Renvoi Dalam Hukum Perdata Internasional

Renvoi Dalam Hukum Perdata Internasional
Kata penunjukkan dari penunjukkan kembali mempunyai pengertian:
1. Penunjukkan yang dimaksud ke arah kaidah-kaidah hukum intern ( sachnormen ) saja
dari suatu sistem hukum tertentu disebut: sachnormverweisung. ( Hukum intern saja >
hukum asing ).
2. Penunjukkan yang diarahkan ke sistem hukum asing, termasuk kaedah-kaedah HPI
dari sistem hukum asing tersebut: gesamtverweisung. ( Kaidah intern + HPI ).

Macam-Macam Renvoi ( Lanjutan ):
1. Penunjukkan kembali ( simple renvoi/ remission renvoi ). Yaitu penunjukkan oleh
kaedah HPI asing kembali ke arah lex fori.
2. Penunjukkan lebih lanjut ( minimal 3 hukum asing ). Yaitu kaedah HPI asing yang
telah ditunjuk oleh lex fori bisa menunjuk kembali ke arah lex fori tapi menunjuk lebih
lanjut ke arah sistem hukum asing lain.

Asas-asas HPI
1. Lex Rei Sitae ( Lex Situs ): hukum yang berlaku atas suatu benda adalah hukum dari
tempat dimana benda itu terletak atau berada → bias benda bergerak, berwujud, atau tak
berwujud.
2. Lex Loci Contractus: terhadap perjanjian yang bersifat HPI berlaku kaidah hukum dari
tempat pembuatan perjanjian/ tempat dimana perjanjian ditandatangani.

3. Lex Loci Solutionis: hukum yang berlaku adalah tempat dimana isi perjanjian
dilaksanakan.
4. Lex Loci Celebrationis: hukum yang berlaku bagi sebuah perkawinan adalah sesuai
dengan hukum tempat perkawinan itu dilangsungkan.

5. Lex Domicile: hukum yang berlaku adalah tempat seseorang berkediaman tetap/
permanent home.
6. Lex Patriae: hukum yang berlaku adalah dari tempat seseorang berkewarganegaraan.
7. Lex Loci Forum: hukum yang berlaku adalah tempat perbuatan resmi dilakukan.
Perbuatan resmi adalah pendaftaran tanah, kapal dan gugatan perkara itu diajukan dan
perbuatan hukum yang diajukan.
8. Asas choice of law ( pilihan hukum ): hukum yang berlaku adalah hukum yang dipilih
berdasarkan para pihak.

Hukum Perdata Internasional : Kasus penunjukan lebih
jauh (renvoi)
Fakta


Seorang paman dan saudara sepupu perempuan yang kedua2nya

berkewarganegaraan swiss, tinggal di moskow(rusia) dan mereka menikah disana.
Sebelum melangsungkan perkawinan tersebut mereka telah minta penjelasan baik
dari instansi rusia maupun dari instansi swiss apakah perkawinan mereka
diperbolehkan. Kedua instansi ini baik dari rusia maupun dari swiss, tidak melihat
adanya suatu keberatan. Karena menurut HPI rusia, perkawinan harus
dilangsungkan menurut hokum rusia (rusia menganut prinsip territorial. Jadi
berlaku lex loci celebrations). Sedangkan menurut ketentuan HPI (ekstern) swiss,
perkawinan ini dilangsungkan menurut hokum rusia (bahwa suatu perkawinan
yang dilakukan di luar negri menurut hokum yang berlaku disana dianggap sah
menurt hokum swiss. Menurut hokum intern swiss perkawinan antara seorang
paman dan saudara sepupu perempuan dilarang, apabila dilangsungkan di Negara
swiss, tetapi Karena perkawinannya dilangsungkan di rusia, maka perkawinan
tidak dilarang



Dengan demikian akan berlaku hokum rusia yang tidak mengenal larangan
perkawinan antara paman dengan saudara sepupunya Ini , maka perkawinan yang
bersangkutan baik menurut hk rusia maupun menurut HPI rusia dan HPI swiss sah
adanya




Kemudian para mempelai pindah ke humburg (jerman), disini timbul percekcokan
hingga perempuan mengajukan gugatan untuk perceraian. Sedangkan pihak
paman mengajukan pembatalan perkawinan.

Jawaban

1. Forum yang berwenang


Pengadilan mana yang berwenang mengadili kasus ini? Yaitu

pengadilan jerman karena sesuai dengan prinsip actor sequitor forum rei
yaitu gugatan diajukan ke pengadilan, tempat dimana tergugat bertempat
tinggal. Karena tergugat bertenpat tinggal di hamburg, maka forum yang
berwenang harus di tempat tinggal tergugat

1. Titik taut primer adalah factor-faktor/keadaan yang menciptakan hubungan HPI

dalam kasus ini yang merupakan titik taut primer harus dilihat/ditinjau dari
pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa ini. Menurut pandangan PN
hamburg perkara ini adalah perkara HPI karena ada unsure asingnya yaitu pihak
penggugat dan tergugat berkewarganegaraan swiss.
2. Titik taut sekunder dan Renvoi. Sesuai dengan prinsip jerman yang
kewarganegaraan maka hokum jerman merenvoi ke hokum swiis, ternyata swiss
yang menganut prinsip domisili merenvoi lagi ke /penunjukan lebih jauh ke rusia
tempat dimana perkawinan itu dilangsungkan. Dan menurut hokum rusia
perkawinan tersebut sah adanya (menjawab persoalan pendahuluan juga)
3. Kualifikasi adalah penyalinan fakta sehari-hari kedalam istilah-istilah hokum, ini
adalah permasalahan hokum tentang orang yaitu tentang gugat cerai

4. Vested right: seseorang yang sudah mendapatkan hak –hak nya yang diperoleh
maka negar2 harus menghormatinya/mengakui nya. Seperti status sebagai istri

Hukum Perdata Internasional : renvoi
Renvoi atau penunjukan kembali.

Contoh renvoi



Apabila seorang warga inggris yang berdomisili di Indonesia harus ditentukan
apakah ia sudah dewasa atau belum, atau dia hendak menikah, maka menurut HPI
Indonesia berdasarkan pasal 16 AB harus dipakai hokum Inggris. Dengan kata
lain perkataan kaidah HPI Indonesia menunjuk kepada hokum Inggris dan hokum
inggris menunjuk kembalikepada hokum Indonesia ,karena menurut HPI inggris
yang harus dipakai untuk status personil yaitu domisili dari seseorang. Dalam hal
ini domisili orang inggris bersangkutan adalah di Indonesia, maka hokum
Indonesialah yang harus diberlakukan

Selayang pandang renvoi

asalah renvoi timbul karena adanya aneka warna sistem HPI yang berbeda pada
masing-masing negara, terutama sekali berhubungan pada status personil
seseorang berdasarkan prinsip domisili dan nasionalitas.
Masalah renvoi juga memiliki hubungan yang erat dengan persoalan kwalifikasi.
Adapun pertanyaan yang timbul kemudian adalah “Apakah HPI itu merupakan
hukum yang sifatnya supra nasional atau yang nasional?”. Jika dianggap sebagai

hukum yang sifatnya supra nasional, maka renvoi tidak dapat digunakan karena

kaidah HPI semacam itu memiliki kekuatan hukum yang tidak menghiraukan
pembuat undang-undang untuk mengoper atau menolak renvoi. Jika kaidahkaidah HPI semacam ini berasal dari tata tertib hukum yang lebih tinggi daripada
tata tertib pembuat undang-undang nasional, maka HPI yang bersifat supra
nasionalah yang berlaku.
Berkenaan dengan renvoi, tidak semua penulis setuju dengan adanya renvoi
dengan beberapa alasan, yaitu:
1.Renvoi dianggap tidak logis
Hal ini didasarkan pada suatu penunjukan kembali secara terus menerus, maka
yang ada adalah suatu permasalahan yang menggantung karena tidak ada pihak
yang mau menanganinya dan terus saling melakukan suatu penunjukkan kembali.
Pendapat kalangan penulis yang menolak renvoi ini lantas dibantah oleh pihak
yang pro renvoi dengan alasan bahwa baik yang menerima atau yang menolak
dua-duanya secara selogis mungkin. Dalam kenyataannya tidak akan ditemui
adanya suatu penujukkan tiada akhir melainkan hanya ada satu kali renvoi/
penujukkan kembali.
2.Renvoi merupakan penyerahan kedaulatan legislatif.
Menurut pandangan yang kontra dengan renvoi, menurut Cheshire dan Meyers,
dengan adanya suatu renvoi, maka seolah-olah kaidah-kaidah hakim itu sendiri
yang dikorbankan terhadap seuatu hukum asing yang kemudian dianggap berlaku.
Sementara itu, pendapat ini dibantah dengan alasan kaidah yang digunakan oleh

hakim itu bukan dari sembarang kaidah negara asing, dengan arti hanya sebatas
kaidah HPI saja dimana yang menunjuk penggunaannya adalah sang hakim itu
sendiri sehingga secara tidak langsung, yang berlaku adalah HPI negaranya

sendiri dan bukan HPI dari negara asing.
3.Renvoi membawa ketidak pastian hukum
Jika renvoi diterima, maka yang ada kemudian adalah penyelesaian HPI itu yang
samar-samar, tidak kokoh dan tidak stabil sebagai hukum. Akan tetapi menurut
kubu yang pro renvoi mangatakan bahwa justru jika tidak ada renvoi, maka yang
ada adalah ketidakpastian itu sendiri.

Sementara itu, alasan-alasan yang digunakan oleh para penulis yang pro dengan
adanya renvoi adalah sebagai berikut:
1.Renvoi memberikan keuntungan praktis
Jika sebuah renvoi itu diterima, maka hukum intern sendiri dari sang hakim yang
akan digunakan dan tentunya hal ini akan memberikan keuntungan praktis bagi
hakim.
2.Jangan bersifat lebih raja daripada raja itu sendiri
Justru dengan adanya renvoi, chauvinisme juridis dapat dihindari dan merupakan
suatu penghormatan pada hukum asing yang bertautan dengan kasus yang ada.

3.Keputusan-keputusan yang berbeda.
Untuk menghindari adanya ketidak pastian hukum dalam bentuk keputusan yan
berbeda-beda atas perkara yang sama pada dua sistem hukum yang terkait.

Dari hal-hal yang telah disampaikan sebelumnya di atas perihal pro dan kontra
pada renvoi, kita mendapati bahwa yang digunakan dalam menilai masalah renvoi
ini adalah logika. Kita harus dapat melihatnya berdasarkan pada hukum positif
dimana renvoi dipandang sebagai suatu bentuk dari apa yang dinamakan dengan
pelembutan hukum, meskipun tidak ditemukan dalam suatu peraturan tertulis di
Indonesia, renvoi diterima dalam kaidah hukum positif Indonesia secara nyata

yang tercantum secara tidak langsung dalam pasal 16 sampai 18 AB.
Adapun beberapa yurisprudensi yang berkaitan dengan renvoi di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1.Perkara orang Armenia Nasrani tahun 1928
2.Perkara palisemen seorang British India tahun 1925

Renvoi juga diatur dalam konvensi-konvensi internasional meliputi :
1.Persetujuan Den Haag tentang HPI tahun 1951, 1955
Diterima suatu konsep untuk mengatur “perselisihan” antara prinsip nasionalitas

dan domisili yang lantas ditindak lanjuti pada tanggal 15 Juni 1955 dengan
ditetapkannya konvensi yang bersangkutan.
Pasal 1 mengatur bahwa apabila suatu negara di mana orang yang dipersoalkan
menganut sistem domisili, memakai sistem nasionalitas sementara negara asal
orang itu memakai sistem domisili, maka tiap negara peserta menggunakan
Sachornen daripada domisili.
2.Persetujuan hukum uniform HPI negara-negara Benelux 1951
Persetujuan itu dilakukan antara negara Belgia, Belanda dan Luxemburg. Dalam
pasal 1-nya ditentukan bahwa renvoi tidak dapat diterima. Jika tidak ditentukan
berlainan, maka dalam persetujuan tersebut diartikan dengan istilah hukum intern
daripadanya dan bukan HPI-nya.