Sejarah perkembangan Ushul Fiqh periode

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang menjadi
sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengenai
dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah
data-data dan menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.
Sejarah fiqh telah dimulai sejak diangkatnya Muhammad SAW menjadi Nabi dan
rasul sampai wafatnya. Hal ini disebabkan segala persoalan yang dihadapai ketika
itu dijelaskan secara langsung oleh Rasulullah SAW. Akibatnya ijtihad yang
masih berada diantara benar atau salah tidak diperlukan. Akan tetapi, benihbenih kaidah sebenarnya sudah ada semenjak masa Nabi.
Fiqh diarahkan untuk memperbaiki akidah, karena akidah yang benar inilah yang
menjadi pondasi dalam hidup. Oleh karena itu, dapat kita pahami apabila Rasulullah pada
masa itu memulai dakwahnya dengan mengubah keyakinan masyarakat yang musyrik
menuju masyarakat yang berakidah tauhid, membersihkan hati dan menghiasi diri dengan
al-Akhlak al-Karimah,


1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tadi, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Fiqh Islam?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Ushul Fiqh?
3. Apa saja alira-aliran dalam Ushul Fiqh?

1.3.

Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka terdapat beberapa tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah perkembanan Fiqh Islam.
2. Mengetahui sejarah perkembangan Ushul Fiqh.
3. Mengetahui aliran-aliran dalam Ushul Fiqh.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Sejarah Perkembangan Fiqh Islam

Pertumbuhan dan perkembangan Fiqh atau Hukum Islam dari awal sampai sekarang
dapat dibedakan menjadi beberapa periode sebagai berikut :
 Periode Rasulullah
Yaitu periode insya’ dan takwin (pertumbuhan dan perkembangan) yang
berlangsung selama 22 tahun dan beberapa bulan, yaitu terhitung sejak dari kebangkitan
Rasulullah tahun 610 M sampai dengan kewafatan beliau pada tahun 632 M.
Sejarah pertumbuhan hukum Islam dimasa Rasulullah berdasarkan wahyu yang
Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril dengan cara
berangsur-angsur yang dimulai dari Mekah dan diakhiri di Madinah. Kalau belum turun ayat
Al-Qur’an mengenai sesuatu masalah, maka Nabi nengadakan ijtihad yang mendalam,
sehingga akhirnya ijtihad beliau sesuai dengan dngan ayat Al-Qur’an, yang diturunkan
kemudian. Berarti ijtihad Rasul dan Sunnahnya tidak ada yang brlawanan dengan wahyu
Allah. Di samping Nabi sendiri adalah sebagai sumber hokum, sebab segala sesuatu yang

dilakukan Nabi adalah contoh yang baik bagi ummatnya.
Suatu hal yang nyata terjadi adalah bahwa Nabi telah berbuat sehubungan dengan
turunnya ayat-ayat Quran yang mengandung hukum (ayat-ayat hukum). Tidak semua hukum
itu memberikan penjelasan yang mudah dipahami untuk kemudian dilaksanakan secara
praktis sesuai dengan kehendak Allah SWT. Nabi memberikan penjelasan dengan ucapan,
perbuatan dan pengakuannya yang kemudian disebut Sunnah Nabi. Apabila Penjelasan dari
Nabi yang berbentuk Sunnah itu merupakan ayat-ayat hukum, maka apa yang dikemukakan
Nabi itu dapat disebut fiqh namun lebih tepat disebut Fiqh Sunnah.
Sunnah Nabi berbunyi :
“Sesungguhnya aku menetapkan hukum berdasarkan apa-apa yang lahir, dan kamu
minta penyelesaian permusuhan kepadaku. Barangkali seseorang diantaramu lebih lihai
dalam berperkara dibandingkan yang lainnya. Siapa yang aku putuskan untuknya
sesuatu yang berkenaan dengan harta orang lain, janganlah dimakan. Sesungguhnya
aku memberikan kepadanya potongan api neraka.”
Riwayat tersebut menunjukan bahwa Nabi sendiri terkadang memutuskan perkara yang
mungkin tidak betul secara materil. Hal ini bearti tindakan itu semata didasarkan kepada
itijihadnya, bukan dari wahyu.
Dalam kenyataannya memang beliau pernah beritijihad untuk memahami dan
menjalankan wahyu Allah dalam hal-hal yang memerlukan penjelasan Nabi yang
sebagaiannya dibimbing oleh wahyu. Dalam hal-hal yang tidak mendapat koreksi dari Allah,

maka hal itu muncul sebagai Sunnah Nabi yang wajib ditaati.
 Periode Sahabat
Yaitu periode tafsir dan takmil (penjelasan dan penyempurnaan) yang berlangsung
selama 90 tahun kurang lebihnya, yaitu terhitung mulai kewafatan Rasulullah pada tahun 11
Hsampai dengan akhir abad pertama Hijriah (101 H atau 632-720 H).

Dengan wafatnya Nabi Rasulullah Saw, maka sempurnalah turunya ayat-ayat AlQuran dan Sunnah Nabi, juga dengan tersendirinya sudah terhenti. Karena hal ini maka
persoalan hokum atau fiqh pada masa sahabat dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Di masa sahabat penganut Islam telah bertambah banyak dan daerahnya telah
bertambah luas. Pada tempat-tempat yang baru memeluk agama Islam itu terjadi berbagai
masalah. Untuk menyelesaikan masalah itu para sahabat kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Untuk kembali kepada Al-Qur’an itu bukanlah hal sulit untuk mereka, karena AlQur’an merupakan hafalan bagi mereka. Dimasa Al-Qur’an sudah dibukukan. Sedangkan
kembali kepada hadits Nabi memang agak sulit, karena hadits belum diseleksi dan
dibukukan, dan sulit untuk mebedakan hadits yang benar-benar dari Nabi dan mana pula yang
merupakan hadits palsu buatan manusia.
Apabila masalah Fiqh tidak dijumpai penyelesaiannya dalam Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi maka para sahabat mengadakan ijtihad yang mendalam. Dan hasil ijtihad para
sahabat dapat dipercaya dan menjadi sumber hokum syara’ atau Fiqh Islam. Bila pada masa
Nabi proses penetapan fiqh disebut pembinaan fiqh, maka pada masa sahabat disebut periode
pengembangan fiqh.

Periode Tadwin (pembukuan)
Yaitu periode pembukuan dan munculnya mujtahid dan zaman perkembangan serta
kedewasaan hokum yang berlangsung selama 250 tahin, yaitu terhitung mulai tahun 100 H
sampai 350 H (720-961 M)
Pada saat ini adalah zaman kemajuan di bidang hukum Islam. Ini disebabkan
banyaknya masalah-masalah hukum yang harus diselesaikan yang terjadi pada beberapa
daerah Islam yang telah menjadi luas itu. Para tabiin-tabiin dimasa ini banyak yang
berijtihad, sehingga mereka menjadi mujtahid-mujtahid besar dalam Islam. Diantara
mujtahid-mujtahid yang terkenal itu adalah :
1. Imam Abu Hanifah, seorang alim keturunan Persia yang terkenak sebagai Ahli Al
Ra’yu yaitu banyak mendasarkan pendapat kepada ujian pikiran, karena banyak di
Basrah mendapat hadits shahih.
2. Imam Malik ibn Anas terkenal sebagai ahli hadits (Akl-al-hadits) karena dimadinah
hadits Nabi banyak dikumpulkan pada ahli hadits. Disamping Al-Qur’an, hadits
beliau ambil sebagai dasar fiqhnya.
3. Imam Muhammad ubn Idris Al Syafei, beliau adalah pendiri Mazhab Imam Syafe’i.
4. Imam Ahmad ibn Hambali, beliau terkenal sebagai ahli hadits dan merupakan pendiri
Mazhab Hambali.



 Periode Taqlid
Yaitu periode kebekuan dan statis yang berlangsung mulai masa pertengahan abad
empat hijriah (351 H) dan hanya Allah yang mengetahui kapan periode ini berakhir. Hal ini
berari sebagai penutupan periode ijtihad atau periode tadwin (pembukuan). Mula-mula masa
kemunduran dalam bidang kebudayaan Islam, kemudian berhentilah perkembangan hukum
Islam atau Fiqh Islam.
Taqlid merupakan menerima hokum yang dikumpulkan oleh seorang mujtahid dan
memandang pendapat mereka seolah-olah nash Syara’. Jadi Taqlid itu menerima saja
pendapat seseorang mujtahid sebagai nash hukum Syara’. Dalam periode Taqlid ini kegiatan

para ulama Islam banyak mempertahankan ide dan mazhabnya masing-masing. Perasaan
Taqlid telah meresap di dalam jiwa mereka dan ruh Taqlid.
Sebab-sebab timbulnya periode Taqlid ini adalah sebagaimana dikemukakan oleh
Abdul Wahab Kallaf dalam kitabnya Khulusul Tarikh Al Tasyri’ Al Islami, yang intinya
disebutkan sebagai berikut :
1. Terbagi-baginya Daulah Islamiyah ke dalam sejumlah kerajaan-kerjaan yanh
saling bermusuhan para raja-rajanya, penguasanya dan personil/rakyatnya.
2. Sesudah terpecahnya para iman mujtahid dalam periode ketiga menjadi
beberapa golongan dan masig-masing golongan memiliki suatu aliran hokum
tersendiri.

3. Sesudah umat Islam mengaturkan pengaturan perundang-undangan dan mereka
tidak meletakkan peraturan yang menjamin, seperti dibenarkan mujtahid kecuali
dipandang ahli untuk itu.
4. Bahwasanya sudah tersebar luas di kalangan para ulama berbagai penyakit
moral yang menghalangi mereka dari ketinggian derajat ijtihad. Di kalangan
mereka sudah merata penyakit saling menghasut dan egoisme.
Ijtihad ulama yang bukan mujtahid akhirnya membawa kemunduran dan
kekacauan di bidang Fiqh Islam. Orang-orang pad amasa itu kembali kepada tradisional,
bukan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Ulama yang mujtahid tidak menutup ijtihad, tapi
karena besarnya pengaruh taqlid tersebut akhirnya menimbulkan paham statis dalam hukum
Islam yang pengaruhnya masih ada dirasakan sampai saat ini di kalangan masyarakat Islam.

2.2.

Sejarah Perkembangan Ushul Fiqh

Adapun Ushul Fiqh, tidaklah tumbuh kecuali pada abad kedua hijriah, karena pada
abad pertama hijriah, ilmu tersebut belum diperlukan dimana Rasulullah SAW berfatwa dan
menjatuhkan keputusan menurut ajaran Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya dan menurut
Sunnah yang diilhamkan kepadanya. Kalau ada yang bertanya: “Dahulu mana ushul fiqh dan

fiqh?” tentu tidak mudah menjawabnya. Pertanyaan demikian sama dengan pertanyaan
mengenai mana yang lebih dahulu: ayam atau telur.
Musthafa Said al-Khin memberikan argumentasi bahwa ushul fiqh ada sebelum fiqh.
Alasannya adalah bahwa ushul fiqh merupakan pondasi, sedangkan fiqh merupakan
bangunan yang didirikan di atas pondasi. Karena itulah sudah tentu ushul fiqh ada
mendahului fiqh. Kesimpulannya, tentu harus ada ushul fiqh sebelum adanya fiqh.
Pada masa Nabi Muhammad masih hidup, seluruh permasalahan ilmu fiqh
dikembalikan kepada Rasul. Namun terdapat juga beberapa usaha-usaha dari beberapa
Sahabat yang menggunakan pendapatnya dalam menentukan keputusan hukum. Mereka
melakukannya dengan cara mencari jawabannya di dalam Al-Qur’an, kemudian hadits. Jika
dari kedua sumber hukum tersebut tidak ditemukan, maka mereka dapat berijtihad. Pada
dasarnya, beberapa Sahabat nabi tersebut sudah menggunakan Ushul Fiqh secara teori tetapi
ushul fiqh pada saat itu belum menjadi suatu nama keilmuan tertentu.
Setelah wafatnya Rasulullah, maka yang berperan besar dalam pembentukan hukum
islam adalah para Sahabat Nabi. Pada masa ini para Sahabat banyak melakukan ijtihad

ketika suatu masalah tidak dijumpai di dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada saat berijtihad, para
sahabat telah menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqh meskipun belum dirumuskan dalam
suatu disiplin ilmu.
Pada masa tabi’in, metode istinbat menjadi semakin jelas dan meluas disebabkan

tambah meluasnya daerah islam sehingga banyak permasalahan baru yang muncul. Para tabi’in
melakukan ijtihad di berbagai daerah islam. Di Madinah, di Irak dan di Basrah. Titk tolak para
ulama dalam menetapkan hukum bisa berbeda, yang satu melihat dari suatu maslahat, sementara
yang lain menetapkan hukumnya melalui Qiyas. Dari perbedaan dalam mengistinbatkan hukum
inilah, akibatnya muncul tiga kelompok ulama, yaitu Madrasah Al-Irak, Madrasah Al-Kaufah
yang lebih dikenal dengan sebutan Madrasah Al-Ra’yu dan Madrasah Al-Madina dikenal dengan
sebutan Madrasah Al-Hadits. Namun pada masa ini ilmu ushul fiqh masih belum terbukukan.
Masa Imam-imam Mujtahid sebelum Imam Syafi’I, pada periode ini, metode
pengalihan hukum bertambah banyak, dengan demikian bertambah banyak pula kaidah-kaidah
istinbat hukum dan teknis penerapannya. Imam Abu Hanafiah an-Nu’man (80-150H). pendiri
mazhab hanafi. Dasar-dasar istinbatnya yaitu : Kitabullah, sunah, fatwa (pendapat Sahabat yang
disepakati), tidak berpegang dengan pendapat Tabi’in, qiyas dan istihsan. Demikian pula Imam
Malik bin Anas (93-179H). pendiri mazhab Maliki. Di samping berpegang kepada Al-Qur’an dan
sunah, beliau juga banyak mengistinbatkan hukum berdasarkan amalan penduduk Madinah. Pada
masa ini, Abu hanifah dan Imam Malik tidak meningalkan buku ushul fiqh.
Orang yang pertama kali menghimpun kaidah yang bercerai-berai di dalam suatu
himpunan, ialah Imam Abu Yusuf pengikut Abu Hanifah, seperti yang telah disebutkan oleh
Ibnu Nadim alam al-Fihrosat (sebuah catatan kaki). Namun apa yangdia tulis itu tidak sampai
kepada kita.
Sedangkan Orang yang pertamakali mengadakan kodifikasi kaidah-kaidah dan

bahasa-bahasan ilmu ini, sehingga merupakan kumpulan tersendiri secara tertib (sistematis)
dan masing-masing kaidah itu dikuatkan dengan dalil dan keterangan yang mendalam, ialah
Imam Muhammad bin Idris al-Syafe’i. Dalam kodifikasi itu telah ditulis kitab Risalab
Ushuliyah yang telah diriwayatkan oleh pengikutnya, al-Robi’ al-Murodi. Kitab itulah
sebagai kita kodifikasi yang pertama kali dalam ilmu ini dan itulah satu-satunya yang sampai
kepada kita sepanjang pengetahuan kita. Karena itu populernya di kalangan para ulama,
bahwa pendasar ilmu Ushul Fiqh adalah Imam Syafe’i.
Usahanya itu diikuti oleh tiga orang ulama yang termasyhur diantaranya :
1. Abul Hassan Muhammad bin Alal Bashariy As Syafe’I bukunya bernama AlMu’tamad.
2. Abu Ali Abdul Malik bin Abdullah An Naisaburiy yang dikenal degan Imam
Harmaini, dengan bukunya Al-Burhan.
3. Abu Hamid Al-Ghazaliy, dengan buklunya AL-Mushtasfa
Selanjutnya ulama-ulama ini diiringi pula oleh ulama lainnya utuk membuat karya
sedangkan karnyanya itu bukan bersifat kutipan, tetapi masing-masing mereka
mengemukakan pendapat mereka kadang-kadang tidak sesuai dengan pendapat-pendapat
para ulama sebelumnya. Para ulama itu adalah : Murid Imam Syafe’I, mereka membuat satu

cara terpenting tertentu untuk menerapkan dalil-dalil hukum yang dibuatnya sendiri tanpa
mengacuhkan dan mencari persesuaian dengan furu’-furu’ mazhab sebelumnya atau
menyalahinya.

Dan yang lain adalah dari murid-murid Hanafi, cara menyusunnya adalah dengan
mengusahakan untuk menyesuaikan furu’-furu’ Mazhab, yang mereka susun itu dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan suatu undang-undang, maka mereka berusaha
untuk menyesuaikannya, tetapi sungguhpun begitu sekarang kita lihat kenyataannya Ushul
Hanafiyah dipenuhi dengan furu’ yang banyak.

2.3. Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh
Sejarah perkembangan ushul fiqh menunjukkan bahwa ilmu tersebut tidak berhenti,
melainkan berkembang secara dinamis. Ada beberapa aliran metode penulisan ushul fiqh
yang saat ini dikenal. Secara umum, para ahli membagi aliran penulisan ushul fiqh menjadi
dua, yaitu mutakallimin (Syafi’iyyah) dan aliran fuqaha (Aliran Hanafiyah). Dari kedua
aliran tersebut lahir aliran gabungan. Tiga aliran utama tersebut diuraikan sebagai berikut:
 Aliran Mutakallimin
Aliran mutakallimin disebut juga dengan aliran Syafi’iyyah. Alasan penamaan
tersebut bisa dipahami mengingat karya-karya ushul fiqh aliran mutakallimin banyak lahir
dari kalangan Syafi’iyyah. Aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni tanpa
dipengaruhi oleh masalah-masalah cabang keagamaan. Begitu pula dalam menetapkan
kaidah, aliran ini menggunakan alasan yang kuat, baik dari dalil naqli, tanpa dipengaruhi
masalah furu’ dan madzhab, sehingga adakalanya kaidah tersebut sesuai dengan masalah
furu’ dan adakalanya tidak sesuai. Selain itu, setiap permasalahan yang didukung naqli dapat
dijadikan kaidah.
Dalam aliran ini, mereka mempelajari ilmu ushul fiqih sebagai suatu disiplin ilmu
yang terlepas dari pengaruh madzhab atau furu’, faktornya karena :
1. Imam Syafi’i sendiri yang menetapkan bahwa dasar-dasar tasyri’ itu memang terlepas
dari pengaruh furu’.
2. Mereka berkeinginan untuk mewujudkan pembentukan kaidah-kaidah atas dasar-dasar
yang kuat, tanpa terikat dengan furu’ atau madzhab.
3. Mereka membuat penguat kaidah-kaidah yang telah dibuatnya dengan menggunakan
berbagai macam dalil, tanpa menghiraukan apakah kaidah tersebut memperkuat
madzhab atau melemahkannya.

1.
2.
3.
4.

Aliran Mutakakallimin lebih berorienntasi kepada hal-hal berikut, yakni;
Analisis kasus-kasus
Formulasi kaidah-kaidah hukum (al-qawa’id)
Aplikasi qiyas yang disertai penalaran rasio sejauh mungkin
Mengkonstruksi isu-isu fundamental teori hukum tanpa terikat dengan fakta hukum yang
kasuistis dan pikiran hukum madzhab fiqh yang ada.

Semua pemikiran mereka, dapat dilihat dari hasil karya mereka, dalam bentuk tiga
kitab, yang kemudian dikenal dengan sebutan al-Arkan al-Tsalatsahyaitu sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.

Kitab al-Mu’tamad, karya Abu Husain Muhammad ibn ‘Ali al-Bashriy (w. 412 H).
Kitab al-Burhan, karya al-Imam al-Haramain (w. 474 H).
Kitab al-Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul, karya al-Ghazali (w. 500 H).
Al Mahsul karya fakhr al-Din Muhammad bin Umar al- Razi al-Syafi’i (w. 606 H).
Kitab ini diringkas oleh dua orang dengan judul;
a) Al-Hasil oleh Taj al-Din Muhammad bin Hasan al-Armawi (w. 656 H).
b) Al- Tahsil oleh Mahmud bin Abu Bakar Al-Armawi (w. 672 H).

 Aliran Fuqaha
Aliran yang kedua ini dikenal dengan aliran fuqaha yang dianut oleh para ulama
madzhab Hanafi. Dinamakan aliran fuqaha karena dalam sistem penulisannya banyak
diwarnai oleh contoh-contoh fiqh. Dalam merumuskan kaidah ushul fiqh, mereka
berpedoman pada pendapat-pendapat fiqh Abu Hanifah dan pendapat-pendapat para
muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh.
Di antara kitab-kitab standar dalam aliran fuqaha ini antara lain: kitab al-Ushul (Imam
Abu Hasan al-Karakhiy), kitab al-Ushul (Abu Bakar al-Jashash), Ushul al-Syarakhsi (Imam
al-Syarakhsi), Ta’shish an-Nadzar (Imam Abu Zaid al-Dabusi), dan al-Kasyaf al-Asrar (Imam
al-Bazdawi).
 Aliran Gabungan
Pada perkembangannya muncul tren untuk menggabungkan kitab ushul fiqh
aliran mutakallimin dan Hanafiyah. Metode penulisan ushul fiqh aliran gabungan adalah
dengan membumikan kaidah ke dalam realitas persoalan-persoalan fiqh. Persoalan hukum
yang dibahas imam-imam madzhab diulas dan ditunjukkan kaidah yang menjadi
sandarannya.
Karya-karya gabungan lahir dari kalangan Hanafi dan kemudian diikuti kalangan
Syafi’iyyah. Dari kalangan Hanafi lahir kitab Badi’ al-Nidzam al-Jami‘ bayn Kitabay alBazdawi wa al-Ihkam yang merupakan gabungan antara kitabUshul karya al-Bazdawi dan alIhkam karya al-Amidi. Kitab tersebut ditulis oleh Mudzaffar al-Din Ahmad bin Ali al-Hanafi.
Ada pula kitab Tanqih Ushul karya Shadr al-Syariah al-Hanafi. Kitab tersebut adalah
ringkasan dari Kitab al-Mahshul karya Imam al-Razi, Muntaha al-Wushul (al-Sul) karya
Imam Ibnu Hajib, dan Ushul al-Bazdawi. Kitab tersebut ia syarah sendiri dengan judul
karya Shadr al-Syari’ah al-Hanafi. Kemudian lahir kitab Syarh al-Tawdlih karya Sa’d al-Din
al-Taftazani al-Syafii dan Jami’ al-Jawami’ karya Taj al-Din al-Subki al-Syafi’i.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan materi diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa sejarah
perkembangan Fiqh Islam terbagi dalam beberapa periode yaitu periode Rasulullah, periode
Sahabat, periode Tadwin dan periode Taqlid. Di dalam perkembangannya Fiqh Islam
berpedoman pada Al-Qur’an, Sunnah Rasul dan terkadang dengan Ijtihad yang dilakukan
untuk memperoleh jalan keluar dari sebuah masalah. Sedangkan perkembangan Ushul Fiqhi
juga terbagi dalam beberapa periode seperti yang telah dikemukakan diatas. Ushul Fiqh telah
ada pada masa 2 H. Dimana dalam perkembangannya muncullah beberapa ulama besar yang
membuat beberapa buku tentang Ilmu Ushul Fiqh.
Aliran
dalam
ushul
fiqh
terbagi
menjadi
tiga,
yakni
;
aliran mutakallimin (Syafi’iyyah), aliran fuqaha’ (hanafiyyah), dan aliran gabungan.
Aliran Mutakallimin; aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni tanpa
dipengaruhi oleh masalah-masalah cabang keagamaan. Begitu pula dalam menetapkan
kaidah, aliran ini menggunakan alasan yang kuat, baik dari dalil naqli, tanpa dipengaruhi
masalah furu’ dan madzhab, sehingga adakalanya kaidah tersebut sesuai dengan masalah
furu’ dan adakalanya tidak sesuai. Selain itu, setiap permasalahan yang didukung naqli dapat
dijadikan kaidah.
Aliran yang kedua ini dikenal dengan aliran fuqaha yang dianut oleh para ulama
madzhab Hanafi. Dinamakan aliran fuqaha karena dalam sistem penulisannya banyak
diwarnai oleh contoh-contoh fiqh. Dalam merumuskan kaidah ushul fiqh, mereka
berpedoman pada pendapat-pendapat fiqh Abu Hanifah dan pendapat-pendapat para
muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh.
Pada perkembangannya muncul tren untuk menggabungkan kitab ushul fiqh aliran
mutakallimin dan Hanafiyah. Metode penulisan ushul fiqh aliran gabungan adalah dengan
membumikan kaidah ke dalam realitas persoalan-persoalan fiqh. Persoalan hukum yang
dibahas imam-imam madzhab diulas dan ditunjukkan kaidah yang menjadi sandarannya dan
itu dikatakan sebagai aliran gabungan.

3.2.

Saran

Sebaiknya dalam pembuatan suatu makalah maka kita harus memperhatikan
segala aspek yang terdapat di dalamnya. Agar hasilnya memuaskan dan dapat
dipertanggungjawabkan maka kita juga memerlukan beberapa informasi dari referensi yang
tepat dan aktual seperti di buku dan internet.

DAFTAR PUSTAKA
Syafe’I, Rachmat.1999.Ilmu Ushul Fiqh.Bandung: Putaka Setia.
Effendi, Satria.2009. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prernada Media Group.
Bakry, Nazar.1993.Fiqh dan Ushul Fiqh.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Khallaf, Abdul Wahhab.2002.Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushulul Fiqh).Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Riyan Susanto (2012).Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ushul Fiqh. From
http://luckyboy0103.blogspot.com/2012/10/sejarah-pertumbuhan-dan-perkembangan.html,
17 September 2014.
Hakim Ashari (2014). Sejarah Perkembangan dan Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh.
http://muhammadhakimazhari.blogspot.com/2014/04/sejarah-perkembangan-dan-aliranaliran.html, 17 September 2014.

Dokumen yang terkait

Analisis dampak pengumuman right issue terhadap reaksi pasar pada perusahaan listing di bursa efek Indonesia periode 2006-2009

0 23 126

Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan Return On Asset dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank Persero periode 2007-2012)

1 30 151

Sejarah perkembangan pendidikan Islam di Thailand selatan (patani) pada Abad ke XVII sampai XX

2 73 64

Kerjasama internasional Indonesia dan Jepang: peran Jepangterhadap isu deforestasi di Indonesia dalam skema Asia Forest Partnership (AFP) periode 2008-2011

6 78 115

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta

6 85 140

Peran World Wide Fund for nature (WWF) dalam program Heart Of Borneo (HOB) di Indonesia periode 2012-2013

9 81 139

Pembangunan Augmented Reality Sebagai media Pembelajaran Sejarah Indonesia pada Kelas X SMA Berbasis Dekstop Studi Kasus SMAN 1 Dayeuh Kolot

2 21 1

Tinjauan mengenai perkembangan penyaluran kredit pensiunan dan non pensiunan pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Pusat Bandung Periode 1998-2002 : laporan kerja praktek

0 34 1

Pengembangan aplikasi panduan bagi ibu hamil dan perkembangan janin beserta mapping Rumah Sakit Bersalin di Kota Bandung berbasis android

4 45 152