modal sosial petani dalam kelompok

I.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan yang mayoritas penduduknya
bekerja sebagai petani. Sampai sekarang, petani masih menjadi seseorang yang berjasa untuk
menyedikan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa keberadaan petani, ketersediaan
pangan dan ketahanana pangan di Indonesia akan terancam. Namun, petani yang biasa saja
akan sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Di era yang sudah modern
ini hendaknya para petani sudah bisa menjadi petani yang profesional. Tidak sekedar bertani
hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi tetapi bertani untuk bisa menghasilkan produksi
yang maksimal dan bisa memberikan pendapatan bagi keluarga maupun menambah devisa
Negara.
Pada dasarnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk
sosial. Mereka membutuhkan orang lain untuk bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapi. Begitu juga petani. Petani juga membutuhkan orang lain untuk bisa menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadap saat bertani agar produksinya dapat meingkat. Di zaman
yang modern ini sudah banyak didirikan lembaga atau organisasi yang bisa mewadahi para
petani untuk bisa mengembangkan dirinya. Salah satunya adalah adanya kelompok tani.
Dalam kelompok tani, para petani bisa mendapatkan berbagai manfaat. Beberapa
manfaat yang didapat saat menjadi anggota kelompok tani adalah para petani akan lebih

terorganisir dalam memenuhi kebutuhan saprodi. Selan itu keikutsertaan dalam kelompok
tani juga akan mempermudah petani menyelesaikan berbagi permasalahannya secara
bersama-sama. Turut serta dalam kelompok tani juga akan melatih para petani untuk bisa
melakukan kegiatan sosial sesama anggota kelompok. Kemudahan untuk mendapatkan
berbagai bantuan dari pemerintah setempat juga akan didapatkan bagi para anggota kelompok
tani. Manfaat lain saat ikut serta dalam kelompok tani adalah mempunyai akses lebih untuk
bisa menyampaikan kebutuhan maupun keluhan kepada para “petinggi”. Begitu banyak
manfaat yang didapat sebagai anggota kelompok tani.
Menjadi anggota kelompok juga tidak hanya sekedar sebagai anggota dan menerima
semua hak yang harus didapatkan namun ada juga berbagai kewajiban yang harus dikerjakan
dalam kelompok tani. Suatu kelompok tani akan menjadi kelompok tani yang baik, yang bisa
mencapai tujuannya dan bisa memenuhi kebutuhan anggotanya perlu adanya sinergi yang
terjadi antara anggota di dalamnya. Apabila dalam suatu kelompok tani tidak muncul yang
disebut sinergi antar anggota, maka kelompok tani tersebut akan kesulitan untuk
mempertahankan keberadaan. Masih adanya egoisme dari para anggota, maupun sifat-sifat
individualis para anggotanya akan membuat kelompok rentan pecah. Para petani harus
mempunyai modal terlebih dahulu agar dapat berkumoul menjadi satu kelompok. Salah satu
1

modal yang dimiliki para petani untuk bisa berkumpul dalam suatu kelompok dan ingin

mencapai tujuan secara bersama-sama disebut modal sosial.
Modal Sosial (social capital) sebagai salah satu strategi pengembangan jaringan
strategis, dalam lingkup yang lebih luas, dipercaya dapat mempengaruhi perubahan ekonomi.
Modal sosial (social capital) yang didasarkan pada tingkat kepercayaan dan hubungan secara
emosional pada sebuah grup dan organisasi dapat mempengaruhi tingkat partisipasi dan
tingkat kesejahteraan pada grup dan tingkat organisasi itu (Suwandi dalam Yusnitasari 2006).
Modal sosial dalam kelompok tani sangat dibutuhkan. Menurut Colemann (1999)
modal sosial adalah kewajiban dan harapan, saluran-saluran informasi dan norma-norma
sosial. Merupakan kemampuan kerja bersama menghadapi seluruh permasalahan, untuk
mencapai tujuan dalam kelompok atau organisasi. Sehingga dalam suatu kelompok tani akan
terjadi sinergi yang baik antar anggotanya ketika mereka juga memiliki modal sosial yang
hampir sama dan saling melengkapi. Inilah mengapa dalam seminar kelas ini saya mengambil
topik mengenai “Modal Sosial dalam Kelompok Tani”.

II.

MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI

A. Pengertian Kelompok tani
Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka

saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama,
meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).
Kelompok secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk
2

meningkatkan produktivitas usaha tani melelui pengelolaan usaha tani secara bersamaan.
Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dna kerjasama antar petani.
Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahlan permasalahan
yang antara lain berupa pemenuhan saran produksi pertanian, teknis produksi dna pemasaran
hasil. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerjasama antar anggota mempunyai
perananan yang sangat penting dalma kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan
permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat
potensi tersebut maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat
berkembang secara optimal (Kusuma, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 237/Kpts/OT.160/4/2007 Kelompok
tani adalah Kumpulan petani / peternak / pekebun yang di bentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kondisi,lingkungan ( sosial, ekonomi, sumber daya ) dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani akan membentuk
komunitas petani dalam rangka mempermudah pengadaan sarana produksi pertanian seperti
bibit, pupuk dan obat-obatan. dengan adanya Kelompok Tani biaya pengadaan sarana

produksi pertanian dapat di tanggung bersama dan dalam kelompok tani memiliki kekuatan
untuk menentukan harga hasil pertanian anggotanya.
Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan di bentuk
atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan
bersama (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002).
Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai
media penyuluhan. Kelompok tani sebagai media penyuluhan bertujuan untuk mencapai
petani tangguh yang memiliki keterampilan dalam menerapkan inovasi, mampu memperoleh
tingkat pendapatan guna meningkatakan kualitas hidup sejajar dengan profesi yang lain,
mampu menghadapi resiko usaha, mampu memanfaatkan asas skala usaha ekonomi, memiliki
kekuatan mandiri dalam menghadapi pihak-pihak lain dalam dunia usaha sebagai salah satu
komponen untuk membangun pertanian maju, efisien dan tangguh sebagaimana dimaksud
dalam GBHN Tahun 1993.
Gabungan kelompok tani terdiri dari beberapa kelompok tani, selanjutnya dalam
kelompok tani terdiri dari beberapa petani. Baik dalam Gabungan Kelompok tani maupun
kelompok tani merupakan gabungan dari para petani dengan berbagai jenis usaha maupun
kemampuan diri, tentu merupakan suatu dinamika yang sangat penting dalam kehidupan
berkelompok.


Dalam

dinamika

kelompok

3

berperan

modal

sosial

yang

mampu

mempertahankan kelompok dapat bertahan dan mampu mengembangkan potensi sumberdaya
manusia masing-masing anggota kelompok tani tersebut (Situmorang, et al. 2012 )

Pembentukan kelompok tani berdasarkan kesamaan kebutuhan merupakan faktor
pentingdalam pembentukan modal sosial kelompok tani,antara lain kerjasama yang terjadi
adalah kerjasama untuk meningkatkan kemampuan masing-masing anggota dalam berusaha
tani maupun agribisnis, rasa saling percaya diantara anggota relatif besar demikian juga
terhadap penyuluh pertanian yang ada, anggota kelompok tani percaya bahwa diskusi yang
dilakukan mampu memecahkan masalah pertanian yang dihadapi (Situmorang, et al. 2012 ).
B. Pengertian Modal sosial
Menurut Shahra (2003) pertama kali pengertian modal sosial digulirkan oleh Lyda
Judson Hanifan (1916) yang diartikan sebagai kiasan bukan dalam arti material, yaitu aset
atau modal nyata yang penting dalam hidup masyarakat, termasuk kemauan baik, rasa
bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang serta antara individu
dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial.
Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang
bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial beserta komponen-komponennya
menjadi perekat yang akan menjaga kesatuan anggota kelompok. Modal yang satu ini penting
diwujudkan dalam bentuk gerakan bersama, dalam konteks hubungan antar-individu dalam
komuniotas, lembaga, asosiasi, kelompok, tim dan sejenisnya. Didalam prosesnya, gerakan
itu ditopang oleh nilai norma yang khas, yaitu trust, saling memberi dan menerima, toleransi,
penghargaan partisipasi, kerjasama dan proaktif, serta nilai-nilai positif saling mengikat dan
menjadi penentu kualitas dan energi sosial yang dihasilkan agar dapat membawa kemajuan

bersama. Pengikatan inilah yang menyatukan setiap anggota kelompok dan memberi aksi
bersama yang dilakukan secara efisien dan efektif (Djohan, 2007).
Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama lain,
khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial merujuk pada jaringan, norma dan
kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Modal sosial bersifat kumulatif
dan bertambah dengan sendirinya (Suharto dalam Anam, 2013). Putnam mendefinisikan
modal sosial sebagai penampilan organisasi sosial seperti jaringan dan kepercayaan yang
memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Sementara
menurut Fukuyama, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan
dalam sebuah komunitas. Ini sejalan dengan pemahaman Bank Dunia (1999) atas modal
sosial.
4

Modal Sosial dalam sebuah komunitas, organisasi, atau kelompok adalah sebuah
akumulasi dari modal perorangan yang kemudian tergabung menjadi modal kolektif yang
dapat dimanfaatkan seluruh anggota komunitas. Jaringan hubungan (relational/network)
adalah titik sentral dalam teori modal sosial, yang dengan jaringan itu akan mampu
menyediakan kepemilikan modal kolektif bagi para anggota organisasi (Permadi dalam
Annam, 2013). Lebih jauh (Leana dalam Anam, 2013) mengidentifikasi modal sosial
organisasi sebagai atribut kolektif dari jumlah koneksi yang dimiliki individu dalam

organisasi. Komponen utama modal sosial organisasi adalah Asosiabilitas dan Trust.
Keduanya dipandang Permadi sebagai komponen penting bagi suatu organisasi untuk
memperoleh keuntungan dari adanya modal sosial di dalamnya.
Portes (2000) menyebutkan bahwa modal sosial ini sebenarnya memiliki dua arti
berbeda, yakni modal sosial dalam arti individual dan modal sosial dalam arti kolektif.
Menurutnya seorang individu bisa juga memiliki suatu modal sosial yang berguna bagi
aktualisasi dirinya, begitu juga dengan kelompok masyarakat juga memiliki modal sosial
yang dapat dipakai dalam mengoptimalkan potensi terbaiknya.
Brehm dan Rahn (dalam Ibrahim, 1997) menjelaskan bahwa modal sosial adalah
jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari
permasalahan yang dihadapi. Woolclock (1998) mendefinisikan modal sosial sebagai “the
information, trust, and norms of reciprocity inhering in one’s social networks”. Sedangkan
modal sosial menurut Coen and Prusak (2001), modal sosial adalah kumpulan dari hubungan
yang aktif di antara manusia : rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku
yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan
adanya kerjasama.
Fukuyama dalam Inayah (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan
yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern.
Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia,
pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi, Berbagai permasalahan dan

penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdil-nya modal
sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan
semangat

gotong

royong,

memperparah

kemiskinan,

meningkatkan

pengangguran,

kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Eva Cox (1995) menyatakan modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan
antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang
memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan

kebajikan bersama. Narayan (dalam Suharto, 2007) menyatakan modal sosial adalah aturan5

aturan, norma-norma, kewajiban-kewajiban, hal timbal balik dan kepercayaan yang mengikat
dalam hubungan sosial, struktur sosial dan pengaturan-pengaturan kelembagaan masyarakat
yang memungkinkan para anggota untuk mencapai hasil sasaran individu dan masyarakat
mereka.
C. Unsur dalam modal sosial
Blakeley dan Suggate, dalam Suharto (2007) menyatakan bahwa unsur-unsur modal
sosial adalah: (1) Kepercayaan, tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan antar
institusi dalam masyarakat; (2) Kohesivitas, adanya hubungan yang erat dan padu dalam
membangun solidaritas masyarakat; (3) Altruisme, paham yang mendahulukan kepentingan
orang lain; (4) Perasaan tidak egois dan tidak individualistik yang meng-utamakan
kepentingan umum dan orang lain di atas kepentingan sendiri; (5) Gotong-royong, sikap
empati dan perilaku yang mau menolong orang lain dan bahu-membahu dalam melakukan
berbagai upaya untuk kepentingan bersama; dan (6) Jaringan, dan kolaborasi sosial,
membangun hubungan dan kerjasama antar individu dan antar institusi baik di dalam
komunitas sendiri/ kelompok maupun di luar komunitas/kelompok dalam berbagai kegiatan
yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Hasbullah (2006) dalam Inayah mengetengahkan enam unsur pokok dalam modal
sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, yaitu:

1. Participation in a network. Kemampuan sekelompok orang untuk melibatkan diri
dalam suatu jaringan hubungan sosial, melalui berbagai variasi hubungan yang saling
berdampingan dan dilakukan atas dasar prinsip kesukarelaaan (voluntary), kesamaan
(equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota
kelompok atau anggota masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola
hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat
2.

tidaknya modal sosial suatu kelompok.
Reciprocity. Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu
kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi dalam suatu
kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa altruism tanpa
mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-kelompok sosial yang
terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan suatu masyarakat

yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi.
3. Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan
sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu
6

seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan
yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri
dan kelompoknya (Putnam, 1993). Tindakan kolektif yang didasari saling percaya
akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi
terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk
bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
4. Social norms. Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh
masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini biasanya terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang
baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika
melanggar. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena
merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan
masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial.
5. Values. Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh
anggota kelompok masyarakat. Nilai merupakan hal yang penting dalam kebudayaan, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam mendominasi kehidupan kelompok
masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan bertindak dan berperilaku
masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola cultural.
6. Proactive action. Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja
berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota kelompok
dalam suatu kegiatan masyarakat. Anggota kelompok melibatkan diri dan mencari
kesempatan yang dapat memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntung-kan
kelompok. Perilaku inisiatif dalam mencari informasi berbagai pengalaman,
memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam bentuk inisiatif lainnya baik oleh
individu mapunvhvjh kelompok, merupakan wujud modal sosial yang berguna dalam
membangun masyarakat.
Bila diliihat dari berbagai sumber maka unsur modal sosial dapat digambarkan seperti
berikut. Formulasi unsur modal sosial Sugihantono (2013) :

7






Pola BONDING dari modal sosial akan cenderung memperkuat ikatan struktur sosial
ke dalam
Pola BRIDGING dari modal sosial akan memperkuat ikatan struktur sosial ke luar
Kombinasi antara unsur jaringan dan kepercayaan akan membentuk pola BRIDGING
SOCIAL CAPITAL
Kombinasi antara unsur kepercayaan dan norma akan membentuk pola BONDING
SOCIAL CAPITAL

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal sosial
Sedangkan menurut Wulandari (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
modal sosial petani, yaitu:
1. Umur petani
Umur berpengaruh nyata terhadap modal sosial. Semakin muda/produktif umur petani
maka semakin kuat modal sosial yang dimiliki.
2. Pendidikan
Kapasitas belajar seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena ada
kegiatan belajar yang memerlukan tingkat pengetahuan tertentu untuk dapat
memahaminya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka seseorang akan lebih
termotivasi mencari informasi maupun peluang untuk memperbaiki sikap, pengetahuan
maupun keterampilan dalam melakukan usahatani. Dengan demikian semakin tinggi
pendidikan maka semakin kuat modal sosial yang dimiliki petani.
3. Luas lahan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk meningkatkan
produktivitas pertanian. semakin luas lahan petani semakin kuat modal sosial petani.
4. Akses pada media massa
Akses terhadap media massa berperan penting dalam melakukan usahatani. Semakin
mudah akses petani terhadap media massa maka semakin kuat modal sosial yang
dimiliki oleh petani.
E. Modal Sosial dalam Kelompok Tani
Hanifan mendefinisikan modal sosial sebagai kenyataan yang dimiliki warga, dapat
berupa kehendak baik, simpati, persahabatan, hubungan sosial antar individu & keluarga
yang dapat membantu mengatasi persoalan warga masyarakat. Dalam konteks demikian,
hubungan yang baik antar anggota masyarakat menciptakan jaringan yang bersifat mutualis,
dan bahkan mengalahkan individualitas, yang biasanya melingkupi kharateristik budaya
barat. Dengan kata lain, jika seseorang mengalami persoalan & tidak mampu mengatasinya
8

sendiri, warga tersebut dibantu warga lainnya secara sukarela. Dengan hubungan sosial yang
erat; pola polarisasi, pengkotak-kotakan, dan pembilahan sosial menjadi luntur (Gunawan,
2005:386).
Wibowo (2007) dalam penelitiannya mengemukakan sumber modal sosial salah
satunya yaitu kelembagaan sosial budaya. Dulu sebenarnya sudah ada yang kegiatannya
antara lain dalam kegiatan yang berkaitan dengan dunia pertanian. Di dalam pengeloalaan
usahataninya jaman dahulu dilakukan secara kegorongroyongan yang tergabung dalam
kelompok tani. Kelompok tani tersebut terbagai dalam dua hal, yakni kelompok tani laki-laki
dan kelompok tani wanita. Kelompok tani dibentuk tidak sematamata untuk usahatani tetapi
juga dimanfaatkan sebagai wadah dalam membicarakan segala sesuatu yang dihadapi oleh
masyarakat setempat. Biasanya kelompok tani tersebut berada pada hamparan sawah tertentu.
Selain membicarakan masalah-masalah dalam dunia pertanian, perkeumpulan kelompok
tersebut juga dimanfaatkan dalam membangun kebersamaan. Bagaimana membangun jalan,
bagaimana membangun saluran, bagaimana menjaga lingkungan yang kondusif dan
seterusnya. Ini berarti keberadaan kelembagaan tersebut akan membentuk nilai-nilai modal
sosial di masyarakat. Masyarakat akan memiliki kemandirian dan sudah barang tentu tidak
mau tergamang pada pihak lain. Kemandirian berarti mandiri dalam pengambilan keputusan
dan berani menolak segala sesuatu yang membahayakan eksistensinya.
Modal sosial dapat dikatakan penting dalam kaitannya dengan kelompok tani, hal ini
dikarenakan petani harus memiliki modal sosial yang kuat agar bisa mencapai apa yang
dijadikan tujuan dalam kelompok. Ketika petani memiliki modal sosial yang berupa
kepercayaan, norma, dan jaringan yang kuat maka diharapkan apa yang terjadi dalam
kelompok dapat dimanfaatkan dan diselesaikan secara bersama-sama dalam kelompok itu
sendiri untuk mencapai tujuan. Implementasi adanya modal sosial yang kuat seperti
kerjasama, simpati, hubungan timbal balik, dan rasa saling percaya.
Wafa, dalam penelitiannya (2003), melihat bagaimana modal sosial bermanfaat bagi
kelompok tani “Mardi Utomo”. Hal ini dapat dilihat dari, (1) adanya trust yang menyebabkan
mudahnya dibina kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefit) diantara anggota
sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprokal. Hubungan yang bersifat resiprokal akan
menyebabkan social capital semakin kuat dan bertahan lama karena hubungan timbal balik
yang menguntungkan dan memenuhi unsur keadilan (fairness); (2) adanya mekanisme
kontrol, dimana sanksi diberlakukan kepada anggota yang melanggar ketentuan yang menjadi
konsensus bersama berupa sanksi moral stigma dicap sebagai wong males dan sanksi nonmoral berupa tindakan resiprokal; (3) pekerjaan petani membuat mobilitas yang rendah
9

sehingga memungkinkan mereka untuk bertemu dengan intensitas yang tinggi; (4) tujuan
kelompok sosial yang bersifat realistis yaitu langsung menyentuh kepada anggota dengan
menjadikam social capital dalam kelompok tani dapat berjalan. Sehingga modal sosial
bermanfaan dalam mencapai tujuan kelompok tani “Mardi Utomo” yaitu memenuhi
kebutuhan rumah dan pengolahan sawah bagi anggotanya.
Menurut Inayah (2012) modal sosial akan tumbuh dan berkembang kalau digunakan
bersama dan akan mengalami kepunahan kalau tidak dilembagakan secara bersama, oleh
karena itu, pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses adaptasi, pembelajaran,
serta pengalaman dalam praktek nyata. Dari pengertian tersebut bisa dilihat bahwa modal
sosial sebenarnya memang sangat berperan dalam suatu kelembagaan. Terlebih dalam
kelembagaan seperti kelompok tani, para petani bisa terus mengembangkan modal sosial
mereka melalui berbagai kegiatan yang ada dalam kelompok.
Danang Cahya Permadi (Undip, 2002) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh
Modal Sosial Organisasi dan Modal Intelektual Organisasi Terhadap Keunggulan Organisasi
menyimpulkan 2 hal. Pertama, Modal sosial organisasi memiliki andil yang besar dalam
proses transformasi organisasi belajar untuk meningkatkan Modal Intelektual Organisasi.
Keberadaan berbagi pengetahuan antara individu atau kelompok dalam organisasi
mempercepat terjadinya transformasi pengetahuan yang menciptakan modal intelektual
dalam organsiasi dan begitu sebaliknya. Kedua, Modal sosial organisasi memliki andil yang
besar dalam meningkatkan keunggualan organisasi. Hal ini bisa terjadi karena secara
struktural, relasional dan kognitif, memampukan organisasi untuk memprediksikan
perubahan yang terjadi di luar organisasi.
Menurut Khoirul Anam dalam Jurnal Ilmiah yang berjudul Identifikasi Modal Sosial
dalam Kelompok Tani dan Implikasinya terhadap Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani
dikatakan bahwa modal sosial yang berkembang dalam masyarakat desa turut berperan dalam
penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Kelompok tani Ali wafa adalah
salah satu kelompok masyarakat di desa yang berdiri dalam kapasitas bidang pertanian tebu
dengan mengandalkan modal sosial dalam roda perjalanan kelompok. Kondisi modal sosial
yang

ada

dalam

kelompok

ini

cukup

tinggi.

Tingkat

kepercayaan,

kerjasama,

Solidaritas,Tindakan kolektif dan partisipasi dalam kondisi baik. Hal ini merupakan pertanda
bahwa modal sosial dalam kelompok ini begitu kuat. Dalam hal ini, sekelompok masyarakat
yang tergabung dalam kelompok tani Ali Wafa telah membuktikan bahwa meskipun
pemerintah absen dalam hambatan dan kendala pertanian yang mereka hadapi, namun dengan
kebersamaan, kepercayaan dan bentuk-bentuk modal sosial lain telah membantu mereka
10

dalam memecahkan hambatan tersebut. Peranan modal sosial yang cukup kuat juga ditopang
oleh kentalnya kehidupan beragama dan bersaudara, sehingga menghasilkan jaringan dan
rasa saling percaya yang cukup kuat sebagai landasan bekerja sebagai satu kelompok.
Dari beberapa penelitian yang didapat dapat dilihat berbagai bukti nyata adanya
peranan modal sosial yang ada dalam kelompok tani. Modal sosial di dalam kelompok tani
bisa berkembang seiring berjalannya waktu, Modal sosial juga memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap keeksisan suatu kelompok tani.

III.
KESIMPULAN
1. Modal sosial adalah suatu bekal/modal yang ada dalam diri manusia yang muncul
apabila manusia tersebut berinteraksi dengan lingkungan bisa berupa jaringan, norma,
nilai-nilai, dan kepercayaan. Modal sosial tersebut akan terus berkembang apabila
terus dilembagakan melalui berbagai proses yang dialami oleh manusia itu sendiri.
2. Unsur pokok dalam modal sosial dalam kelompok tani adalah norma, jaringan, dan
kepercayaan.
3. Modal sosial dalam kelompok tani bisa berperan ke dalam kelompok tani maupun
keluar kelompok tani. Berperan ke dalam untuk bertahannya organisasi dan
kesejahteraan anggota, sedangkan peran keluarnya adalah untuk keeksistensian
organisasi di mata publik.
4. Modal sosial memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keeksisan sebuah
kelompok tani.
11

DAFTAR PUSTAKA
Anam, K. 2013. Identifikasi Modal Sosial salam Kelompok Tani dan Implikaisnya terhadap
Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya.
Cohen, D. dan Prusak, L.2001. In Good Company. Harvard Business Press, Boston.
Colleman James S.1999. Sosial Capital in The Creation of Capital in The Creation of Human
Capital. The World Bank Washington DC Hal.13
Cox Eva. 1995. A Truly Civil Society . ABC Books. Sedney.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur 2002. Petunjuk Pengembangan,
Bimbingan Penyuluhan dan Kelembagaan Kelompok Tani, Samarinda
Fukuyama, Francis, 2001, Sosial Capital; Civil Society and Development, Third World
Quarterly, Vol 22.
Gunawan, Jamil. 2005. Desentralisasi, Globalisasi, dan Demokrasi Lokal. Jakarta ,LP3ES.
Hasbullah, J. 2006. Sosial Capital : Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. Jakarta,
MR-Unired Press.

12

Ibrahim, Tarik Jabal, 2003, Sosiologi Pedesaan . Diakses pada tanggal 22 September 2014,
pukul 09.54wib.
Inayah. 2012.Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora
Vol. 12 No. 1, April 2012
Kusuma.
2014.
Pengertian
Kelompok
. diakses pada 22 September 2014

Tani

Permadi, Danang Cahya. 2002. Analisis Pengaruh Modal Sosial Organisasi dan Modal
Intelektual Organisasi terhadap Keunggulan Organisasi.Tesis Magister Manajemen
IPB.
Portes, Alejandro.2000. The Two Meanings of Sosial Capital, Sociological Forum, Vol. 15,
No. 1.
Putnam, R.D. (1993). The prosperous community: social capital and public life. American
Prospect, 13: 35-42
Situmorang, E.R, Manzilati, A, and Kaluge,D. 2012. Modal Sosial Dan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Kabupaten
Manokwari. SEPA: Vol. 8 No.2
Shahra, R. 2003. Modal Sosial : Konsep dan Aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya .Vo:V
No. 1/ 2003. PMB.LIPI Jakarta
Sugihantono, A. 2013. Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
Wibowo, A. 2007. Menumbuhkembangkan Modal Sosial dalam Pengembangan Partisipasi
Masyarakat. M'POWER, No.5 Vol. 5 Maret 2007
Woolclock, M. 1998. Sosial Capital and Economics Development : Toward a Theoritical
Synthesis and Policy Frmaework. Theory and Society, Vol 27, 151-208.
Wulandari, Septi. 2013. Pengaruh Modal Sosial Petani terhadap Adopsi Inovasi Budidaya
Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul,. Skripsi.
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Yusnitasari, Antik. 2006. Analisis Hubungan Modal Sosial (Sosial Capital) dengan Tingkat
Partisipasi Petani Tebu dalam Pelaksanaan Kemitraan dengan Pabrik Gula Kebon
Agung . Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya: Malang.

.
13

14