Inovasi dalam Penggunaan Metode Ekposito (1)

BAB I
PENDAHULUAN

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta
memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi,
tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.
Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada
tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Penggunaan metode ini siswa
tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah
disajikan secara jelas olehguru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran.
Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya
sama-sama memberikan informasi. Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode
ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena
mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu
langkah langsung bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas.
Popham & Baker (1992) menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan
dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung
selama 45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah

tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut
tujuan penggunaannya. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2000) metode ceramah adalah
cara penyampaian bahan pelajara dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan
efisien untuk menyampaikan informasi dan pengertian. Margono (1989) mengemukakan
bahwa metode ceramah adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal.
Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual,
demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya.
Lebih lanjut Hasibuan dan Moedjiono (2000) mengemukakan bahwa agar metode
ceramah efektif perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut: a) merumuskan tujuan
instruksional khusus yang luas, b)mengidentifikasi dan memahami karakteristik siswa, c)
1

menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait (advance organizer), d)
menyampai-kanbahan dengan memberi keterangan singkat dengan menggunakan papan
tulis,memberikan

contoh-contoh

yang


kongkrit

dan

memberikan

umpan

balik

( feed back)memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan materi, e) merencanakan
evaluasi secara terprogram.
Metode retitasi adalah metode pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah
pekerjaan rumah, meskipun sebutan ini tidak seluruhnya benar. Metode tanya jawab
digunakan bersama dengan metode ceramah, untuk merangsang kegiatan berfikir siswa, dan
untuk mengetahuik eefektifan pengajarannya, sebagai mana diutarakan Popham & Baker
(1992). Penerapan metode tanya jawab guru dapat mengatur bagian-bagian penting yang
perlu mendapat perhatian khusus. Dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah harus
peka terhadap respon siswa. Skiner dalam Driscoll (1994) menjelaskan bahwa diskripsi
hubungan antara stimulan dan respon tidaklah sesederhana yang diperkirakan, melainkan

stimulan yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini artinya
mempengaruhi respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekwensi yang akan
mempengaruhi tingkah laku siswa. Untuk menciptakan terjadinyan interaksi, menarik
perhatian siswa dan melatih keterampilan siswa, metode ceramah biasanya dikombinasikan
dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas. Resitasi atau tugas dapat pula dikerjakan di
luar rumah ataupun di dalam laboratorium. Pasaribu mengemukanan bahwa metode resitasi
mempunyai tiga fase, yaitu : a) guru memberi tugas, b) siswa melaksakan tugas,dan c) siswa
mempertanggung-jawabkan pada guru apa yang telah dipelajari (Sutomo, 2003).
Menurut Sujadi (19833), di dalam pembelajaran matematika penggunaan metode
ceramah dan tanya jawab tersebut masih ditambah dengan pemberian contoh-contoh berupa
gambar-gambar, model bangunan, dan contoh rumus-rumus beserta penggunaannya. Guru
menjelaskan materi dengan bantuan gambar atau model, untuk mempermudah penanaman
konsep bangun datar dan ruang. Percival dan Elington dalam Yeni Indrastoeti S.P (1999)
menamakan model konvensional ini dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru
(the Teacher Centered Opproach).
Dalam model pembelajaran yang berpusat hampir seluruh kegiatan pembelajaran
dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi
dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar
yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu. Somantri (2001)
membedakan metode ekspositori dan metode ceramah. Dominasi guru dalam metode

ekspositori banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, informasi diberikan pada saat-saat atau
2

bagian-bagian yang diperlukan, seperti di awal pembelajaran, menjelaskan konsep-konsep
dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebaginya. Metode
ekspositori adalah suatu cara menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan informasi
dengan lisan atau tulisan. Menurut Herman Hudoyo (1998) metode ekspositori dapat meliputi
gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode
peragaan. Pentatito Gunawibowo (1998) dalam pembelajaran menggunakan metode
ekspositori, pusat kegiatan masih terletak pada guru. Dibanding metode ceramah, dalam
metode ini dominasi guru sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibanding dengan metode
demonstrasi, metode ini masih nampak lebih banyak. Kegiatan guru berbicara pada metode
ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran,
menerangkan materi,memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan,
membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin
dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan
temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa
mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan
menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa
belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal. Pendapat David P.

Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998) menyebutkan bahwa metode ekspositori
merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar
bermakna. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999) mengatakan metode ekspositori adalah
memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang
penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3)
pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan
5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang
benar, 2) pemakai media dan sumber yangbenar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian
guru. Dari beberapa pendapat di atas, bahwa metode ekspositori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengobinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara
individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah
pengetahuan, keterampilan, dannilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi hasil
belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan guru.

3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS


2.1 Metode Ekspositori
Metode Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (dalam Wina Sanjaya)
menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung (Direct
Instruction). Karena dalam hal ini siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi
pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepada
proses bertutur,maka sering juga dinamakan istilah metode “chalk and talk”.
Wina Sanjaya menyatakan bahwa: “Metode ekspositori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)”.
Dikatakan demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini
guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah
kemampuan akademik siswa (academic achievement student). Penggunaan metode ini siswa
tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah
disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori
sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan
informasi. Metode pembelajaran ekspositori lebih cenderung dipengaruhi oleh aliran

psikologis behavioristik yang menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada
dasarnya adalah keterkaitan antara stimulus dan respon, maka dari itu dalam implementasinya
peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat menentukan. Peran guru
dalam memfasilitasi koneksi antara stimulus dengan respon benar-benar menjadi kunci dari
kesuksesan pembelajaran dengan metode ekspositori ini, atau dengan kata lain semakin baik
stimulus semakin baik juga respon yang datang dari siswa sebagai feedback. Terdapat
beberapa karakteristik metode ekspositori, yaitu :
1) dilakukan dengan cara penyampaian materi pelajaran secara verbal.

4

2) biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,
seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu.
3) tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan
benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Dalam
penggunaan metode pembembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut
ini yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu:



Berorientasi Pada Tujuan
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal
ini penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita
bisa mengontrol efektivitas penggunaan metode ini



Prinsip Komunikasi
Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa
sebagai penerima pesan.



Prinsip Kesiapan Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang guru
berikan, terlebih dulu guru harus memposisikan siswa dalam keadaan siap
baiksecara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran




Prinsip Berkelanjutan
Metode

ekspositori

yang

berhasil

adalah

manakala

melalui

proses

penyampaian dapat membuat siswa penasaran, sehingga mendorong mereka
untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses
belajara mandiri

Berikut ini adalah beberapa kelebihan metode ekspositori adalah:
1) Guru dapat menentukan hal -hal yang dianggap penting.
2) Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun klasikal.
3) Dengan metode ekspositori guru dapat mengontrol urutan dan keluasan pembelajaran,
dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran
yang disampaikan
4) Metode pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas
5

5) Melalui metode pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan Demonstrasi).
6) Metode Pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang
besar.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, metode ekspositori juga memiliki beberapa
kelemahan, yaitu antara lain:
1) Metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa,
sehingga siswa yang terlalu banyak mengikuti pembelajaran (kegiatan belajar

mengajar) dengan metode ekspositori cenderung tidak aktif dan tidak kreatif.
2) Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
3) Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang, karena sering kali
siswa kurang terlibat dalam pembelajaran.
4) Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat siswa tidak
menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
5) Metode pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
6) Metode ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar siswa
7) Metode ini sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis
Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dipastikan pembelajaran tidak
mungkin berhasil. Pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan
guru. Mengingat gaya komunikasi metode pembelajaran ini lebih banyak terjadi satu arah
(one-way communication). Sehingga kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan
terbatas pula.
2.2 Penerapan Metode Ekspositori Dalam Pembelajaran
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab
6

dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara langsung. Guru memberikan informasi hanya pada saat-saat
atau bagian-bagian yang diperlukan; misalnya permulaan pengajaran, memberikan contoh
soal. Setelah guru memberikan informasi, guru mulai menerangkan suatu konsep,
mendemontrasikan ketrampilannya mengenai pola/aturan/dalil tentang konsep itu, siswa
bertanya, guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum. Kegiatan selanjutnya
ialah guru memberikan contoh soal aplikasi konsep itu dan menyuruh siswa menyelesaikan
soal-soal bisa dipapan tulis atau dimeja siswa. Siswa dapat bekerja secara individual atau
secara bersama dengan teman sebangkunya dan sedikit ada tanya jawab. Pada kegiatan
terakhir siswa mencatat materi yang telah diterangkan dan dapat dilengkapi dengan soal-soal
pekerjaan rumah
Pada Pelaksanaannya metode ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan,
secara garis besar digambarkan oleh Wina Sanjaya (2008) sebagai berikut :
1. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam metode ekspositori, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat
bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan
persiapan yaitu :
1).Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
2).Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajaran
3).Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa
4).Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
2. Penyajian (Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah
bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah
ini diantaranya : Penggunaan bahasa, intonasi suara, Menjaga kontak mata dengan
siswa, serta menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap
hidup dan menyenangkan.
3. Korelasi (Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk memberikan makna terhadap
materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
7

dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang
telah disajikan. Sebab melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada
siswa tentang kebenaran suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan
penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara mengulang kembali intiinti materi yang menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang
relevan dengan materi yang diajarkan, dan membuat maping atau pemetaan
keterkaitan antar pokok-pokok materi.
5. Mengaplikasikan (Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
pembelajaran ekspositori. Sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan
informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya, dengan
membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes materi yang telah
diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.
Pemilihan metode ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.

8

BAB III
INOVASI DALAM MENGGUNAKAN METODE
EKSPOSITORI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

3.1 Fisika dan Metode Pembelajaran
Fisika adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendasari
perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Salah satu ciri mata
pelajaran Fisika adalah adanya kerjasama antara eksperimen dan teori. Teori dalam Fisika tak
lain adalah pemodelan ilmiah terhadap berbagai dasar dan kebenarannya harus diuji dengan
eksperimen. Ciri Fisika ini dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam permasalahan yang
alamiah seringkali memerlukan keterpaduan berbagai komponen sebagai dasar logika
deskripsi permasalahan yang ada (Dirjen Pendidikan Menengah dalam Rosita Budi
Indrayanti, 2006). Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika
dengan ukuran yang sangat kecil, tetapi mampu memuat banyak informasi. Sebagai ilmu
yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada
manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yangbaik tentang fisika. Oleh karena itu, peserta didik pada setiap jenjang
pendidikan hendaknya memiliki pengetahuan tentang fisika. Untuk dapat mencapai tujuan
mata pelajaran fisika pada satuan pendidikan SMA/MA, maka pendidik mata pelajaran fisika
harus melakukan inovasi pada setiap dimensi pembelajaran fisika. Menciptakan inovasi pada
metode pembelajaran yang pada akhirnya akan menghasilkan kualitas pendidikan terbaik.
Pada makalah ini secara khusus akan dibahas tentang inovasi metode ekpositori dalam
pembelajaran fisika
3.2 Inovasi Ekspositori Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan bersama dengan metode ceramah, untuk merangsang
kegiatan berfikir siswa, dan untuk mengetahui keefektifan pengajarannya, sebagai mana
diutarakan Popham & Baker (1992). Penerapan metode tanya jawab guru dapat mengatur
bagian-bagian penting yang perlu mendapat perhatian khusus. Dalam proses pembelajaran
dengan metode ceramah harus peka terhadap respon siswa. Skiner dalam Driscoll (1994 )
9

menjelaskan bahwa diskripsi hubungan antara stimulan dan respon tidaklah sesederhana yang
diperkirakan, melainkan stimulan yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan
interaksi ini artinya mempengaruhi respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai
konsekwensi yang akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Untuk menciptakan terjadinya
interaksi, menarik perhatian siswa dan melatih keterampilan siswa,metode ceramah biasanya
dikombinasikan dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas. Resitasi atau tugas dapat
pula dikerjakan di luar rumah ataupun di dalam laboratorium. Pasaribu mengemukanan
bahwa metode resitasi mempunyai tiga fase, yaitu : a) guru memberi tugas, b) siswa
melaksakan tugas, dan c) siswa mempertanggung-jawabkan pada guru apa yang telah
dipelajari (Sutomo, 2003).
3.3 Inovasi Ekspositori Pemberian Tugas
Menurut Herman Hudoyo(1998 ) metode ekspositori dapat meliputi gabungan metode
ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan.
Pentatito Gunawibowo (1998) dalam pembelajaran menggunakan metode ekspositori, pusat
kegiatan masih terletak pada guru. Dibanding metode ceramah, dalam metode ini dominasi
guru sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibanding dengan metode demonstrasi, metode ini
masih nampak lebih banyak. Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya
dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan
materi,memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat
catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam
kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan
seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan,
kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswasecara individual dan menjelaskan kembali secara
individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan
tersebut diikuti penjelasan secara klasikal. Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito
Gunowibowo (1998)menyebutkan bahwa metode ekspositori merupakan cara mengajar yang
paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyatidan
Mudjiono (1999) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun
program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4)
pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi.
Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan
sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian guru. Dari beberapa pendapat
10

di atas, Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan
secara individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan
jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat
evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan guru.
3.4 Inovasi Ekspositori Demonstrasi Fisika
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan alat
praktikum, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (2000). Metode demonstrasi adalah metode
yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran fisika. Setelah dilakukannya demontrasi guru dapat
mengajak siswa untuk melakukan diskusi secara terbuka atau kelompok. Sesuai dengan
pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998) menyebutkan bahwa metode
ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan
belajar bermakna.

11

BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan kajian teoritis dan pembahasan pada bab sebelumnya. Dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
2. Metode ekspositori efektif digunakan pada kelas yang besar. Artinya jumlah siswa
dalam sebuah kelas banyak, dimana tidak memungkinkan membentuk kelompok
untuk melakukan pembelajaran koperatif murni.
3. Metode ekpositori dapat diinovasi/digabungkan metode tanya jawab yang dilakukan
dikelas antara guru dengan siswa. Dimana akan meningkatkan pemahaman siswa
karena terangsang kegiatan berfikir siswa.
4. Metode ekpositori dapat diinovasi/digabungkan pemberian tugas yangdiberikan guru
ke siswa. Siswa akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya terlebih dahulu
sebelum proses pembelajaran berlangsung.
5. Metode ekpositori dapat diinovasi/digabungkan demonstrasi yang diberikan guru ke
siswa. Setelah dilakukannya demontrasi guru dapat mengajak siswa untuk melakukan
diskusi secara terbuka atau kelompok.

12

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Pusat Pembukuan. Rineka Cipta.
Hasibuan, J.J Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Kemudja Karya
Herman Hudoyo. 1988. Mengajar Belajar Matematika; Jakarta Dirjen PTPPLPT
Muhibbin Syah, 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta: PT. Kencana, 2007
Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: UPI

13