Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN pada Masa Krisis | Sulaeman | Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia 1 PB

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN pada Masa Krisis Analysis of Indonesian EMP and Four ASEAN Countries During Crisis

Clara Septyana Rahma Sulaeman a, ✝ , Vera Lisna b, ✝✝

a BPS Kabupaten Belitung Timur b Pusdiklat Badan Pusat Statistik

[diterima: 12 Oktober 2015 — disetujui: 21 Juni 2016 — terbit daring: 3 Januari 2017]

Abstract

Contagion effect or domino effect which causes spreading economic crisis from one country to another also occurred in Indonesia in 1997 and 2008. The effect was identified by Exchange Market Pressure (EMP) index which measures economic pressure faced by a country on the exchange market through foreign exchange rate changes and foreign exchange reserves. The results of EMP analysis in Indonesia and four ASEAN countries using VAR method show that EMP contribution of four ASEAN countries in 2008 was larger than that of 1997. Moreover, the 1997 crisis in Indonesia spread from Thailand, while the 2008 crisis spread from Singapore. Keywords: Exchange Market Pressure; Vector Autoregression; ASEAN Countries

Abstrak

Contagion Effect atau efek domino yang merupakan salah satu penyebab menjalarnya krisis ekonomi dari suatu negara ke negara lain juga terjadi di Indonesia tahun 1997 dan 2008. Efek tersebut diidentifikasi dari indeks Exchange Market Pressure (EMP) yaitu ukuran tekanan ekonomi yang dihadapi suatu negara pada pasar valuta asing melalui perubahan nilai tukar dan cadangan devisa. Hasil analisis EMP Indonesia dan empat negara ASEAN menggunakan metode VAR menunjukkan kontribusi EMP empat negara ASEAN dalam menjelaskan EMP Indonesia tahun 2008 lebih besar dibandingkan tahun 1997. Selain itu, krisis tahun 1997 di Indonesia menjalar dari Thailand, sedangkan krisis tahun 2008 menjalar dari Singapura. Kata kunci: Exchange Market Pressure; Vector Autoregression; Negara ASEAN

Kode Klasifikasi JEL: E44; F62; C51

Pendahuluan

adalah negara lain dapat merasakan krisis tersebut layaknya efek domino. Menurut Tracy Yang dalam

Pada era perekonomian terbuka, suatu negara akan Trihadmini (2011), efek domino atau sering disebut memiliki keterkaitan yang lebih besar dengan nega-

sebagai Contagion Effect merupakan efek berantai ra lain dibandingkan pada era perekonomian tertu-

yang terjadi apabila suatu negara mengalami gun- tup. Keterkaitan ini dapat membawa keuntungan

cangan (shock) terhadap perokonomian negaranya sekaligus resiko, salah satunya adalah menjalarnya

yang kemudian akan menular melewati batas ne- krisis ekonomi. Krisis ekonomi di suatu negara da-

garanya kepada negara lain dan terjadi hubungan pat berkembang menjadi kekacauan global karena

yang saling memengaruhi.

keterbukaan ekonomi antar-negara tersebut. Jika su- atu negara mengalami krisis ekonomi, yang terjadi

Bukti adanya efek domino tersebut adalah pada krisis tahun 1997 di Asia Tenggara yang disebabkan terdepresiasinya nilai Bath Thailand sehingga Indo-

✝ Alamat Korespondensi: Komplek Perkantoran Terpadu

nesia, Singapura, Malaysia, dan Filipina ikut mera-

Pemerintah Kabupaten Belitung Timur. Jl. Raya Manggar-

sakan dampaknya, yakni turunnya pertumbuhan

Gantung, Desa Padang, Kec. Manggar, Kab. Belitung Timur,

ekonomi secara serentak. Pada tahun 1998, Indone-

Prov. Kepulauan Bangka Belitung. Telp: (0719) 9220091. E-mail: clara.srs@bps.go.id .

sia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi

✝✝ Jl. Raya Jagakarsa 70, Lenteng Agung, Jakarta 12620. E-mail:

terendah yaitu -13,1%, sedangkan Thailand sebagai

veralisna@bps.go.id ; veralisna@yahoo.com .

penyebab krisis hanya -10,5%, disusul dengan Ma-

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

laysia -7,4%, Singapura -2,2%, dan Filipina -0,6%. adanya ASEAN (Association of Southeast Asian Na- Serupa dengan krisis tahun 1997, krisis tahun 2008

tions) yang merupakan organisasi geo-politik dan juga memberikan dampak negatif terhadap per-

ekonomi antar-negara di kawasan Asia Tenggara tumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN tetapi

yang telah dibentuk sejak tahun 1984 melalui Dek- tidak sebesar sebelumnya. Meskipun hanya 3 dari

larasi Bangkok yang digagas oleh lima negara yak-

5 negara tersebut yang mengalami pertumbuhan ni Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan ekonomi kurang dari nol, namun 2 negara lainnya

Filipina. Selain memiliki hubungan multilateral juga mengalami penurunan pertumbuhan ekono-

dengan keempat negara ASEAN, Indonesia juga mi. Ketiga negara tersebut adalah Thailand -2,3%,

memiliki hubungan bilateral antar-keempat negara Malaysia -1,5%, dan Singapura -0,6%, sedangkan

penggagas ASEAN tersebut. Adanya perbedaan Indonesia dan Filipina masing-masing 4,7% dan

hubungan bilateral yang terjadi antara Indonesia 1,1%.

dengan empat negara ASEAN lainnya menyebab- Indikasi efek domino saat krisis dapat dilihat

kan guncangan yang diberikan kepada Indonesia melalui nilai tukar mata uang suatu negara yang

saat krisis berbeda. Untuk itu perlu diteliti negara terdepresiasi, indeks harga saham, dan tekanan eko-

mana yang memberikan tekanan terbesar saat ter- nomi. Tekanan ekonomi di suatu negara berhubung-

jadi krisis tahun 1997 dan 2008 serta menganalisis an dengan tekanan ekonomi internasional. Tekanan

seberapa besar dampaknya. ekonomi internasional terhadap keuangan suatu

Perbedaan kondisi saat krisis tahun 1997 dan 2008 negara dapat diukur dengan indeks Exchange Mar-

mengindikasikan adanya perbedaan karakteristik ket Pressure (EMP). Salah satu metode penghitung-

dari krisis tahun 1997 dan krisis tahun 2008. Keter- an EMP yang banyak digunakan adalah metode

kaitan Indonesia saat krisis akibat adanya tekanan Aizenman et al. (2010). Selain mudah dalam penghi-

pada pasar valuta asing perlu diteliti supaya dapat tungannya, metode ini juga mampu menjabarkan

diketahui dampak krisis yang lebih besar antara seberapa besar tekanan yang terjadi pada valuta

krisis tahun 1997 dan 2008 sehingga dapat menja- asing suatu negara. Metode ini menggunakan per-

di pelajaran dan kewaspadaan ketika terjadi krisis tumbuhan nilai tukar dan pertumbuhan cadangan

serupa. Hal tersebut menjadi penting karena Indo- devisa suatu negara dalam penghitungannya. Nilai

nesia sangat rentan terhadap setiap tipe guncangan EMP yang dihitung dapat menggambarkan kapan

ekonomi, baik yang bersumber dari regional terde- periode kondisi kritis yang terjadi di pasar valu-

kat seperti pada krisis tahun 1997 ataupun yang ta asing. Nilai tukar yang terdepresiasi dan posisi

bersumber dari luar seperti pada krisis tahun 2008 cadangan devisa yang minim akan menyebabkan

(Tambunan, 2014). Terlebih lagi Indonesia sudah EMP suatu negara menjadi tinggi. EMP yang tinggi

tergabung dalam integrasi ekonomi Masyarakat menunjukkan negara tersebut sedang mengalami

Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah dilaksanakan tekanan ekonomi dari pasar valuta asing interna-

sejak tahun 2015 sehingga resiko krisis menular sional pada pasar keuangannya.

ke Indonesia dapat menjadi lebih besar. Artinya, Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kawa-

kerentanan Indonesia terhadap krisis yang terjadi san Asia Tenggara telah mengalami dua kali peri-

di ASEAN dapat meningkat. Melalui nilai EMP, ode krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1997 dan 2008.

diharapkan dapat diketahui negara yang memiliki Krisis tahun 1997 dikenal juga sebagai ”Asian Fi-

keterkaitan erat dengan Indonesia, supaya pemerin- nancial Crisis” dan krisis pada tahun 2008 dikenal

tah lebih memberikan pengawasan khusus terkait sebagai ”Global Financial Crisis”. Menurut Tambu-

hubungan bilateral dengan negara bersangkutan nan (2014), kedua krisis tersebut dipicu oleh faktor

dan mempertimbangkan kebijakan dengan mem- yang berbeda. Krisis tahun 1997 terjadi karena ku-

perhitungkan kondisi perekonomian negara yang rangnya transparansi dan kredibilitas pemerintah,

berpengaruh tersebut.

sedangkan krisis tahun 2008 disebabkan oleh inova- Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan, si keuangan yang cepat seperti praktek sekuritisasi

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterka- dan kredit macet.

itan ekonomi Indonesia dan empat negara ASEAN Negara-negara Asia Tenggara memiliki keter-

pada masa krisis tahun 1997 dan 2008. Untuk men- kaitan satu sama lain akibat adanya kemiripan

capai tujuan tersebut, maka alat analisis statistik karakteristik dan keberadaan geografis yang berde-

yang digunakan adalah Vector Autoregression (VAR) katan. Dampak keterkaitannya pun dapat dirasa-

melalui statistik Impulse Response Function (IRF) dan kan dengan cepat. Salah satu penyebabnya adalah

Variance Decomposition (VD) yang dihasilkan.

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

Tinjauan Literatur

guncangan yang terjadi di Thailand memiliki ke- samaan, yaitu negara tersebut merasakan tekanan

Pengertian contagion yang mengacu pada definisi negatif saat krisis tahun 1997 yang cukup besar. Di Rigobon dan Forbes dalam Alamsyah (2012) ada-

sisi lain, pola transmisi respons Singapura berbeda lah tingginya keterkaitan antar-pasar dari negara-

dari negara ASEAN yang lainnya, justru Singapura negara yang secara fundamental memiliki level

lebih mirip dengan negara non-ASEAN yang tidak ekonomi yang berbeda setelah terjadinya guncang-

begitu merasakan tekanan negatif dari krisis tahun an eksternal yang terjadi pada salah satu pasar.

1997. Selain itu, kedekatan regional menjadi penga- Sehingga, contagion akan lebih terlihat ketika terjadi

ruh yang lebih besar dalam menjelaskan keterkaitan krisis. Rigobon dan Forbes menambahkan bahwa

keuangan yang terjadi.

permasalahan contagion menjadi penting karena Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian ter- meskipun suatu negara tidak memiliki hubungan

dahulu, diduga krisis tahun 1997 lebih berdampak dagang dengan negara awal yang terkena krisis, te-

negatif terhadap perekonomian Indonesia diban- tapi bisa saja akhirnya negara tersebut juga terkena

dingkan krisis tahun 2008. Sehingga nilai EMP krisis dampak buruk krisis. Maka dari itu, permasalah-

tahun 1997 diduga lebih besar dibandingkan EMP an contagion ini menjadi sulit secara teori untuk

krisis tahun 2008. Respons Indonesia terhadap gejo- memprediksi negara mana yang nantinya terinfek-

lak ekonomi pada krisis tahun 1997 juga akan lebih si dampak buruk dari krisis tersebut. Di sisi lain,

besar dibandingkan krisis tahun 2008. Namun, ka- Alamsyah berpendapat bahwa contagion effect men-

rena semakin terbukanya perekonomian Indonesia, jadi semakin popular ketika dianggap sebagai salah

maka diduga kontribusi negara lain dalam menje- satu faktor penyebab utama dari rangkaian krisis

laskan perekonomian Indonesia melalui nilai EMP perekonomian yang banyak terjadi semenjak perio-

akan lebih besar saat krisis tahun 2008.

de tahun 1980-an hingga 2000-an. Kusuma (2009) juga menyatakan bahwa di Indonesia sendiri me- nunjukkan bahwa contagion effect tampaknya lebih

Metode

berperan sebagai penyebab timbulnya krisis mata uang.

Penelitian ini mencakup lima negara pendiri ASE- Berdasarkan penjelasan sebelumnya, krisis ta-

AN yakni Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, hun 1997 dan 2008 merupakan krisis yang berbeda.

dan Thailand. Pemilihan tersebut dikarenakan ke- Menurut Tambunan (2014), krisis tahun 1997 me-

lima negara tersebut merupakan negara besar di rupakan krisis yang bersifat mendadak sedangkan

ASEAN, pendiri ASEAN, dan yang paling penting krisis tahun 2008 merupakan krisis yang bersifat

adalah keempat negara, yakni Malaysia, Filipina, tidak mendadak. Maka dalam penelitian ini akan

Singapura, dan Thailand memiliki hubungan da- dibahas secara terpisah kondisi Indonesia melalui

gang dengan total nilai ekspor dan impor terbesar nilai EMP di kedua periode krisis tersebut supa-

dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Periode ya dapat dianalisis satu per satu dan juga dapat

penelitian menggunakan dua periode, yaitu tahun menganalisis perbedaan kedua krisis tersebut. Ha-

1997–2007 dan tahun 2008–Agustus 2015 dengan sil yang diharapkan dapat lebih spesifik dan lebih

alasan ada perbedaan karakteristik kondisi pereko- mendetail di antara kedua krisis tersebut.

nomian dan penyebab krisis di kedua periode ter- Dalam penelitian Alamsyah (2012), dengan meng-

sebut. Variabel yang digunakan untuk menghitung gunakan harga saham dan nilai tukar pada empat

EMP adalah nilai tukar mata uang masing-masing negara ASEAN, ditemukan bahwa pada saat kri-

negara terhadap dolar Amerika Serikat (AS) (US sis tahun 1997 pergerakan saham dan nilai tukar

Dollar) dan cadangan devisa masing-masing negara. Indonesia dipengaruhi oleh Thailand. Sedangkan

Nilai EMP dihitung untuk masing-masing negara pergerakan saham dan nilai tukar pada krisis ta-

dalam periode bulanan.

hun 2008 dipengaruhi oleh Singapura. Sementara EMP dihitung menggunakan rumus Aizenman Zang Jie (2002) dalam tesisnya yang menggunakan

et al. (2010) yaitu:

EMP untuk menganalisis keterkaitan keuangan di sebelas negara Asia Pasifik menemukan adanya

ir t ✁ ir t ✁1 ✠ keterkaitan kuat di negara-negara ASEAN pasca-

✁ kurs t ✁ kurs t ✁1

EMP t ✏

ir t ✁1 krisis tahun 1997. Pola transmisi respons antara

kurs t ✁1

Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Korea terhadap

dengan:

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

EMP t : nilai EMP pada periode ke-t (dalam persen);

b 21 tidak sama dengan nol, maka ε zt memiliki efek kurs t : nilai tukar nominal suatu negara pada peri-

contemporaneous yang langsung pada y t . ode ke-t;

Akan tetapi, Persamaan (2) dan (3) bukan meru- ir t : cadangan devisa pada periode ke-t;

pakan persamaan reduced-form karena y t memiliki t : periode/waktu.

efek contemporaneous yang langsung pada z t dan sebaliknya. Maka perlu dilakukan transformasi dari

Secara matematis, nilai EMP berkisar antara ne- sistem persamaan dengan reduced-form. Sehingga gatif (-) tak hingga sampai tak hingga. Akan tetapi

diperoleh persamaan sebagai berikut: secara empiris tidak mungkin terjadi, karena nilai

tukar suatu negara tidak mungkin nol sehingga y t ✏a 10 a 11 y t ✁1 a 12 z t ✁1 e 1t

(4) EMP tidak mungkin negatif (-) tak hingga dan tak

hingga. Nilai EMP negatif (-) menunjukkan telah z t ✏a 20 a 21 y t ✁1 a 22 z t ✁1 e 2t (5) terjadi tekanan apresiasi di pasar valuta asing, seba- liknya nilai EMP positif (+) menunjukkan terjadinya

Jika dilakukan generalized multivariate dari model tekanan depresiasi di pasar valuta asing (Falianty

tersebut, maka menjadi:

dan Andhony, 2012). Dengan kata lain, jika nilai EMP positif (+) maka negara tersebut terindikasi

x t ✏A 0 A 1 x t ✁1 A 2 X t ✁2 ... A p x t ✁p e t (6) mengalami tekanan internasional pada pasar valuta asingnya. Sedangkan nilai EMP negatif (-) meng-

dengan:

indikasikan negara tersebut yang menyebabkan x t : suatu vektor (n x 1) yang mengandung semua tekanan pada pasar valuta asing internasional.

variabel yang ada pada model VAR; Data yang digunakan merupakan data sekun-

A 0 : suatu vektor intercept term (nx1); der, yaitu data deret waktu (time series) bulanan

A i : koefisien matriks (nxn); periode Januari 1997–Desember 2007 dan Januari

e t : suatu vektor error term (nx1). 2008–Agustus 2015. Data bersumber dari Interna-

tional Financial Statistics (IFS) terbitan International Monetary Fund (IMF).

Persamaan (6) dijabarkan menjadi: Metode analisis yang digunakan metode VAR.

➳ p Eviews 8 dan Microsoft Excel 2010. Enders (2004)

Pengolahan data dibantu menggunakan program

y 1t ✏a 10 a 11 y 1 ♣t✁iq ...

a 1n y n ♣t✁iq ε 1t

menyebutkan bahwa terdapat dua macam bentuk i ✏1 (7)

i ✏1

model VAR, yakni structural VAR (primitive system)

dan VAR Standar. Pada kasus bivariate (dua vari- abel), misalkan series y t dipengaruhi oleh masa

➳ p ➳ sekarang dan masa lampau z t dan series z t dipenga-

a nn y n ♣t✁iq ε nt ruhi oleh masa sekarang dan masa lampau y t , maka

y nt ✏a n0

a n1 y 1 ♣t✁iq ...

i ✏1

i ✏1

model VAR(1) yang terbentuk: (8)

n : jumlah variabel dalam sistem; p : panjang lag.

z t ✏b 20 ✁b 21 y t γ 21 y t ✁1 γ 22 z t ✁1 ε zt

Berikut model VAR(p) yang dibentuk: Diasumsikan bahwa series y t dan z t stasioner, ε yt

dan ε p zt merupakan white noise disturbances dengan

➳ p standar deviasi masing-masing σ y dan σ z serta ε yt

α i1 IND t ✁i β i1 THA t ✁i dan ε zt tidak berkorelasi. Model di atas merupakan

model primitive system (structural VAR). Sebagai

γ SIN

catatan bahwa ε yt dan ε zt

merupakan pure innovation

atau guncangan pada y t dan z t berturut-turut. Jika

θ i1 FIL t ✁i e INDt contemporaneous yang langsung pada z t , dan jika

b 12 tidak sama dengan nol, maka ε yt memiliki efek

i ✏1

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

➳ p ➳ persamaan yang sesuai, terlebih dahulu dilakukan THA t ✏k THA

α i2 IND t ✁i

β i2 THA t ✁i

uji stasioneritas menggunakan uji Augmented Dickey

➳ Fuller (ADF), uji Phillip-Peron, uji Granger Causality, ➳ pemilihan lag optimum, dan uji stabilitas. Kemudi-

an dipilih model terbaik berdasarkan hasil uji ke- ➳ p

i ✏1

stabilan yaitu lag optimum. Selanjutnya, dilakukan

θ i2 FIL t ✁i e THAt

analisis nilai IRF dan VD dari model terpilih.

i ✏1

Model VAR memerlukan beberapa tahapan pe- ➳ p

ngecekan sampai didapatkan model VAR terbaik. Tahapan ini diawali dengan pengecekan kestasione-

SIN t ✏k SIN α i3 IND t ✁i

β i3 THA t ✁i

ritasan data yang digunakan. Dalam data time series,

➳ pengujian stasioneritas data adalah penting dalam p γ i3 SIN t ✁i

estimasi parameter. Data yang tidak stasioner akan

mengakibatkan Spurious Regression (Regresi Lan-

➳ cung), yakni hasil regresi yang salah sehingga nilai

θ i3 FIL t ✁i e SINt

estimasi parameternya menjadi tidak tepat.

i ✏1

Hasil uji stasioneritas pada Tabel 1 dan 2 menun-

jukkan data stasioner di level, sehingga dapat digu- ➳

MAL nakan model VAR paling sederhana yakni VAR(p). t ✏k MAL α i4 IND t ✁i

β i4 THA t ✁i

Kemudian, langkah berikutnya adalah pemilihan ➳ lag optimum. Menurut Nachrowi dan Usman (2006), p ➳ p

pemilihan lag optimum merupakan tahapan paling

i ✏1

penting, dikarenakan model VAR(p) dibangun dari ➳ p

i ✏1

banyaknya lag dari masing-masing variabel yang

θ i4 FIL t ✁i e MALt

diikutsertakan dalam model. Hasil pengolahan de-

i ✏1

ngan Eviews 8 menyajikan kriteria lag dalam bebera-

➳ pa ukuran yaitu Likelihood Ratio (LR), Final Prediction ➳ FIL t ✏k FIL

α i5 IND t ✁i

β i5 THA t ✁i

Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Sch-

warz information Criterion (SC), dan Hannan-Quinn ➳ information criterion (HQ). p ➳ p

Menurut Widarjono (2013), jika digunakan salah

satu kriteria dalam menentukan panjangnya lag, ➳ p

i ✏1

i ✏1

maka panjang optimum terjadi jika nilai-nilai kri-

θ i5 FIL t ✁i e FILt

teria mempunyai nilai absolut yang paling kecil.

Sedangkan bila menggunakan beberapa kriteria, dengan:

i ✏1

maka gunakan kriteria lag tambahan, yakni adjusted R 2 sistem VAR dan panjang lag optimum terjadi pada

IND t : nilai EMP Indonesia bulan ke-t; nilai adjusted R 2 yang paling tinggi. Berdasarkan THA t : nilai EMP Thailand bulan ke-t;

kriteria tersebut maka diperoleh hasil yaitu, pada SIN t : nilai EMP Singapura bulan ke-t;

periode krisis tahun 1998 menggunakan VAR(8) dan MAL t : nilai EMP Malaysia bulan ke-t;

periode krisis tahun 2008 menggunakan VAR(5). FIL t : nilai EMP Filipina bulan ke-t;

Model VAR yang telah diperoleh pada masing- k : konstanta;

masing periode krisis selanjutnya diuji kestabilan- p : panjang lag optimum atau order model VAR;

nya. Model VAR bersifat stabil apabila semua roots α, β, γ, δ, θ : nilai parameter;

memiliki nilai modulus kurang dari atau sama de-

e : error. ngan satu. Jika nilai modulusnya lebih dari satu, menunjukkan model VAR tidak stabil sehingga a-

Penelitian ini lebih difokuskan pada model per- kan berpengaruh pada hasil peramalan, seperti IRF tama, yakni Indonesia sebagai variabel endogen (di

yang tidak valid. Gambar 1 dan Gambar 2 meru- kiri persamaan) dan empat negara lain menjadi vari-

pakan grafik nilai modulus dari roots berdasarkan abel eksogen beserta lag Indonesia di masa lampau

VAR(8) dan VAR(5) dengan perhitungan model (di kanan persamaan). Sebelum memperoleh hasil

reserve characteristic polynomial.

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

Tabel 1: Hasil Pengujian Stasioneritas Data EMP Lima Negara ASEAN dengan ADF dan Phillips-Peron Tahun 1997–2007

Negara

t-Statistik (p-value) ADF

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

Tabel 2: Hasil Pengujian Stasioneritas Data EMP Lima Negara ASEAN dengan ADF dan Phillips-Peron Tahun 2008–2015

Negara

t-Statistik (p-value) ADF

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Stasioner di Level

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

Gambar 1: Akar-Akar Invers dari Karakteristik AR pada Model Polinomial VAR(8) Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

Hasil dan Analisis Keterkaitan Empat Negara ASEAN terha-

dap Indonesia Saat Krisis Tahun 1997

Sebelum membahas mengenai keterkaitan empat negara ASEAN terhadap Indonesia saat krisis tahun

1997, akan dibahas mengenai gambaran dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, cadangan devisa, dan nilai EMP Indonesia supaya menjadi gambaran awal bagaimana kondisi pasar valuta asing yang terjadi di Indonesia. Adapun grafik dari nilai tukar rupiah dan cadangan devisa pada periode tahun

1997–2007 terlihat pada Gambar 3 . Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa perge- Gambar 2: Akar-Akar Invers dari Karakteristik AR pada

rakan nilai tukar Indonesia selama periode tahun Model Polinomial VAR(5)

1997–2007 relatif berfluktuatif. Nilai tukar cende- Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

rung terdepresiasi tajam pada Januari 1998 sebe- sar Rp9.662,5. Menyusul pada Juli 1998 sebesar Rp13.962,5 yang merupakan depresiasi terbesar se- lama kurun waktu tahun 1997–2007. Sedangkan

pada bulan-bulan berikutnya masih di tahun yang sama, rupiah mengalami apresiasi hingga pada akhir tahun 1998. Tepatnya pada Desember 1998, ni-

Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan nilai lai tukar rupiah mampu mencapai angka Rp7.685,3. EMP lima negara ASEAN, maka digunakan uji ka-

Walaupun terapresiasi namun nilainya masih tinggi usalitas Granger. Dengan menggunakan tingkat

dan belum mampu kembali pada posisi awal saat kepercayaan 95%, untuk VAR(8) pada krisis tahun

masa sebelum krisis tahun 1997. 1997 diperoleh hasil empat belas bentuk hubungan

Fluktuasi yang terjadi disebabkan oleh dilepas- saling memengaruhi (kausalitas), di antaranya ada-

kannya sistem nilai tukar mengambang bebas oleh lah hubungan saling memengaruhi antara Filipina

pemerintah tepat pada 14 Agustus 1997, yang me- dan Indonesia, Singapura dan Indonesia, Thailand

nyebabkan depresiasi yang terus menerus terjadi dan Indonesia, Singapura dan Filipina, Thailand

pada selang waktu tahun 1997–1998. Pemerintah dan Filipina, Thailand dan Malaysia, serta Thailand

melalui Bank Indonesia mampu mengendalikan dan Singapura. Sedangkan hubungan searah hanya

uang beredar dalam jangka pendek dan tidak perlu terjadi pada Indonesia dan Malaysia dengan Indone-

memelihara cadangan devisa dalam jumlah yang sia memengaruhi Malaysia, tetapi tidak sebaliknya.

banyak ketika menggunakan sistem nilai tukar Sedangkan pada krisis tahun 2008 yakni VAR(5) mengambang bebas. Walaupun terdapat kelelua- hanya terjadi hubungan searah saja, yakni Thailand saan, tetap saja pemerintah mesti memperhatikan memengaruhi Indonesia, Indonesia memengaruhi daya dukung perekonomian domestik supaya tidak Filipina, serta Singapura memengaruhi Filipina jika terjadi kenaikan inflasi ketika melakukan kebijakan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Namun,

ekspansif.

jika menggunakan tingkat kepercayaan 90%, ada Pada kurun waktu tahun 1999 hingga Mei 2002, tambahan hubungan yaitu Filipina memengaru- pergerakan nilai tukar rupiah masih relatif berfluk- hi Malaysia, Thailand memengaruhi Filipina, dan tuasi. Mengingat pada periode tahun 1999 dilaku- Thailand memengaruhi Singapura. kan pemilihan umum, tepatnya 20 Oktober 1999,

yang hasilnya adalah K.H. Abdurrachman Wahid Selanjutnya terbentuk model VAR yang telah siap

terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia (RI) dianalisis lebih lanjut menggunakan IRF dan VD

keempat. Kondisi ini tidak bertahan lama karena sebagai alat analisis utama untuk mengetahui bagai-

K. H. Abdurrachman Wahid mengundurkan diri mana respons Indonesia ketika terjadi guncangan

dari jabatannya pada tahun 2001 sebagai respons pada negara lain di kedua periode krisis.

dari gelombang demonstrasi yang menuntut pe-

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

Gambar 3: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS dan Cadangan Devisa Indonesia Tahun 1997–2007 Sumber: International Financial Statistics (IFS)

ngunduran dirinya. Posisi presiden RI kemudian lui besarnya ketergantungan swasta terhadap sek- digantikan oleh wakilnya, Megawati Soekarnoputri.

tor luar negeri. Sehingga hutang luar negeri swasta Akibat dari perubahan ini, kondisi perekonomian

meningkat rata-rata sebesar 28,6% dibanding de- menunjukkan perbaikan namun tingkat inflasi men-

ngan hutang pemerintah yang naik hanya 0,4% per capai 7,7% pada Januari–Juli 2001. Ketidakstabilan

tahun. Pertumbuhan ekspor yang melambat dan politik yang terjadi pada masa ini mengakibatkan

kerapuhan dari sistem perbankan karena lemah- nilai tukar rupiah menjadi tidak stabil.

nya pengelolaan usaha yang kurang transparan, Akan tetapi, semenjak Juni 2002 hingga Desember

menyebabkan capital outflow akibat kurangnya ke- 2007, pergerakan nilai tukar rupiah cenderung stabil

percayaan investor asing terhadap perekonomian dan berkisar pada Rp8.000–Rp10.000. Tidak ada

Indonesia.

tanda-tanda apresiasi nilai tukar yang berarti atau Selain nilai tukar rupiah yang mengalami fluktu- kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum

asi pada periode tahun 1997–2007, posisi cadangan terjadinya krisis tahun 1997. Hal ini mengindikasi-

devisa Indonesia juga mengalami fluktuasi dengan kan bahwa efek krisis yang terjadi pada tahun 1997

kecenderungan meningkat selama periode tersebut. menyebabkan sulitnya nilai tukar rupiah untuk

Namun, jika dilihat lebih saksama, terdapat titik- kembali ke posisi awal. Ditambah lagi, pada tahun

titik cadangan devisa mengalami penurunan, yakni 1998 hingga sekarang masih diterapkannya sistem

pada Februari 1998 hanya sebesar US$15.478,80 nilai tukar mengambang bebas, sehingga sulit bagi

juta dari Januari 1998 sebesar US$18.147,50 juta pemerintah mengontrol nilai tukar karena nilainya

atau sebesar -14,7%. Selain itu, titik penurunan la- diserahkan kepada mekanisme pasar.

innya adalah pada September 2005 yang hanya Dalam perkembangannya, pergerakan nilai tukar

sebesar US$28.860,30 juta dari April 2005 yakni pada era mengambang bebas mengalami fluktuasi

US$35.095,10 juta. Namun, setelah periode terse- yang sangat tinggi. Hal tersebut bersesuaian dengan

but, cadangan devisa berangsur-angsur meningkat perkataan Goeltom dan Zulverdi (1998), fluktuasi

secara bertahap walaupun tetap berfluktuasi. tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor fun-

Krisis yang melanda pada periode tahun 1997– damental ekonomi, tetapi juga oleh faktor-faktor

1998 di Indonesia menyebabkan nilai cadangan non-ekonomis yang umumnya dimanfaatkan oleh

devisa Indonesia menurun pada periode tersebut. para spekulan valuta asing. Terlebih lagi lemahnya

Sedangkan pada September 2005, terjadi penurun- sistem fundamental makro-ekonomi, sedangkan

an secara berangsur-angsur dari bulan-bulan sebe- contagion effect merupakan pemicunya saja. Kele-

lumnya dikarenakan terjadinya peristiwa Bom Bali mahan fundamental tersebut dapat tercermin mela-

pada tahun 2005. Namun demikian, karena proses

113 klarifikasi dan pembenahan yang baik pada tahun

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

Walaupun nilai EMP setelah tahun 1998 tetap 2006, cadangan devisa Indonesia berangsur-angsur

mengalami fluktuasi, namun tidak sebesar yang mengalami peningkatan yang cenderung lambat.

terjadi pada periode tahun 1997–1998. Hal ini di- Seperti yang diketahui, peristiwa Bom Bali menye-

sebabkan oleh terjadinya krisis yang melanda ka- babkan penurunan turis yang masuk ke Indonesia,

wasan ASEAN khususnya Indonesia yang membe- sehingga memengaruhi cadangan devisa negara.

rikan dampak cukup signifikan terhadap tekanan Sistem devisa yang dianut Indonesia pada peri-

pasar valuta asing di Indonesia. Depresiasi tajam ode ini adalah sistem devisa bebas murni yang

yang dirasakan pasar valuta asing Indonesia pada memang sudah dianut sejak tahun 1982 dengan

awal tahun 1998 membuktikan bahwa krisis mone- dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun

ter yang terjadi memberikan dampak yang negatif 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor dan atau

bagi sistem ekonomi, khususnya pasar keuangan Lalu Lintas Devisa. Dampak dari adanya sistem

Indonesia pada saat itu. Hal ini mengindikasikan devisa yang demikian adalah mendorong aliran

adanya pengaruh yang berarti bagi Indonesia saat modal masuk ke Indonesia, baik dalam penanaman

terjadinya krisis tahun 1997 di ASEAN. modal asing, pinjaman, atau investasi portofolio di

Penemuan ini mendukung teori Tambunan (2014) pasar modal. Namun, di sisi lain juga memberikan

yang menyatakan bahwa krisis tahun 1997 meru- dampak negatif, yakni menimbulkan kerawanan

pakan krisis dadakan. Krisis yang bersifat dadakan pada perekonomian Indonesia apabila tidak diikuti

ini menyebabkan pemerintah tidak dapat membe- dengan sikap hati-hati para pelaku ekonomi. Be-

rikan kebijakan pencegahan untuk mempersiapkan sarnya dana yang berbentuk jangka pendek dapat

diri dalam menghadapi krisis yang terjadi. Krisis ta- membahayakan perekonomian Indonesia apabila

hun 1997 mulai terjadi ketika Thailand melepas ma- arus dana tersebut berbalik seketika menjadi arus

ta uang Bath ke pasar pada Juli 1997, tetapi ternyata modal keluar. Inilah yang terjadi pada Indonesia

Indonesia baru merasakan dampak terparahnya pa- saat periode krisis tahun 1997 yang menyebabkan

da Januari 1998. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merasakan dampak buruk akibat krisis

butuh waktu untuk proses penyebaran krisis tahun tersebut.

1997. Untuk itu, perlu ada analisis lanjutan untuk Berdasar pergerakan nilai tukar rupiah dan ca-

mengungkap seberapa lama krisis tersebut men- dangan devisa selama tahun 1997 hingga 2007 akan

jalar dan sampai kapan akan hilang pengaruhnya

untuk Indonesia. Kondisi peningkatan EMP secara Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai EMP Indonesia

diperoleh nilai EMP seperti pada Gambar 4 . Dari

drastis pada Januari 1998 lebih disebabkan oleh periode tahun 1997–2007 sangat berfluktuatif. Fluk-

adanya depresiasi dari nilai tukar rupiah terhadap tuasi terbesar terjadi pada tahun 1997–1998. Pada

dolar AS yang mencapai 96,84%. Sedangkan posisi periode awal tahun 1997, nilai EMP masih berada

cadangan devisa hanya meningkat sebesar 9,4%. di bawah angka nol yang menunjukkan terjadinya

Sebelum melakukan analisis lanjutan dengan apresiasi di pasar valuta asing Indonesia. Namun,

metode VAR, perlu dilakukan beberapa tahapan pada Juli 1997, pergerakan EMP melewati nilai nol

pengujian. Adapun tahapan pengujiannya adalah yang menunjukkan depresiasi di pasar valuta asing

stasioneritas data, pemilihan lag optimum, dan uji Indonesia.

stabilitas model. Kemudian akan dianalisis meng- Pada akhir tahun 1997 hingga awal tahun 1998,

gunakan kausalitas Ganger untuk mengetahui ke- nilai EMP terus mengalami peningkatan hingga

terkaitan antar-lima negara ASEAN. Sedangkan puncaknya pada Januari 1998, yakni sebesar 87,43.

analisis IRF danVD digunakan untuk menganali- Pada masa itu nilai tukar rupiah berada pada angka

sis negara yang memiliki keterkaitan kuat dengan Rp9.662,5 dan nilai cadangan devisa US$18.074,60

Indonesia.

juta. Kemudian, pada Februari 1998, nilai EMP IRF dalam VAR menunjukkan bagaimana penga- turun drastis menjadi 7,33 dengan nilai tukar rupi-

ruh guncangan variabel eksogen terhadap variabel

ah sebesar Rp8.950 dan cadangan devisa sebesar endogennya. Dalam kasus ini, IRF mampu me- US$15.478,80 juta. Nilai EMP berangsur turun hing-

nerangkan bagaimana pengaruh guncangan EMP

ga April 1998 sebesar -24,99, yaitu nilai tukar rupi- negara ASEAN terhadap nilai EMP di negara Indo-

ah sebesar Rp7.950 dan cadangan devisa sebesar nesia. Pengaruh guncangan EMP negara ASEAN US$16.882,60 juta, namun kembali meningkat pada

terhadap Indonesia mampu berdampak negatif atau Mei 1998, dan pada Juni 1998 nilai EMP mencapai

pun positif. Respons negatif dijelaskan melalui pe- 37,95.

ningkatan nilai EMP di atas nilai nol sedangkan

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

Gambar 4: Nilai Exchange Market Pressure (EMP) Indonesia, 1997–2007 Sumber: International Financial Statistics (IFS)

Gambar 5: Hasil Impulse Response Function (IRF) Indonesia terhadap Guncangan dari Empat Negara ASEAN pada Krisis

Tahun 1997 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

115 respons positif dijelaskan melalui penurunan ni-

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

mampu dijelaskan oleh nilai EMP Indonesia itu sen- lai EMP di bawah nol. Adapun grafik IRF untuk

diri, EMP Thailand, EMP Malaysia, EMP Singapura,

dan EMP Filipina pada kurun waktu satu tahun. Gambar 5 menunjukkan secara garis besar res-

persamaan EMP Indonesia ada pada Gambar 5 .

Pada bulan pertama, nilai variasi EMP Indonesia pons EMP Indonesia pada krisis tahun 1997 dari

didominasi oleh nilai EMP Indonesia itu sendiri adanya guncangan satu standar deviasi eror nilai

sebesar 68,71% sedangkan sisanya dijelaskan oleh EMP di masing-masing negara ASEAN berfluktua-

Thailand sebesar 10,37% dan Singapura 20,91%. tif hingga menuju ke arah konvergen. Dapat dilihat

Namun, pada bulan kedua, walaupun masih dido- bahwa respons EMP Indonesia yang paling besar

minasi oleh Indonesia sendiri, Singapura mampu adalah hasil guncangan dari EMP Thailand. Namun,

menyumbangkan 20,34%, Malaysia 0,66%, Filipi- respons terbesar pada bulan pertama disebabkan

na 0,15%, dan Thailand 11,91% untuk menjelaskan oleh guncangan dari EMP Singapura. Sedangkan

variasi nilai EMP Indonesia. pola respons EMP Indonesia terhadap guncangan

Pada bulan ketujuh, variasi nilai EMP mampu EMP Malaysia hampir serupa dengan EMP Filipina.

dijelaskan oleh Thailand sebesar 28,47%, Singapura Thailand memang menjadi sumber krisis tahun

11,96%, Malaysia 8,56%, dan Filipina 7,92%. Pada 1997. Hal tersebut mendorong besarnya pengaruh

tepat satu tahun, variasi dari nilai EMP Indonesia guncangan Thailand terhadap kondisi tekanan pa-

mampu dijelaskan oleh Thailand sebesar 30,92%, sar valuta asing Indonesia. Selain itu, pada periode

Singapura sebesar 12,60%, Malaysia 8,38%, dan Fi- tahun 2000–2007, jumlah ekspor dan impor Indone-

lipina 8,78%. Hal ini menunjukkan bahwa, pada sia dengan Thailand menduduki peringkat ketiga

awalnya Singapura mampu menjelaskan lebih besar setelah Indonesia dengan Singapura dan Indonesia

variasi EMP Indonesia dibandingkan Thailand. Na- dengan Malaysia yakni, sebesar 15,91%; 51,12%;

mun pada akhirnya, Thailand mampu menjelaskan dan 19,93% secara berturut-turut. Hal tersebut da-

variasi nilai EMP Indonesia lebih besar dibanding- pat memperkuat respons Indonesia yang sangat

kan dengan Singapura, Malaysia posisi ketiga, dan besar dan lama karena guncangan dari Thailand

Filipina pada posisi terakhir. Hal ini mendukung pada periode tahun 1997–2007.

hasil IRF yang menunjukkan bahwa Thailand me- Respons paling negatif akan terjadi rata-rata pa-

miliki andil cukup besar dalam memengaruhi nilai

da bulan ketujuh, kecuali pada respons akibat gun- EMP di Indonesia pada periode tahun 1997–2007. cangan Singapura yang dari awal sudah membe-

Hasil VD ini sejalan dengan hasil IRF pada pem- rikan respons negatif terbesar. Kecenderungan res-

bahasan sebelumnya bahwa Thailand merupakan pons Indonesia akan menghilang pada krisis tahun

negara yang memiliki keterkaitan yang lebih erat 1997 adalah setelah 30 bulan ke depan. Krisis yang

dengan Indonesia pada saat krisis tahun 1997. bersifat mendadak seperti pada krisis tahun 1997 ternyata mampu mengguncangkan perekonomian Indonesia, khususnya pada pasar valuta asing. Hal

Keterkaitan Empat Negara ASEAN terha-

tersebut terlihat dari sangat berfluktuatifnya res-

dap Indonesia Saat Krisis Tahun 2008

pons Indonesia pada guncangan yang terjadi pada masing-masing negara. Hal ini menggambarkan

Serupa dengan krisis tahun 1997 pada pembahasan bahwa pemerintah sulit untuk memprediksi ba-

sebelumnya, pada krisis tahun 2008 akan dijelaskan gaimana kondisi pasar vauta asing Indonesia saat

terlebih dahulu mengenai gambaran dari variabel krisis tahun 1997 dan baru akan sabil setelah 30

yang digunakan, yakni nilai tukar rupiah terhadap bulan ke depan.

dolar AS, cadangan devisa, dan nilai EMP Indonesia Selain nilai IRF, dengan metode VAR dapat dia-

periode tahun 2008–2015. Adapun gambaran dari nalisis bagaimana kontribusi dari masing-masing

nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan cadangan variabel eksogen dalam menjelaskan variabel en-

devisa Indonesia terlihat pada Gambar 6 . dogennya menggunakan nilai VD. Sehingga dapat

Gambar 6 memperlihatkan bahwa nilai tukar diketahui nilai EMP negara mana yang mampu

rupiah terhadap dolar AS dari tahun 2008–2015 menjelaskan nilai EMP Indonesia disertai dengan

mengalami fluktuasi pada awal periode tahun 2008 periodenya atau lag-nya dalam satu tahun. Adapun

hingga akhir tahun 2009. Namun, cenderung meng- Tabel 3 adalah nilai dari VD Indonesia.

alami depresiasi pada tahun 2011–2015. Depresiasi

pertama kali terjadi pada Oktober 2008 yaitu nilai besar persentase varian-varian EMP Indonesia yang

Statistik VD pada Tabel 3 menunjukkan seberapa

tukar rupiah mencapai Rp10.100 per US$. Di bulan

116 Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

Tabel 3: Variance Decomposition EMP Indonesia Krisis Tahun 1997

Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

Gambar 6: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS dan Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2008–2015

Sumber: International Financial Statistics (IFS)

117 berikutnya, nilai tukar rupiah menjadi Rp11.836 per

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

dalam periode tahun 2008–2014 cenderung menga- US$, dan kembali bergejolak pada Februari 2009

lami peningkatan. Akan tetapi, pada Oktober 2008, sebesar Rp11.866,30 per US$. Namun, di bulan ber-

nilainya mengalami penurunan dari bulan sebelum- ikutnya nilai tukar berangsur-angsur terapresiasi.

nya dengan penurunannya sebesar 11,29%. Hal ini Walaupun berhasil terapresiasi, nilai tukar rupi-

serupa dengan yang terjadi pada nilai tukar rupiah

ah cenderung kembali terdepresiasi pada Agustus yang mulai terdepresiasi pada periode yang sama. 2011–akhir 2015.

Kemudian, hingga November 2011, cadangan devi- Gambaran nilai tukar pada periode tahun 2008–

sa terus mengalami peningkatan secara keseluruh- 2015 cenderung tidak terlalu berfluktuatif seperti

an. Namun, pada September 2011, cadangan devisa pada krisis tahun 1997. Namun, dampak dari ada-

turun hingga US$9.873 juta dari bulan sebelumnya. nya krisis tahun 2008 menyebabkan nilai tukar ru-

Setelah periode tersebut, cadangan devisa Indone- piah mengalami guncangan yang ditandai dengan

sia cenderung berfluktuatif hingga akhir tahun 2013 terdepresiasinya nilai tukar pada Oktober 2008. Wa-

seiring dengan nilai tukar rupiah yang mengalami laupun sempat terapresiasi, kondisinya kembali

depresiasi. Namun demikian, pada sepanjang tahun memburuk hingga akhir tahun 2014. Hal tersebut

2014, nilai cadangan devisa cenderung mengalami menunjukkan bahwa krisis tahun 2008 memberikan

peningkatan.

dampak yang negatif kepada Indonesia. Ditambah Sistem devisa yang bebas menyebabkan tidak lagi dengan telah dilepasnya harga nilai tukar ke-

diperlukannya lagi penyerahan devisa hasil ekspor pada pasar (sistem nilai tukar mengambang bebas)

kepada negara, dalam hal ini Bank Indonesia atau yang menyebabkan tidak ada peran pemerintah

bank-bank yang ditunjuk. Masyarakat dapat secara dalam mengendalikan harga nilai tukar.

bebas memperoleh dan menggunakan devisa. Ke- Semakin terbukanya perekonomian Indonesia,

bebasan ini juga diartikan sebagai tidak wajib lapor, menyebabkan semakin terintegrasinya Indonesia

meskipun di negara-negara lain kewajiban pelapor- dengan negara lain. Krisis tahun 2008 yang dimulai

an masih diberlakukan. Hal tersebut menyebabkan oleh krisis yang terjadi di AS ternyata mampu me-

permasalahan baru, yakni pengawasan (monitoring) rambat ke Indonesia. Krisis yang menjalar hampir

devisa yang menjadi sulit, baik dalam bentuk utang di seluruh negara di dunia ini ternyata juga berdam-

maupun lalu lintas modal jangka pendek yang tidak pak pada Indonesia, khususnya pada nilai tukar

dapat secara efektif dilakukan. Inilah yang dapat rupiahnya yang mengalami fluktuasi akibat ada-

memicu sulitnya penanganan krisis yang bisa saja nya krisis tersebut. Namun dalam rentang tahun

terjadi di kemudian hari.

2008–2015, fluktuasinya tidak sebesar yang terjadi Gambar 7 menunjukkan fluktuasi nilai EMP Indo- pada krisis tahun 1997. Kecenderungan terdepresia-

nesia dari Januari 2008 hingga Agustus 2015. Seperti si yang relatif lebih kecil disebabkan oleh sifat dari

yang telah dibahas sebelumnya pada krisis tahun krisis tahun 2008, menurut Tambunan (2014) meru-

1997, nilai EMP yang berada di atas nol menun- pakan krisis yang tidak mendadak. Jadi, guncangan

jukkan terjadi rekanan depresiasi pada pasar valuta yang dialami nilai tukar rupiah tidak sebesar saat

asing di Indonesia, atau Indonesia sedang menda- krisis tahun 1997 yang bersifat mendadak. Sela-

patkan tekanan dari internasional pada pasar valuta in itu, nilai tukar rupiah yang cenderung sudah

asingnya. Sedangkan nilai EMP yang negatif atau melemah di periode sebelumnya juga menunjang

di bawah nol menunjukkan bahwa pada periode kondisi nilai tukar yang tidak terdepresiasi hebat.

tersebut terjadi apresiasi pada pasar valuta asing di Kondisi perekonomian Indonesia yang mampu

Indonesia. Pergerakan nilai EMP Indonesia pada menangani dan mengantisipasi adanya krisis ta-

krisis tahun 2008–2014 menunjukkan adanya fluk- hun 2008 merupakan salah satu alasan lainnya. Pe-

tuasi yang tinggi. Namun, nilainya tidak sebesar merintah yang mengeluarkan beberapa peraturan

fluktuasi pada krisis tahun 1997–2008. Pada periode perundang-undangan untuk menanggulangi krisis

ini, nilai EMP tertinggi hanya mencapai 19,05 yang yang terjadi menyebabkan adanya sebuah kondi-

terjadi di Oktober 2008. Sedangkan nilai terendah si pencegahan dari dampak buruk adanya krisis

terjadi pada April 2010 sebesar -11,22. Nilai ekstrem tahun 2008. Hal tersebut merupakan pembelajar-

pada periode ini tidak seekstrem nilai EMP pada an dari krisis sebelumnya, yaitu kondisi Indonesia

krisis tahun 1997.

sangat terpuruk akibat kurangnya antisipasi awal Tekanan valuta asing terjadi pada Oktober dan akan adanya krisis tahun 1997.

November 2008. Pada Oktober 2008, nilai EMP In- Perkembangan nilai cadangan devisa Indonesia

donesia mencapai 19,05 yang disebabkan oleh nilai

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN...

Gambar 7: Nilai Exchange Market Pressure (EMP) Indonesia Tahun 2008–2015 Sumber: International Financial Statistics (IFS)

tukar rupiah yang terdepresiasi dari Rp9.372,80 Tekanan yang diberikan oleh pasar internasional menjadi Rp10.100 dan cadangan devisa menurun

terhadap pasar valuta asing Indonesia di tahun sebesar 11,29% dari bulan sebelumnya. Kemudian,

1997 lebih kuat dan lebih besar dibanding tekanan kembali mengalami tekanan negatif berupa terde-

pada krisis tahun 2008. Dengan kecenderungan nilai presiasinya pasar valuta asing Indonesia pada Fe-

EMP yang meningkat pada krisis tahun 1997 lebih bruari 2009 sebesar 6,99, nilai tukar rupiah terdepre-

disebabkan oleh adanya depresiasi tajam pada nilai siasi sebesar 5,15%, dan cadangan devisa menurun

tukar rupiah, sedangkan pada krisis tahun 2008 0,84%. Sepanjang Maret 2009 hingga Agustus 2011,

penyebabnya adalah penurunan tajam dari nilai nilai EMP Indonesia cenderung di bawah nol kecu-

cadangan devisa.

ali pada Februari 2010, Mei 2010, dan Januari 2011. Adapun grafik IRF untuk persamaan EMP Indo- Kecenderungan nilai EMP berubah menjadi di atas nesia disajikan pada Gambar 8 . Secara umum, jika nol terlihat pada September 2011 hingga Desember terjadi guncangan satu standar deviasi pada eror 2013, walaupun nilainya masih cukup berfluktuasi. EMP masing-masing empat negara ASEAN, akan

Adanya pergerakan tersebut menunjukkan bah- direspons secara berfluktuatif oleh EMP Indonesia wa krisis yang terjadi pada tahun 2008 mengaki-

sampai menuju konvergen pada krisis tahun 2008. batkan Indonesia mengalami gejolak pada pasar

Guncangan EMP Singapura akan langsung dires- valuta asing yang sulit untuk diprediksi. Krisis

pons negatif cukup tinggi oleh EMP Indonesia pada menyebabkan nilai EMP Indonesia sempat mening-

periode pertama. Walaupun EMP Indonesia cende- kat pula pada Oktober dan November 2008 akibat

rung merespons guncangan EMP Malaysia secara pengaruh dari krisis tersebut. Dampak krisis seper-

positif pada 12 bulan namun tidak sebesar respons tinya sulit untuk dihilangkan karena krisis pada

pada guncangan EMP Thailand. Lain halnya de- tahun 2008 masih tercampur dari adanya dampak

ngan respons EMP Indonesia terhadap guncangan krisis tahun 1997 yang belum usai. Pada periode ini,

EMP Filipina yang responsnya cenderung berfluk- peningkatan nilai EMP pada Oktober 2008 lebih di-

tuatif pada 12 bulan.

karenakan oleh penurunan cadangan devisa yang Pengaruh Singapura yang besar berbanding ter- mencapai -11,29%, sedangkan nilai tukar rupiah balik dengan kondisi wilayah Singapura yang sa- terdepresiasi hingga 7,75%. ngat kecil. Namun, Singapura yang merupakan

Kondisi nilai EMP pada periode krisis tahun 2008 negara maju di ASEAN mampu memberikan domi- yang tidak sebesar nilai EMP pada krisis tahun 1997

nasi dalam bidang ekonomi cukup besar. Menurut menunjukkan bahwa dampak dari adanya krisis

Tambunan (2014), Singapura merupakan negara tahun 1997 lebih besar dirasakan oleh Indonesia.

yang sepenuhnya terintegrasi dengan pasar global

Sulaeman, C. S. R. & Lisna, V.

Gambar 8: Hasil Impulse Response Function (IRF) Indonesia terhadap Guncangan dari Empat Negara ASEAN pada Krisis

Tahun 2008 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

untuk perdagangan barang dan jasa. Perkembang- Kecenderungan respons Indonesia akan menghi- an teknologi di Singapura inilah yang menyebabkan

lang pada krisis tahun 2008 adalah setelah 20 bulan Indonesia cenderung untuk melakukan transit dari

ke depan. Krisis yang bersifat tidak mendadak se- barang olahan atau barang mentah sebelum dilaku-

perti pada krisis tahun 2008 ternyata tetap mampu kannya ekspor kepada mitra dagangnya. Penam-

mengguncangkan perekonomian Indonesia, khu- bahan value added yang dilakukan oleh Singapura

susnya pada pasar valuta asing. Hal tersebut terlihat tidak dapat dilakukan oleh Indonesia. Sehingga

dari sangat berfluktuatifnya respons Indonesia pa- ketergantungan Indonesia semakin besar kepada

da guncangan yang terjadi pada masing-masing Singapura.

negara. Hal tersebut menggambarkan bahwa peme- rintah sulit untuk memprediksi bagaimana kondisi

Hasil nilai ekspor Indonesia ke Singapura, me- pasar valuta asing Indonesia saat krisis tahun 2008 rupakan yang terbesar persentasenya dibanding

selama 12 bulan ke depan. Walaupun kondisi fluk- dengan empat negara ASEAN yang lain, bahkan di

tuasinya tidak sebesar pada krisis tahun 1997, tapi ASEAN. Jika dibandingkan dengan seluruh negara

tetap perlu diwaspadai dan diperhitungkan. Seperti ASEAN, persentase ekspor Indonesia ke Singapura

respons Indonesia terhadap Singapura yang cukup pada tahun 2013 sebesar 41%. Ekspor ke Malaysia

besar pada periode pertama. hanya sebesar 26% dan Thailand hanya 15% pada

tahun yang sama. Sedangkan dari nilai impor In- Selain menganalisis dengan IRF, dapat pula diana- donesia dari seluruh negara ASEAN, impor dari

lisis seberapa besar kontribusi dari variabel eksogen Singapura merupakan yang terbesar, yakni sebe-

dalam menjelaskan keragaman eror dari variabel sar 47,5% pada tahun 2013. Impor dari Malaysia

endogen dalam model dengan menggunakan ana- sebesar 24,7% dan dari Thailand sebesar 19,8% saja

lisis VD. Adapun nilai dari VD untuk persamaan di tahun yang sama. Hal tersebut menunjukkan

Indonesia dengan model VAR(5) terlihat pada Tabel integrasi Indonesia dengan Singapura lebih besar

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain- Berdasar Tabel 4 diketahui bahwa secara keselu- nya.

ruhan peran EMP Singapura dalam menjelaskan

Analisis EMP Indonesia dan Empat Negara ASEAN... Tabel 4: Variance Decomposition EMP Indonesia Krisis Tahun 2008 Periode

8,536204 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 8

nilai variasi dari EMP Indonesia selama satu tahun pertama, di posisi kedua ada EMP Malaysia, dan adalah yang terbesar dibanding negara Indonesia

EMP Thailand di posisi keempat, serta yang terak- itu sendiri. Pada bulan pertama, variasi nilai EMP

hir adalah EMP Filipina untuk menjelaskan variasi Indonesia dijelaskan oleh nilai EMP Indonesia sen-

EMP Indonesia.

diri yang hanya sebesar 53,92%, sedangkan EMP Singapura mampu menjelaskan 44,73%, disusul EMP Thailand 1,33%, sedangkan EMP Malaysia

Kesimpulan

dan EMP Filipina belum berkontribusi pada bu- lan ini. Pada bulan kedua, EMP Singapura mampu

Berdasarkan hasil analisis EMP dengan metode menjelaskan hingga 47,16%, sedangkan EMP Indo-

VAR dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, nesia masih mampu menjelaskan sebesar 49,82%.

karakteristik krisis tahun 1997 dan krisis tahun 2008 Bulan kedua merupakan puncak dari persentase

berbeda. Kedua krisis yang terjadi di ASEAN di- kontribusi EMP Singapura dalam menjelaskan EMP

sebabkan oleh hal yang berbeda sehingga terjadi Indonesia.

perbedaan karakteristik keduanya. Secara keselu- Kecenderungan nilai EMP Indonesia lebih mam-

ruhan, krisis tahun 1997 menyebabkan nilai EMP pu dijelaskan justru oleh EMP Singapura. Hal ter-

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24