ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN WORKSTATIO

ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN WORKSTATION YANG
ERGONOMIS DI JEMPOL FOTOCOPY

ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

CHINTIA ROMADHONI

411110005

DEDE SUDRAJATTULLOH

411110023

RETTY C. SIAHAAN

411210023

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG

2013

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2

Lokasi Penilitian .................................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 2
2.1

Antropometri ......................................................................................... 2

2.2


Layout Workstation ............................................................................... 3

2.3

Lingkungan Kerja .................................................................................. 3

2.4

Postural dan Task Stress ........................................................................ 3

BAB III HASIL PENGAMATAN ....................................................................... 5
3.1

Workstation Penjilidan ........................................................................... 5

3.2

Workstation Fotokopi dan Laminating ................................................... 9

3.3


Pengaturan dan Penempatan Stop Kontak dan Kabel............................ 11

BAB IV ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ..................................... 14
4.1

Analisis Masalah pada Workstation Penjilidan ..................................... 14

4.2

Analisis Masalah pada Workstation Fotokopi dan Laminating ............. 17

4.3 Analisis Masalah pada Pengaturan dan Penempatan Stop Kontak dan
Kabel 20
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 25
5.1

Kesimpulan ......................................................................................... 25

5.2


Saran ................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 26

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di setiap tempat usaha seperti pabrik, kantor, took, swalayan, usaha fotokopi
hingga kantin, para pekerjanya berada dalam sebuah workstation. Workstation ini
merupakan tempat pekerja melaksanakan aktivitas kerjanya sehari-hari. Agar
pekerja dapat bekerja dengan baik dan optimal, diperlukan sebuah workstation yang
baik pula.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan workstation yang baik
adalah dengan mendesain workstation dengan menggunakan pendekatan secara
ergonomi. Pendekatan secara ergonomi digunakan sebagai langkah penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia sehingga didapatkan interaksi yang

optimal dan sinergi antara keduanya. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain,
menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh pekerja, pengaturan suhu,
cahaya dan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Dengan
dilakukannya pendekatan secara ergonomi akan didapatkan sebuah workstation
yang ergonomis dan dapat menunjang dan meningkatkan produktivitas pekerja.

1.2 Lokasi Penilitian
Penelitian dilakukan di Jempol Fotocopy yang berlokasi di Ruko Tidar No. 41
C, Malang, pada hari Kamis, 26 September 2013 dari pukul 10.00 hingga 12.00
WIB. Jempol Fotocopy merupakan sebuah usaha yang menawarkan jasa fotokopi,
printing, scanning, laminating, dan penjilidan, selain itu di tempat ini juga menjual
alat tulis kantor.

1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Ergonomi bersal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum, jadi secara harfiah ergonomi berarti hokum kerja. Ergonomi

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari intreraksi antara manusia dengan
mesin atau lingkungan kerja serta elemen-elemen dan factor-faktor lain yang yang
mempengaruhi hubungan tersebut [1]. Ilmu ergonomi sering digunakan dalam
merancang sebuah workstation yang mampu mendukung pekerja serta
meningkatkan performa pekerja dan mesin yang digunakan.
Untuk merancang sebuah workstation, ilmu ergonomi digunakan sebagai acuan
untuk menjadikan workstation mendukung efisiensi mesin, tenaga pekerja dan
biaya, serta mampu mengurangi resiko terjadinya injury atau fatigue pada pekerja.
Ada beberapa hal yang perlu dikaji dalam merancang sebuah workstation yang
ergonomis, antara lain antopo metri, postural dan task stress, pencahayaan, tingkat
kebisingan, peralatan yang akan digunakan, dan sebagainya hingga akhirnya bisa
membuat rancangan layout workstation yang ergonomis [2].

2.1 Antropometri
Secara harfiah antromometri berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yaitu
anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti pengukuran, jadi
antromopetri adalah ilmu tentang pengukuran tubuh manusia [1]. Data antropometri
adalah data dasar yang digunakan untuk merancang workstation yang ergonomis
bagi penggunanya.
Data-data yang diukur dalam antropometri berupa berat badan, tinggi badan,

tinggi mata dari lantai, tinggi pundak dari lantai, dan sebagainya. Data-data yang
diukur tersebut tercantum pada daftar variabel antropometri ISO/DIS 7250 [1].

2

2.2 Layout Workstation
Pada tahun 1997, Lim dan Hoffman [3] melakukan penelitian mengenai
performansi perakitan sederhana ketika komponen-komponen diletakan dalam area
Zone of Convenient Reach (ZCR). ZCR dimaksudkan sebagai area meja yang dapat
terjangkau oleh tangan ketika siku dilengkungkan dengan 90˚ lengkungan siku.
Ketika ZCR diterapkan, terjadi peningkatan sebesar 10% dalam waktu perakitan
item. Hal ini membuktikan bahwa pengaturan layout workstation ternyata sangat
mempengaruhi keefisienan perakitan.
2.3 Lingkungan Kerja
Faktor-faktor lingkungan kerja seperti kebisingan, getaran, cahaya, iklim dan
substansi kimia dapat mempengaruhi keamanan, kesehatan, dan kenyamanan
manusia [4]. Secara umum ada tiga jenis ukuran yang dapat diterapkan untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak lingkungan kerja tersebut yaitu:
1. Sumber : menghilangkan atau mengurangi sumber;
2. Transmisi antara sumber dan manusia : mengisolasi sumber atau

manusia;
3. Tingkat individu : pengurangan durasi pencahayaan dan peralatan
perlindungan pribadi.
2.4 Postural dan Task Stress
Vernon [5] melakukan sebuah penelitian mengenai postural dimana didapatkan
hasil bahwa postural mengakibatkan kelelahan dan tersimpulkan bahwa ‘semua
pekerjaan fisik akan membuat lelah bila tidak divariasi dan selalu konstan’.
Manusia dilahirkan dengan dua kaki agar dapat berdiri dengan kedua kaki
tersebut. Namun, manusia tidak dapat berdiri dalam jangka waktu yang lama.
Berdiri merupakan salah satu posisi tubuh pilihan untuk melakukan pekerjaanpekerjaan tertentu di industri namun terlalu lama berdiri dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan kelelahan pada manusia tersebut.

3

Semanetara beban kerja dan pengulangan dalam durasi waktu tertentu dengan
frekuensi yang tinggi juga dapat mengakibatkan task stress. Task stress ini selalu
berhubungan dengan beban kerja seseorang

4


BAB III
HASIL PENGAMATAN

Berikut ini akan diulas mengenai masalah-masalah yang ditemukan pada
workstations dan pengaturan layout yang ada di Jempol Fotocopy dilihat dari segi
ergonomi.

3.1 Workstation Penjilidan
Pada workstation penjilidan, area kerja sebenarnya tidak dibatasi untuk
jumlah operator yang menggunakannya. Naman selama observasi yang
dilakukan oleh tim penulis, pada workstation penjilidan ini digunakan oleh dua
operator. Kedua operator bekerja secara bersamaan untuk mengerjakan satu
pekerjaan yang sama atau bahkan lebih. Berikut ini merupakan workstation
penjilidan yang ada di Jempol Fotocopy.

Gambar 1. Workstation Penjilidan di Jempol Fotocopy

5

Gambar 2. Kursi di Workstation Penjilidan


Gambar 3. Kondisi Lingkungan di Workstation Penjilidan

6

Gambar 4. Kondisi Pencahayaan di Workstation Penjilidan

Berikut ini merupakan layout dari workstation di atas bisa di terjemahkan
dalam bentuk skema.

Mesin Laminating

Tempat perkakas
tambahan ( isi
stapler,
penjepit,lem dll)

Tempat
Report dan Arsip


Pemotong
Kertas

Tempat
gunting

Tempat
berbagai
isolatip

Area kerja
Operator 1

Penjepit (Stapler besar)

Finish work area

Area work
order (bahan
yang sedang
dikerjakan)

Gambar 5. Skema Layout pada Workstation Penjilidan Untuk Satu Operator

7

Mesin Laminating

Tempat perkakas
tambahan ( isi
stapler,
penjepit,lem dll)

Tempat
WIP dan Antrian
order baru

Area work
order (bahan
yang sedang
dikerjakan) 2

Area work
order (bahan
yang sedang
dikerjakan) 1

Tempat
berbagai
isolatip

Area kerja
Operator Ke-1

Tempat
gunting

Penjepit (Stapler besar)

Finish work area
Ke-2
Area kerja
Operator Ke-2

Pemotong
Kertas

Finish work
area Ke-1

Gambar 6. Skema Layout pada Workstation Penjilidan untuk Lebih Dari Satu Operator

Masalah yang ditemukan dari workstation penjilidan selama observasi
adalah:
a. Ketika hanya ada satu operator yang bekerja di workstation
penjilidan, sering kali operator kesulitan mencari perkakas yang
dibutuhkan seperti gunting, lem atau stapler kecil.
b. Ketika ada lebih dari satu operator yang bekerja di workstation
penjilidan, area kerja menjadi lebih sempit karena ruang gerak
masing-masing operator sema-sama terbatas.
c. Ketika ada lebih dari satu operator yang bekerja di workstation
penjilidan, tidak jarang operator ke-1 menjadi hambatan bagi
operator ke-2 dan sebaliknya, seperti meminta tolong mengambil
gunting, lem dsb.
d. Pencahayaan pada siang hari hanya memanfaatkan sinar matahari
dari pintu.
e. Operator yang bekerja dengan duduk, terlihat lebih membungkuk.

8

f. Lingkungan sekitar workstation yang kotor dan tidak tersedianya
tempat sampah.

3.2 Workstation Fotokopi dan Laminating
Pada workstation ini terdapat dua mesin yang digunakan oleh operator, yang
pertama adalah mesin fotokopi dan yang kedua adalah mesin laminating.

Gambar 7. Letak Mesin Fotokopi dan Mesin Laminating

Gambar 8. Mesin Fotokopi yang Bersebelahan dengan Rak Kertas

9

Untuk memperjelas kondisi letak antara mesin fotokopi, mesin laminating,
workstation penjilidan dan etalase, berikut ini merupaka layout dari ruangan di
Jempol Fotocopy.

Kursi Antrian

Komputer dan
Printer

Etalase B
Etalase A

Tempat
Sampah

Rak Kertas
Komputer
Kasir

Mesin
Fotocopy

Workstation Penjilidan

Mesin
Laminating

Gambar 9. Layout Ruangan di Jempol Fotocopy

Masalah yang timbul dari workstation fotokopi dan laminating selama
observasi antara lain:
1. Operator harus berpindah saat kehabisan kertas dari mesin fotokopi ke
rak kertas.
2. Terkadang operator kesulitan mencari kertas yang dibutuhkan pad rak
kertas.

10

3. Operator harus berpindah saat akan melakukan laminating dari mesin
laminating ke etalase kemudian kembali ke mesin laminating.
4. Perpindahan yang tidak mudah dari mesin workstation fotokopi ke
workstation penjilidan.

3.3 Pengaturan dan Penempatan Stop Kontak dan Kabel
Sebagai sebuah usaha fotokopi, Jempol Fotocopy menggunakan mesin
mesin dan komputer untuk melakukan aktifitas usahanya. Mesin-mesin dan
komputer yang digunakan di Jempol Fotocopy membutuhkan listrik yang
dialirkan melaui stop kontact dan kabel. Berikut ini merupakan kondisi
pengaturan dan penempatan stop kontak dan kabel di Jempol Fotocopy.

Gambar 10. Kondisi Kabel di Dekat Rak Kertas dan Mesin Fotokopi

11

Gambar 11. Kondisi Stop Kontak dan Kabel Mesin Fotokopi

Gambar 12. Kondisi pengaturan Kabel, Penggunaan Multi Stop Kontak
Tambahan, dan Peletakan Router Wifi

12

Gambar 13. Kondisi Kabel dan Stop Kontak pada Area Komputer

Permasalahan yang terdeteksi dari kondisi pengaturan dan penempatan stop
kontak dan kabel di Jempol Fotocopy antara lain:
a. Operator sering tersandung kabel yang melintang di tengah ruangan, dari
workstation penjilidan ke workstation fotokopi dan laminating.
b. Operator harus berhati-hati saat akan berpindah dari workstation fotokopi
dan laminating ke rak kertas.
c. Penggunaan multi stop kontak tambahan (stop kontak T) pada stop
kontak utama yang menumpuk.
d. Kabel-kabel yang kurang teratur dan terkesan kusut dapat memperbesar
peluang terjadinya korsleting.
e. Router wifi cepat mengalami kenaikan suhu.

13

BAB IV
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Dari masalah yang telah diidentifikasi pada bagian di atas, selanjutnya akan
dilakukan analisis untuk menemukan pemecahan masalah tersebut. Pada bagian ini
satu persatu masalah yang sudah diidentifikasi akan dianalisis dan dicari penyebabpenyebabnya sehingga bisa ditemukan pemecah dari permasalahan tersebut.

4.1 Analisis Masalah pada Workstation Penjilidan
Berikut ini merupakan permasalahan yang ditemukan pada workstation
penjilidan, identifikasi penyebab masalah tersebut serta solusi yang disarankan,
berdasarkan faktor ergonomis yang telah dipertimbangkan untuk menangani
permasalahan yang ada.
a. Ketika hanya ada satu operator yang bekerja di workstation penjilidan, sering
kali operator kesulitan mencari perkakas yang dibutuhkan seperti gunting,
lem atau stapler kecil.
Identifikasi penyebab: Setiap peralatan dan area pada workstation
penjilidan yang tidak tertata dengan baik, dan terkadang operator tidak
menaruh peralatan pada tempat yang sudah disediakan (misalnya operator
menaruh lem bukan pada tempat lem, melaikan di area kerja).
b. Ketika ada lebih dari satu operator yang bekerja di workstation penjilidan,
area kerja menjadi lebih sempit karena ruang gerak masing-masing operator
sema-sama terbatas.
Identifikasi penyebab: Pengaturan area kerja yang tidak terlalu jelas
terkadang menjadikan posisi dua operator menjadi terlalu berdekatan
sehingga membuat ruang gerak kedua operator yang bekeja bersamaan
semakin sempit.
c. Ketika ada lebih dari satu operator yang bekerja di workstation penjilidan,
tidak jarang operator ke-1 menjadi hambatan bagi operator ke-2 dan
sebaliknya, seperti meminta tolong mengambil gunting, lem dsb.

14

Identifikasi penyebab: Peralatan dan area yang tidak tertata dengan baik
pada

workstation

penjilidan

menjadi

penyebab

utama

terjadinya

permasalahan ini, selain itu workstation ini tidak dirancang dengan baik
untuk digunakan oleh lebih dari dua orang operator secara bersamaan.
Solusi yang disarankan: Pengaturan ulang layout workstation penjilidan
merupakan langkah yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan di atas
(poin a, b, dan c). Penataan ulang layout workstation ini dilakukan dengan
menamai setiap area untuk memudahkan penyimpanan alat dan
perlengkapan serta melakukan proses penjilidan itu sendiri. Selain
workstation ini juga dirancang agar bisa dipakai oleh dua orang operator
secara bersamaan tanpa salah satu operator menjadi gangguan bagi operator
lainnya, serta membuat ruang gerak dua operator yang bekerja bersamaan
menjadi sedikit lebih luas.
d. Pencahayaan pada siang hari hanya memanfaatkan sinar matahari dari pintu.
Identifikasi penyebab: Pihak manajemen Jempol Fotocopy menganggap
pencahayaan dari luar (matahari) sudah cukup untuk menerangi seisi ruangan
di Jempol Fotocopy, padahal tidak jarang dengan layout yang ada saat ini,
ketika operator memotong kertas pekerjaan dilakukan dengan kurang teliti
karena pencahayaan yang kurang baik.
Solusi yang disarankan: Sebaiknya Jempol Fotocopy menghidupkan lampu
yang berada di ruangan, tidak hanya pada malam hari, namun juga pada siang
hari. Untuk menghemat energy lampu bisa dinyalakan hanya pada saat
operator mengerjakan pekerjaan di workstation penjilidan agar pencahayaan
yang diterima operator saat bekerja lebih baik untuk meningkatkan ketelitian
operator saat melakukan pekerjaan.
e. Operator yang bekerja dengan duduk, terlihat lebih membungkuk.
Identifikasi penyebab: Kursi yang digunakan oleh operator terlalu tinggi
untuk ukuran tubuh operator dan tinggi meja di workstation.
Solusi yang diharapkan: Sebaiknya operator menggunakan kursi yang
lebih pendek yang sesuai dengan data antropo metri yang dimiliki oleh
operator yang ada di Jempol Fotocopy, hal ini dimaksudkan agar operator

15

bekerja tidak dalam posisi yang mengakibatkan postural stress juga untuk
menghindari fatigue dan injury pada bagian punggung dan leher.
f. Lingkungan sekitar workstation yang kotor dan tidak tersedianya tempat
sampah
Identifikasi penyebab: Lokasi tempat sampah yang jauh (di antara meja
kasir dan etalase) memuat sampah sisa penjilidan menumpuk di workstation,
sehingga operator membuang sampah sembarangan di sekitar workstation.
Solusi yang disarankan: Tempat sampah berbentuk kecil bisa ditempatkan
pada workstation penjilidan (di atas meja), sehingga operator tidak harus
berpindah tempat untuk membuang sampah, tetapi lingkungan kerja bisa
menjadi lebih bersih. Selain itu, tempat sampah ini juga bermanfaat untuk
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja terutama slip saat operator
melangkah di sekitar workstation penjilidan. Hal ini dikarenakan lantai di
Jempol Fotocopy tergolong licin, dan ditambah sampah potongan kertas bisa
menambah kemungkinan operator untuk terlepeset.
Berikut inimerupakan layout usulan untuk workstation penjilidan untuk
mengatasi permasalahan pada poin a, b, c, dan f:

16

Tempat
gunting

Tempat
berbagai
isolatip

Mesin Laminating

Tempat
WIP dan order baru

Tempat perkakas
tambahan ( isi stapler,
penjepit,lem dll)

Penjepit (Stapler besar)
Finish work
area 2

Finish work
area 1

Pemotong
Kertas

Area kerja
Operator 2

Area work
order (bahan
yang sedang
dikerjakan) 2

Area kerja
Operator 1
Area work
order (bahan
yang sedang
dikerjakan) 1

Gambar 14. Layout Usulan untuk Workstation Penjilidan

Pada layout usulan di atas, peralatan yang digunakan bersama ditempatkan
di tengah, sehingga baik operator ke-1 maupun operator ke-2 tidak menjadi
penghalang satu sama lain dalam menjangkau peralatan yang dibutuhkan.
Selain itu pada area kerja diberikan jarak yang lebih lebar agar operator tidak
merasa sempit dan jangkauan tangan operator lebih optimal.

4.2 Analisis Masalah pada Workstation Fotokopi dan Laminating
Permasalahan yang ditemukan pada workstation fotokopi dan laminating yang
akan dipaparkan berikut ini, juga disertai dengan identifikasi penyebab, serta solusi
yang disarankan guna menanganni permasalahan tersebut yang berlandaskan
pertimbangan ergonomis guna meningkatkan performa operator dan mesin yang
ada.
1. Operator harus berpindah saat kehabisan kertas dari mesin fotokopi ke rak
kertas.

17

Identifikasi penyebab: Jarak antara mesin fotokopi dan rak kertas cukup
jauh dan sulit dijangkau hanya dengan tangan.
Solusi yang disarankan: Sebaiknya digunakan meja dorong atau service
trolley untuk memudahkan pengambilan kertas, jadi saat operator idle,
operator bisa mengisi ulang kertas di service trolley dari rak kertas. Dengan
menggunakan cara ini diharapkan operator bisa mengerjakan pekerjaan
dengan cepat sesuai tuntutan pelanggan.
2. Terkadang operator kesulitan mencari kertas yang dibutuhkan pad rak
kertas.
Identifikasi penyebab: Penempatan kertas pada rak kertas yang belum
teratur, tidak ada penanda khusus untuk jenis kertas tertentu.
Solusi yang disarankan: Melakukan penataan tempat kertas pada rak
kertas dengan teratur dengan memberikan label nama kertas dan jenisnya di
bagian depan. Label ini bisa ditempelkan di bagian depan (rangka depan
rak) agar mudah dan jelas dalam mengenali nama dan jenis kertas.
3. Operator harus berpindah saat akan melakukan laminating dari mesin
laminating ke etalase kemudian kembali ke mesin laminating.
Identifikasi penyebab: jarak dari mesin laminanting ke etalase (tempat
penyimpanan mika) cukup jauh sehingga tidak mudan dijangkau dan
operator harus melakukan perpindahan.
Solusi yang disarankan: Seperti solusi yang diberikan pada permasalahan
pertama, operator bisa menggunakan service trolley yang telah diisi bargain
jenis dan bentuk mika, agar operator tidak banyak melakukan perpindahan
yang membunag waktu. Sebaiknya service trolley mika dan kertas adalah
service trolley yang sama karena operator fotokopi dan penjilidan adalah
orang yang sama.
4. Perpindahan yang tidak mudah dari mesin workstation fotokopi ke
workstation penjilidan.
Identifikasi penyebab: Posisi antara workstation fotokopi dan workstation
penjilidan adalah berhadapan, meski demikian jaraknya tidak dekat, perlu

18

tiga sampai empat langkah untuk menuju workstation penjilidan dari
workstation fotokopi dan laminating.
Solusi yang disarankan: untuk menangani hal ini bisa dengan
menggunakan service trolley, untuk mengangukut hasil fotokopi dan
laminating ke workstation penjilidan. Operator tidak perlu menuntun
service trolley, cukup dengan mendorong service trolley tersebut ke arah
operator yang berada di workstation penjilidan sehingga pekerjaaan bida
dilakukan dengan lebih cepat.

Gambar 15. Service Trolley

19

Kursi Antrian

Komputer dan
Printer

Etalase B
Etalase A

Tempat
Sampah

Rak Kertas
Service
Trolley 1

Komputer
Kasir

Mesin
Fotocopy

Workstation Penjilidan
Service
Trolley 2

Mesin
Laminating

Gambar 16. Usulan Layout Ruangan di Jempol Fotocopy dengan Penambahan 2 Service
Trollye
Pada layout usulan yang digagas tim penulis, layout awal dari ruangan di Jempol
Fotocopy tidak dirubah, hanya dengan menambahkan 2 unit service trolley. Service
trolley 1 merupakan service trolley yang digunakan untuk tempat supply kertas dan
mika bagi operator di workstation fotokopi dan penjilidan. Sementara service trolley 2
merupakan service trolley yang digunakan operator di workstation fotokopi dan
laminating untuk menirim hasil pekerjaannya ke workstation penjilidan.

4.3 Analisis Masalah pada Pengaturan dan Penempatan Stop Kontak dan
Kabel

a. Operator sering tersandung kabel yang melintang di tengah ruangan, dari
workstation penjilidan ke workstation fotokopi dan laminating.

20

Identifikasi penyebab: Stop kontak utama berada di dekat workstation
penjilidan yang bersebrangan dengan workstation fotokopi dan laminating,
membuat pihak manajemen memasang kabel dari stop kontak utama yang
kemudian dihbungkan pada multi stop kontak tambahan yang dipasang di
dekat workstation fotokopi dan laminating. Kabel hanya diletakan
melintang di atas lantai yang dilalui oleh operator.
b. Operator harus berhati-hati saat akan berpindah dari workstation fotokopi
dan laminating ke rak kertas.
Identifikasi penyebab: Kabel penghungung stop kontak dari stop kontak
utama menuju multi stop kontak tambahan di workstation fotokopi
membentang di antara mesin fotokopi dan rak kertas.
Solusi yang disarankan: Kabel pengubung dari stop kontak utama ke multi
stop kontak di area workstation fotokopi sebaiknya diletakan di bagian
dinding dan melewati langit-langit ruangan. Pemasangan kabel ini bisa
dengan menggunakan paku kabel penghungung agar kabel tertempel pada
dinding dan langit-langit sehingga tidak menggantung. Nantinya posisi baru
kabel penghungung ini tidak lagi menggangu operator yang berjalan, serta
meminimalisir terjadinya korsleting. Solusi ini bisa mengatasi dua
permasalah sekaligus (poin a dan b) selain itu juga dengan solusi ini bisa
mendukung penggunaan service trolley, yaitu agar roda dari service trolley
tidak terhalagi kabel saat berjalan.
c. Penggunaan multi stop kontak tambahan (stop kontak T) pada stop kontak
utama yang menumpuk.
Indikasi penyebab: Hanya ada satu stop kontak utama membuat pihak
manajemen Jempol Fotocopy menggunakan multi stop kontak tambahan
(stop kontak T) pada stop kontak utama. Jika penggunaan stop kontak T ini
dilakukan dengan cara menumpuk lebih dari satu stop kontak T, maka akan
mengakibatkan adanya hubungan arus pendek atau korsleting.
Solusi yang disarankan: Sebaiknya mengganti stop kontak T dengan multi
stop kontak dengan tombol switch power pada setiap stop kontak. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya hubungan arus pendek dan juga untuk

21

menghemat penggunaan listrik, dimana pada stop kontak yang sedang tidak
digunakan aliran listrik bisa dimatikan dan tidak terbuang percuma.

Gambar 17. Multi Stop Kontak Tambahan dengan Tombol Switch Power

d. Kabel-kabel yang kurang teratur dan terkesan kusut dapat memperbesar
peluang terjadinya korsleting.
Indentifikasi penyebab: Kurangnya awareness dari pihak manajemen dan
operatror mengenai pengaturan kabel, sehingga kabel-kabel yang terpasang
dibiarkan begitu saja tanpa diatur.
Solusi yang disarankan: Kabel-kabel yang terpasang ukuran yang terlalu
panjang sebaiknya dirapikan dengan menggunakan penjepit kabel.
Sementara itu untuk memudahkan pengenalan kabel saat akan melakukan
maintenance atau perbaikan terhadap mesin atau computer yang ada
sebiknya kabel-kabel tersebut diberi label nama atau fungsi kabel masingmasing. Kedua solusi di atas ditujukan guna menghindari terjadinya
korsleting serta kesalahan dalam menangani kabel yang mungkin
mengakibatkan orang yang menangani kabel tersebut terkena sengatan
listrik.

22

Gambar 18. Penjepit Kabel

Gambar 19. Label pada Kabel

e. Router wifi cepat mengalami kenaikan suhu.
Identifikasi

penyebab:

penempatan

router

wifi

di

atas

UPS

(Uninteruptable Power System) menjadi penyebab router wifi mudah
mengalami kenaikan suhu. Selain itu penempatan router wifi dan diantara
dua meja (meja kasir dan meja workstation penjilidan) membuat router wifi
kurang mendapatkan udara dari luar sehingga panas dari router wifi itu
sendiri tidak menyebar ke lingkungan di luar router wifi.
23

Solusi yang disarankan:Untuk mengatasi masalah tersebut bisa dilakukan
dengan cara menempatkan router wifi di dinding, dekat dengan komputer
kasir. Penempatan router wifi pada dinding akan membuat router wifi
mendapatkan udara yang cukup dari luar sehingga panas dari dalam router
bisa terbawa udara di sekitarnya. Selain itu juga tidak ada panas dari benada
lain yang mempengaruhi router wifi karena router wifi tidak diletakan di
atas benada lain seperti UPS dsb.

Gambar 20. Ilustrasi Peletakan Router Wifi pada Tembok

24

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan oleh tim penulis di Jempol Fotocopy,
terdapat beberapa masalah yang ditemukan. Masalah-masalah yang ditemukan ini
merupakan permasalahan yang berhubungan dengan workstation, operator, mesin
hingga keselamatan pekerja dan workstation yang ada yang dapat dipecahkan
dengan pendekatan ergonomi. Masalah yang ditemui antara lain pada workstation
penjilidan, dimana penyebabnya terindikasi dari pengaturan layout yang kurang
baik, sehingga perlu dilakukam pengaturan ulang, selain itu juga tata pencahayaan
yang kurang menunjang aktivitas kerja operator yang perlu di perhatikan.
Selain itu ditemukan juga masalah pada workstation fotokopi dan laminating
yang bisa diatasi dengan menggunakan service trolley. Permasalahan lain yang
ditemukan adalah pengaturan kabel dan stop kontak yang kurang baik, diperlukan
pengaturan ulang untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan juga
korsleting pada jaringan listrik.

5.2 Saran
Saran yang bisa diberikan oleh tim penulis adalah hendaknya pihak Jempol
Fotocopy bisa menerapkan solusi yang disarankan oleh tim penulis guna
menciptakan workstation yang lebih ergonomis. Selain itu juga dengan menerapkan
solusi yang disarankan tim penulis, Jempol Fotocopy juga sudah memberikan
sarana implementasi ilmu yang dimiliki oleh tim penulis sebagai mahasiswa teknik
industry di dunia kerja yang nyata.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. R. S. Bridger, Introduction to Ergonomics, Ediisi kedua, Routledge, London,
2003.
2. A. Kristanto dan D. A. Saputra, Perancangan Meja dan Kursi Kerja yang
Ergonomis pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan
Produktivitas, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 10(2):78-87, 2011.
3. J. Lim dan E. Hoffman, Appreciation of The Zone of Convenient Reach by
Naive Operators Performing an Assembly Task, International Journal of
Industrial Ergonomics, 19: 187-199. 1997.
4. J. Dul dan B. Weerdmeester, Ergonomics for Beginners, Edisi kedua, Taylor &
Francis, Amerika Serikat dan Kanada, 2001.
5. H. M. Vernon, The Influence of Rest Pauses and Changes of Posture on The
Capacity for muscular work, The Medical Research Council Report, 29:28-55,
1924.

26