambar/foto yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sadiman dkk (2008) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yangbaik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan.

  1) Autentik

  Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya. 2)

  Sederhana Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin- poin pokok dalam gambar.

  3) Ukuran relatif. Gambar/foto dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar/foto tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau pernah atau objek tersebut. untuk menghindari itu hendaknya dalam foto tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapt membantunya membayangkan gambar. 4) Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.

  Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu. 5)

  Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar/foto karya siswa sendiri sering kali lebih baik.

6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.

  Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Proses pelaksanaan belajar dengan media gambar pada materi IPS tentang peranan tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yaitu :

  1. Guru mempersiapkan gambar tokoh yang berperan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.

  2. Guru memperlihatkan gambar tokoh pada siswa.

  3. Guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan gambar 4.

  Guru mengarahkan perhatian siswa pada sebuah gambar sambil mengajukan pertanyaan pada siswa satu per satu.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

  Wibawa (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  TPS (Think Pairs Share) siswa kelas V di SD Negeri 01 Ngambakrejo Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012

  ”, Menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V di SDN 01 Ngambakrejo setelah menggunakan model pembelajaran TPS. Hal ini nampak pada peningkatan hasil belajar IPS yakni skor rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 93,05. Atau terjadi peningkatan skor rata- rata dari pra siklus ke Siklus I sebesar 29 %, dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 36,6%. Adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi pra siklus 21%, siklus I meningkat menjadi 67% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%, berarti ada peningkatan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

  90. Sedangkan skor minimal pada kondisi prasiklus sebesar 55, pada siklus I meningkat menjadi 80,4 dan pada siklus II meningkat menjadi 90,1. Atau terjadi peningkatan skor minimal dari pra Siklus ke Siklus I sebesar 46,2 % dan pra siklus ke siklus 2 sebesar 63,8%. Sedangkan skor maksimal pada kondisi prasiklus 90, siklus I meningkat menjadi 92,5, dan siklus II meningkat menjadi 99. Atau terjadi peningkatan skor maksimal dari pra Siklus ke Siklus I sebesar 2,8 % dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 10%. Sedangkan standar deviasi dari pra siklus 12,49, pada siklus I menjadi 4,35, dan pada siklus II menjadi 3,09. Hasil penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS SD sesuai KD yang di capai terutama dalam menggunakan model pembelajaran TPS dan dikembangkan dalam penelitian yang terkait dengan pendekatan pembelajaran dan penelitian hasil belajar siswa.

  Dwi (2013) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Think Pair Share Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Candi Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester 2/2012-2013. Hasil yang diperoleh dalam penelitian dengan penerapan think pair share berbantuan media gambar adalah terjadi peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 5 siswa (33%) yang telah tuntas, pada siklus 1 melalui ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 10 siswa (67%) yang telah tuntas, dan pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat 13 siswa (87%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Think Pair Share Berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri Candi Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester 2/2012-2013.

  Dari penelitian relevan diatas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi IPS.

  Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Dwi (2013) dalam p enelitiannya dengan judul “Penerapan Think

  Pair Share Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Candi Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Semester 2/2012-2013

  .”

2.3 Kerangka Pikir

  Berdasarkan kajian pustaka tersebut diatas, Pembelajaran IPS dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab serta penugasan dengan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran

  IPS tersebut terlihat membosankan, banyak siswa yang tidak mendengarkan, serta banyak siswa yang berbicara sendiri. Selama proses pembelajaran banyak siswa pasif. Alhasil pada saat guru melakukan evaluasi banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah atau dibawah KKM. Pembelajaran IPS di sekolah dasar akan berhasil dengan baik bila guru dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share dan memanfaatkan media pembelajaran berupa gambar, maka pembelajaran IPS akan menyenangkan dan hasil belajar siswa pun akan naik atau diatas rata-rata.

  Guru

  Siswa menjadi

  menggunakan

  Kondisi Awal mengantuk, berbicara

  metode ceramah

  sendiri, dan pasif TINDAKAN

  Peneliti menggunakan Siklus I : Dengan model pembelajaran menggunakan media

  Think Pair and Share gambar dan model TPS Kondisi Akhir

  Peneliti menduga setelah diberikan tindakan Siklus 2 : Dengan media berupa model pembelajaran Think Pair and Share gambar dan model TPS dan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi. Siswa menjadi tidak mengantuk, siswa menjadi aktif serta minat belajar siswa bertambah.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir

2.3 Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan diatas, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dirumuskan sebagai berikut: “Apabila pembelajaran IPS dengan sub pokok bahasan menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan indo nesia” disampaikan dengan model Think

  Pair and Share serta memanfaatkan media pembelajaran berupa gambar diterapkan pada siswa kelas V semester II SD Negeri Klepu 01, maka diduga siswa akan lebih meningkat dalam memahami tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan indonesia.

Dokumen yang terkait

EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA THERESIANA 1 SEMARANG (Dengan Model Evaluasi CIPP) TESIS

0 6 19

2. Mengapa Program Bimbingan dan Konseling dilakukan di sekolah ? Jawaban: 3. Apakah saja yang diperlukan dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling ? - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bimbingan Dan Ko

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Mata Pelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Karanggondang 03 Kecamatan Mlon

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah: Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sekolah Berbasis Mutudi SDN Kandri 01 Gunungpati, Kota Semarang (Dengan Model Evaluasi CI

0 0 9

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Evaluasi Program - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sekolah Berbasis Mutudi SDN Kandri 01 Gunungpati, Kota Semarang (Dengan Model Evaluasi CIPP)

0 1 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah Dasar Negeri Kandri 01 Gunungpati, Kota Semarang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sekolah Berbasis Mutudi SDN Kandri 01 Gunu

0 0 49

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sekolah Berbasis Mutudi SDN Kandri 01 Gunungpati, Kota Semarang (Dengan Model Evaluasi CIPP)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sekolah Berbasis Mutudi SDN Kandri 01 Gunungpati, Kota Semarang (Dengan Model Evaluasi CIPP)

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Musik Mozart terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Think Pair and Share dengan Menggunakan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

0 0 8