SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH. ppt

ADMINISTRASI KEUANGAN
DAERAH
Drs. Suryo Yudho Pudjianto,MSi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2011

ADMINISTRASI
Administrasi---to administer---to manage (mengelola)
“Kegiatan dalam mengelola informasi, manusia, harta benda
hingga tercapainya tujuan yang terhimpun dalam organisasi “
Arti sempit : penyusunan dan pencatatan data dan informasi
secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan
dan informasi secara sistematis serta untuk memudahkan
memperolehnya kembali.
Arti luas : administrasi berhubungan dengan kerjasama yang
dilakukan manusia atau sekelompok orang sehingga tercapai
tujuan yang di inginkan.
2


KEUANGAN DAERAH

“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala
sesuatu berupa uang dan barang yang dapat
dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.

3

Unsur Pokok Keuangan Daerah :





Hak Daerah yang dapat dinilai dengan uang,
Kewajiban Daerah,
Kekayaan yang berhubungan dengan hak

dan kewajiban tersebut.

4

Hak Daerah :

Hak daerah dalam rangka keuangan daerah
adalah segala hak yang melekat pada Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang digunakan dalam usaha pemerintah
daerah mengisi kas daerah.

5

Hak Daerah ...........
1. Hak menarik pajak daerah (UU No. 18 Tahun
1997 jo UU No. 34 Tahun 2000).
2. Hak untuk menarik retribusi/iuran daerah (UU
No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34 tahun 2000).
3. Hak mengadakan pinjaman (UU No. 33 tahun

2004 ).
4. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari
pusat (UU No. 33 tahun 2004).

6

Kewajiban Daerah :

Kewajiban daerah adalah kewajiban
yang merupakan bagian pelaksanaan
tugas-tugas
Pemerintahan pusat
sesuai pembukaan UUD 1945.

7

Kewajiban Daerah ...........
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia,
2. Memajukan kesejahteraan umum,

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

8

Kewenangan Pemerintah Pusat








Politik luar negeri
Pertahanan
Keamanan
Yustisi

Moneter dan fiskal nasional
Agama

9

Kewenangan Daerah
• Urusan Wajib
adalah
urusan
pemerintahan
yang
wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan
pelayanan dasar
• Urusan Pilihan
adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada
dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan

10

Urusan Wajib :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

pendidikan;
kesehatan;
lingkungan hidup;

pekerjaan umum;
penataan ruang;
perencanaan
pembangunan;
perumahan;
kepemudaan dan olahraga;
penanaman modal;
koperasi dan usaha kecil
dan menengah;
kependudukan dan catatan
sipil;
ketenagakerjaan;
ketahanan pangan;

14.pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak;
15.keluarga berencana dan keluarga
sejahtera;
16.perhubungan;
17.komunikasi dan informatika;

18.pertanahan;
19.kesatuan bangsa dan politik dalam
negeri;
20.otonomi daerah, pemerintahan umum,
administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian, dan persandian;
21.pemberdayaan masyarakat dan desa;
22.sosial;
23.kebudayaan;
24.statistik;
25.kearsipan; dan
26.Perpustakaan
11

Urusan Pilihan :

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

kelautan dan perikanan
pertanian
kehutanan
energi dan sumber daya mineral
pariwisata
industri
perdagangan
ketransmigrasian
12

HUBUNGAN ANTARA KEUANGAN DAERAH
DENGAN KEUANGAN NEGARA
Dasar pemikiran :
- Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik.

- pasal 18 UUD 1945 menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi
dalam daerah yang bersifat otonom dan daerah administrasi.
- Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah.
- Penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan subsistem
dari pemerintahan negara.

sehingga antara keuangan daerah dengan keuangan
negara akan mempunyai hubungan yang erat dan
saling mempengaruhi.
13

HUBUNGAN .............

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi
daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata
dan bertanggung jawab di daerah serta secara
proporsional diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah.
(penjelasan UUD 1945 dan UU. 33 th 2004

14

HUBUNGAN .............
• Sumber pembiayaan dalam rangka perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan
atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
• Pelimpahan kewenangan dalam rangka desentralisasi
dan dekonsentrasi disertai dengan pengalihan sumber
daya manusia dan sarana serta pengalokasian
anggaran
yang
diperlukan
untuk
kelancaran
pelaksanaan penyerahan dan pelimpahan kewenangan.
• Penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dalam
rangka tugas pembantuan hanya disertai pengalokasian
anggaran.
Pelimpahan wewenang dalam rangka desentralisasi saja
yang merupakan sumber keuangan daerah.

15

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan oleh
pemegang kekuasaan pengelola keuangan daerah.
Kepala Daerah selaku kepala pemerintah daerah
adalah
pemegang
kekuasaan
pengelolaan
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.

16

PENGELOLAAN..........
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
mempunyai kewenangan:

Keuangan

Daerah

a.
Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD.
b.
Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.
c.
Menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang.
d.
Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara
pengeluaran.
e.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah.
f.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
utang dan piutang daerah.
g.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan
barang milik daerah.
h.
Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian
atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
17

PENGELOLAAN..........
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:
a. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola
Keuangan Daerah.
b.
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD).
c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku
pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
Pelimpahan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau
mengeluarkan uang,
18

Koordinator Pengelola Keuangan Daerah
(Sekretaris Daerah)
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai
tugas koordinasi di bidang:
a.
Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD.
b.
Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan
barang daerah.
c.
Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD.
d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
e.
Penyusunan tugas-tugas pejabat perencana daerah, Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah, dan pejabat pengawas keuangan
daerah.
f.
Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggung jawaban pelaksanaan APBD.
19

Koordinator Pengelola Keuangan Daerah
(Sekretaris Daerah)
Selain mempunyai tugas koordinasi, Sekretaris Daerah
mempunyai tugas:
a. memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah,
b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD,
c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah,
d.memberikan persetujuan pengesahan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) / Dokumen
Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA), dan
e.
melaksanakan
tugas-tugas
koordinasi
pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan
kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

20

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) mempunyai
tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah,
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan
APBD,
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah,
d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD),
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh kepala daerah.
21

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku Bendahara
Umum Daerah (BUD) berwenang:
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d.
memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
e.
melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f.
menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);
g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas
nama pemerintah daerah;
h.
melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
i.
menyajikan informasi keuangan daerah; dan
j.
melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.
22

Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang
Kepala
SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran /Pengguna Barang
(PPA/PB) mempunyai tugas:
a.
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD);
b.
menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD);
c.
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran ;
d.
melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f.
melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g.
mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan;
h.
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);
i.
mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD;
j.
mengelola barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD;
k.
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD;

PPA dapat melimpahkan kewenangannya kepada PPTK, PPK
23
dan Bendahara dengan SK Kepala Daerah

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya
disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang
Keuangan Negara).
-Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus
dicatat dan dikelola dalam APBD.
-Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam
rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi.
-APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja.
-Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia anggaran
untuk membiayai pengeluaran tersebut.
24

Fungsi Anggaran Daerah
Fungsi APBN/APBD dalam (Pasal 3 (4) UU No. 17 /2003) :
Fungsi Otorisasi
Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi Perencanaan
Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi Pengawasan
Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
25

Fungsi Anggaran Daerah.......
Fungsi Alokasi
Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Fungsi Distribusi
Anggaran
daerah
harus
mengandung
arti/
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi Stabilisasi
Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.
26

Prinsip-Prinsip Anggaran Daerah
Sesuai bunyi penjelasan UU No. 17 / 2003 dan UU
No.1/2004 yaitu :
Kesatuan
Azas ini menghendaki agar semua Pendapatan
dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu
dokumen anggaran.
Universalitas
Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi
keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen
anggaran.
Tahunan
Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran
untuk suatu tahun tertentu
27

Prinsip-Prinsip ........
Spesialitas
Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang
disediakan terinci secara jelas peruntukannya.
Akrual
Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran
dibebani untuk pengeluaran yang seharusnya dibayar,
atau menguntungkan anggaran untuk penerimaan
yang seharusnya diterima, walaupun sebenarnya
belum dibayar atau belum diterima pada kas.
Kas
Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran
dibebani pada saat terjadi pengeluaran/ penerimaan
uang dari/ ke Kas Daerah
28

Struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah

STRUKTUR APBD

29

Struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
1. Pendapatan Daerah
2. Belanja Daerah
3. Pembiayaan
Selisih lebih pendapatan terhadap belanja disebut surplus
anggaran
Selisih kurang pendapatan terhadap belanja disebut defisit
anggaran.
30

Pendapatan
Daerah:
meliputi
semua
Pendapatan Daerah
penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum
Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,
yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
Daerah.

31

Pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Dana Perimbangan; dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah terdiri atas:
1. pajak daerah;
2. retribusi daerah;
3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
4. lain-lain PAD yang sah.

32

a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. tuntutan ganti rugi;
f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing; dan
g.
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang
dan/atau jasa oleh daerah.

Lain-lain PAD yang sah terdiri dari:

33

Dana Perimbangan terdiri dari:
a.
Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.

Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah :
meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain
pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
34

Belanja
Daerah
Belanja
Daerah
meliputi semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan
yang ditetapkan dengan ketentuan perundangundangan.
35

Klasifikasi Belanja :
a. klasifikasikan menurut organisasi;
b. klasifikasikan menurut fungsi;
c. klasifikasikan menurut program dan kegiatan;
d. klasifikasikan menurut jenis belanja.
- Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan
dengan susunan organisasi pemerintahan daerah.
- Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:
a.klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan
b.klasifikasi fungsi pengelolaan negara.
36

klasifikasi fungsi pengelolaan negara.
Terdiri Dari :
a. pelayanan umum;
b. ketertiban dan keamanan;
c. ekonomi;
d. lingkungan hidup;
e. perumahan dan fasilitas umum;
f. kesehatan;
g. pariwisata dan budaya;
h. agama;
i. pendidikan; serta
j. perlindungan sosial.

37

klasifikasi jenis belanja.

Terdiri dari :










a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja modal;
d. bunga;
e. subsidi;
f. hibah;
g. bantuan sosial;
h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
i. belanja tidak terduga.
38

Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan
yang
perlu
dibayar
kembali
dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

39

Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari :

Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman; dan
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.
40

.........Pembiayaan Daerah

Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih
lebih penerimaan pembiayaan terhadap
pengeluaran pembiayaan.

41

Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

PENYUSUNAN APBD

42

PENYUSUNAN APBD
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.
Siklus Pengelolaan APBD terdiri dari:
1.
2.
3.

Penyusunan dan Penetapan APBD;
Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;
Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.
43

Penyusunan APBD ....
• Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan
kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
• Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran
harus didukung dengan adanya kepastian atas
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup.
• Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan
daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa
harus dianggarkan dalam APBD.
• Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus
memiliki dasar hukum penganggaran.
• Anggaran
belanja
daerah
diprioritaskan
untuk
melaksanakan kewajiban pemerintahan daerah
44

Kesesuaian kewenangan dgn
pendanaan
1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari
dan atas beban APBN.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang
penugasannya dilimpahkan kepada kabupaten/kota
dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD
provinsi.
4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota
yang penugasannya dilimpahkan kepada desa, didanai
dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.
45

Rencana Kerja Pemerintah
Daerah(RKPD)

• RKPD merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
• RKPD menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah Pusat.
• RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban
daerah.
• RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
• RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.46

Kebijakan Umum APBD
(KUA)

Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD.
Kepala Daerah dalam menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD
dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri
setiap tahun.

K U A ...
Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Mendagri
antara lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi
kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun
anggaran berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.

47

K U A ...
Rancangan KUA memuat :
a. target pencapaian kinerja yang terukur dari programprogram yang telah ditetapkan;
b. proyeksi pendapatan daerah;
c. alokasi belanja daerah;
d. sumber dan penggunaan pembiayaan .
1. Program-program diselaraskan dengan prioritas
pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat.
2. Mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro
dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat.

48

Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS)
Tahapan menyusun Rancangan PPAS sebagai
berikut:
a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan
urusan pilihan;
b. menentukan urutan program untuk masing-masing
urusan; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk
masing-masing program.

49

PPAS ...
- Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS
yang telah disusun kepada DPRD;
- Pembahasan PPAS dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD;
- Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya
disepakati menjadi PPA; paling lambat akhir bulan
Juli tahun anggaran berjalan;
- KUA serta PPA yang telah disepakati, masingmasing dituangkan ke dalam nota kesepakatan
yang ditanda-tangani bersama antara kepala
daerah dengan pimpinan DPRD.
- nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPA sebagai
50
dasar penyusunan RKA-SKPD.

Pelaporan Dan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD, entitas pelaporan menyusun laporan
keuangan yang meliputi:
•1. Laporan realisasi anggaran;
•2. Neraca;
•3. Laporan arus kas; dan
•4. Catatan atas laporan keuangan.

51

Pelaporan.......
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas akuntansi menyusun

:

laporan keuangan yang meliputi

•1. Laporan realisasi anggaran;
•2. Neraca; dan
•3. Catatan atas laporan keuangan.

Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja

Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester
pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD
sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi
tanggung jawabnya. Laporan tersebut disertai dengan
prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

52

Laporan Realisasi Semester...
Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam)
bulan berikutnya disampaikan kepada kepala daerah paling lambat
minggu ketiga bulan Juli untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi
semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
Selanjutnya laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling
lambat akhir bulan.
Laporan Tahunan

PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun
anggaran berkenaan dan disampaikan kepada kepala SKPD
untuk ditetapkan sebagai laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran SKPD.
-Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada PPKD
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah
daerah.
53

Mekanisme Penghitungan D A U
POTENSI
POTENSI
PENERIMAAN
PENERIMAAN

KEBUTUHAN
KEBUTUHAN
DAERAH
DAERAH
KEBUTUHAN
KEBUTUHAN
DDAAUU

BOBOT
BOBOT
DDAAUU

PROVINSI
PROVINSI
(10%)
(10%)

KABUPATEN/KOTA
KOTA
KABUPATEN/
(90%)
(90%)
54

Keterangan :
 Potensi Penerimaan = [ Penerimaan Rata-rata x ( I.Industri + I.SDA + I.SDM ) ]
3
 Kebutuhan Daerah = [ Pengeluaran Rata-rata x ( I.Pddk +I.Luas +I.Harga +I.Miskin) ]
4
 Kebutuhan D A U = Kebutuhan Daerah - Potensi Penerimaan
 Bobot D A U
= Kebutuhan DAU Daerah : Total Kebutuhan DAU
 D A U Provinsi
= 10% x 25% x Pener.Dalam Negeri x Bobot DAU
 D A U Kabupaten/Kota = 90% x 25% x Pener.Dalam Negeri x Bobot DAU

55

LITERATUR
Gade, Muhammad. 1998. Akuntansi Pemerintahan. Edisi
Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Kansil CST, Prof. Drs., S.H.dan Kansil Christine S.T.,
S.H., M.H. 2001. Kitab Undang-Undang Otonomi
Daerah 1999 – 2001; Kitab 2. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
Soediyono, Prof. DR. MBA. 1989. Ekonomi Makro,
Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. Edisi ke-5.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. 56

LITERATUR ......
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 18 Tahun 1997.
57

LITERATUR
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2005 tentang Tata
Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan
Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
58

LITERATUR
Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang
Pinjaman Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan.
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang
Hibah kepada Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2003 tentang
Pengendalian Jumlah Kumulatif APBN dan APBD.
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang
Pajak Daerah.
59

LITERATUR

Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1997
tentang Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan
Perbendaharaan Keuangan dan Barang Daerah.

60