Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Petugas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi menular
yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kondisi sampai
tahun 2008 di seluruh dunia dipastikan terdapat 9,4 juta kasus TB Paru. Hal
ini setara dengan 139 kasus per 100.000 penduduk dan angka kematian
akibat TB Paru sebesar 1,1 – 1, 7 juta penduduk. Munculnya pandemi
Human Imunodeficiency Virus (HIV) di dunia menambah permasalahan TB.
Koinfeksi HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB Paru secara signifikan
yakni sekitar 10 % per tahun. Pada saat yang sama pula, terjadi kekebalan
ganda kuman TB terhadap obat anti TB ( Multi Drug Resistance = MDR).
[1]
Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
Pada tahun 2008 di Indonesia terdapat 296 kasus baru penderita TB
Paru per 100.000 penduduk, 116 kasus diantaranya kasus TB Paru Basil
Tahan Asam (BTA) positif. Secara keseluruhan angka insiden TB paru di
Indonesia berkembang mendekati 1,1 % per tahun. Meskipun demikian,
Indonesia telah mencapai kemajuan yang pesat dalam hal peningkatan
penemuan kasus TB Paru yaitu sekitar 51,6% , namun hanya setengah dari
penderita TB Paru yang dapat diobati di seluruh Puskesmas di Indonesia.
[1,2]
Program Pemberantasan Penyakit Menular mempunyai peranan penting
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Salah satunya adalah
program
pemberantasan penyakit TB Paru. Sejak tahun 1995 program
pemberantasan penyakit TB Paru telah dilaksanakan dengan strategi Directly
Observed Treatmen Shortcourse (DOTS) yang direkomendasikan oleh World
Health Organization (WHO). Seiring dengan pembentukan Gerakan
Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS – TB Paru),
program pemberantasan penyakit TB Paru berubah menjadi program
penanggulangan penyakit TB Paru. Program tersebut sampai saat ini
merupakan salah satu program yang dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi.
[2,3]
Kota Semarang termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota dengan jumlah
penduduk terbesar di provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk di Kota
Semarang menurut registrasi sampai dengan akhir Desember 2008 sebesar
1.481.640 jiwa . Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, angka penemuan
kasus TB Paru di Kota Semarang tahun 2008 hanya mencapai 47%.
Persentase tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2007
(49%). Hal ini dikarenakan beberapa Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang
ada di Kota Semarang belum mencapai target nasional angka penemuan
kasus TB Paru yang ditetapkan dalam program penanggulangan TB Paru
[4]
yakni sebesar 70%.
Angka penemuan suspek TB Paru dan angka penemuan kasus TB Paru
BTA positif merupakan tolok ukur yang menentukan keberhasilan program
penanggulangan TB Paru. Salah satu unsur pokok yang dibutuhkan dalam
keberhasilan program penanggulangan TB Paru adalah ketersediaan sumber
daya manusia yang berkualitas dengan kinerja atau prestasi kerja yang baik.
Petugas TB Paru mempunyai peranan penting dalam proses pelaksanaan
program penanggulangan TB Paru
[2,4]
Kinerja petugas atau karyawan dapat dilihat dari kemampuan kerja,
prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu
periode tertentu yang telah ditetapkan. Kinerja petugas atau karyawan
tergantung
pada
kemampuan
pembawaan,
kemampuan
yang
dapat
dikembangkan, bantuan untuk terwujudnya performance, insentif baik materi
[5,9]
maupun non materi, lingkungan dan evaluasi.
Menurut hasil penelitian tentang Analisis Faktor Kinerja Petugas TB
Paru di Kota Jambi membuktikan bahwa faktor karakteristik pendidikan dan
motivasi petugas TB Paru mempengaruhi kinerja petugas TB Paru dalam
penemuan suspek dan keberhasilan pengobatan TB Paru, semakin tinggi
motivasi petugas TB Paru maka semakin tinggi pula kinerja petugas TB Paru
dalam penemuan suspek dan keberhasilan pengobatan TB Paru. Selain itu,
faktor kesempatan petugas TB Paru juga dominan mempengaruhi kinerja
petugas dalam konversi pengobatan TB Paru BTA positif, semakin tinggi
kesempatan petugas maka semakin tinggi pula kinerja petugas dalam
konversi pengobatan TB Paru. Dengan demikian, kinerja petugas TB Paru
dalam penemuan suspek dan pengobatan TB Paru dipengaruhi oleh adanya
[18]
interaksi antara kemampuan, motivasi dan kesempatan petugas TB Paru.
Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa kinerja petugas TB
Paru dalam penemuan kasus TB Paru dipengaruhi oleh faktor karakteristik
individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, golongan /
pangkat dan lama bekerja, tanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan,
pemberian kompensasi atau insentif baik materi maupun nonmateri dan
pengetahuan dan sikap petugas TB Paru serta adanya manajemen yang
[18,20,24,26]
baik.
Hasil wawancara dengan beberapa petugas TB Paru Puskesmas yang
ada di Kota Semarang yakni petugas TB Paru Puskesmas Genuk dan
Bangetayu menyatakan bahwa faktor-faktor kinerja yang mempengaruhi
petugas TB Paru dalam penemuan kasus TB Paru adalah beban kerja yang
cukup berat yang merangkap program lain, tidak adanya pemberian insentif
yang bermakna terhadap program penanggulangan TB Paru. Disamping itu,
penemuan kasus TB Paru yang masih bersifat pasif yakni apabila penderita
datang ke Puskesmas baru dilakukan pemeriksaan. Petugas TB Paru juga
menyatakan sarana dan prasarana masih kurang dalam melakukan
penjaringan
suspek TB Paru
bagi penderita yang tidak datang ke
Puskesmas. Perencanaan penyuluhan kesehatan tentang penanggulangan TB
Paru belum dilakukan dengan baik dan kerjasama dengan program lain juga
masih kurang.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang beberapa
faktor kinerja yang berhubungan dengan angka penemuan kasus TB Paru
pada petugas TB Paru Puskesmas di Kota Semarang.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan antara faktor karakteristik petugas, motivasi, beban
kerja dan aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas dengan angka
penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan faktor karakteristik, motivasi, beban kerja dan
aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan
kasus TB Paru di Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan angka penemuan kasus baru TB Paru
b. Mendeskripsikan karakteristik individu yang meliputi jenis
kelamin, umur dan masa kerja.
c. Mendeskripsikan motivasi dan beban kerja
d. Mendeskripsikan perencanaan, kerjasama dan monitoring evaluasi.
e. Menganalisis hubungan jenis kelamin petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
f. Menganalisis hubungan umur petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
g. Menganalisis hubungan masa kerja petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
h. Menganalisis hubungan motivasi petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
i. Menganalisis hubungan beban kerja petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
j. Menganalisis hubungan perencanaan petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang
k. Menganalisis hubungan kerjasama petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang
l. Menganalisis hubungan monitoring dan evaluasi petugas TB Paru
Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota
Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu kesehatan
masyarakat dalam kaitannya dengan usaha penanggulangan penyakit TB
Paru.
2. Manfaat Metodologis
Sebagai informasi bagi mahasiswa dan instansi terkait untuk menggali dan
melakukan penelitian berikutnya.
3. Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi bagi pengelola Program Penanggulangan (P2) TB
Paru
untuk
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
guna
meningkatan kinerja petugas TB Paru dalam pencapaian angka penemuan
kasus TB Paru.
E. Bidang ilmu
Penelitian ini merupakan lingkup ilmu kesehatan masyarakat khususnya
tentang administrasi manajemen kesehatan.
F. Keaslian Penelitian
Perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan ini adalah
variabel
penelitian, variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor karakteristik
individu (masa kerja) dan beban kerja petugas TB Paru. Subyek dan lokasi
penelitian juga berbeda yakni seluruh petugas TB Paru Puskesmas yang ada di
Kota Semarang.
Beberapa penelitian tentang TB Paru yang telah dilakukan oleh peneliti
lain sebelumnya ( Tabel 1.1.) adalah :
Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu Tentang TB Paru
No.
Peneliti
Judul
1
Syafei dan
Kunanto,
2006
Kinerja
Petugas TB
Paru
Puskesmas
(Studi
Analisis
Faktor
Kinerja
Petugas
di
Kota Jambi)
2
Ahmad
Badri,
2006
3
Haryono,
2008
4
Raflizar,
2006
Beberapa
faktor yang
berhubungan
dengan
kinerja
petugas
laboratorium
dengan
penemuan
penderita TB
Paru
di
Puskesmas di
Kab.Kerinci
Hubungan
aspek
manajemen
petugas TB
Paru
Puskesmas
dengan
cakupan
penemuan
TB Paru di
Kab.
Grobogan
Dampak
insentif
terhadap
kinerja P2TB
Paru di Kab.
Kerinci
Desain
Variabel
Hasil
Cross
sectional
Variabel Bebas (VB):faktor
karakteristik
(umur,golongan/pangkat,masa
kerja,pelatihan dan insentif),
kemampuan, motivasi dan
kesempatan
Variabel Terikat (VT):kinerja
patugas P2PTB Paru dalam
penemuan suspek TB Paru,
penemuan suspek TB Paru
BTA positif, kegagalan dan
drop out pengobatan TB Paru
Cross
sectional
VB:pelatihan,
motivasi,
persepsi, sumber daya dan
insentif
VT:kinerja
petugas
laboratorium dalam penemuan
penderita TB Paru
Faktor
karakteristik
pendidikan dan motivasi
mempengaruhi
kinerja
petugas dalam penemuan
suspek TB Paru. Faktor
kemampuan,
motivasi,
kesempatan dan faktor
karakteristik
golongan/pangkat
mempenagruhi
kinerja
petugas
dalam
pengobatan TB Paru,
sedangkan
faktor
motivasi
juga
mempengaruhi
kinerja
petugas dalam kegagalan
dan drop out pengobatan
TB Paru
Ada hubungan yang
bermakna
antara
pelatihan,
motivasi,
persepsi, sumber daya
dan
insentif
dengan
kinerja
petugas
laboratorium
dalam
penemuan penderita TB
Paru
Cross
sectional
VB:aspek
perencanaan,
kerjasama,monitoring evaluasi
petugas TB Paru Puskesmas
VT:kinerja petugas dalam
cakupan penemuan TB Paru
Ada hubungan yang
bermakna antara aspek
perencanaan, kerjasama
dan monitoring evaluasi
dengan kinerja petugas
TB Paru Puskesmas
dengan
cakupan
penemuan TB Paru
Quasi
Experimen
tal
Non
Equal Two
Group
Post Test
Only
VB:pemberian
program
insentif
VT:kinerja P2TB Paru
Belum
cukup
bukti
bahwa adanya pemberian
insentif
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kinerja
P2TB
Paru
Puskesmas
5
Ahmad
Syukur,
2007
Pengaruh
Kekuatan dan
Budaya Tim
terhadap
Kinerja Tim
P2TB Paru
Puskesmas di
Provinsi DIY
Cross
sectional
VB:kakuatan dan budaya tim
P2TB Paru Puskesmas
VT:kinerja tim P2TB Paru
Puskesmas
Kekuatan
tim
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
kinerja petugas tim P2TB
Puskesmas dan budaya
organisasi
memoderasi
positif dan signifikan
pengaruh kakuatan tim
P2TB
Puskesmas
di
Provinsi DIY yang berarti
semakin baik persepsi
anggota tim terhadap
budaya organisasi maka
pengaruh kekuatan tim
terhadap kinerja tim
P2TB cenderung akan
semakin baik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi menular
yang merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kondisi sampai
tahun 2008 di seluruh dunia dipastikan terdapat 9,4 juta kasus TB Paru. Hal
ini setara dengan 139 kasus per 100.000 penduduk dan angka kematian
akibat TB Paru sebesar 1,1 – 1, 7 juta penduduk. Munculnya pandemi
Human Imunodeficiency Virus (HIV) di dunia menambah permasalahan TB.
Koinfeksi HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB Paru secara signifikan
yakni sekitar 10 % per tahun. Pada saat yang sama pula, terjadi kekebalan
ganda kuman TB terhadap obat anti TB ( Multi Drug Resistance = MDR).
[1]
Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
Pada tahun 2008 di Indonesia terdapat 296 kasus baru penderita TB
Paru per 100.000 penduduk, 116 kasus diantaranya kasus TB Paru Basil
Tahan Asam (BTA) positif. Secara keseluruhan angka insiden TB paru di
Indonesia berkembang mendekati 1,1 % per tahun. Meskipun demikian,
Indonesia telah mencapai kemajuan yang pesat dalam hal peningkatan
penemuan kasus TB Paru yaitu sekitar 51,6% , namun hanya setengah dari
penderita TB Paru yang dapat diobati di seluruh Puskesmas di Indonesia.
[1,2]
Program Pemberantasan Penyakit Menular mempunyai peranan penting
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Salah satunya adalah
program
pemberantasan penyakit TB Paru. Sejak tahun 1995 program
pemberantasan penyakit TB Paru telah dilaksanakan dengan strategi Directly
Observed Treatmen Shortcourse (DOTS) yang direkomendasikan oleh World
Health Organization (WHO). Seiring dengan pembentukan Gerakan
Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS – TB Paru),
program pemberantasan penyakit TB Paru berubah menjadi program
penanggulangan penyakit TB Paru. Program tersebut sampai saat ini
merupakan salah satu program yang dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi.
[2,3]
Kota Semarang termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota dengan jumlah
penduduk terbesar di provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk di Kota
Semarang menurut registrasi sampai dengan akhir Desember 2008 sebesar
1.481.640 jiwa . Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, angka penemuan
kasus TB Paru di Kota Semarang tahun 2008 hanya mencapai 47%.
Persentase tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2007
(49%). Hal ini dikarenakan beberapa Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang
ada di Kota Semarang belum mencapai target nasional angka penemuan
kasus TB Paru yang ditetapkan dalam program penanggulangan TB Paru
[4]
yakni sebesar 70%.
Angka penemuan suspek TB Paru dan angka penemuan kasus TB Paru
BTA positif merupakan tolok ukur yang menentukan keberhasilan program
penanggulangan TB Paru. Salah satu unsur pokok yang dibutuhkan dalam
keberhasilan program penanggulangan TB Paru adalah ketersediaan sumber
daya manusia yang berkualitas dengan kinerja atau prestasi kerja yang baik.
Petugas TB Paru mempunyai peranan penting dalam proses pelaksanaan
program penanggulangan TB Paru
[2,4]
Kinerja petugas atau karyawan dapat dilihat dari kemampuan kerja,
prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu
periode tertentu yang telah ditetapkan. Kinerja petugas atau karyawan
tergantung
pada
kemampuan
pembawaan,
kemampuan
yang
dapat
dikembangkan, bantuan untuk terwujudnya performance, insentif baik materi
[5,9]
maupun non materi, lingkungan dan evaluasi.
Menurut hasil penelitian tentang Analisis Faktor Kinerja Petugas TB
Paru di Kota Jambi membuktikan bahwa faktor karakteristik pendidikan dan
motivasi petugas TB Paru mempengaruhi kinerja petugas TB Paru dalam
penemuan suspek dan keberhasilan pengobatan TB Paru, semakin tinggi
motivasi petugas TB Paru maka semakin tinggi pula kinerja petugas TB Paru
dalam penemuan suspek dan keberhasilan pengobatan TB Paru. Selain itu,
faktor kesempatan petugas TB Paru juga dominan mempengaruhi kinerja
petugas dalam konversi pengobatan TB Paru BTA positif, semakin tinggi
kesempatan petugas maka semakin tinggi pula kinerja petugas dalam
konversi pengobatan TB Paru. Dengan demikian, kinerja petugas TB Paru
dalam penemuan suspek dan pengobatan TB Paru dipengaruhi oleh adanya
[18]
interaksi antara kemampuan, motivasi dan kesempatan petugas TB Paru.
Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa kinerja petugas TB
Paru dalam penemuan kasus TB Paru dipengaruhi oleh faktor karakteristik
individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, golongan /
pangkat dan lama bekerja, tanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan,
pemberian kompensasi atau insentif baik materi maupun nonmateri dan
pengetahuan dan sikap petugas TB Paru serta adanya manajemen yang
[18,20,24,26]
baik.
Hasil wawancara dengan beberapa petugas TB Paru Puskesmas yang
ada di Kota Semarang yakni petugas TB Paru Puskesmas Genuk dan
Bangetayu menyatakan bahwa faktor-faktor kinerja yang mempengaruhi
petugas TB Paru dalam penemuan kasus TB Paru adalah beban kerja yang
cukup berat yang merangkap program lain, tidak adanya pemberian insentif
yang bermakna terhadap program penanggulangan TB Paru. Disamping itu,
penemuan kasus TB Paru yang masih bersifat pasif yakni apabila penderita
datang ke Puskesmas baru dilakukan pemeriksaan. Petugas TB Paru juga
menyatakan sarana dan prasarana masih kurang dalam melakukan
penjaringan
suspek TB Paru
bagi penderita yang tidak datang ke
Puskesmas. Perencanaan penyuluhan kesehatan tentang penanggulangan TB
Paru belum dilakukan dengan baik dan kerjasama dengan program lain juga
masih kurang.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang beberapa
faktor kinerja yang berhubungan dengan angka penemuan kasus TB Paru
pada petugas TB Paru Puskesmas di Kota Semarang.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan antara faktor karakteristik petugas, motivasi, beban
kerja dan aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas dengan angka
penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan faktor karakteristik, motivasi, beban kerja dan
aspek manajemen petugas TB Paru Puskesmas dengan angka penemuan
kasus TB Paru di Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan angka penemuan kasus baru TB Paru
b. Mendeskripsikan karakteristik individu yang meliputi jenis
kelamin, umur dan masa kerja.
c. Mendeskripsikan motivasi dan beban kerja
d. Mendeskripsikan perencanaan, kerjasama dan monitoring evaluasi.
e. Menganalisis hubungan jenis kelamin petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
f. Menganalisis hubungan umur petugas TB Paru Puskesmas dengan
angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
g. Menganalisis hubungan masa kerja petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
h. Menganalisis hubungan motivasi petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
i. Menganalisis hubungan beban kerja petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang.
j. Menganalisis hubungan perencanaan petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang
k. Menganalisis hubungan kerjasama petugas TB Paru Puskesmas
dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota Semarang
l. Menganalisis hubungan monitoring dan evaluasi petugas TB Paru
Puskesmas dengan angka penemuan kasus TB Paru di Kota
Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu kesehatan
masyarakat dalam kaitannya dengan usaha penanggulangan penyakit TB
Paru.
2. Manfaat Metodologis
Sebagai informasi bagi mahasiswa dan instansi terkait untuk menggali dan
melakukan penelitian berikutnya.
3. Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi bagi pengelola Program Penanggulangan (P2) TB
Paru
untuk
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
guna
meningkatan kinerja petugas TB Paru dalam pencapaian angka penemuan
kasus TB Paru.
E. Bidang ilmu
Penelitian ini merupakan lingkup ilmu kesehatan masyarakat khususnya
tentang administrasi manajemen kesehatan.
F. Keaslian Penelitian
Perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan ini adalah
variabel
penelitian, variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor karakteristik
individu (masa kerja) dan beban kerja petugas TB Paru. Subyek dan lokasi
penelitian juga berbeda yakni seluruh petugas TB Paru Puskesmas yang ada di
Kota Semarang.
Beberapa penelitian tentang TB Paru yang telah dilakukan oleh peneliti
lain sebelumnya ( Tabel 1.1.) adalah :
Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terdahulu Tentang TB Paru
No.
Peneliti
Judul
1
Syafei dan
Kunanto,
2006
Kinerja
Petugas TB
Paru
Puskesmas
(Studi
Analisis
Faktor
Kinerja
Petugas
di
Kota Jambi)
2
Ahmad
Badri,
2006
3
Haryono,
2008
4
Raflizar,
2006
Beberapa
faktor yang
berhubungan
dengan
kinerja
petugas
laboratorium
dengan
penemuan
penderita TB
Paru
di
Puskesmas di
Kab.Kerinci
Hubungan
aspek
manajemen
petugas TB
Paru
Puskesmas
dengan
cakupan
penemuan
TB Paru di
Kab.
Grobogan
Dampak
insentif
terhadap
kinerja P2TB
Paru di Kab.
Kerinci
Desain
Variabel
Hasil
Cross
sectional
Variabel Bebas (VB):faktor
karakteristik
(umur,golongan/pangkat,masa
kerja,pelatihan dan insentif),
kemampuan, motivasi dan
kesempatan
Variabel Terikat (VT):kinerja
patugas P2PTB Paru dalam
penemuan suspek TB Paru,
penemuan suspek TB Paru
BTA positif, kegagalan dan
drop out pengobatan TB Paru
Cross
sectional
VB:pelatihan,
motivasi,
persepsi, sumber daya dan
insentif
VT:kinerja
petugas
laboratorium dalam penemuan
penderita TB Paru
Faktor
karakteristik
pendidikan dan motivasi
mempengaruhi
kinerja
petugas dalam penemuan
suspek TB Paru. Faktor
kemampuan,
motivasi,
kesempatan dan faktor
karakteristik
golongan/pangkat
mempenagruhi
kinerja
petugas
dalam
pengobatan TB Paru,
sedangkan
faktor
motivasi
juga
mempengaruhi
kinerja
petugas dalam kegagalan
dan drop out pengobatan
TB Paru
Ada hubungan yang
bermakna
antara
pelatihan,
motivasi,
persepsi, sumber daya
dan
insentif
dengan
kinerja
petugas
laboratorium
dalam
penemuan penderita TB
Paru
Cross
sectional
VB:aspek
perencanaan,
kerjasama,monitoring evaluasi
petugas TB Paru Puskesmas
VT:kinerja petugas dalam
cakupan penemuan TB Paru
Ada hubungan yang
bermakna antara aspek
perencanaan, kerjasama
dan monitoring evaluasi
dengan kinerja petugas
TB Paru Puskesmas
dengan
cakupan
penemuan TB Paru
Quasi
Experimen
tal
Non
Equal Two
Group
Post Test
Only
VB:pemberian
program
insentif
VT:kinerja P2TB Paru
Belum
cukup
bukti
bahwa adanya pemberian
insentif
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kinerja
P2TB
Paru
Puskesmas
5
Ahmad
Syukur,
2007
Pengaruh
Kekuatan dan
Budaya Tim
terhadap
Kinerja Tim
P2TB Paru
Puskesmas di
Provinsi DIY
Cross
sectional
VB:kakuatan dan budaya tim
P2TB Paru Puskesmas
VT:kinerja tim P2TB Paru
Puskesmas
Kekuatan
tim
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
kinerja petugas tim P2TB
Puskesmas dan budaya
organisasi
memoderasi
positif dan signifikan
pengaruh kakuatan tim
P2TB
Puskesmas
di
Provinsi DIY yang berarti
semakin baik persepsi
anggota tim terhadap
budaya organisasi maka
pengaruh kekuatan tim
terhadap kinerja tim
P2TB cenderung akan
semakin baik