UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI MEL

35
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI MELALUI
PENDAMPINGAN PENERAPAN IPTEKS PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS PADI BERBASIS ORGANIK (P3BO)
I Ketut Widnyana
Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar

Ringkasan Eksekutif
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan organik tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama
pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan
pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak
lingkungan , sebab produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety
attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan
(ecolabelling attributes).
Pertanian konvensional yang sudah diterapkan selama ini telah menimbulkan
berbagai masalah diantaranya merusak struktur fisik, kimia dan biologis tanah,
memicu munculnya berbagai OPT baru pada tanaman, resistensi OPT karena
musnahnya musuh alami dari OPT itu sendiri. Ketergantungan akan pupuk sintetis

juga telah menimbulkan dampak sosial kemasyarakatan karena jumlahnya terbatas
membuat masyarakat tani saling berebut. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
pertanian konvensional belum memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan
pendapatan petani di Bali.
Pendampingan kegiatan peningkatan produkvitas padi berbasis organik
(P3BO) dilaksanakan dengan pola Participatory rural appraisal (PRA) yaitu
bekerjasama dengan petani yang merupakan anggota Subak Lepang Desa Aan
Kecamatan Banjarangkan Klungkung dengan luasan lahan 5 ha. Kaji terap
dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu April – Agustus 2009. Dana kegiatan bersumber
dari dana CSR yaitu BTDC (Bali Tourism Development Centre) Nusadua.
Respon petani terhadap kegiatan pendampingan penanaman padi berbasis
organik cukup tinggi, Hal ini ditunjukkan dari hasil evaluasi bahwa 100 % dari
petani SIT mengetahui dan paham tentang budidaya padi sistem organik, dan mereka
sepakat mengembangkan sistem budidaya ini di masa mendatang.Aplikasi teknologi
yang diterapkan mampu memberikan tambahan produksi pada padi hibrida (Intani
dan SL8SHS) sebesar 360 kg/ha dibandingkan dengan varietas non hibrida (Ciherang
dan Cibogo). Ada kecenderungan varietas hibrida SL8SHS memberikan hasil
produksi gabah tertinggi yaitu 10, 80 ton/ha
Kata kunci : produktivitas padi, organik, pendapatan petani
Executive Summary

Organic farming is a cultivation technique that relies on organic ingredients
without the use of synthetic chemicals. The main purpose of organic farming is to
provide agricultural products, especially food which is safe for the health of
producers and consumers and does not damage the environment, for agricultural

36
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

products must food safety attributes, nutritional attributes and ecolabelling
attributes.
Conventional farms that have been implemented so far has raised several
issues including damaging physical, chemical and biological soil, triggering the
emergence of new pests on crops, pest resistance due to destruction of natural
enemies of the pest itself. Dependence of synthetic fertilizers has also been the social
impacts due to limited number of farmers to make communities fight each other. It is
no less important is not conventional agriculture having a significant impact on
improving farmers' income in Bali.
Assistance activities to increase the organic-based rice produkvitas (P3BO)
implemented by the pattern of Participatory rural appraisal (PRA) that is working
with farmers who are members of cucumber Subak Aan Kecamatan Banjarangkan

Klungkung with land area of about 5 hectares. Kaji arranging held for 4 months, ie
April to August 2009. Funds sourced from fund CSR activities are BTDC (Bali
Tourism Development Centre) Nusa Dua.
The farmers' responses to the activity-based mentoring organic rice
cultivation are high, It is shown from the results of the evaluation that 100% of the
farmers know and understand about organic rice cultivation system, and they agreed
to develop this culture system in future. Applied technology capable of providing
additional production of hybrid rice (Intani and SL8SHS) amounted to 360 kg/ha
compared with non-hybrid varieties (Ciherang and Cibogo). There is a tendency
SL8SHS hybrid varieties provide the highest grain production was 10, 80 tonnes /ha
Key words: rice productivity, organic, farmer's income
A. PENDAHULUAN
Memasuksi abad 21, masyarakat dunia mulai menyadari adanya bahaya dari
pemakaian bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia
sintetis tersebut telah menyebabkan berbagai kerusakan alam dan lingkungan kita,
khususnya dalam ekosistem pertanian kita, seperti berkurangnya berbagai jasad
renik dalam tanah, terbunuhnya berbagai musuh alami, meningkatkannya populasi
hama maupun penyakit tanaman, polusi pada tanah, air dan udara. Terlebih dari itu
adalah residu bahan kimia sintetis tersebut
sangat berbahaya bagi kesehatan

manusia.
Masyarakat semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi
kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature”
telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan
kimia non alami, seperti pupuk, pestisida sintetis dan hormon tumbuh dalam
produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan
metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.
Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum
tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan
luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar
adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang
subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan

37
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini
memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.
Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri masih sangat kecil,
hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi

antara lain: (1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk
pertanian organik, (2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus
memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, (3) belum ada kepastian
pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.
B. SUMBER INSPIRASI
Pertanian konvensional yang sudah diterapkan selama ini telah merusak
berbagai tatanan keseimbangan lingkungan biotik maupun abiotik, dimana berbagai
masalah muncul sebagai dampak dari penggunaan sarana produksi dalam pertanian
konvensional diantaranya penggunaan pupuk kimia sintetis berlebihan telah merusak
fisik, kimia dan biologis tanah. Penggunaan pestisida sintetis telah memicu
munculnya berbagai OPT baru pada tanaman, resistensi OPT karena musnahnya
musuh alami dari OPT itu sendiri. Ketergantungan akan pupuk sintetis juga telah
menimbulkan dampak sosial kemasyarakatan karena jumlahnya terbatas membuat
masyarakat tani saling berebut. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pertanian
konvensional belum memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan
pendapatan petani di Bali. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani dapat
diupayakan dengan peningkatan nilai jual produk pertanian melaui pertanian organik
sebab nilai jual produk pertanian organik adalah 2 – 3 kali lipat nilai jual produk
pertanian non organik. Dari sisi konsumen di Bali hal ini tentu dapat dicapai
mengingat bali adalah salah satu destinasi wisata terkenal di dunia.

Bali sebagai salah satu tujuan wisata memerlukan berbagai infrastruktur
untuk menunjang perkembangan pariwisata itu sendiri sehingga kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan. Salah satu model yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah kepariwisataan di Bali adalah apabila pelaku pariwisata
seperti Hotel dan Restaurant menyajikan hidangan yang berasal dari produsen lokal
dengan atribut aman untuk dikonsumsi, mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi
dan ramah lingkungan. Hal itu dapat terpenuhi melalui penerapan pola pertanian
organik.
Berdasarkan hal di atas perlu dilakukan evaluasi terhadap system pertanian
yang sudah dilaksanakan, dan perlu dilakukan usaha-usaha pelestarian alam melalui
system pertanian organic. Dalam pertanian organic yang diterapkan adalah teknologi
yang bersifat daur ulang, menghindarkan bahan-bahan yang sintetis, menjaga dan
meningkatkan kesuburan tanah dan lain-lainnya.
C. METODE
Pendampingan kegiatan peningkatan produkvitas padi berbasis organik
(P3BO) dilaksanakan dengan pola Participatory rural appraisal (PRA) yaitu
bekerjasama dengan petani yang merupakan anggota Subak Lepang Desa Aan
Kecamatan Banjarangkan Klungkung dengan luasan lahan 5 ha. Kaji terap

38

I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu April – Agustus 2009. Dana kegiatan bersumber
dari dana CSR yaitu BTDC (Bali Tourism Development Centre) Nusadua.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah benih padi IR64, Ciherang, Intani II,
SL8SHS, pupuk kandang, Pupuk cair organic, pestisida organik/pestisida hayati,dan
ZPT organik Sedangkan peralatan yang diperlukan antara lain cangkul, garu, ember,
gunting, meteran, handsprayer, handtraktor, sepatu lapangan dan peralatan lain yang
diperlukan.
Jumlah petani peserta super impose trial (SIT) dalam kegiatan kaji terap
budidaya padi berbasis organik sebanyak 11 orang, dengan umur petani berkisar
antara 30 – 65 tahun, dan yang berumur lebih besar dari 60 tahun menduduki
persentase tertinggi ( 45,45 %), dengan tingkat pendidikan tertinggi adalah Sekolah
Dasar (72,72 %), disusul yang berpendidikan SMA (18,18 %), dan SMP (9,09 %).
Keadaan ini mencerminkan minat para generasi muda untuk terjun dan menekuni
usaha di bidang ini masih rendah. Rata-rata luas lahan garapan petani 64,63 are,
dengan status milik sendiri (52,94 %), status sebagai penyakap 41,17 % dan status
sewa 5,88 %.
Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida nabati dan
hayati, khususnya pestisida nabati dilaksanakan dengan menggunakan ekstrak

tanaman yang mengadung bahan aktif pestisida seperti daun intaran, daun brotowali,
umbi gadung, daun pepaya, kemangi, nimba, tembakau dll. Sedangkan pestisida
hayati dibuat dengan membuat komposisi pupuk organic yang telah diinokulasi
dengan agensi hayati seperti, Trichoderma sp, Fusarium non patogenik,
Pseudomonas fluorescens dan mikroba non patogenik lainnya atau menggunakan
pestisida organik yang sudah dikemas dalam industri yang siap diaplikasikan.
Produktivitas lahan dan tanaman baik pada tanaman organik maupun tanaman
anorganik dilakukan dengan pengukuran terhadap produksi. Pengamatan terhadap
produksi dilakukan terhadap produksi per ha.
D. KARYA UTAMA
Penyusunan model P3BO dilakukan dengan pendekatan aplikasi paket
teknologi padi (pengelolaan tanaman secara terpadu, PTT) dengan pendampingan
oleh dosen pelaksana dan pemberdayaan kelembagaan subak. Pendekatan seperti
yang tertera pada Tabel 1 merupakan salah satu tujuan utama dari keseluruhan
aplikasi teknologi yang diterapkan, yaitu peningkatan produktivitas padi, efisiensi
penggunaan air, efiseiensi penggunaan benih dan bersifat keberlanjutan. Hal ini bisa
terjadi jika pengelolaan tanaman dilakukan secara terpadu dan efisien dengan
memperhatikan pemanfaatan bahan organik, yang pada gilirannya akan
meningkatkan pendapatan petani dan keasrian lingkungan.
Tabel 1. Introduksi Teknologi pola P3BO pada Daerah Sasaran

Aspek teknologi
Varietas

Perlakuan
 Varietas unggul baru (VUB) Inhibrid CIHERANG,
CIBOGO
 Hibrida : INTANI, SL8SHS.
 MH: varietas tahan wereng coklat, penyakit tungro,

39
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43


Benih bermutu
Persemaian




Pengolahan tanah





Jumlah benih
Umur bibit
Jumlah bibit/rumpun
Cara tanam dan irigasi

Efisiensi pemupukan












Bahan organik






Pengendalian
hama/penyakit







dan hawar daun bakteri.
MK: varietas yang relatif tahan kering dan tahan
hama penggerek
Berlabel biru
Persemaian basah, seed treatment:direndam air
garam, (BJ air > 1), yang mengapung dibuang
Harus dibajak/traktor bajak.
Harus ada parit keliling (lebar 30-40 cm, dalam 20
cm)
Parit di tengah setiap 3-5 m
Tapin (tanam pindah): 10-20 kg/ha
10-15 hari
1- 2 batang untuk padi VUB dan hibrida
Tapin dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, atau 30 cm
x 30 cm
Pemberian air secara terputus (intermiten irrigation)
Menggunakan Bagan Warna Daun (BWD)
Penggunaan pupuk Urea 150 kg/ha tanpa pupuk TSP
100 kg dan KCl 50.
Pemupukan 2 kal :
1. Pupuk Dasar: Urea 100 kg/ha tanpa pupuk TSP
50 kg dan KCl 25 + 150 kg ABG Bios/Ha
2. Pupuk Susulan (skt umur 42 hr) : Urea 50 kg/ha
tanpa pupuk TSP 50 kg dan KCl 25.
1 ton/ha kompos/pupuk kandang
ABG Bios (Konsentrate organik) 150 kg/Ha
Pupuk daun 7 btl/ha atau 1500 cc/ha, diberikan 10
hari setelah tanam sebanyak 3 kali (tiap 10 hari
sekali)
Pupuk bunga 7 btl/ha atau 1500 cc/ha, diberikan 10
hari setelah pupuk daun terakhir, sebanyak 3 kali (10
hari sekali)
Monitoring populasi hama per minggu
Pestisida hayati, bila memungkinkan
Alat perontok (power thresher)
Panen cara beregu
Pengeringan gabah segera setelah dipanen

40
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

Bibit padi umur 15 hari sudah siap dipindahkan ke
sawah

Pemberian pupuk kandang dilakukan sesaat sebelum
digaru

Penampilan tanaman padi setelah 1 mg pindah tanam

Penampilan tanaman padi setelah umur 1 bulan

Kunjungan oleh staf BTDC pada saat padi umur
sekitar 2 bulan

Penampilan anakan padi hibrida SL8SHS dengan
jumlah anakan di atas 40 batang

Penampilan padi yang sudah berumur 10 minggu

Acara panen secara simbolis dilakukan oleh Direktur
BTDC (Ir. Wy Mandra) beserta staf, dihadiri oleh
wakil dari Dinas Pertanian Klungkung

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan kepada Petani

41
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

E. ULASAN KARYA
Respon petani terhadap kegiatan kaji terap penanaman padi berbasis organik
cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dari hasil evaluasi bahwa 100 % dari petani SIT
mengetahui dan paham tentang budidaya padi sistem organik, dan mereka sepakat
mengembangkan sistem budidaya ini di masa mendatang. Hal ini disebabkan oleh
manfaat yang diperoleh apabila sistem ini diterapkan dilahannya. Petani telah
mengetahui bahwa dengan bertanam padi sistem organik dapat meningkat kesuburan
tanah, baik secara fisik, kimia dan biologi, sehingga mereka yakin betul bahwa
dengan sistem ini akan dapat meningkatkan produksi gabah per satuan luas yang
diusahakan.
Mengantisipasi kelangkaan air tahun 2015, dalam kaji terap budidaya padi
berbasis organik di terapkan sistem irigasi hemat air melalui perberiaan air secara
intermitten irigation (pemberian air secara berselang). Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa 90 % petani SIT telah memahami teknik pemberian air secara berselang, dan
mereka mengetahui manfaat yang diperoleh dari sistem pemberian air sistem ini
yaitu dapat menghemat penggunaan air dan meningkatkan jumlah anakan total dan
anakan produktif pada tanaman padi yang diusahakan.
Hasil gabah kering panen tertinggi cenderung dihasilkan oleh varietas
SL8SHS, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Intani, Cibogo dan Ciherang
Varietas SL8SHS menghasilkan gabah kering panen sebesar 10,80 ton per hektar,
produksi yang dicapai ini jauh lebih tinggi dari rata-rata produksi padi di Bali yang
hanya mencapai 5,5 ton/ha GKP (BPS, 2006).
Keuntungan usahatani padi dihitung berdasarkan total penerimaan dikurangi
dengan total biaya. Pemberian bantuan saprodi kepada petani kooperator merupakan
salah satu pendorong petani untuk mengaplikasikan dosis pupuk organik, dan
tambahan dalam bentuk pupuk Urea dan Ponska sesuai dengan hasil analisis tanah.
Keuntungan aplikasi teknologi tersebut diharapkan berdampak terhadap petani di
luar wilayah SIT (super impose trial ) dalam wilayah pendampingan secara bertahap
melakukan perbaikan (improving) terhadap cara budidaya padi yaitu dengan
mengikuti aplikasi pupuk organik, Urea dan Ponska.
Tabel 2. Analisis usahatani padi non hibrida dan hibrida pada sistem budidaya padi
berbasis organik di Subak Lepang.

N0

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Uraian
Sewa Lahan
Bibit
Pupuk Organik
Ponska
Urea
ZPT
Pestisida
Tenaga Kerja
Pajak
Pengaci
Penyusutan Alat

Jlm.Fisik

30,31
8,23
605,63
84,88
40,56
0,87
0,74
12,67
30,31
1
1

Non Hibrida
Harga/Sa
Nilai
Biaya/Prod
Tuan
uksi (Rp)
(Rp)
30.000
909.300
5.000
41.150
500
302.815
1800
152.784
1200
48.672
20.000
17.400
20.000
14.800
35.000
443.450
2.100
63.798
150.000
150.000
101.623
101.623

Jlm. Fisik

26,77
7.94
535,38
75
28,62
0,89
0,74
12,53
30,38
155.000
100.235

Hibrida
Harga/satuan
(Rp)
30.000
50.000
500
1800
1200
20.000
20.000
35.000
2.100
155.000
100.235

Nilai
Biaya/Produksi
(Rp)
803.100
397.000
267.690
135.000
34.344
17.800
14.800
438.550
63,798
155.000
100.235

42
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

12
13

Total Biaya
Total Produksi

14

Keuntungan
Usahatani

2.497
9.950*

2.500

2.245.792
7.537.878
5.292.086
17.463.883
*

2.799
10.450*

2.500

2.427.317
7.916.666
5.489.349
18.114.851*

Sumber
: Analisis data primer, 2009
Keterangan : * per hektar, satuan fisik sewa lahan dalam are, bibit dalam kg, pupuk
dalam kg, ZPT dalam liter, pestisida dalam liter, tenaga kerja dalam hari
orang kerja (HOK), pengaci dan penyusutan alat dalam satu paket
luasan lahan, produksi dalam kg.

Berdasarkan analisis komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
berbagai aplikasi teknologi tampak bahwa terdapat perbedaan biaya penggunaan
benih yaitu antara penggunaan benih hibrida (Intani dan SL8SHS) dengan non
hibrida (Ciherang dan Ciboga). Harga benih hibrida mencapai Rp. 50.000,-/kg,
sedangkan benih non hibrida hanya sepersepuluhnya yaitu Rp. 5.000,-/kg.
Meskipun terjadi peningkatan biaya penggunaan benih pada aplikasi
teknologi hibrida tetapi rata-rata keuntungan usahatani padi hibrida lebih tinggi dari
usahatani padi non hibrida, hal ini disebabkan oleh rata-rata produksi padi hibrida
lebih tinggi dari produksi padi non hibrida. Secara rinci analisis keuntungan
usahatani tani padi berbasis organik disajikan pada Tabel 2 di atas.
Pada Tabel 2 tampak rata-rata keuntungan usahatani padi hibrida (Intani dan
SL8SHS ) Rp. 5.489.349 atau Rp.18.114.851/ha lebih tinggi 4 persen dari usahatani
padi non hibrida (Ciherang dan Cibogo) Rp. 5.292.086 atau Rp.17.463.883/ha. Hal
ini disebabkan oleh rata-rata produksi padi Hibrida lebih tinggi yaitu 10450 kg/ha
sedangkan rata-rata produksi padi non hibrida 9950/kg/ha. Biaya paket teknologi
yang lain seperti pupuk organik, ponska, dan urea, serta ZPT dan Pestisida tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.
F. KESIMPULAN
Dari hasil pendampingan peningkatan produktivitas padi berbasis organik dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Respon petani terhadap kegiatan kaji terap penanaman padi berbasis organik
cukup tinggi, Hal ini ditunjukkan dari hasil evaluasi bahwa 100 % dari petani
SIT mengetahui dan paham tentang budidaya padi sistem organik, dan mereka
sepakat mengembangkan sistem budidaya ini di masa mendatang.
2. Aplikasi teknologi yang diterapkan mampu memberikan tambahan produksi
pada padi hibrida (Intani dan SL8SHS) sebesar 360 kg/ha dibandingkan dengan
varietas non hibrida (Ciherang dan Cibogo). Ada kecenderungan varietas hibrida
SL8SHS memberikan hasil produksi gabah tertinggi yaitu 10, 80 ton/ha
3. Usaha tani padi berbasis organik dengan varietas hibrida memberikan
keuntungan lebih besar Rp 650.968/ha dibandingkan dengan varietas non
hibrida.

43
I Ketut Widnyana, Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 2(2), 2011, 35-43

G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN
Berdasarkan kajian teknis budidaya dan sosial ekonomi, teknologi budidaya
padi berbasis organik layak diterapkan di seluruh lahan pertanian beririgasi di Bali
karena mampu memberikan manfaat secara ekologis dan ekonomi. Namun pemilihan
varietas padi perlu mempertimbangkan kondisi agroekologi dan sosiokultural
masyarakat. Selain itu, model yang dikembangkan ini mengefektifkan penggunaan
air di lahan sawah sehingga dapat diterapkan di daerah yang menghadapi hambatan
ketersediaan air irigasi.
Model penelitian partisipatif yang dilakukan dalam penelitian ini mengajak
masyarakat untuk terlibat langsung dalam aplikasi teknologi sehingga transfer
teknologi dapat berjalan dengan baik tidak hanya antar perguruan tinggi dengan
petani kooperatif namun juga antara petani kooperatif dan petani non kooperatif.
Oleh karenanya, perlu adanya kebijakan pemerintah yang dapat mengembangkan
pola pemberdayaan masyarakat model partisipatif ini.
H. DAFTAR PUSTAKA
(1). Evans. 1975. The Phisiological Basic of Crop Yield. Camberidge University
Press, London.
(2). Irsal Las. 2002. Panduan Teknis Pengembangan Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpau (PTT).Kegiatan Pengembangan Produktivitas Padi
Terpadu (KP3T). Hand out pertemuan tim pengawal teknologi Proyek P3T.
Badan Litbang Pertanian.
(3). Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press Jakarta, 162 h.
(4). Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press,
Harcourt Brace Javanovich. p. 103 – 114.
(5). Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT. Sastra Hudaya.
(6). Soemartono. 1981. Bercocok Tanam Padi. CV. Yasaguna, Jakarta.
(7). Sterm P. 1979. Small Scale Irrigation Intermideats Technology Publication
Ltd. International Irrigation Center.
(7). Vegera. 1990.
Jakarta

Bercocok Tanam Padi.

Proyek Prasarana Fisik Bappenas.

I. PERSANTUNAN
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada: (1) Rektor Universitas
Mahasaraswati Denpasar atas kesempatan yang diberikan; (2) Direktur BTDC
Nusadua beserta jajarannya atas kepercayaannya memberikan dana kegiatan yang
cukup dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat; dan (3) Kelihan dan
Kerama Subak Lepang atas kesungguhannya dalam menerapkan pola P3BO sehingga
dapat meningkatkan pendapatan masing-masing.